Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

PPL 1 Anida Yuspa, M.Pd.

MAKALAH
Keterampilan Dasar Mengajar

Disusun Oleh:
Muhammad Furqan Annajmie
Rifqi Ilhami

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) DARUL HIJRAH

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA ARAB

MARTAPURA

2024
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadiat Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena berkat
rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Keterampilan Dasar Mengajar.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah PPL 1.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran dari dosen yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa/mahasiswi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pada kita semua.

Martapura, 29 Februari 2024

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................................2

Bab I.................................................................................................................................................4

Pendahuluan.....................................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

C. Tujuan...................................................................................................................................5

Bab II...............................................................................................................................................6

Pembahasan.....................................................................................................................................6

A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar............................................................................6

B. Keterampilan Bertanya.........................................................................................................6

C. Keterampilan Memberi Penguatan.......................................................................................8

D. Keterampilan Mengelola Kelas..........................................................................................10

E. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.......................................................18

Bab III............................................................................................................................................23

Penutup..........................................................................................................................................23

Kesimpulan................................................................................................................................23

Daftar Pustaka................................................................................................................................24
Bab I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, peran seorang guru tidak hanya terbatas pada penyampaian
materi pelajaran, tetapi juga melibatkan penciptaan lingkungan belajar yang
memungkinkan siswa untuk berkembang secara holistik. Salah satu aspek penting dalam
penciptaan lingkungan belajar yang efektif adalah penguasaan keterampilan bertanya
yang tepat. Pertanyaan yang dirancang dengan baik dapat memicu pemikiran kritis,
reflektif, dan analitis pada siswa. Oleh karena itu, guru perlu memahami teknik bertanya
yang efektif untuk memfasilitasi proses belajar-mengajar yang dinamis dan mendalam.
Selain keterampilan bertanya, memberi penguatan yang positif juga menjadi bagian
integral dari praktik pengajaran yang efektif. Penguatan positif adalah cara untuk
memberikan umpan balik yang memperkuat perilaku yang diinginkan atau pencapaian
yang baik. Ketika siswa merasa diakui dan dihargai atas usaha dan prestasi mereka,
motivasi mereka untuk belajar dan berpartisipasi meningkat.
Tidak kalah pentingnya adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas dengan baik.
Manajemen kelas yang efektif mencakup pembangunan hubungan yang positif dengan
siswa, pembentukan aturan yang jelas, serta penanganan yang tepat terhadap perilaku
yang tidak diinginkan. Dengan menciptakan lingkungan kelas yang terstruktur dan
mendukung, guru dapat meningkatkan fokus dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran.
Selain itu, diskusi kelompok kecil merupakan strategi pembelajaran yang efektif untuk
mendorong kolaborasi, pemecahan masalah, dan komunikasi antar siswa. Sebagai
fasilitator diskusi, guru memiliki peran penting dalam membimbing interaksi yang
berlangsung, memastikan bahwa setiap siswa terlibat aktif, dan memfasilitasi pemahaman
yang mendalam tentang materi pelajaran.
Dengan memahami pentingnya keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengelola
kelas, dan membimbing diskusi kelompok kecil, guru dapat menjadi agen perubahan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas mereka. Melalui pendekatan yang
holistik dan berorientasi pada siswa, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang
merangsang, inklusif, dan bermakna bagi semua siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keterampilan dasar mengajar?
2. Bagaimana konsep dari keterampilan bertanya?
3. Bagaimana konsep dari keterampilan memberi penguatan?
4. Bagaimana konsep dari keterampilan mengelola kelas?
5. Bagaimana konsep dari keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian keterampilan dasar mengajar
2. Memahami konsep dari keterampilan bertanya
3. Memahami konsep dari keterampilan memberi penguatan
4. Memahami konsep dari keterampilan mengelola kelas
5. Memahami konsep dari keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Bab II

Pembahasan
A. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar dapat diartikan sebagai sekumpulan pemahaman dan
pengetahuan baik secara teori maupun penerapannya yang wajib dikuasai oleh seorang
guru dalam KBM (kegiatan belajar mengajar).1 Sedangkan menurut As. Gilcman,
keterampilan dasar mengajara (teaching skills) merupakan keterampilan khusus (most
specific instructional behaviors) yang harus dimiliki oleh guru agar dapat melaksanakan
tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. 2

B. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan guru sebagai
stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari peserta didik.
Sehingga dengan keterampilan ini maka seorang guru bisa mengajak para siswa untuk
berpikir kritis menjawab pertanyaan yang disampaikan. Sekaligus mendorong
keterlibatan siswa selama di kelas, sehingga tidak lagi pasif. 3
Adapun keterampilan ini memiliki komponen-komponen yang dapat digunakan guru
untuk menguasainya, yaitu:
1. Menggunakan pertanyaan yang singkat dan jelas
Ajukan pertanyaan yang tidak berbelit-belit serta menggunakan kata-kata yang dapat
dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya. Disini guru harus
memahami betul karakteristik peserta didiknya.
2. Memberikan acuan
Sebelum memberikan pertanyaan adakalanya guru perlu memberikan pernyataan
yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diinginkan dari siswa.

1
“8 Keterampilan dasar mengajar (KDM) yang harus dikuasai guru, lengkap dengan contoh penerapannya dalam
pembelaran.,” Haloprofesi (blog), diakses 28 Februari 2024, https://www.haloprofesi.com/2019/03/8-keterampilan-
dasar-mengajar-kdm-yang.html.
2
“Keterampilan Mengajar,” diakses 28 Februari 2024, https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/keterampilan-mengajar/.
3
deepublish, “8 Keterampilan Dasar Mengajar, Harus Dikuasai Guru!,” Penerbit Deepublish (blog), 26 Juni 2023,
https://penerbitdeepublish.com/keterampilan-dasar-mengajar/.
Contoh: Bumi merupakan salah satu planet yang mengintari matahari, coba sebutkan
selain bumi planet apa saja yang mengintari matahari?
3. Memindahkan giliran
Memindahkan giliran dapat dilakukan jika suatu pertanyaan perlu untuk dijawab lebih
dari satu siswa. Sebaiknya jika jawaban dari siswa kurang tepat guru tidak langsung
mengkoreksi jawaban dari siswa tetapi guru dapat memindahkan giliran kepada siswa
lain untuk ikut memberikan jawaban.
4. Penyebaran
Hal ini dilakukan agar lebih banyak siswa yang terlibat dan aktif dalam pembelajaran.
Ketika bertanya hendaknya guru tidak hanya memberikan kesempatan kepada
beberapa siswa untuk menjawab tetapi seluruh siswa harus memiliki kesempatan
yang sama. Dalam prakteknya ketika bertanya hendaknya guru tidak langsung
menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, tetapi pertanyaan diberikan kepada
seluruh siswa didalam kelas dan selanjutnya guru dapat memilih beberapa siswa yang
mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan.
5. Memberikan waktu berpikir
Ketika memberikan pertanyaan guru harus memberikan waktu kepada siswa untuk
berpikir. Guru harus menghindari ketika selesai memberikan pertanyaan langsung
menunjuk kesalah satu siswa untuk menjawab. Mengapa? karna hal tersebut akan
menyebabkan siswa lainnya enggan untuk ikut berpikir mengenai jawaban dari
pertanyaan guru karna sudah dibebankan kepada salah satu siswa yg langsung
ditunjuk oleh guru. Untuk itu memberikan jeda waktu berpikir kepada siswa
merupakan hal yang sangat penting agar seluruh siswa aktif dalam pembelajaran.
6. Memberikan tuntunan
Ketika siswa kesulitan untuk menjawab pertanyaan hendaknya guru tidak langsung
memberikan jawaban yang benar tetapi guru dapat memberikan tuntunan agar siswa
dapat mengkonstruksi jawabannya sendiri. dengan tidak secara langsung guru
memberikan jawaban, siswa akan terbiasa untuk memecahkan permasalahan secara
mandiri. Siswa tidak akan berpikir bahwa jika mereka tidak mampu menjawab maka
pertanyaan guru tersebut nantinya juga akan dijawab sendiri oleh guru.

Keterampilan ini pun memiliki prinsip yang harus diperhatikan oleh para guru, yaitu:
1. Berikan pertanyaan yang jelas dan mudah dimengerti. Sesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
2. Berikan acuan atau informasi yang cukup kepada siswa berupa pernyataan yang
relevan dengan jawaban yang diinginkan dari siswa.
3. Fokuskan perhatian siswa pada suatu masalah atau tugas tertentu.
4. Memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa untuk menjawab
pertanyaan.
5. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa
untuk menjawab atau mengajukan pertanyaan.
6. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab
pertanyaan.
7. Menuntun siswa untuk menemukan jawaban yang benar, atau hindari guru menjawab
pertanyaannya sendiri kecuali untuk maksud-maksud tertentu.4

Keterampilan bertanya memiliki beberapa tujuan kenapa perlu dikuasai oleh seorang
guru, yaitu:

1. Memotivasi peserta didik agar terlibat aktif dalam proses pembelajaran.


2. Melatih kemampuan mengutarakan pendapat.
3. Merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik
4. Menumbuhkan kebiasaan menghargai pendapat orang lain.
5. Menumbuhkan sikap kreatif pada peserta didik.

C. Keterampilan Memberi Penguatan


Keterampilan memberi penguatan adalah segala bentuk respons guru yang merupakan
bagian dari upaya modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau
responsnya terhadap stimulus yang diberikan guru sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Dengan keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan
terbiasa untuk memberikan respons yang dianggap perlu setiap kali muncul stimulus dari
guru serta berusaha menghindari respons yang dianggap tidak perlu dan tidak bermanfaat.
Adapun komponen-komponen dalam keterampilan ini adalah:
4
“Keterampilan Dasar Mengajar Bertanya | EduChannel Indonesia,” diakses 28 Februari 2024,
https://educhannel.id/blog/artikel/keterampilan-dasar-mengajar-bertanya.html.
1. Penguatan verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui kata-kata yang
diucapkan oleh guru baik kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi.
Dengan kata-kata yang diucapkan dan diberikan oleh guru itu siswa akan merasa
tersanjung dan berbesar hati serta merasakan aktualisasi dirinya diakui oleh guru dan
teman-temannya, sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif dan
produktif dalam belajar.
Penguatan verbal biasanya diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian,
penghargaan persetujuan, dan sebagainya. Misalnya: "pintar sekali", "bagus",
"betul", "seratus buat Nani".
2. Penguatan non verbal
Penguatan nonverbal merupakan penguatan yang diberikan oleh guru melalui
ungkapan bahasa isyarat dengan menggunakan bahasa tubuh. Misalnya melalui
acungan jempol tanda atau anggukan kepala tanda setuju, gerakan telapak tangan ke
kiri dan ke kanan serta gelengan kepala tanda tidak setuju, dan lain sebagainya. Selain
itu penguatan nonverbal juga bisa dilakukan dengan gerakan mendekati siswa,
melakukan sentuhan menepuk-nepuk bahu siswa atau menjabat tangan siswa setelah
siswa memberikan respons yang baik. Penguatan kepada siswa oleh guru dapat juga
dilakukan melalui pemberian kegiatan dan tugas-tugas yang menyenangkan, misalkan
siswa yang memiliki kemampuan berpidato diberi kesempatan untuk menyampaikan
kata sambutan dalam acara tertentu di sekolah.
Penguatan ini meliputi beberapa hal, seperti:
a. penguatan berupa gerakan mimik dan badan, misalnya: acungan jempol,
senyuman, kerut kening, wajah cerah.
b. penguatan dengan cara mendekati, misalnya: guru duduk dekat siswa, berdiri di
samping siswa, berjalan dl sisi siswa.
c. pengaturan dengan kegiatan menyenangkan. dalam hal ini guru dapat
menggunakan kegiatan-kegiatan yang disenangi Oleh siswa sebagai penguatan.
Misalnya, apabila siswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia
dapat diminta untuk membantu teman Iainnya.
d. penguatan berupa simbol dan benda, misalnya kartu bergambar lencana, bintang
dari plastik.
e. penguatan tak penuh, yang diberikan apabila siswa memberi jawabannya sebagian
yang benar. Dalam hal ini guru tidak boleh langsung menyalahkan siswa, tetapi
sebaiknya memberikan penguatan tak penuh, misalnya ”ya, jawabanmu sudah
baik, tetapi masih dapat sempurnakan" sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa
jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk
menyempurnakannya.

Keterampilan ini pun memiliki prinsip yang harus diperhatikan oleh para guru, yaitu:

1. Kehangatan dan antusias


2. Kebermaknaan
3. Menghindari respon yang negatif
4. Penguatan pada perseorangan
5. Penguatan pada kelompok siswa
6. Penguatan yang diberikan dengan segera
7. Penguatan yang diberikan secara variatif

Keterampilan penguatan memiliki beberapa tujuan kenapa perlu dikuasai oleh seorang
guru, yaitu:

1. Meningkatkan perhatian siswa pada pelajaran


2. Meningkatkan motivasi belajar siswa
3. Memudahkan siswa untuk belajar
4. Mengeliminir tingkah laku siswa yang negatif dan membina tingkah laku positif
siswa.5

D. Keterampilan Mengelola Kelas


Keterampilan mengelola kelas merupakan tindakan yang diambil guru dalam rangka
menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi peserta didik
dalam belajar, baik secara akademik maupun sosial-emosional. Keterampilan mengelola

5
“Keterampilan Memberi Penguatan dalam mengajar,” 2 Januari 2023,
https://www.mandandi.com/2019/01/keterampilan-memberi-penguatan.html.
kelas ini merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru,
karena kelas itu sendiri merupakan media pertemuan segala komponen pendidikan.
Adapun keterampilan ini memiliki komponen-komponen yang dapat digunakan guru
untuk menguasainya, yaitu:
1. Pengelolaan Tempat Belajar
a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Menurut Tim Dosen MKPK, Ruangan tempat belajar harus memungkinkan siswa
dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan sehingga tidak mengganggu satu
sama lain pada saat berlangsungnya pembelajaran.” Ruangan tempat belajar perlu
ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara
siswa dengan guru dan antar siswa. Penataan ruang tempat belajar ini hendaknya
memudahkan siswa dapat bergerak leluasa dan juga memudahkan guru untuk
memantau tingkah laku siswa dalam belajar.
b. Pengaturan tempat duduk
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah formal.
Dalam mengatur tempat duduk yang terpenting adalah memungkinkannya terjadi
tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa.
Menurut Tim Dosen MKPK, Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi
kelancaran pengaturan proses belajar mengajar.” Pengaturan tempat duduk
tersebut diperlukan agar siswa dalam belajar lebih variatif, tidak bosan dan
menyenangkan. Sudirman N mengemukakan bahwa beberapa contoh formasi
tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi
berbaris ke belakang.
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Menurut Tim Dosen MKPK, Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa
untuk belajar di kelas dengan nyaman. Jendela harus cukup besar, sehingga
memungkinkan cahaya matahari, udara sehat dapat masuk ke kelas. Ventilasi dan
pengaturan cahaya merupakan aset penting untuk terciptanya suasanya belajar
yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi dan pengaturan cahaya harus diatur
sedemikian rupa agar siswa dapat dengan nyaman belajar di dalam kelas.
d. Pengaturan dan penyimpanan barang-barang
Aktivitas dalam kelas baik guru maupun siswa dalam kelangsungannya akan
banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik. Pengaturan fasilitas adalah
kegiatan yang harus dilakukan guru agar seluruh siswa dapat terfasilitasi dalam
aktivitasnya di dalam kelas.
Perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas berdasarkan ketentuan
Depdiknas minimal harus ada:
Papan tulis dan penghapusnya, meja dan kursi guru, almari kelas, meja dan kursi
siswa, gambar presiden, gambar wakil presiden dan lambang negara, papan
absensi, daftar jaga, jadwal pelajaran, tempat cuci tangan dan lap tangan, kalender
pendidikan, tempat sampah, sapu dan kemoceng.
Penataan kondisi fisik kelas tersebut perlu diatur atau didesain sedemikian rupa
untuk menciptakan suatu kondisi yang nyaman bagi siswa sehingga aktivitas
belajar siswa lancar dan dapat terpantau oleh guru.
2. Pengelolaan Siswa
a. Individual
Pengelolaan siswa dalam bentuk individual ini, guru harus memberikan perhatian
dan pelayanan secara individual, sebab setiap siswa memiliki kemampuan yang
berbeda. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Fisher mengemukakan bahwa
peserta didik berbeda, atas perbedaanya itu, semua peserta didik harus
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan tantangan, dengan harapan mereka
akan mencapai sukses pada tingkat yang sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
Dalam pembelajaran siswa dituntut mengerjakan tugasnya sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Nilson mengemukakan bahwa Guru harus
memahami bahwa peserta didik akan belajar dengan baik, ketika mereka
termotivasi untuk melakukannya dengan adanya inspirasi dan semangat dari
orang lain dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, adanya inspirasi dan
semangat dari orang lain, dalam hal ini adalah guru harus memberikan
kesempatan belajar belajar sesui kemampuan, minat, dan mengakui keberadaan
siswa.
b. Berkolompok
Pengelolaan siswa dalam berkelompok ini, digunakan apabila materi
pembelajaran lebih mengembangkan konsep/sub pokok bahasan yang sekaligus
mengembangkan aktivitas sosial, sikap, nilai, kerjasama dan aktivitas dalam
pemecahan masalah melalui kelompok belajar siswa. Bentuk pengelolaan siswa
dalam berkelompok ini tujuannya agar peserta didik memiliki kecakapan sosial.
Menurut Halimah bahwa Esensi tujuan penggunaan model pembelajaran
kooperatif, adalah agar peserta didik memiliki kecakapan sosial. Maksudnya
adalah fokus pembelajaran lebih upaya agar peserta didik memiliki kecakapan
sosial, diantaranya meliputi kecakapan dalam berkomunikasi, kecakapan bekerja
sama, bertanggung jawab, kemampuan dalam membuat komitmen, kemampuan
saling berbagi, memiliki rasa simpati dan empati dan sebagainya yang terkait
dengan kecakapan sosial.
Sementara materi pelajaran yang dipelajari melalui kelompok belajar ini yaitu
sebagai media untuk menumbuhkembangkan kecakapan sosial tersebut.
c. Klasikal
Pengelolaan siswa dalam bentuk klasikal ini, digunakan apabila materi
pembelajaran lebih bersifat fakta atau formatif terutama ditujukan untuk
memberikan informasi atau sebagai pengantar dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Halimah mengemukakan bahwa
Pembelajaran dimulai dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi
dasar, penjelasan tentang tugas yang harus dikerjakan peserta didik, serta hal-hal
lain yang dianggap perlu, dan dapat pula diciptakan curah pendapat.
3. Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
a. Penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir dan berproduksi
Bertanya merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi segala sesuatu
yang ingin diketahui. Bertanya dalam konteks pembelajaran menunjukkan adanya
interaksi yang dinamis antara guru dengan siswa. Sejalan dengan hal tersebut,
menurut Halimah bahwa salah satu alasan penting bagi guru untuk terampil
bertanya, yaitu sebagai alat utama bagi guru untuk menciptakan interaksi dengan
peserta didik”. Sehingga bertanya merupakan keterampilan yang sangat penting
untuk dikuasai oleh guru. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Siskandar bahwa
jika salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa untuk
berpikir, maka tujuan bertanya hendaknya lebih pada ‘merangsang siswa
berpikir’. Merangsang berpikir dalam arti merangsang siswa menggunakan
gagasan sendiri dalam menjawabnya bukan mengulangi gagasan yang sudah
dikemukakan guru. Kategori pertanyaan yang termasuk jenis pertanyaan ini antara
lain pertanyaan produktif, terbuka dan imajinatif.
b. Penyediaan umpan balik yang bermakna
Umpan balik yang bermakna adalah respon atau reaksi guru terhadap perilaku,
proses atau hasil kerja siswa. Umpan balik diperlukan oleh siswa mengenai
kemajuan belajar, pertumbuhan, dan prestasi dalam rangka mencapai kesuksesan
dalam belajar. Menurut Halimah bahwa umpan balik merupakan salah satu alat
yang sangat ampuh untuk membantu peserta didik membangun rasa percaya
dirinya. Lebih lanjut menurut Sale menyatakan bahwa peserta didik yang
mendapatkan umpan balik atas pekerjaan mereka, baik dari guru, teman-temannya
atau dari beberapa sumber lain, secara signifikan telah terbukti lebih baik
prestasinya daripada peserta didik yang tidak mendapatkan umpan balik.
Umpan balik sangat penting diberikan kepada siswa untuk memperkuat tingkah
laku atau prestasi yang dilakukan. Menurut Siskandar mengemukakan bahwa
“Umpan balik yang baik adalah respon guru yang bersifat tidak ‘memvonis’.
“Salah!”, “Bukan!”, “Tidak”!”, “Baik!” atau “Betul!”, merupakan umpan balik
yang memvonis.”. Sebaiknya umpan balik yang diberikan tidak bersifat
memvonis hal tersebut dapat menjadikan siswa tidak percaya diri selain itu juga
menjadikan siswa tidak berani untuk memutuskan atau menilai sendiri apa yang
dilakukannya. sejalan dengan hal tersebut, menurut Siskandar mengemukakan
bahwa umpan balik yang memvonis menjadikan siswa bergantung pada guru.
Ucapan siswa yang berbunyi “Pak/Ibu, ini betul tidak?’, “Ini boleh tidak?. Umpan
balik yang baik yaitu umpan balik yang tidak memvonis siswa sehingga siswa
merasa dihargai, dapat berpikir dan bertanggung jawab untuk menilai mutu
gagasan sendiri. Merupakan ungkapan yang menunjukkan ketergantungan siswa
kepada guru. Mereka tidak dapat atau tidak berani memutuskan/menilai sendiri
apa yang dilakukannya.
Dengan demikian, umpan balik yang baik yaitu umpan balik yang tidak
memvonis siswa sehingga siswa merasa dihargai, dapat berpikir dan bertanggung
jawab untuk menilai mutu gagasan sendiri.
c. Penyediaan penilaian yang memberi peluang semua siswa melakukan unjuk
perbuatan
Menilai adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar
siswa, tentang apa yang dikuasai dan belum dikuasai siswa. Informasi tersenut
diperlukan agar guru dapat menentukan tugas, kegiatan atau bantuan apa yang
perlu diberikan berikutnya kepada siswa agar pengetahuan, kemampuan dan
sikap mereka lebih berkembang lagi. Menurut Siskandar bahwa penilaian
sebaiknya dilakukan secara alami dalam konteks guru mengajar dan siswa belajar,
tidak diadakan secara khusus dalam waktu yang khusus dan terpisah dari kegiatan
belajar mengajar seperti tes.
4. Pengelolaan Sumber Belajar
a. Sumber belajar yang didesain (by design)
Sumber belajar yang didesain merupakan sumber-sumber belajar yang secara
khusus dirancang sebagai “komponen sistem instruksional” yang diharapkan
dapat membantu kemudahan kegiatan belajar yang bersifat formal atau non
formal dan mempunyai tujuan tertentu. Menurut Warsita bahwa sumber belajar
yang secara khusus atau dirancang atau dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Contohnya adalah buku pelajaran, modul, program audio
pembelajaran, transparansi, CAI Computer Asisted Instruction), programmed
instruction dan lain-lain.
Dengan demikian, sumber belajar yang dirancang ini merupakan sumber belajar
yang secara khusus dirancang untuk keperluan belajar.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization)
Sumber belajar yang dimanfaatkan adalah sumber belajar yang tidak secara
khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan,
diterapkan dan digunakan untuk keperluan belajar. Menurut Warsita bahwa
sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (Learning resources
by utilization), yaitu sumber belajar yang secara tidak khusus dirancang atau
dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, tetapi dapat dipilih dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya surat kabar, siaran TV,
pasar, sawah, waduk, pabrik, museum, kebun binatang, terminal, pejabat
pemerintah, tenaga ahli dan lain-lain.
Dengan demikian, sumber belajar yang dimanfaatkan ini merupakan sumber
belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
5. Pengelolaan Media Pembelajaran
a. Media audio
Media yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai
sifat dapat didengarkan oleh siswa, seperti radio dan telepon. Media audio ini,
merupakan upaya guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki gaya
belajar auditory. Menurut Halimah bahwa informasi lisan yang diperoleh peserta
didik, tidak harus selamanya berasal dari guru, tetapi dapat pula berasal dari
peserta didik itu sendiri, narasumber, atau melalui program-program radio bahkan
program televisi.
b. Media visual
Media yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai
sifat dapat dilihat oleh siswa, seperti peta, koran dan majalah. Media visual ini
merupakan upaya guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang memiliki gaya
belajar visual. Menurut Munadi bahwa media visual adalah media yang
melibatkan penglihatan. Media ini hanya dapat menyampaikan pesan melalui
indera penglihatan atau hanya dapat dilihat dengan mata saja. Dengan demikian,
indera lain seperti telinga tidak dapat difungsikan untuk media visual ini.
c. Media audio visual
Media yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang mempunyai
sifat dapat dilihat dan didengar oleh siswa, media audio visual ini merupakan
media perantara melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun
kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan seperti TV edukasi, komputer, internet, dan lain sebagainya. Sejalan
dengan Asyhar menyatakan bahwa media audio visual adalah jenis media yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengan dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang
dapat mengandalkan penglihatan dan pendengaran.

Keterampilan ini pun memiliki prinsip yang harus diperhatikan oleh para guru, yaitu:

1. Kehangatan dan keantusiasa


Kehangatan dan keantusiasan guru dalam proses pembelajaran dapat memudahkan
terciptanya iklim kelas yang menyenangkan. Hal tersebut merupakan salah sau syarat
bagi kegiatan belajar mengajar yang optimal.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan atau penggunaan alat atau media yang menantang
akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar. Hal tersebut tentunya akan
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku peserta didik yang menyimpang.
3. Bervariasi
Salah satu kunci keberhasilan dalam mengelola kelas adalah adanya viariasi, baik
dalam penggunaan alat atau media, gaya mengajar, pola interaksi belajar, dan variasi
sumber belajar. Dengan demikian, guru berusaha mengatasi kejenuhan belajar peserta
didik dan juga meningkatkan keterlibatan peran aktif peserta didik dalam proses
pembelajaran.
4. Keluwesan
Keluwesan dari guru dalam bertindak sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Hal tersebut dapat mencegah kemungkinan munculnya tingkah laku peserta didik
yang menyimpang dan dapat menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Penekanan pada hal-hal yang positif dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk
menghindari pemusatan perhatian siswa dari hal-hal negatif sehingga dapat
menghindari kesalahan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Penekanan
pada hal-hal positif dapat dilakukan dengan memberikan penguatan-penguatan yang
positif dengan hal tersebut dapat memelihara suasana kelas yang menyenangkan.
6. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari mengeloa kelas yaitu mengembangkan penanaman disiplin diri.
Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk melaksanakan disiplin diri. Hal
tersebut akan berhasil jika guru menjadi contoh atau teladan dalam disiplin diri dan
tanggung jawabnya.

Keterampilan mengelola kelas memiliki beberapa tujuan kenapa perlu dikuasai oleh
seorang guru, yaitu:

1. Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran


penyajian dan langkah-langkah proses belajar mengajar secara efektif.
2. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya
dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
3. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan
gangguan kecil atau ringan, serta memahami dan menguasai seperangkat
kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah penyimpangan
perilaku siswa yang berlebihan atau terus mennerus melawan di kelas.6

E. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah melaksanakan kegiatan
membimbing peserta didik agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara
efektif dalarn rangka mencapai indikator.7
Adapun keterampilan ini memiliki komponen-komponen yang dapat digunakan guru
untuk menguasainya, yaitu:
1. Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru senantiasa harus berusaha memusatkan
perhatian dan aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang
didiskusikan. Setiap pembicaraan yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok
diskusi, semuanya diarahkan untuk membahas topik yang didiskusikan. Oleh karena
itu apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi, maka pada
saat itu pula pimpinan diskusi harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta
diskusi tentang topik dan sasaran dari diskusi yang dilakukan.
6
“Keterampilan Mengelola Kelas : Pengertian, Tujuan, Komponen dan Prinsip Mengelola Kelas,” diakses 28
Februari 2024, https://www.pengetahuanku13.net/2022/03/keterampilan-mengelola-kelas-pengertian.html.
7
Sukarni Uir, “** G U R U ****: KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI,” ** G U R U **** (blog), 28
Februari 2010, https://sukarnidhm.blogspot.com/2010/02/keterampilan-membimbing-diskusi.html.
Diskusi sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran harus berjalan secara efektif dan
efisien, dan oleh karenanya semua pembicaraan harus digiring pada pokok
permasalahan dan menghindari dari kegiatan atau pembicaraan yang menyimpang,
sehingga semua pembicaraan harus terfokus pada permasalahan yang sedang dibahas.
Oleh karena itu sebelum dan selama proses diskusi harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan diskusi; yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara jelas
dan terukur yang harus dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan diskusi yang
akan dilakukan
b. Menetapkan topik atau permasalahan; topik yang didiskusikan diusahakan harus
menarik minat, menantang dan memperhatikan tingkat pengalaman siswa. Topik
bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Melalui topik yang
dirumuskan secara jelas, terukur dan menarik, maka akan dapat mendorong dan
menggugah rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa akan secara aktif mencari
informasi, belajar, dan ikut serta memecahkannya.
c. Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah
diskusi. Hasil dari identitikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan diskusi
untuk meluruskan pembiacaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya, sehingga
kegiatan diskusi senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
d. Merangkum hasil diskusi; rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada akhir
diskusi, tapi selama proses diskusi berlangsung hasil pembiacaraan yang inti
segera dirangkum, sehingga pada akhir diskusi akan dapat menyimpulkannya
secara lengkap dan akurat.
2. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang ada pertanyaan, komentar, pendapat, atau
gagasan yang disampaikan peserta diskusi kurang jelas, sehingga selain mengaburkan
pada topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan atau
permasalahan baru dalam diksusi. Kejadian ini jangan dibiarkan semakin
berkembang, karena akan mengganggu proses dan hasil diskusi itu sendiri. Oleh
karena itu guru atau pimpinan diskusi, harus segera memperjelas terhadap pendapat
atau pembicaraan peserta diskusi yang kurang jelas ditangkap oleh peserta diskusi
lainnya. Dengan demikian melalui upaya guru atau pimpinan diksusi urun rembug
memberikan penjelasan yang diperlukan, maka setiap peserta diskusi akan memiliki
persepsi yang sama terhadap ide yang disampaikan oleh anggota kelompok diskusi.
Untuk memperjelas setiap pembiacaarn dari peserta diskusi, pimpinan diskusi atau
guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas, sehingga menjadi jelas
dipahami oleh seluruh peserta diskusi
b. Mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentar siswa untuk lebih
memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya
c. Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang
disampaikannya, seperti melalui ilustrasi atau contoh, sehingga dapat lebih
memperjelas terhadap ide yang disampaikannya itu
3. Menganalisis pandangan siswa
Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat mungkin
terjadi. Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan diskusi adalah
bagaimana agar perbedaan tersebut menjadi pendorong dan membimbing setiap
anggota kelompok untuk berpartisipasi secara aktif dan konstruktif untuk
memecahkan masalah yang didiskusikan.
Disinilah pentingnya melakukan analisis terhadap pandangan yang berbeda yang
dimunculkan oleh setiap peserta diskusi. Analisis terutama ditujukan untuk meminta
klarifikasi atau alasan yang dijadikan dasar pemikiran terhadap pendapat dari masing-
masing anggota kelompok diskusi. Dengan demikian semua peserta diskusi akan
memahami dan menghargai terhadap perbedaan pendapat yang dikemukakannya.
berkenaan dengan pendapat yang berbeda-beda itu, maka selanjutnya pimpinan
diskusi dapat menindaklanjutinya dengan mencapai kesepakatan terhadap hal-hal
mana saja yang disepakati bersama dan mana yang tidak disepakati bersama,
sehingga dari diskusi tersebut membuahkan kesimpulan bersama.
4. Meningkatkan partisipasi siswa
Diskusi dalam pembelajaran antara lain adalah untuk melatih kemampuan berfikir
siswa, yaitu belajar menyampaikan ide, pendapat, komentar, kritik, dan lain
sebagainya. Agar sasaran dari diskusi dapat tercapai yaitu untuk mengembangkan
kemampuan berfikir siswa secara optimal, maka guru atau pimpinan diskusi harus
mendorong setiap anggota diskusi untuk berpikir dan menyampaikan buah pikirannya
dalam forum diskusi tersebut.
Untuk mendorong siswa (peserta diskusi) ikut aktif urun rembug dalam proses
kegiatan diskusi, ada beberapa aspek yang dapat ditempuh oleh guru atau pimpinan
diskusi, antara lain:
a. Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat atau
mengajukan gagasannya
b. Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal maupun non-verbal, dimana
melalui contoh atau ilustrasi tersebut menggugah siswa untuk berpikir
c. Menghangatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang
memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat diantara sesama anggota kelompok
d. Memberi waktu yang cukup bagi setiap anggota kelompok untuk berpikir dan
menyampaikan buah pikirannya
e. Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga merasa dihargai dan
dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi memberikan
sumbang pemikiran melalui forum diskusi yang dilakukan. 5. Menyebarkan
kesempatan berpartisipasi
5. Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah menutup diksusi. Diskusi dikatakan
efektif dan efisien apabila semua peserta diskusi berkesempatan mengemukakan ide
atau pikirannya, sehingga setelah berakhirnya diskusi diperoleh kesimpulan sebagai
hasil berpikir bersama. Adapun kegiatan- kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
atau pimpinan diskusi dalam menutup diskusi antara lain adalah:
a. Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang
dihasilkan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan
b. Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah
dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan
berikutnya
c. Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diksusi yang telah dilakukan,
seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala sikap dan lain sebagainya.
Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi
pemahaman kepada siswa terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan
diskusi tersebut. Hal ini penting untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran melalui diskusi yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.8

Keterampilan ini pun memiliki prinsip yang harus diperhatikan oleh para guru, yaitu:

1. Diskusi Hendaknya Berlangsung Dalam Iklim Terbuka


Hal ini ditandai oleh adanya kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima
dan mengenal topik lebih jauh, keantusiasan berpartisipasi dan kesediaan menghargai
pendapat orang lain serta terbinanya perasaan aman dan bebas berpendapat.
2. Kegiatan diskusi dapat berlangsung secara efektif jika didahului oleh perencanaan
dan persiapan yang matang

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil memiliki beberapa tujuan kenapa


perlu dikuasai oleh seorang guru, yaitu:

1. Memberikan pengalaman kepada peserta didik daiam menjelajahi gagasan baru atau
masalah yang menuntut pemecahan.
2. Mengernbangkan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
3. Melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan meningkatkan pengambilan
keputusan.9

8
“Tahap-tahap kegiatan diskusi - KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL,” diakses 28
Februari 2024, https://123dok.com/article/tahap-tahap-kegiatan-diskusi-keterampilan-membimbing-diskusi-
kelompok.qm52mj7z.
9
Uir, “** G U R U ****.”
Bab III

Penutup
Kesimpulan
Penting untuk diakui bahwa keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengelola kelas, dan
membimbing diskusi kelompok kecil adalah elemen-elemen kunci dalam menciptakan
lingkungan pembelajaran yang efektif bagi para guru. Berdasarkan penelitian dan praktik terbaik,
dapat disimpulkan bahwa keterampilan-keterampilan ini secara bersama-sama membentuk
fondasi yang kuat untuk praktik pengajaran yang efektif.

Keterampilan bertanya yang efektif memungkinkan guru untuk membangun pemahaman yang
mendalam dan mendorong pemikiran kritis siswa. Penguatan positif adalah strategi yang penting
untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Manajemen kelas
yang baik mencakup pembangunan hubungan yang positif, pembentukan aturan yang jelas, dan
penanganan yang konsisten terhadap perilaku siswa. Sementara itu, membimbing diskusi
kelompok kecil adalah cara yang efektif untuk mendorong kolaborasi, komunikasi, dan
pemecahan masalah siswa.

Untuk meningkatkan praktik pengajaran mereka, para guru perlu terus mengembangkan
keterampilan ini melalui pelatihan, refleksi, dan kolaborasi dengan rekan-rekan seprofesi.
Dengan mengintegrasikan keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengelola kelas, dan
membimbing diskusi kelompok kecil ke dalam praktik pengajaran mereka, guru dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran yang merangsang, inklusif, dan bermakna bagi semua
siswa. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan hasil belajar siswa dan pengalaman
pembelajaran yang positif di kelas.
Daftar Pustaka
deepublish. “8 Keterampilan Dasar Mengajar, Harus Dikuasai Guru!” Penerbit Deepublish
(blog), 26 Juni 2023. https://penerbitdeepublish.com/keterampilan-dasar-mengajar/.
Haloprofesi. “8 Keterampilan dasar mengajar (KDM) yang harus dikuasai guru, lengkap dengan
contoh penerapannya dalam pembelaran.” Diakses 28 Februari 2024.
https://www.haloprofesi.com/2019/03/8-keterampilan-dasar-mengajar-kdm-yang.html.
“Keterampilan Dasar Mengajar Bertanya | EduChannel Indonesia.” Diakses 28 Februari 2024.
https://educhannel.id/blog/artikel/keterampilan-dasar-mengajar-bertanya.html.
“Keterampilan Memberi Penguatan dalam mengajar,” 2 Januari 2023.
https://www.mandandi.com/2019/01/keterampilan-memberi-penguatan.html.
“Keterampilan Mengajar.” Diakses 28 Februari 2024.
https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/keterampilan-mengajar/.
“Keterampilan Mengelola Kelas : Pengertian, Tujuan, Komponen dan Prinsip Mengelola Kelas.”
Diakses 28 Februari 2024. https://www.pengetahuanku13.net/2022/03/keterampilan-
mengelola-kelas-pengertian.html.
“Tahap-tahap kegiatan diskusi - KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK
KECIL.” Diakses 28 Februari 2024. https://123dok.com/article/tahap-tahap-kegiatan-
diskusi-keterampilan-membimbing-diskusi-kelompok.qm52mj7z.
Uir, Sukarni. “** G U R U ****: KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI.” ** G U R U
**** (blog), 28 Februari 2010. https://sukarnidhm.blogspot.com/2010/02/keterampilan-
membimbing-diskusi.html.

Anda mungkin juga menyukai