PROFESI KEPENDIDIKAN
di susun oleh ;
MUHAMMAD SAUFI 3062123009
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................1
BAB I..............................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................2
A. Latar Belakang....................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Pengertian Problematika dan Tantangan..............................................3
B. Problematika Guru................................................................................3
1. Problem Internal............................................................................3
a. Menguasai bahan/materi............................................................4
b. Mencintai profesi Keguruan.......................................................4
c. Keterampilan mengajar..............................................................4
d. Menilai hasil belajar siswa.........................................................5
2. Problem Eksternal.........................................................................5
C. Tantangan Profesionalisme Guru…………………………………….6
a. Perkembangan Teknologi Informasi……………………………...6
b. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan…………………8
c. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan………………….9
D. Solusi………………………………………………………………..11
BAB III..........................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................13
B. Saran...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai usaha untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional yang telah
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahnu 1945 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi manusia seutuhnya,
maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional. Sesuai dengan Undang-
undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Oleh sebab
itu, guru dituntut agar terus mengembangkan kapasitas dirinya sesuai dengan
perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat
termasuk kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki
kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum regional, nasional maupun
internasional.
Namun pada kenyataannya, masih banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan
profesi terakhir. Kurang dapat dipercaya, jika sudah tidak ada lagi pekerjaan maka
profesi guru menjadi pilihan. Bahkan guru ada yang dipilih secara asal yang penting
ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan,
ujung tombak pemberantas kebodohan, bahkan guru adalah mata rantai dab pilar
peradaban dan benang merah bagi perubahan dan kemajuan suatu masyarakat
bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu arti problematika dan tantangan?
2. Apa saja problematika seorang guru?
3. Mengapa terdapat tantangan dalam profesionalisme guru?
4. Bagaimana solusi yang didapatkan untuk menjadi guru yang profesional?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui arti problematika dan tantangan.
2. Mengetahui problematika menjadi seorang guru.
3. Mengetahui tantangan profesionalisme guru.
4. Mengetahui solusi menjadi guru yang profesional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Problematika guru
Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu problem yang berasal dari dalam diri guru disebut problem
internal, sedangkan yang berasal dari luar disebut problem eksternal.
1. Problem Internal
Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetensi
professional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti penguasaan bahan/materi,
bidang sikap seperti mencintai profesinya (kompetensi kepribadian) dan bidang
3
perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa (kompetensi
pedagogik) dan lain-lain. Berikut ini problem internal seorang guru:
a. Menguasai bahan/materi
Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan menyiapkan bahan
ajar /materi pelajaran yang merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dari guru kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik, rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik
dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan ajar/materi pelajaran berfungsi
sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar
dapat terarah dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan
bahan ajar disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang kreatif, dengan
memperhatikan segenap hal yang terkandung dalam makna belajar peserta didik.
c. Keterampilan mengajar
Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan mengajar agar proses
pembelajaran dapat tercapai, di antaranya yaitu 10 kompetensi guru yang
4
merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Adapun 10 kompetensi guru
tersebut menurut Depdikbud, meliputi: a) Menguasai bahan, b) Mengelola program
belajar mengajar, c) Mengelola kelas, d) Penggunaan media atau sumber, e)
Mengelola interaksi belajar mengajar, f) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran, g) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan (BP), h)
Mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah, i) Memahami prinsip- prinsip,
j) Menafsirkan hasil penelitian pendidikan guru untuk keperluan pengajaran.
2. Problem Eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu sendiri.
Kualitas pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan karakteristik sekolah.
a. Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber
belajar yang tersedia.
b. Karakteristik sekolah yang dimaksud, misalnya disiplin sekolah, contoh seperti
perpustakaan yang ada di sekolah yang memberikan perasaan nyaman, bersih,
rapi dan teratur.
Dalam konteks pertimbangan faktor eksternal, terutama yang menyangkut
lingkungan kerja, secara rinci, bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi semangat
kerja, yaitu:
a. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan.
b. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim.
c. Pemahaman sikap dan pengertian di kalangan pekerja.
5
d. Sikap jujur dan dapat di percaya dari kalangan pemimpin terwujud dalam
kenyataan.
e. Penghargaan terhadap hasrat dan kebutuhan yang berprestasi.
f. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat
olah raga, masjid dan rekreasi.
6
penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang
dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para
praktisi pendidikan di lapangan.
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan peranan
sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi akan
menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi
terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya
sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu
memfasilitasi seseorang untuk belajar.
Teknologi mempunyai gagasan mereformasi sistem pendidikan masa depan.
Apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani
kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya
(keluarga dan masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk
mendapatkan nilai-nilai ujian yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat
menghasilkan generasi masa depan. Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah
bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat cukup pengetahuannya dan kompeten
dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat kepribadiannya. Bahkan konsep
tentang sekolah di masa yang akan datang, menurutnya akan berubah secara
drastis.
Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat
tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan
kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan
lain-lain. Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi
penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang
semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi
pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat
diakses oleh siapapun dari manapun secara individu. Inilah tantangan profesi
guru. Apakah perannya akan digantikan oleh teknologi informasi, atau guru yang
memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang peran profesinya.
Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi yang tepat (sebagai
bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang berkelanjutan
dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara konsisten akan
7
mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus menerus
dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi
lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya,
hal ini akan menjadi peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu
menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi
informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan. Pemilihan
jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan harus dipilih
secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan mutu
pendidikan kita.
8
justru akan terpinggirkan dari proses pembangunan itu sendiri. Penguatan
partisipasi masyarakat haruslah menjadi bagian dari agenda pembangunan itu
sendiri, lebih-lebih dalam era globalisasi. Peran serta masyarakat harus lebih
dimaknai sebagai hak daripada sekadar kewajiban. Kontrol rakyat (anggota
masyarakat) terhadap isi dan prioritas agenda pengambilan keputusan
pembangunan harus dimaknai sebagai hak masyarakat untuk ikut mengontrol
agenda dan urutan prioritas pembangunan bagi dirinya atau kelompoknya. Dalam
desentralisasi pendidikan, pemerintah pusat lebih berperan dalam menghasilkan
kebijaksanaan mendasar (menetapkan standar mutu pendidikan secara nasional),
sementara kebijaksanaan operasional yang menyangkut variasi keadaan daerah
didelegasikan kepada pejabat daerah bahkan sekolah.
Kurikulum dan proses pendidikan dalam kerangka otonomi daerah, ada bagian
yang perlu dibakukan secara nasional, tetapi hanya terbatas pada beberapa aspek
pokok, yaitu: (1) Substansi pendidikan yang berada dibawah tanggung jawab
pemerintah, seperti PKN, Sejarah Nasional, Pendidikan Agama, dan Bahasa
Indonesia; (2) Pengendalian mutu pendidikan, berdasarkan standar kompetensi
minimum; (3) Kandungan minimal kompeteten setiap bidang studi, khususnya
yang menyangkut ilmu-ilmu dasar; (4) Standar-standar teknis yang ditetapkan
berdasarkan standar mutu pendidikan. Dengan berbagai hal diatas tentunya sistem
desentralisasi merupakan suatu gagasan yang masih perlu dikaji lebih lanjut.
Dalam berbagai kasus mungkin bisa diterapkan akan tetapi belum tentu di kasus
lain serupa bahkan akan memperumit kasus tersebut.
9
Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan
inovasi (45%), penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi
(20%), serta kekayaan sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di
Indonesia harus lebih menekankan pada tiga kemampuan tersebut untuk
meningkatkan kemajuan di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah
harus mampu menyiapkan sekolah-sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan
di lapangan kerja, misalnya sekolah pertanian, sekolah peternakan, sekolah
perikanan, sekolah teknik mesin, sekolah teknik bangunan, dan sebagainya.
Sekolah-sekolah tersebut harus benar-benar mampu membekali kompetensi untuk
berinovasi dan untuk membangun jaringan/networking. Kompetensi berinovasi
dapat dilakukan dengan peningkatan berbagai keterampilan yang ada.
Keterampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena siswa akan diajarkan
bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif. Sedangkan kompetensi
membangun jaringan dilakukan dengan pengembangan sikap dan mengelola
sumber daya manusia seperti kepemimpinan, kerja sama, serta komunikasi.
Disamping itu peningkatan peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah
pendidikan, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai
disertai dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, agar dapat benar-benar
dimanfaatkan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Seperti program
pembangunan infrastruktur sekolah yang merata, menyusun kurikulum yang lebih
representatif agar dapat menggali potensi siswa (tidak sekedar hardskill, namun
juga softskill).
Pemerintah juga harus lebih memperhatikan kualitas, distribusi serta
kesejahteraan guru di Indonesia, karena guru merupakan salah satu tonggak untuk
mendukung jalannya pendidikan, dan sangat berperan penting dalam menciptakan
siswa yang cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas. Sehingga
sepantasnya pemerintah dapat membuat peraturan untuk menuju penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas, serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia.
Dengan demikian, apabila pendidikan di Indonesia mampu membekali
siswa dengan pengetahuan serta keterampilan yang memadai, maka lulusan
pendidikan Indonesia akan memiliki rasa percaya diri serta motivasi yang tinggi
10
untuk mengembangkan diri secara optimal, sehingga dapat diyakini bahwa
Indonesia mampu bersaing secara global dan mampu m;enghadapi MEA 2015.
Ada beberapa tantangan yang dihadapi seorang guru:
a. Manajemen kelas dan kekerasan dalam sekolah yang meningkat.
b. Problem social yang berdampak kepada murid.
c. Kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat.
d. Jam kerja yang panjang dan stress kerja.
e. Mendapatkan pemberdayaan professional.
D. Solusi
Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung jawab semata dari
guru tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam tugas guru.
Berbagai masalah dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks,
dengan kondusi tersebut apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak
terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Sementara saat ini, negara-negara di
sekitar Indonesia memendang peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja
guru sudah berkembang dengan pesat.
Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru merupakan prioritas,perbaikan
dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan kemampuan guru, misalnya dalam
kemampuan penguasaan teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi saat ini
merupakan hal yang sangat penting, melihat perkembangan teknologi informasi
yang sangat pesat pada saat ini. Perkembangan tersebut tentunya berdampak pula pada
dunia pendidikan, bagaimana pendidikan mampu beradaptasi dengan perkembangan
yang terjadi. Hal tersebut akan terwujud apabila komponen-komponen di dalam
pendidikan mampu beradaptasi pula.
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan harus mampu beradaptasi juga,
langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru terhadap
teknologi informasi melalui stimulus-stimulus yang mengharuskan guru berhubungn
langsung dengan teknologi informasi. Sebagai contoh sekolah memberikan
instruksi kepada guru agar setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media
teknologi. Dengan begitu secara terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi
informasi, tentunya juga harus didukung sarana yang memadai dari sekolah.
11
Pengembangan kemampuan guru dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) yang perlu disiapkan adalah kepemimpinan, public speaking,
penguasaan bahasa asing, dan jaringan. Apabila hal tersebut mampu dikuasai oleh
guru, maka akan mudah guru untuk menghadapai MEA dan siap bersaing dengan
SDM dari negara anggota MEA serta mempunyai profesionalisme yang baik dalam
bekerja.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengembangan profesi tenaga pendidik sebagai perancang masa depan yang hal
paling terpenting adalah membangun kemandirian di kalangan pendidik sehingga dapat
lebih mampu untuk mengaktualisasikan dirinya guna mewujudkan pendidikan yang
berkualitas. Menjadi guru yang profesional diperlukan beberapa literatul dan
pengembangan dalam diri seorang guru yaitu dapat bersikap inovatif dalam
melaksanakan peran dan tugasnya mendidik peserta didik menuju kehidupan yang lebih
baik dan sejahtera.
B. Saran
1. Sumber Daya dan Fasilitas:
Mendorong pemerintah untuk meningkatkan alokasi dana pendidikan dan melibatkan
komunitas lokal, yayasan, atau perusahaan untuk menyumbangkan sumber daya dan
fasilitas yang diperlukan. Selain itu, penggunaan teknologi dengan bijak dapat
membantu mengatasi keterbatasan sumber daya.
2. Pelatihan dan Pengembangan Profesional:
Meningkatkan program pelatihan dan pengembangan profesional bagi para guru, baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga pendidikan. Membentuk
komunitas belajar atau forum diskusi antar guru juga dapat membantu dalam pertukaran
pengalaman dan pengetahuan.
3. Beban Kerja yang Tinggi:
Mendorong pengurangan beban administratif yang tidak perlu dan menyederhanakan
proses evaluasi. Mengalokasikan asisten guru atau membentuk tim untuk membantu
dalam tugas-tugas administratif dan persiapan mengajar. Memanfaatkan teknologi untuk
mengotomatisasi beberapa tugas administratif dan penilaian.
13
DAFTAR PUSTAKA
Parkay, Forrest W dan Beverly Hardcastle Stanford. Menjadi Seorang Guru. PT Indeks.
2008.
Wibowo, Catur Hari. Problematika Profesi Guru dan Solusinya Bagi peningkatan
Kualitas Pendidikan di Mts Negeri Nguntorinadi Kbupaten Wonogiri. IAIN
Surakarta. 2014. eprints.iain-surakarta.ac.id/17/1/2015TS0007.pdf
14