” Strategi Pembelajaran”
DISUSUN
OLEH KELOMPOK B:
PENDIDIKAN KIMIA A
JURUSAN KIMIA
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Subhana Wa Taalah,
sehingga penyelesaian makalah dengan judul “STRATEGI PEMBELAJARAN” dapat
diselesaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan hidayahnya bagi kita
semua.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah wajib yakni Strategi dan
Pembelajaran Kimia. Makalah ini di tuangkan berbagai materi tentang konsep dari kedua
pendekatan tersebut, sehingga diharapkan kita semua mampu mengetahuinya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan hanyalah milik-Nya dan tiada manusia yang luput dari salah dan khilaf. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca
demi kesempurnaan tugas ini. Semoga saran dan kritik tersebut menjadi motivasi kepada penulis
untuk lebih tekun lagi belajar.
Kelompok B
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 1
C. Tujuan…………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………… 3
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 37
B. Saran ……………………………………………………………………..37
Daftar Pustaka…………………………………..………………………………….. 38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara, seperangkat cara, teknik yang
dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa dalam melakukan upaya terjadinya suatu
perubahan tingkah laku atau sikap (Warsita, 2008). Strategi pembelajaran merupakan salah satu
cara yang digunakan guru dalam penyampaikan materi pelajaran. Proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru tidak bisa terlepas dari penerapan strategi pembelajaran. Karena strategi
pembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi pelajaran tersebut, dapat diserap dan dipahami
oleh siswa, karena hal ini berdampak terhadap tujuan yang hendak dicapai proses pembelajaran.
Tujuan proses pembelajaran tersebut adalah tercapainya hasil belajar yang diinginkan.
Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa pada proses pembelajaran.
Bagi guru, strategi pembelajaran ini dijadikan sebagai pedoman dan acuan bertindak yang
sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa penggunaaan strategi pembelajaran
dapat mempermudah proses pembelajaran dan mempercepat memahami isi pembelajaran, karena
setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses pembelajaran.
Seoarang guru disadari atau tidak, harus memilih strategi tertentu agar pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas berjalan lancar dan hasilnya optimal. Tidak ada seorang guru yang tidak
mengharapkan demikian, karena setiap individu guru masih mempunyai nurani yang peka
terhadap anak didiknya. Tidak ada guru yang menginginkan kondisi proses pembelajaran yang
kacau dengan hasil belajar yang jelek, sehingga setiap guru pasti akan mempersiapkan strategi
pembelajaran yang matang dan tepat, agar hasil belajar siswa terus meningkat dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu ?
1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran ?
2. Bagaimana konsep dasar strategi pembelajaran ?
3. Apa saja jenis-jenis strategi pembelajaran ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran
2. Untuk mengetahui konsep dasar strategi pembelajaran
3. Untuk mengetahui jenis-jenis strategi pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sebagai proses pengembangan pengajaran sistematis yang digunakan secara khusus sesuai
dengan teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitasnya. Perencanaan ini akan
menganalisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur sistematis untuk mencapai tujuan
pembelajaran, termasuk didalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan
aktivitas pengajaran.
2. Sebahai disiplin ilmu pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasul penelitian dan
teori-teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya dalam pembelajaran.
4. Sebagai realitas, yakni ide pengajaran yang dikembangkan dengan memberikan hubungan
pengejaran setiap waktu. Dalam suatu proses yng berjalan, perencanaan mengecek bahwa
semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains serta dilaksanakannya secara sistematik.
5. Sebagai suatu sistem, yakni susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosdur yang
mengerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pembelajaran melalui proses yang
sistematis selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencenaan
6. Sebagai teknologi, yakni suatu perencenaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik ynag
dapat mengembangkan tingkah laku kognitif serta teori-teori konstruktif terhadap solusi dari
problem pengajaran
b. Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah
bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:
(1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa, dan (4)
menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
c. Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa
atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam
struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan
makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang
telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan
kemampuan motorik siswa.
d. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran yang
telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam
strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti
sari dari proses penyajian.
e. Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak
penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan
informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa
dilakukan pada langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan
materi yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disajikan.
5). Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori
a. Keunggulan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering
digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran
yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan
(kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi
(melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.
b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
4) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan
berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan
mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin
berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-
way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi
pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Menurut Johnson dalam Nurhadi (2002), ada 8 komponen yang menjadi karakteristik
dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut :
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningfull connection). Siswa dapat
mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan
minatnya secara individual, orang yang dapatbekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok,
dan orang yang dapatbelajar sambil berbuat (learning by doing).
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat
hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata
sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masayarakat.
c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan kegiatan yang
signifikan : ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan
penentuan pilihan, dan ada produknya atau hasilnya yang sifatnya nyata.
d. Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru dan siswa bekerja secara
efektif dalam kelompok, guru membantu siswa memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan salingberkomunikasi.
e. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat menggunakan
tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif : dapat menganalisis, membuat
sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-
bukti.
f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara
pribadinya : mengetahui, memberi perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi,
memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang
dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard). Siswa mengenal dan mencapai
standar yang tinggi : mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru
memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”
h. Menggunakan penilain autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan
pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.
Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari untuk
dipublikasikan dalam kehidupan nyata.
a) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activating knowledge), artinya pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik adalah
pegetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
b) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya.
a. Keterkaitan, relevansi (relation). Proses belajar hendaknya ada keterkaitan dengan bekal
pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa.
b. Pengalaman langsung (experiencing). Pengalaman langsung dapat diperoleh melalui
kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventory, investigasi, penelitian dan sebagainya.
Experiencing dipandang sebagai jantung pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran akan
berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan
sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif.
c. Aplikasi (applying). Menerapkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang dipelajari
dalam kelas dengan guru, antara siswa dengan narasumber, memecahkan masalah dan
mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran
kontekstual.
d. Alih pengetahuan (transferring). Pembelajaran kontekstual menekankan pada
kemampuan siswa untuk mentransfer situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran
tingkat tinggi, lebih dari pada sekedar hafal.
e. Kerja sama (cooperating). Kerjasama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan
dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antara siswa.
f. Pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain.
4). Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual.
a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan
barunya.
b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d) Menciptakan masyarakat belajar.
e) Menghadirkan model sebagia contoh belajar.
f) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
g) Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.
1). Pengertian
Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir,
mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Pembelajran berbasis masalah dalam bahasa
inggrisnya dapat di istilahkan problem-based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran
dengan membuat konfrontasi kepada pelajar dengan masalah praktis
berbentuk opended melalui stimulus dalam belajar. (Fachrurazi, 2011). Sedangkan menurut
Sanjaya (2006:214) bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai
rangkayan aktivitas pembelajaran yang menekankan pada prosespenyelesaian masalah yang
dihadapi secara nyata.Hal ini disebabkan pada kenyataan pada setiap manusia akan selalu
dihadapkan kepada masalah.SPBM inilah diharapkan dapat memberikan latiahan dan
kemampuan setiap individu untuk dapat menyelasaikan masalah yang dihadapinya. Maka
SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki
sistem pembelajaran
2). Karakteristik
Ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah, Arends (1997)
mengidentifikasikan 5 karakteristik sebagai berikut :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip–
prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berbasis masalah
mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mngajukan situasi
kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu– ilmusosial), masalah yang
akan diselidiki telah terpilih benar– benar nyata agar dalam pemecahannya siswa
meninjau masalah itu dari banyakmata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang
dimunculkan dalam masalah pelajaran di teluk chesapeake mencakup berbagai subyek
akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan
pemerintahan.
c. Menyelidiki masalah autentik Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d. Memamerkan hasil kerja Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk
menghasilakan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Karya
nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa
untuk mendemonstrasikan kepada teman–temannya yang lain tentang apa yang mereka
pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau
makalah.
e. Kolaborasi Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas–
tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan ketermapilan berfikir.
3). Prinsip
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang
berkaitan dengan PBL.
a. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan.
Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong
yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk
penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku
di perpustakaan.
b. KnowingAbout Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar
mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada
metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai
elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to do),
strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan
pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body
of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai
tujuan
c. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran..
Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar
untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah
merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan
penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan
pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan.
4). Langkah-Langkah
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan SPBM. John Dewey seorang ahli
pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia
namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.
e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
g) Tahapan-tahapan dalam pmbelajaran berbasis masalah tersebut diharapkan dapat
membantu siswa, baik sacara berkelompok maupun individual yang meliputi kemampuan
memahami masalah, mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan,
mengembangkan strategi pemecahan masalah dan menguji kesimpulan
Menurut Polya (1981, dalam jurnal yang disusun oleh I Wayan Santyasa, 24 Agustus
2008) ada empat tahap yaitu :
1. Memahami masalah
2. Menyusun rencana pemecahan
3. Menjalankan rencana pemecahan
4. Menguji kembali penyelesaian yang diperoleh
David Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan
kelompok yaitu:
a) Pemecahan maslah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan
c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajar.
6. Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat Imigsi pokok, yaitu fungsi
perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam
pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran Kooperatif
memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif,
misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus
digunakan mituk mencapai tujuan itu clan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang
sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan
tanggung jawab tiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatf perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun postes.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh
sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap
anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan
tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Mana yang pintar perlu membantu yang
kurang pintar.
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan
yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau clan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa
perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga
setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi
kepada keberhasilan kelompok.
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota
kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan
masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar
kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari suku,budaya,latar belakang sosial, dan
kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama
dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di
masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali
siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan
berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal
keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari
enam fase sebagai berikut:
Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam kelompok.
Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok
memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase
ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan
tugas kelompok kepada individu lainnya.
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan
tujuan pembelajaran.
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa. Variasi struktur
reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward
kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan
orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya
saling bersaing
5). Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatof
a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari
siswa yang lain.
c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segalaketerbatasannya serta menerima segala perbedaan.
e. Dapat menjadi strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasiakademik sekaligus
kemapuan sosial, termasuk mengembangkan rasa hargadiri, hubungan interpersonal yang
positif dengan yang lain, mengembangkanketerampilan me-manage waktu, dan sikap positif
terhadap sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan
rencana untuk mencapai tujuan. Strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai dengan
perencenaan apa yang akan kita lakukan atau serangkaian apa yang akan kita capai yang
mengarah pada suatu tujuan pendidikan. strategi pembelajaran memiliki empat konsep pertama
mengidentifikasi dan menetapkan tujuan, kedua pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan,
ketiga pertimbangan dan pemilihan langkah-langkah yang akan ditempuh, dan keempat
pertimbangan dan pemilihan tolak ukur taraf keberhasilan sesuai dengan tujuan. Adapun jenis-
jenis strategi pendidikan yaitu: Model Contextual Teaching and Learning (CTL), berbasis
masalah, peningkatan kemampuan berfikir, ekspositori, inkuiri dan Pembelajaran Koperatif
(cooperative learning).
B. Saran
Adapun sarannya yaitu kepada penulis diharapkan agar menambah lagi referensi lain agar
wawasan menjadi semakin luas terkait dengan teori-teori belajar
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabani, Trianto, Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,Progresif, Dan
Konstektual. Jakarta: Prenadamedia Group.
Agus, Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Amri, Resa Farida, Dan Triani Ratnawuri. 2016. Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (Sppkb) Terhadap Hasil Belajar
Kewirausahaansiswa Kelas Xi Semester Genap Smk Muhammadiyah 2 Metro T.P
2015/2016. Jurnal Promosi Issn: 2442-4994. Anitah, Sri, Mahmud Fasya, Ma’mur
Saadie, Halimah, Dan Andika Dutha Bachari. 2008. Modul Strategi Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Universitas Terbuka: Tanggerang Selatang.
Angraeni, Novita Eka. 2019. Strategi Pembelajaran Dengan Model Pendekatan Pada Peserta
Didik Agar Tercapai Tujuan Pendidikan Di Era Globalisasi. Science Edu. Vol.11,
No.1.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Konstektual: Konsep Dan Aplikasi. Bandung: Refika
Aditama
Nurhidayah, Ahmad Yani, Nurlina. 2016. Penerapan Model Contextual Teaching Learning
(CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Handayani
Sungguminasa Kabupaten Gowa. JPF. Vol.4, No.2.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana
Sunardi Nur. 1990. Strategi Dalam Pembelajaran; Menjadi Pendidik Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sidiq, Ricu, Najuah, Pristi Suhendro Lukitoyo Dan Sherin. 2019. Strategi Belajar Mengajar
Sejarah Menjadi Guru Sukses. Yayasan Kita Menulis: Medan
Rosyada, Dede. 2003. Paradikma Pendidikan Demokratis: Upaya Melibatkan Masyarakat
Dalam Proses Pendidikan. http:// eprinsts. Walisongo.ac.id/355/Umi Hanik_Tesis_
Bibliografi.pdf.
Tohri, Ahmad. 2011. Metode Sppkb (Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir)
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa. Jurnal Educatio. Vol. 6 No. 1.
Yamin, Martinis. 2005. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung. Persada
Press