Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH STRATEGI DAN PEMBELAJARAN KIMIA

” Strategi Pembelajaran”

DISUSUN

OLEH KELOMPOK B:

1. Muh Chairul (1813040007)


2. Fadila (1813041007)
3. Andi Tahta Perlawanan (1813041029)
4. Nurfadini (1813042009)
5. Yuni Maulidianti (1813042015)

PENDIDIKAN KIMIA A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Subhana Wa Taalah,
sehingga penyelesaian makalah dengan judul “STRATEGI PEMBELAJARAN” dapat
diselesaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan hidayahnya bagi kita
semua.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah wajib yakni Strategi dan
Pembelajaran Kimia. Makalah ini di tuangkan berbagai materi tentang konsep dari kedua
pendekatan tersebut, sehingga diharapkan kita semua mampu mengetahuinya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan hanyalah milik-Nya dan tiada manusia yang luput dari salah dan khilaf. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca
demi kesempurnaan tugas ini. Semoga saran dan kritik tersebut menjadi motivasi kepada penulis
untuk lebih tekun lagi belajar.

Makassar, 8 September 2020

Kelompok B
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………… i

Daftar Isi……………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 1
C. Tujuan…………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………… 3

A. Pengertian Strategi Pembelajaran………………………….…………….. 3


B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran…………………………………….. 4
C. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran………………………………………… 6

BAB III PENUTUP… …………………………………………………………….. 37

A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 37
B. Saran ……………………………………………………………………..37
Daftar Pustaka…………………………………..………………………………….. 38
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara, seperangkat cara, teknik yang
dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa dalam melakukan upaya terjadinya suatu
perubahan tingkah laku atau sikap (Warsita, 2008). Strategi pembelajaran merupakan salah satu
cara yang digunakan guru dalam penyampaikan materi pelajaran. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan strategi pembelajaran. Karena strategi
pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi pelajaran tersebut, dapat diserap dan dipahami
oleh siswa, karena hal ini berdampak terhadap tujuan yang hendak dicapai proses pembelajaran.
Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil belajar yang diinginkan.

Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran.
Bagi guru, strategi pembelajaran ini dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang
sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa penggunaaan strategi pembelajaran
dapat mempermudah proses pembelajaran dan mempercepat memahami isi pembelajaran, karena
setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses pembelajaran.

Seoarang guru disadari atau tidak, harus memilih strategi tertentu agar pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas berjalan lancar dan hasilnya optimal. Tidak ada seorang guru yang tidak
mengharapkan demikian, karena setiap individu guru masih mempunyai nurani yang peka
terhadap anak didiknya. Tidak ada guru yang menginginkan kondisi proses pembelajaran yang
kacau dengan hasil belajar yang jelek, sehingga setiap guru pasti akan mempersiapkan strategi
pembelajaran yang matang dan tepat, agar hasil belajar siswa terus meningkat dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu ?
1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran ?
2. Bagaimana konsep dasar strategi pembelajaran ?
3. Apa saja jenis-jenis strategi pembelajaran ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran
2. Untuk mengetahui konsep dasar strategi pembelajaran
3. Untuk mengetahui jenis-jenis strategi pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran


Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan
rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran menurut Frelberg & Driscoll (1992) dapat
digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan,
untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely (1980) mengatakan
bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan
yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat
bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga
termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri atas semua
komponen materi pelajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai
tujuan pembelajaran tertentu (Anitah, 2008).
Strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai dengan perencenaan apa yang akan
kita lakukan atau serangkaian apa yang akan kita capai yang mengarah pada suatu tujuan
pendidikan (Anggraeni, 2019). Sanjaya dikutip dalam sidiq (2019) merumuskan strategi sebagai:
a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular education goal.
Berdasarkan rumusan diatas, strategi diartikan sebagai suaru rencana tindakan, metode atau
serangkaian aktifitas yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Hidayat (2010) terdapat beberapa definisi strategi pembelajaran dari para ahli
sebagai berikut:
1. Cropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis
latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan
bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
belajarnya harus dapat dipraktikkan
2. Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan
guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Menurur Hidayat (2019) tujuan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Sebagai proses pengembangan pengajaran sistematis yang digunakan secara khusus sesuai
dengan teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitasnya. Perencanaan ini akan
menganalisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur sistematis untuk mencapai tujuan
pembelajaran, termasuk didalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan
aktivitas pengajaran.
2. Sebahai disiplin ilmu pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasul penelitian dan
teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya dalam pembelajaran.

3. Sebagai sains, yakni mengkreasikan secara detail spesifikasi dari pengembangan,


implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan terhadap situasi ataupun fasilitas pembelajaran
dalam lingkup unit-unit yang sempit maupun luas dari materi pembelajaran dengan segala
tindakan kompleksitasnya.

4. Sebagai realitas, yakni ide pengajaran yang dikembangkan dengan memberikan hubungan
pengejaran setiap waktu. Dalam suatu proses yng berjalan, perencanaan mengecek bahwa
semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains serta dilaksanakannya secara sistematik.

5. Sebagai suatu sistem, yakni susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosdur yang
mengerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pembelajaran melalui proses yang
sistematis selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencenaan

6. Sebagai teknologi, yakni suatu perencenaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik ynag
dapat mengembangkan tingkah laku kognitif serta teori-teori konstruktif terhadap solusi dari
problem pengajaran

B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran


Menurut newman dan mogam strategi pembelajaran memiliki empat konsep pertama
mengidentifikasi dan menetapkan tujuan, kedua pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan,
ketiga pertimbangan dan pemilihan langkah-langkah yang akan ditempuh, dan keempat
pertimbangan dan pemilihan tolak ukur taraf keberhasilan sesuai dengan tujuan (Hidayat, 2019).
Menurut Djamarah dikutip dalam Sidiq (2019) ada empat konsep strategi pembelajaran,
yaitu:
1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
kepribadian peserta didik yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling
tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan
system instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil
belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari
kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit
sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan perilaku dan kepribadian yang kita
inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya
dari tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa
sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Lebih
jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan
terjadinya penyimpangan- penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian
dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya.
Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan- kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan
sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau
dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep,
dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut
pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar
atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep, dan teori agama
mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi.
Begitu juga halnya dengan cara pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam
pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar
mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda
dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian
untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya
cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya
jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai
pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-
tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah
dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu
strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan
bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru.
Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi.
Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di
sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan
sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek. Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak
bisa dipisahkan.

C. Jenis- Jenis Strategi Pembelajaran


1. Strategi Pembelajaran Ekspositori
1). Pengertian
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan
maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi
pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu.
Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankankepada
proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk” (Sunardi: 1990).

2). Karakteristik Pembelajaran Ekspositori


Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori menurut Sunardi (1990) di antaranya:
a. Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal,
artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena
itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
b. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi,
seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut
siswa untuk berpikir ulang.
c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah
proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan
cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan
3). Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan
strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari
efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa
yang harus dicapai.
Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip berikut
ini, yang harus diperhatikan oleh setiap guru menurut Wina Sanjaya (2008) adalah:
a. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada
proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok
orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran
yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses
komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima
pesan.
Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan
pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif
manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya,
sistem komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap
setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai
gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan
(noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat
menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran
yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip
yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar
setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses
komunikasi.
c. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita
harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk
menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa belum siap
untuk menerimanya.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari
materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi
juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium),
sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui proses belajar mandiri. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat
tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
4). Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Ekspositori
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat
tergantung pada langkah persiapan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
3) Bukalah file dalam otak siswa.

b. Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah
bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:
(1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa, dan (4)
menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
c. Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa
atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam
struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan
makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang
telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan
kemampuan motorik siswa.
d. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran yang
telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam
strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti
sari dari proses penyajian.
e. Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak
penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan
informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa
dilakukan pada langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan
materi yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disajikan.
5). Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori
a. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering
digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran
yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan
(kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi
(melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.
b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan
berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan
mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin
berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-
way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi
pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

2. Strategi Pembelajaran Inkuiri


1). Pengertian
Strategi pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
2). Ciri-ciri Strategi Pembelajaran Inkuiri
Menurut Al-Tabani (2014) pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.
Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama
dalam melakukan inkuiri.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran
inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai
pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.
Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa
menguasai materi pelajaran.
3). Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan
demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru sebagai
penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir. Karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam
setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran
berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah
menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis
dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
3). Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan startegi ini sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran
akan berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang
ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri,
oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan
sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis
yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan
sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.
Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit
mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi
juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu,
tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi
kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan.
Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar.
Manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-
menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai
jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk
berpikir.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji
hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang
diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam
proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu,
untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
data mana yang relevan.
5. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan,
karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan menurut Al-tabani (2014) di antaranya:
a. Startegi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. Startegi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
c. Startegi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai kelemahan menurut al-
tabani (2014) di antaranya:
a. Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

3. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


1). Pengertian
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan, konteks,
suasana dan keadaan (konteks) ” Adapun pengertian CTL menurut Tim Penulis Depdiknas
adalah sebagai berikut: Pembelajaran Konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection) dan penelitian sebenarnya (authentic assessment) (Hasibuan: 2014).
Pembelajaran konstekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran yang benar-benar bersifat kontekstual akan terjadi apabila siswa
(peserta didik) mampu memproses informasi baru atau pengetahuan yang sedemikian rupa
sesuai dengan acuan pikiran siswa (memori, pengalaman, dan respon) (Nuridayah: 2016).
2). Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Johnson dalam Nurhadi (2002), ada 8 komponen yang menjadi karakteristik
dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut :
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningfull connection). Siswa dapat
mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan
minatnya secara individual, orang yang dapatbekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok,
dan orang yang dapatbelajar sambil berbuat (learning by doing).
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat
hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata
sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masayarakat.
c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan kegiatan yang
signifikan : ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan
penentuan pilihan, dan ada produknya atau hasilnya yang sifatnya nyata.
d. Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru dan siswa bekerja secara
efektif dalam kelompok, guru membantu siswa memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan salingberkomunikasi.
e. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat menggunakan
tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif : dapat menganalisis, membuat
sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-
bukti.
f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara
pribadinya : mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi,
memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang
dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard). Siswa mengenal dan mencapai
standar yang tinggi : mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru
memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”
h. Menggunakan penilain autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan
pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.
Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari untuk
dipublikasikan dalam kehidupan nyata.

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan


pendekatan CTL menurut Sanjaya dikutip dalam Hanik (2019) antara lain:

a) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activating knowledge), artinya pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik adalah
pegetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

b) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya.

c). Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh


bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

d). Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya


pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
peserta didik, sehingga tampak perubahan peserta didik.

3). Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran.


Menurut Ditjen Dikdasmen Depdiknas 2002, dalam Hasibuan (2014) menyebutkan bahwa
kurikulum dan pembelajaran kontekstual perlu didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:

a. Keterkaitan, relevansi (relation). Proses belajar hendaknya ada keterkaitan dengan bekal
pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa.
b. Pengalaman langsung (experiencing). Pengalaman langsung dapat diperoleh melalui
kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventory, investigasi, penelitian dan sebagainya.
Experiencing dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran akan
berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan
sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif.
c. Aplikasi (applying). Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari
dalam kelas dengan guru, antara siswa dengan narasumber, memecahkan masalah dan
mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran
kontekstual.
d. Alih pengetahuan (transferring). Pembelajaran kontekstual menekankan pada
kemampuan siswa untuk mentransfer situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran
tingkat tinggi, lebih dari pada sekedar hafal.
e. Kerja sama (cooperating). Kerjasama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan
dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antara siswa.
f. Pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain.
4). Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual.

Langkah-langkah pembelajaran CTL menurut Hasibuan (2014) antara lain :

a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan
barunya.
b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d) Menciptakan masyarakat belajar.
e) Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
f) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
g) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

5). kelebihan dan kelemahan pembelajaran kontekstual

Terdapat kelebihan dan kelemahan pembelajaran kontekstual menurut Nurhidayah


(2016) adapun kelebihannya adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata.


b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
c. Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh,
baik fisik maupun mental
d. Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
e. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru.
f. Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
a. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung.
b. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif.
c. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL, guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa.
Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.

4. Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)


1) Pengertian
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) merupakan strategi
pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajukan. selain itu dengan menggunakan strategi pembelajaran ini siswa akan lebih aktif
dalam proses pembelajaran karena Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir (SPPKB) menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal
ini sesuai dengan Hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar
yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat untuk dihafalkan
(Amri, 2016: 48).
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) merupakan strategi
pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajukan. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada peserta didik.
Akan tetapi, peserta didik dibimbing untuk menemukan sendiri melalui proses dialog
dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik (Amri, 2016: 50).
Menurut Sanjaya, (2009:117-228): “Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir (SPPKB) merupakan suatu strategi pembelajaran yang bertumpu pada proses
peningkatan kemampuan berpikir siswa melalui proses telaah fakta-fakta, dan
menghubungkan antara pengalaman yang dialami siwa dan dikaitkan dengan kehidupan
nyata.”
Berdasarkan Pendapat yang dikemukakan diatas, maka SPPKB menghendaki siswa
harus aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya sekedar mendengar dan mencatat apa
yang diberikan oleh guru, selain itu siswa juga harus mampu dalam mengkontruksi dan
membangun pengetahuan baru. Artinya, bahwa SPPKB menekankan kepada keterlibatan
dan keaktifan siswa secara penuh dalam pembelajaran (Amri, 2016: 50).
Menurut Tohri (2011: 109) Ada beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas:
1. SPPKB adalah metode pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan
berfikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagai mana siswa dapat mengembangkan
gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal karena kemampuan
berbicara secara verbal merupakan salah satu kemampuan berpikir.
2. Telah fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan
kemampuan berfikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari atau berdasarkan kemampuan anak
untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang
mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan tarap
perkembangan anak.
2) Langkah-langkah
Tahapan-tahapan Pembelajaran SPKB, Menurut Sanjaya (2009 : 232), menjelaskan
bahwa Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) memiliki enam
tahapan, antara lain:
1) Tahap Orientasi
2) Tahap Pelacakan
3) Tahap Konfrontasi
4) Tahap Inkuiri
5) Tahap Akomodasi
6) Tahap Transfer
Menurut Tohri (2011: 110) Tahap-tahap pelaksanaan SPPKB yaitu:
a. Tahap orientasi dilakukan dengan
• Menjelaskan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan
materi pelajaran yang harus dicapai maupun tujuan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa.
• Penjelasan proses pembelajaran yang dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang
harus dilakukan siswa dalam setiap tahap proses pembelajaran.
b. Tahap pelacakan adalah tahap penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan
dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan.
c. Tahap konfrontasi adalah tahap penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan
tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
d. Tahap inkuiri adalah tahap terpenting dalam SPPKB. Dimana siswa belajar berpikir yang
sesungguhnya. Siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, oleh sebab itu
pada tahap ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan.
e. Tahap akomodasi adalah tahap pembentukan pengetahun baru melalui proses
penyimpulan.
f. Tahap transfer adalah tahap penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang
disajikan.
3) Karakteristik
Menurut Amri (2016: 51) Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB pada dasarnya memiliki tiga karakteristik
utama, yaitu sebagai berikut:
a) Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses kekuatan mental siswa
secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang membiarkan siswa untuk pasip
atau sekedar mendengar dan mencatatapa yang disampaikan oleh guru, tetapi
menginginkan agar siswa aktif dalam aktivitas proses berpikir. Setiap kegiatan belajar
yang berlangsungd isebabkan dorongan mental yang diatur oleh otak. Karena Pembelajaran
disini adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas
fisik.
b) SPPKB dilaksanakan dalam situasi dialogis dan proses Tanya jawab secaraterus- menerus.
Proses pembelajaran melalui dialog dan Tanya jawab itu diarahkan untuk mengembangkan
daya piker siswa akan masalah yang diajukan, sehingga siswa menjadi memiliki pandangan
tersendiri atas solusi atau cara pemecahan masalah yang telah diberikan, yang pada
gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan
yang mereka konstruks sendiri.
c) SPPKB menyandarkan akan dua masalah pokok, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses
belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar
diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.
4) Kelemahan dan kelebihan
a. Kelebihan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
a) Melatih daya pikir siswa dalam penyelesaiaan masalah yang ditemukan dalam
kehidupannya.
b) Siswa lebih siap menghadapi setiap persoalan yang disajikan oleh guru.
c) Siswa diprioritaskan lebih aktif dalam proses pembelajaran.
d) Memberikan kebebasan untuk mengeksplor kemampuan siswa dengan berbagai media
yang ada.
b. Kekurangan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
a) SPPKB yang membutuhkan waktu yang relatif banyak, sehingga jika waktu pelajaran
singkat maka tidak akan berjalan dengan lancar.
b) Siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah akan kesulitan untuk mengikuti
pelajaran, karena siswa selalu akan diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah yang
diajukan.
c) Guru atau siswa yang tidak memiliki kesiapan akan SPPKB, akan membuat proses
pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sebagai mana seharusnya, sehingga tujuan yang
ingin dicapai tidak dapat terpenuhi.
d) SPPKB hanya dapat diterapkan dengan baik pada sekolah yang sesuai dengan karakteristik
SPPKB itu sendiri.
5) Prinsip-prinsip
Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih strategi
pembelajaran yang akan dilakukan diantaranya pertimbangan yang berhubungan dengan :
a) Tujuan yang ingin dicapai
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.
diantaranya apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
kognitif, afektif atau psikomotor? bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, apakah tingkatnya tinggi atau rendah? Apakah untuk mencapai tujuan itu
memerlukan keterampilan akademis? Jika pelajaran yang hanya mementingkan
pembentukan fisik seperti pelajaran olah raga, maka tidak sesuai dengan tujuan dari
SPPKB.
b) Bahan atau materi pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan bahan atau materi
pembelajaran diantaranya apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau
teori tertentu?, apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
tertentu atau tidak? apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
c) Siswa
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan berkaitan dengan siswa diantaranya apakah
strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?, apakah strategi
pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi siswa? Apakah strategi
pembelajaran itu sesuai dengan gaya bahasa belajar siswa?
d) Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai
dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar yang hanya
duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara yang
demikian bukan hanya saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh
pengalaman, namun juga dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa.

5. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)

1). Pengertian
Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir,
mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Pembelajran berbasis masalah dalam bahasa
inggrisnya dapat di istilahkan problem-based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran
dengan membuat konfrontasi kepada pelajar dengan masalah praktis
berbentuk opended melalui stimulus dalam belajar. (Fachrurazi, 2011). Sedangkan menurut
Sanjaya (2006:214) bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai
rangkayan aktivitas pembelajaran yang menekankan pada prosespenyelesaian masalah yang
dihadapi secara nyata.Hal ini disebabkan pada kenyataan pada setiap manusia akan selalu
dihadapkan kepada masalah.SPBM inilah diharapkan dapat memberikan latiahan dan
kemampuan setiap individu untuk dapat menyelasaikan masalah yang dihadapinya. Maka
SPBM  merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki
sistem pembelajaran

2). Karakteristik
Ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah, Arends (1997)
mengidentifikasikan 5 karakteristik sebagai berikut :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip–
prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berbasis masalah
mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mngajukan situasi
kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu– ilmusosial), masalah yang
akan diselidiki telah terpilih benar– benar nyata agar dalam pemecahannya siswa
meninjau masalah itu dari banyakmata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang
dimunculkan dalam masalah pelajaran di teluk chesapeake mencakup berbagai subyek
akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan
pemerintahan.
c. Menyelidiki masalah autentik Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d. Memamerkan hasil kerja Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk
menghasilakan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Karya
nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa
untuk mendemonstrasikan kepada teman–temannya yang lain tentang apa yang mereka
pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau
makalah.
e. Kolaborasi Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas–
tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan ketermapilan berfikir.
3). Prinsip

Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang
berkaitan dengan PBL.
a. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan.
Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong
yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk
penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku
di perpustakaan.
b. KnowingAbout Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar
mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada
metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai
elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do),
strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan
pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body
of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai
tujuan
c. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran..
Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar
untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah
merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan
penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan
pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan.
4). Langkah-Langkah
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey seorang ahli
pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia
namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:

a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.
e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
g) Tahapan-tahapan dalam pmbelajaran berbasis masalah tersebut diharapkan dapat
membantu siswa, baik sacara berkelompok maupun individual yang meliputi kemampuan
memahami masalah, mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan,
mengembangkan strategi pemecahan masalah dan menguji kesimpulan

Menurut Polya (1981, dalam jurnal yang disusun oleh I Wayan Santyasa, 24 Agustus
2008) ada empat tahap yaitu :

1. Memahami masalah
2. Menyusun rencana pemecahan
3. Menjalankan rencana pemecahan
4. Menguji kembali penyelesaian yang diperoleh
David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan
kelompok yaitu:

a. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang


mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji.
Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu
hangat yang menarik untuk dipecahkan.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang
dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam
diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-
tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba yang
diperkirakan.
c. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan
melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berfikir
mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang
dapat dilakukan.
d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang
strategi mana yang dapat dilakukan.
e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah
evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah
evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
5). Keunggulan dan kelemahan

Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, di


antaranya:

a) Pemecahan maslah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.

b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa sera


memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana menstransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi
sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya
sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
i) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengamplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
k) Siswa merasa puas dan senang,siswa lebih mudah memahami materi,mengembangkan
keterampilan untuk belajar seumur hidup.

Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, di antaranya:

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajar.

6. Pembelajaran Kooperatif

1) Pengertian pembelajaran kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2
sampai 5 orang,dengan struktur kelompok yang secara heterogen (komalasari,2010:62).
Belajar kooperatif adalah belajar kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Prosedur pembelajaran kooperatif didesain
untuk membuat siswa lebih aktif melalui pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
(inkuiri) dan diskusi dalam kelompok kecil.
2). Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan Kasmawati 2018 di bawah ini :

a. Pembelajaran Secara Tim.


Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim merupakan tempat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu anggota tim,harus mampu membuat setiap siswa belajar.
Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan
tim. Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri ,tas anggota yang
memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal
ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling
memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan kelompok.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif.

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat Imigsi pokok, yaitu fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam
pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran Kooperatif
memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif,
misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus
digunakan mituk mencapai tujuan itu clan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang
sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan
tanggung jawab tiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatf perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun postes.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh
sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap
anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan
tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Mana yang pintar perlu membantu yang
kurang pintar.

c. Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan
yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau clan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa
perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga
setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi
kepada keberhasilan kelompok.

3). Prinsip pembelajaran kooperatif

Dibawah ini diuraikan Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif (Yamin dan


Martinis, 2005:114), yaitu:

a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung


kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh
setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan
merasa saling ketergantungan. Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota
kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas
tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat
ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada
anggota yang tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang
baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai
kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)


Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan konstribusi yang
terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu
memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda,
akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan
masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar
kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari suku,budaya,latar belakang sosial, dan
kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama
dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

d. Partisipasidan Kemunikasi (Participation Communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di
masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali
siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan
berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal
keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

4). Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari
enam fase sebagai berikut:

a. Fase pertama (menyampaikan tujuan dan memotovasi peserta didik)


Guru menyampaikan semua tujuan pembelajran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi peserta didik.
b. Fase kedua (menyajikan informasi)

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan

c. Fase ketiga (mengorganisasikan peseta didik ke dalam sebuah kelompok-kelompok


belajara)

Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam kelompok.
Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok
memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase
ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan
tugas kelompok kepada individu lainnya.

d. Fase keempat (membimbing kelompok bekerja sama dan belajar)

Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang


dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru
dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah
ditunjukkan.
e. Fase kelima (evaluasi)

Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan
tujuan pembelajaran.

f. Fase keenam (memberikan penghargaan)

Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa. Variasi struktur
reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward
kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan
orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya
saling bersaing
5). Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatof

Berikut secara spesifik beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya


(2006) yaitu:

a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari
siswa yang lain.

b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide tau gagasan dengankata-kata


secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segalaketerbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggungjawabdan belajar.

e. Dapat menjadi strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasiakademik sekaligus
kemapuan sosial, termasuk mengembangkan rasa hargadiri, hubungan interpersonal yang
positif dengan yang lain, mengembangkanketerampilan me-manage waktu, dan sikap positif
terhadap sekolah.

Namun demikian, terdapat pula beberapa kelemahan pembelajaran Kooperatif menurut


Suprijono (2009) yaitu:

a. Untuk memberikan pemahaman tentang fisolofis pembelajaran kooperatif padasiswa


memerlukan waktu yang cukup panjang.

b. Untuk siswa yang dianggap mempunyai kelebihan, contohnya, mereka merasaterhambat


oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya,keadaan semacam ini
dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.

c. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkankesadaran


berkelompok memerlukan waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai
hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapanpembelajaran ini.
d. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangatpenting untuk
siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanyadidasarkan kepada
kemampuan secara individual

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan
rencana untuk mencapai tujuan. Strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai dengan
perencenaan apa yang akan kita lakukan atau serangkaian apa yang akan kita capai yang
mengarah pada suatu tujuan pendidikan. strategi pembelajaran memiliki empat konsep pertama
mengidentifikasi dan menetapkan tujuan, kedua pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan,
ketiga pertimbangan dan pemilihan langkah-langkah yang akan ditempuh, dan keempat
pertimbangan dan pemilihan tolak ukur taraf keberhasilan sesuai dengan tujuan. Adapun jenis-
jenis strategi pendidikan yaitu: Model Contextual Teaching and Learning (CTL), berbasis
masalah, peningkatan kemampuan berfikir, ekspositori, inkuiri dan Pembelajaran Koperatif
(cooperative learning).

B. Saran
Adapun sarannya yaitu kepada penulis diharapkan agar menambah lagi referensi lain agar
wawasan menjadi semakin luas terkait dengan teori-teori belajar

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tabani, Trianto, Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,Progresif, Dan
Konstektual. Jakarta: Prenadamedia Group.

Agus, Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Belajar

Amri, Resa Farida, Dan Triani Ratnawuri. 2016. Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (Sppkb) Terhadap Hasil Belajar
Kewirausahaansiswa Kelas Xi Semester Genap Smk Muhammadiyah 2 Metro T.P
2015/2016. Jurnal Promosi Issn: 2442-4994. Anitah, Sri, Mahmud Fasya, Ma’mur
Saadie, Halimah, Dan Andika Dutha Bachari. 2008. Modul Strategi Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Universitas Terbuka: Tanggerang Selatang.

Angraeni, Novita Eka. 2019. Strategi Pembelajaran Dengan Model Pendekatan Pada Peserta
Didik Agar Tercapai Tujuan Pendidikan Di Era Globalisasi. Science Edu. Vol.11,
No.1.

Fachrurazi. 2011. Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan


berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa sekolah dasar. Edisi Khusus No.1 .
ISSN 1412-565X Hasibuan, Idrus. 2014. Model Pembelajaran CTL. Logaridma.
Vol.11, No. 1.

Hidayat, Isnu. 2019. 50 Strategi Pembelajaran Populer. DIVA Press: Yokyakarta

Kasmawati. 2018. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Reams Achievement


Division (STAN) Pada Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Islam Iqra. Vol.11,
No.1.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Konstektual: Konsep Dan Aplikasi. Bandung: Refika
Aditama

Nurhadi, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), (Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
PLP, 2002).

Nurhidayah, Ahmad Yani, Nurlina. 2016. Penerapan Model Contextual Teaching Learning
(CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Handayani
Sungguminasa Kabupaten Gowa. JPF. Vol.4, No.2.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana

Sanjaya wina. 2009. Strategi pembelajaran beroreantasi standar proses pendidikan.


http://eprinsts Walisongo.ac.id/355/Umi Hanik_Tesis_Bibliografi.pdf.

Sunardi Nur. 1990. Strategi Dalam Pembelajaran; Menjadi Pendidik Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Sidiq, Ricu, Najuah, Pristi Suhendro Lukitoyo Dan Sherin. 2019. Strategi Belajar Mengajar
Sejarah Menjadi Guru Sukses. Yayasan Kita Menulis: Medan
Rosyada, Dede. 2003. Paradikma Pendidikan Demokratis: Upaya Melibatkan Masyarakat
Dalam Proses Pendidikan. http:// eprinsts. Walisongo.ac.id/355/Umi Hanik_Tesis_
Bibliografi.pdf.

Tohri, Ahmad. 2011. Metode Sppkb (Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir)
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa. Jurnal Educatio. Vol. 6 No. 1.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Yamin, Martinis. 2005. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung. Persada
Press

Anda mungkin juga menyukai