Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN GURU

Oleh :

Nama : Samuel E Nokas


Nim : 2074201025
Fakultas : Hukum
Prodi : Ilmu Hukum
Semester : VI (Enam)

UNIVERSITAS PERSATUAN GURU 1945 NTT

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunianya sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah Profesi Kependidikan Guru ini
dengan lancar.

Terima kasih yang tulus saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini, semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi
kebaikan dan berkat oleh Allah.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih memiliki kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan baik dari sistematika penulisan maupun dari pemilihan kata-kata
yang digunakan. Untuk itu saya mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
penyempurnaan makalah yang lain di masa yang akan datang.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatian dari
semua pihak kami mengucapkan terima kasih.

Kupang, 16 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………….. iii
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah…… ………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………..….. 1
C. Tujuan dan manfaat …………………………………………………….. 2
Bab II Pembahasan……………………………………………………………… 3
A. Profesi Guru …………………………………………………………….. 3
1. Pengertian …………………………………………………………... 3
2. Ciri - ciri Pekerjaan dapat disebut sebagai profesi ………………….. 4
3. Ciri - ciri profesi …………………………………………………….. 5
4. Prinsip etika profesi …………………………………………………. 6
5. Kode etik profesi ……………………………………………………. 6
6. Tujuan dan fungsi kode etik profesi…………………………………. 6
B. Menjadi guru ………………………………………………………….... 6
1. Alasan - alasan menjadi guru ……………………………………….. 6
2. Hak dan kewajiban guru ……………………………………………. 7
3. Peranan guru sebagai pendidik ……………………………………… 8
4. Standar kompetensi guru …………………………………………… 9
C. Guru profesional ……………………………………………………….. 13
1. Pengertian …………………………………………………………… 13
2. Ciri - ciri guru profesional ………………………………………….. 14
3. Perlunya guru profesional …………………………………………... 15
4. Kompetensi professional guru ………………………………………. 15
5. Kiat menjadi guru profesional ………………………………………. 16
6. Sikap profesional keguruan …………………………………………. 18
7. Strategi peningkatan profesionalisme guru …………………………. 21
D. Pendidikan ……………………………………………………………… 22
1. Nilai - nilai pendidikan ……………………………………………… 23
2. Unsur - unsur pendidikan …………………...……………………… 23
3. Mendidik dan mengajar ……………………………………………... 24
4. Batas - batas kemampuan pendidikan ………………………………. 24
iii
5. Macam - macam tujuan pendidikan………………………………….. 24
E. Pengembangan profesi pendidik/guru ………………………………….. 25
F. Strategi pengembangan profesi pendidik/guru …………………………. 26
Bab Iii Penutup………………………………………………………………….. 28
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 28
B. Saran …………………………………………………………………….. 28
Daftar Pustaka …………………………………………………………………… 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Profesi adalah suatu pekerjaan yang sedang digeluti oleh seseorang yang
mencari mata pencaharian. Seseorang pendidik atau guru dapat dikatakan sebagai
profesi karena menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar,
mengelola kelas, merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini seseorang dapat
memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya.
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses
kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang
diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh
peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan
mengahasilkan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya, prestasi
belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar megajar
yang sangat berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensial
dibidang pembangunan. Guru sebagai salah satu unsure dibidang pembangunan. Guru
sebagai salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan akif dan menempatkan
kedudukan sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik
di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi
panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian profesi guru?
2. Apa saja ciri-ciri profesi?
3. Apa saja alasan menjadi guru?
4. Bagaimana peranan guru sebagai pendidik?
5. Apa itu guru professional?
6. Bagaimana kiat menjadi guru profesional?
7. Apa saja tujuan pendidikan?
8. Bagaimana pengembangan profesi pendidik/guru?
9. Bagaimana Strategi pengembangan profesi pendidik/guru?
C. Tujuan dan Manfaat
1
1. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengapa memilih
profesi guru sebagai pendidik dan bagaimana kiat menjadi guru yang professional.
2. Manfaat
Dari Penulisan ini diharapkan dapat mendatangkan manfaat berupa
penambahan pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang profesi
pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesi Guru
1. Pengertian
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesi berasal
dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi: kegiatan "apa
saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keah-
lian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan norma-
norma sosial dengan baik.
Sedangkan guru menurut pepatah jawa adalah digugu lan ditiru yang berarti
bahwa guru merupakan sosok yang menjadi panutan bagi siswanya dan masih ada
banyak pepatah yang berhubungan dengan guru lainnya walaupun intinya sama. Saat
ini sosok guru sudah ikut "ter-reformasi". Guru dituntut untuk memiliki ilmu
pengetahuan yang selalu berkembang dan mengikuti kemajuan jaman. Sudah tidak
waktunya lagi guru yang kaku, memiliki pengetahuan terbatas, dan tidak mau terbuka
dengan kemajuan teknologi
Secara pengertian tradisional guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan (guru professional dan implementasi
kuurikulum. Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
Sedangkan menurut beberapa ahli, profesi guru dapat diartikan sebagai berikut :
1. Makagiansar, M. 1996
Profesi guru adalah orang yang Memiliki latar belakang pendidikan keguruan
yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan
diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
2. Nasanius, Y. 1998
Mengatakan bahwa profesi guru adalah kemampuan yang tidak dimiliki oleh
warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan

3
keguruan. Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik,
antara lain:
a. sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih
b. pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang dimiliki,
c. sebagai petugas kemashalakatkatan dengan fungsi mengajar dan mendidik
masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik.
3. Galbreath, J. 1999
Profesi guru adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan
atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas berat mencerdakan anak didik.
4. Menurut Dra. Ani M.Hasan,M.Pd,
Profesi dalam pengertian yang lebih luas yaitu kegiatan untuk memperoleh
nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit
profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut dari padanya pelaksanaan norma - norma sosial dengan baik.
5. Sumargi
Profesi guru adalah profesi khusus luhur. Mereka yang memilih profesi ini
wajib menginsafi dan menyadari bahwa daya dorong dalam bekerja adalah keinginan
untuk mengabdi kepada sesama serta menjalankan dan menjunjung tinggi kode etik
yang telah diikrarkannya, bukan semata-mata segi materinya belaka
Menurut Dr. B. Kieser Jabatan guru dapat dikatakan sebuah profesi karena
menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar, mengelola kelas,
merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini seseorang dapat memiliki nafkah bagi
kehidupan selanjutnya.
2. Ciri-Ciri Pekerjaan Dapat Disebut Sebagai Profesi
Setidaknya-tidaknya ada lima hal suatu pekerjaan dapat dibilang sebagai sebuah
profesi: (ibid hal 74)
1. Adanya pengakuan oleh masyarakat dan pemerintah mengenai bidang layanan
tertentu, dan hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mempunyai keahlian tertentu
pula.
2. Bidang ilmu pengetahuan yang menjadi landasan teknik dan prosedur kerja yang
unik yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan bidang pekerjaan lainnya.
4
3. Memerlukan proses persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang
mengerjakan professional tersebut.
4. Memiliki mekanisme yang diperlukan untuk melakukan seleksi secara efektif.
Sehingga hanya merekalah yang benar-benar kompetitif diperbolehkan
melaksanakan bidang tersebut.
5. Memiliki organisasi profesi yang dapat melindungi anggotanya, serta berfungsi
untuk menyakinkan pihak nlain yang terkait bahwa para anggota profesi tersebut
dapat menyelenggarakan layanan keahlian yang terbaik.
3. Ciri-Ciri Profesi
a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat
d. Izin khusus untuk menjalankan suatu profesi
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi
4. Prinsip Etika Profesi
 Tanggung jawab
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya
 Keadilan Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
 Otonomi Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
5. Kode Etik Profesi
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi sebetulnya
tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah laku
moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi
merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan

5
dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan
merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-
norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi.
6. Tujuan dan Fungsi Kode Etik Profesi
Berikut adalah tujuan dari kode etik profesi, yaitu :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat
8. Menentukan baku standarnya sendiri
Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :
 Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan
 Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan
 Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai
bidang.
B. Menjadi Guru
Guru adalah profesi yang terbuka, ini yang dikatakan UU Guru dan Dosen (UU
GD). Guru dikatakan sebagai profesi, secara eksplisit-yuridis baru pada 2005, ketika
UU GD disahkan. Karena profesi terbuka, maka apapun latar belakang pendidikan
seseorang dia bisa menjadi guru.
1. Alasan - alasan Menjadi Guru
Banyak alasan mengapa seseorang ingin menjadi seorang guru, di antarnya yaitu :
a. Potensi murid
Karena potensi ini merupakan sebuah hal yang menarik, karena setiap tahun
akan selalu muncul tantangan baru yang diikuti dengan potensi baru untuk sukses.
b. Kesuksesan murid
Kesuksesan murid akan membawa pada kelangsungan karier seorang guru.
Setiap murid yang tidak mengerti tentang satu hal lalu belajar untuk mengetahuinya
lewat bantuan guru , akan memberikan perasaan gembira seorang guru.
6
c. Mengajar = belajar
Guru akan mempelajari sesuatu dengan lebih baik ketika mulai mengajar
tentang hal tersebut. Ketika berada di bangku kuliah, guru hanya mempelajari
segala sesuatu yang harus dipelajari dan ditanyakan ketika ujian.
d. Daily humour
Memiliki selera humor yang baik, maka kita akan menemukan banyak hal
untuk tertawa setiap hari. Kadang-kadang silly jokes bisa membuat para murid
tertawa, ataujok es tersebut bisa berasal dari para murid.
e. Pengusasa Kelas
Sekali seorang guru menutup pintu dan mulai mengajar, maka ia benar-
benar menjadi seseorang yang paling berhak untuk memutuskan segalanya. Tidak
banyak pekerjaan yang mengizinkan individu untuk bisa berkreatifitas di banyak
ruang dan juga berkuasa atas banyak hal seperti profesi ini.
f. Sangat kondusif untuk keluarga
Jika telah memiliki anak, bekerja sebagai seorang guru memberikan
kesempatan pada kita untuk memiliki hari libur yang bisa dihabiskan bersama-
anak-anak. Seburuk-buruknya, jika kita harus membawa PR ke rumah, tetap saja
kita bisa sampai di rumah sama seperti anak-anak kita.
g. Keamanan Bekerja
Untuk beberapa komunitas, profesi guru termasuk langka. Jadi bisa
dipastikan kita bisa selalu mendapatkan pekerjaan, walaupun harus menunggu
sampai tahun ajaran baru, dan terkadang mengharuskan kita untuk melakukan
perjalanan ke berbagai daerah.
h. Guru itu Model
Bisa dikatakan menjadi guru itu adalah sang model bagi anak-anak didiknya,
dari segi penampilan, sopan santun, kharismatik dan apa yang ada didalam dirinya.
i. Menjauhkan diri dari sifat yang negative
Guru yang baik dan berkualitas seyogyanya kan mencontohkan sifat yang
baik toh, hal ini juga bisa menjadikan kita agar menjauhi dari sifat yang negatif.
misalkan pergi ke diskotik, mabuk-mabukan, dll. Setidaknya dapat mereduksi hal-
hal yang tidak baik.
2. Hak dan Kewajiban guru
Menurut Trianto dan Titik, kewajiban seorang guru merujuk segala apa yang
harus dilakukan oleh guru, termasuk tugas pengetahuan dan kemampuan professional,
7
personal dan sosial. Sedangkan hak merujuk pada apa yang seharusnya didapatkan dari
yang telah dilakukan (kewajiban), sehingga antara hak dan kewajiban harus sinergis,
seimbang dan konstruktif.
1. Kewajiban guru
a) Mengajar dan mendidik
Beberapa pandangan ahli mengakui bahwa manusia perlu dididik karena
mempunyai potensi untuk berkembang yang dibawa sejak lahir. Kalau potensi tersebut
tidak dibina dan diarahkan (tidak dididik), maka ia akan berkembang salah kearah yang
negatif.
b) Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik dapat diartikan bahwa selain mengajar, ia juga
mendidik anak menjadi berbudi pekerti luhur. Artinya, selain membina kecerdasan
intektual anak, ia juga membina kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan
kecerdasan sosial peserta didik.
2. Hak guru
a. Mendapatkan jaminan kesejahteraan lahir batin (kesejahteraan lahir, meliputi gaji
dan tunjangan lain yang memadai.
b. Mendapat perlindungan kepastian hokum.
c. Menggunakan fasilitas pembelajaran yang memadai.
d. Mendapatkan iklim kerja yang kondusif (ruangan istirahat, ruangan kelas yang
sejuk dan representatif).
e. Mendapat kepastian dan jaminan jenjang karir.
f. Dapat menyalurkan aspirasi secara bebas, tetapi bertanggung jawab melalui
lembaga resmi atau organisasi profesi keguruan.
3. Peranan Guru Sebagai Pendidik
Sebagai seorang guru tentunya mempunyai peranan-peranan di dalam dunia
pendidikan, terutama dalam mendidik sebagai tugas utamanya. Berikut adalah
beberapa peranan guru sebagai pendidik :
1) Guru Sebagai Korektor
Guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk.Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus
disingkirkan dari watak dan jiwa anak didik.
2) Guru Sebagai Inspirator

8
Guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik.
Guru harus dapat memberi petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik
3) Guru Sebagai Informator
Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu penetahuan dan
teknologi, selain bahan pelajarn untuk setiap mata pelajaran yang telah
diprogramkan dalam kurikulum.
4) Guru Sebagai Organisator
Guru memiliki kegiatan pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah,
menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
5) Guru Sebagai Motivator
Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
Peran ini sangat penting dalam interaksi edukatif.
6) Guru Sebagai Inisiator
Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi.
7) Guru Sebagai Fasilitator
Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegitan belajar anak didik, menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan.
8) Guru Sebagai Pembimbing
Guru membimbing anak menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan
mandiri.
9) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk
senantiasa belajar di dalamnya.
10) Guru Sebagai Supervisor
Guru dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap
proses pengajaran.
4. Standar Kompetensi Guru
Seorang pendidik setidaknya memiliki empat kompetensi yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik
Pedagogik berasal dari bahasa Yunani paedos yang artinya anak laki-laki, dan
agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah

9
membantu anak laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan
anak majikannya pergi ke sekolah (Uyoh Sadullah).
Pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya
terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan
kompetensi pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan
ilmu dan seni mengajar siswa (Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus : 2009)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pedagogik yaitu suatu ilmu
tentang mendidik anak untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yaitu kedewasaan
melalui interaksi antara pendidik dengan siswa.
Kompetensi pedagogik (Samani, Mukhlas : 2008) ialah kemampuan dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi :
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
b. Pemahaman terhadap peserta didik,
c. Pengembangan kurikulum,
d. Perancangan pembelajaran,
e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran,
f. Evaluasi proses dan hasil belajar,
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Karakteristik kepribadian
yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah
meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau
keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan
secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for
Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi
 Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama,
 Pengetahuan tentang budaya dan tradisi,
 Pengetahuan tentang inti demokrasi,
 Pengetahuan tentang estetika,
 Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial,
10
 Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
 Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati,
terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson
sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru,
mencakup :
 Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya,
 Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh
seorang guru,
 Kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya
sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan
guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi
subyek didik dan patut diteladani oleh siswa.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah
berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru
profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam
bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa
tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.
(1) Pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian
akademik. Pengembangan profesi meliputi
 Mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai
kegiatan ilmiah,
 Mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah,

11
 Mengembangkan berbagai model pembelajaran,
 Menulis makalah
 Menulis/menyusun diktat pelajaran,
 Menulis buku pelajaran,
 Menulis modul,
 Menulis karya ilmiah,
 Melakukan penelitian ilmiah (action research),
 Menemukan teknologi tepat guna,
 Membuat alat peraga/media,
 Menciptakan karya seni,
 Mengikuti pelatihan terakreditasi,
 Mengikuti pendidikan kualifikasi, dan
 Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum
(2) Pemahaman wawasan meliputi
 Memahami visi dan misi,
 Memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran,
 Memahami konsep pendidikan dasar dan menengah,
 Memahami fungsi sekolah,
 Mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar,
 Membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.
(3) Penguasaan bahan kajian akademik meliputi
 Memahami struktur pengetahuan,
 Menguasai substansi materi,
 Menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari
indikator :
(1) Kemampuan penguasaan materi pelajaran,
(2) Kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah,
(3) Kemampuan pengembangan profesi, dan
(4) Pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan.
4. Kompetensi Sosial

12
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan
berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan
Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki
kompetensi
1. Aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup
digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus
beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan
dalam melaksanakan tugasnya,
2. Pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan
3. Mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan
kemajuan pendidikan.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan
sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru
memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru,
kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat. Berdasarkan
uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator
a. Interaksi guru dengan siswa,
b. Interaksi guru dengan kepala sekolah,
c. Interaksi guru dengan rekan kerja,
d. Interaksi guru dengan orang tua siswa, dan
e. Interaksi guru dengan masyarakat.
C. Guru Profesional
1. Pengertian
Profesional adalah suatu predikat yang disandang seseorang individu sebagai
sebuah konsekwensi dari apresiasi, interpretasi dan performansi tugas dan kewajiban
yang harus diembannya. Professional berasal dari kata profesi yang mempunyai

13
makna menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung
jawab, dan kesetiaan pada pekerjaan itu.
H.A.R.Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang profesional menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki
kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang professional
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran.
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu bahwa
dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam
belajar. Guru dituntut untuk mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta
didik itu belajar. Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk
menemukan penyebab kegagalan dan mencari jalan keluar bersama dengan peserta
didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.
2. Ciri-ciri Guru Profesional
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan
atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar
dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran
dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga
bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik
dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja
sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh
komponen didalam kelas.
5. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan
mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi
terbaik mereka.
6. Pengetahuan tentang Kurikulum

14
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum
sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan
pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.
7. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru
yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang
mereka ajarkan.
8. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling
hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat
dipercaya
3. Perlunya Guru Profesional
Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan
pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman,
nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat
mencairkan suasana kebekuan, kekakuan dan kejenuhan belajar yang terasa berat
diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan dari
seorang guru dan tidak semua mampu melakukannya.
4. Kompetensi Profesional Guru
Kemampuan dan keahlian atau sering disebut dengan kompetensi profesional
guru sebagaimana dikemukakan oleh Piet A. Sahartian dan Ida Aleida adalah sebagai
berikut: “Kompetensi profesional guru yaitu kemampuan penguasaan akademik (mata
pelajaran yang diajarkan) dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus
sehingga guru itu memiliki wibawa akademis” Kompetensi profesional yang dimaksud
adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan
dengan pelaksanaan proses belajar-mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki
guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
Adapun kompetensi profesional yang dikembangkan oleh proyek pembina
pendidikan guru adalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nana Sujdana
sebagai berikut:
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar mengajar.
3. Mengelola kelas.
4. Mengunakan media atau sumber belajar.
15
5. Menguasai landasan pendidikan.
6. Mengelola interaksi belajar-mengajar.
7. Menilai prestasi belajar-mengajar.
8. Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan.
9. Mengenal dan meyelenggarakan admistrasi sekolah.
10. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran
5. Kiat Menjadi Guru Profesional
Untuk menjadi guru professional, tentunya ada cara atau kiat-kiat yang bisa
dilakukan di antaranya yaitu :
1. Merancang strategi pembelajaran terbaik
Hasan Basri (Abdul Rahman,1998) menyatakan bahwa: “Orang yang
bekerja tanpa pengetahuan dan rencana, sama seperti orang yang berjalan meraba-
raba di jalan raya yang terbentang. ”Orang yang bekerja tanpa tujuan, lebih banyak
merusak daripada membangun.” Program pembelajaran sangat penting
dipersiapkan serta diaplikasikan sesuai kondisi di lapangan. Agar pola mengajar
dapat terarah, maka perlu mencatat peristiwa harian, misalnya: tugas, ulangan,
laporan, dst.
2. Jernihkan visi dan peran sebagai guru
Guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter dan mempraktikkan
pembelajaran kolaboratif, menumbuhkan kejujuran akademis, mengembangkan
sekolah sebagai komunitas belajar profesional, membangkitkan kultur kemandirian
yang bertanggung jawab. Jadi, mengedepankan perubahan paradigma sebagai guru
profesional. Pada tataran teknis guru berperan sebagai pengajar dengan tugas utama
mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai peserta didik
pada satuan pendidikan tertentu.
3. Hakikat anak didik
Hakikat anak didik menurut al-Ghazali merupakan anak yang sedang berada
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan sesuai fitrahnya masing-masing.
Mereka memerlukan bimbingan serta pengarahan dari pendidik secara konsisten
menuju titik yang optimal berdasarkan potensi fitrahnya. Dengan proses
sedemikian rupa, sesuatu yang sederhana menjadi luar biasa, Barang yang kelihatan
murah akan menjadi sangat tinggi nilainya jika isi dan kemasannya hebat.
4. Peran Guru

16
Guru sebagai motivator yang mendorong siswa melakukan sesuatu.
Adakalanya cukup dengan penjelasan sekedarnya, namun ada pula yang
memerlukan contoh serta teladan agar mudah diikuti siswa.
Guru harus terus menerus berintuisi serta menggali berbagai macam
informasi untuk menemukan inovasi baru dengan cara mendapatkan sumber
pembelajaran dari mana saja. Observasi media informasi, serta melibatkan
teknologi harus terus dikembangkan.
Sebagai fasilitator, guru melayani, membimbing membina dengan piawai
serta menghantarkan siswa ke gerbong kesuksesan. Guru selayaknya dengan ringan
hati memfasilitasi siswa untuk menunjang proses pembelajaran.
5. Menentukan metode pembelajaran
Untuk menentukan metode pembelajaran hendaknya guru berangkat dari
masalah yang dihadapi, baik dari perspektif guru maupun subyek didik. Bagi guru
misalnya, rendahnya disiplin siswa, minat belajar tidak maksimal, interaksi belajar
yang tidak efektif, cara mengajar yang membosankan, partisipasi belajar rendah,
atau intensitas bertanya minim.
Apapun kondisinya, guru hendaknya mengedepankan pemahaman, bahwa
metode belajar siswa sekurangnya ada tiga macam jenis. Auditoris, visual, dan
terakhir mekanis/kinetis. Maksudnya yaitu agar anak lebih mudah memahami
dengan uraian yang langsung ia dengar dan mereka juga lebih mudah menyerap
materi pelajaran jika disampaikan dengan peragaan langsung/gambar atau imitasi
dari tampilan objek yang sebenarnya.
6. Menyelenggarakan program bimbingan bagi siswa yang belum tuntas
Realita membuktikan bahwa ada sebagian siswa yang lamban dalam
mengapresiasi bidang studi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, guru perlu
mengadakan pendekatan. Terdapat faktor intrinsik yang harus digali, selanjutnya
solusi akan terkuak. Hendaknya guru pintar menyederhanakan persoalan yang
rumit, sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik.
7. Memperhatikan adab pendidik
Berikut ini adalah adab bagi pendidik yang ideal :
a. Memperlakukan murid bagaikan anaknya sendiri.
b. Tidak merendahkan ilmu lain yang bukan bidangnya.
c. Mengamalkan ilmu. Jangan sampai perkataannya sendiri diingkari oleh
perbuatannya.
17
6. Sikap Profesional Keguruan
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan
dibicarakan adalah perilaku guru yang berhubungan dengan profesinya. Hal ini
berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati,
serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru
yang berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan sasarannya, yakni sikap
profesional keguruan terhadap:
1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen
Pendidikan Nasional mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan
yang meruapakankebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang
meliputi antara lain: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan
kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu
pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna,
dan lain-lain.
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru
mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan tersebut.
Setiap guru Indonesi awajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan
pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan
peraturan, baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional maupun
Departemen yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat maupun di daerah
dalam rangka melaksanakan kebijaksanan-kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada
kita betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai wadah dan sarana
pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan, agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan
memantapkan profesi guru.
Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya,
pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan berbagai
18
kegiatan akademik lainnya. Peningkatan secara formal merupakan peningkatan
mutu melalui pendidikan dalam berbagai kursus, sekolah, maupun kuliah di
perguruan tinggi atau lembaga lain yang berhubungan dengan bidang profesinya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya hubngan yang harmonis perilaku diciptakan dengan mewujudkan
persaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan
sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan
hubungan kekeluargaan.
Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka
melakukan tugas kedinasan. Sedangkan hubungan keleuargaan ialah hubungan
persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam
hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan anggota
profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.
a) Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Seperti diketahui, dalam setiap sekolah terdapat seorang kepala sekolah dan
beberapa orang guru ditambah dengan beberapa orang personel sekolah lainnya
sesui dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah membawakan
misinya akan banyak bergantung kepada semua manusia yang terlibat di dalamnya.
Adapun kebiasaan kita pada umumnya, untuk kadang-kadang bersikap kurang
sungguh-sungguh dan kurang bijaksana, sehingga hal ini menimbulkan keretakan di
antara sesama kita. Hal ini tidak boleh terjadi karena kalau diketahui murid ataupun
orang tua murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan tidak percaya
kepada sekolah.
b) Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalamsumpah
dokter yang diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat
kalimat yang menyatakan bahawa setiap dokter akan memperlakukan teman
sejawatnya sebagai saudara kandung. Dengan ucapan ini para dokter menganggap
profesi mereka sebagai suatu keluarga yang harus dijunjung tinggi dan dimuliakan.
Sebagai saudara mereke berkewajiban saling mengoreksi dan saling menegur, jika
terdapat kesalahan-kesalihan atau penyimpangan yang dapat merugikan profesinya.
3. Sikap Terhadap Anak Didik
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/1989
tentang Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
19
berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan
mengejar, atau mendidik saja.
Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat
dan kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru
mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Mottto tut
wuri handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari Departemen Pendidikan
Nasional RI.
4. Sikap Terhadap Tempat Kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja
akan meningkatkan produktivitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh
seetiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dala
lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang
harus diperhatikan, yaitu:
a. Guru sendiri,
b. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling.
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalm salah satu butir dari
Kode Etik yang berbunyi: “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.” Oleh sebab itu, guruharus aktif
mengusahakan suasan yang baik itu dengna berbagai cara, baik dengan penggunaan
metode mengajar yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup,
serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendektan lainnya yang
diperlukan.
Suasana yang harmonis di sekolah tidak akan terjadi bila personil yang
terlihat di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa, tidak
menjalin hubungan yang baik di antara sesamanya. Hanya sebagian kecil dari
waktu, di waktu justru digunakan peserta didik di luar sekolah, yakni di rumah dan
di masyarakat sekitar.
Dalam menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah dapat
mengambl prakarsa, misalnya dengan cara mengundang orang tua sewaktu
pengambilan rapor, mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat
sekitar, mengikut sertakan persatuan orang tua siswa atau Komite Sekolah dalam
membantu meringankan permasalahan sekolah, terutama menanggulangi
kekurangan fasilitas ataupun dana penunjang kegiatan sekolah.
5. Sikap Terhadap Pemimpin
20
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun
organisasi yang lebih besar, guru akan berada dala bimbingan dan pengawasan
pihak atasan. Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan
mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana
tiap anggota organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja sama dalam
melaksanakan tujuan organisasi tersebut.
6. Sikap Terhadap Pekerjaan
Profesi keguruan berhubungan dengan anak didik, yang secara alami
mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat
memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan
dengna peserta didik yang masih kecil.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik,
bila dia mencitai dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa pun agar
kariernya berhasil baik, ia committed dengan pekerjaannya. Untuk meningkatkan
mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya secara formal
maupun informal. Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan
lanjutan atua kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan
kemampuannya.
Secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
melalui mass media seperti televisi, radio, majalah ilmiah, koran, dan sebagainya,
ataupun membaca buku teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan
bidangnya.
7. Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru
Strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan profesialisme guru adalah:
 Melalui pelatihan yang efektif, setelah pelatihan harus ada umpan balik berupa
ujian,
 Magang pada guru yang profesional,
 Membaca buku atau hasil penelitian tentang guru yang professional,
 Melakukan refleksi diri terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan,
 Melakukan refleksi diri terhadap prilaku yang ditampilkan di depan kelas dan di
sekolah,
 Melakukan evaluasi diri terhadap kinerja yang telah dicapai.

21
Selain itu untuk meningkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah harus
mamantau kinerja guru melalui obervasi di kelas dan menggali informasi dari peserta
didik tentang pelaksanaan pembelajaran, dan menganalisis hasil ujian sekolah dan
hasil ujian nasional.
Kepala sekolah harus bekerja sinergis degan pengawas sekolah dalam
membangun guru yang professional. Untuk itu pengawas harus memiliki kemampuan
dalam membantu guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Kerja
yang sinergis antara kepala sekolah dengan pengawas pendidikan mutlak diperlukan
dalam meningkatkan kinerja guru.
Untuk itu perlu dilakukan pertemuan berkala membahas pencapaian kinerja
guru dan cara untuk meningkatkannya. Faktor lain yang penting dalam meningkatkan
profesionaslisme guru adalah pemberian pelatihan secara berkala.
D. Pendidikan
1. Nilai - Nilai Pendidikan
a. Nilai estetika pendidikan
Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau
pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan
bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas, dan lugas
mencerminkan pribadi penuturnya berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan bahasa
yang sarkasme, menghujat, memaki, memfitnah, mendiskreditkan, memprovokasi,
mengejek, atau melecehkan, akan mencitrakan pribadi yang tak berbudi.
Bahasa memang memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional. Begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sehingga perlu suatu kebijakan yang berimplikasi pada
pembinaan dan pembelajaran di lembaga pendidikan.
Kemampuan itu mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan
individual sehingga mampu menikmati dan mesyukuri hidup, maupun dalam
kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang
harmonis.
Tujuan rumpun estetika tersebut dijabarkan dalam pembelajaran yang
bertujuan agar peserta didiknya memiliki kemampuan antara lain
 Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis.

22
 Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial.
b. Nilai moral pendidikan
Kontradiksi dan disintegrasi antara pendidikan nilai moral di ruang sekolah
dan keadaan dalam masyarakat muncul karena beberapa alasan:
 Penanaman nilai moral dalam dunia pendidikan formal umumnya masih berupa
seperangkat teori mentah, terlepas dari realitas hidup masyarakat.
 Sebagai lembaga formal yang menyiapkan peserta didik untuk bertindak dan
mentransformasi diri sesuai nilai-nilai moral, ternyata sekolah belum memiliki
jaringan kerja sama yang erat dengan keluarga asal peserta didik, lembaga
pemerintah, nonpemerintah, dan seluruh masyarakat.
 Adanya kesenjangan pandangan hidup antara mereka yang menjunjung tinggi
dan melecehkan pesan moral dalam hidup sosial sehari-hari.
Penanaman nilai-nilai moral dalam dunia pendidikan formal sama sekali tak
bersifat otonom, tetapi selalu terkait dunia lain di luar lingkaran dunia pendidikan
formal. Pemerintah dan masyarakat diharapkan menjadi sekolah yang dapat
mensosialisasikan (terutama dalam arti menghidupi) pendidikan nilai-nilai moral.
2. Unsur - unsur pendidikan
Adapun unsur-unsur pendidikan adalah:
1. Anak didik : pihak yang menjadi obyek utama pendidikan
2. Pendidik : pihak yang menjadi subyek dari pelaksanaan pendidikan
3. Materi : bahan atau pengalaman belajar yang disusun menjadi kurikulum
4. Alat pendidikan : tindakan yang menjdi kelangsungan mendidik
5. Lingkumgan : keadaan yang berbengaruh terhadap hasil pendidikan
6. Dasar dan landasan pendidikan : landasan yang menjadi fundamental dari segala
kegiatan pendidikan.
3. Mendidik dan Mengajar
Secara teoritis pengertian mendidik dan mengajar tidaklah sama. Mengajar berarti
menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengaetahuan atau keterampilandan lain
sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara - cara tertentu sehingga ilmu-
ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain.
Lain halnya mendidik, bahwa mendidik tidak hanya cukup dengan hanya
memberikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus

23
ditanamkan pada anak didik nilai - nilai dan norma - norma susila yang tinggi dan
luhur.
Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas dari pada
mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik .dan mendidik harus
mempunyai tujuan dan nilai - nilai yang tinggi.
4. Batas - Batas Kemampuan Pendidikan
Adapun faktor - faktor yang membatasi kemampuan pendidikan ialah :
1. Faktor anak didik
Anak didik adalah pihak yang dibantu. Pada dasarnya dalam diri anak tersebut
sudah terdapat potensi-potensi yang kemungkinan dapat dikembangkan yang mana
dalam pengembangannya membutuhkan bantuan pihak lain.
2. Faktor si pendidik
Pendidik adalah pihak yang memberi bantuan kepada anak didik . dalam hal
ini pendidik memberi bantuan guna mengemabangkan potensi - potensi yang ada
dalm diri anak didik.para pendidik tentunya mempunyai cara - cara tersendiri guna
memberikan bantuan anak dan cara tersebut belum tentu sesuai dengan anak, inilah
yang menjadi penentu pada akhirnya dalam keberhasilan pendidikan.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan disini dapat berupa benda - benda, orang - orang , dan lain
sebagainya yang ada di sekitar anak didik. Suatu hal disekitar anak dapat memberi
pengaruh langsung terhadap pembentukan dan perkembangan anak.
5. Macam - Macam Tujuan Pendidikan
 Tujuan umum :
Menurut kohnstamm dan gunning, tujuan umum pendidikan adalah untuk
membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut kihajar
dwantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan
sebagai anggota masyarakat (manusia sosial) dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi – tingginya.
 Tujuan khusus
Adalah tujuan - tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan
tertentu, dalam rangka untuk mencapai yujuan umum pendidikan.
 Tujuan tak lengkap
Adalah tujuan dari masing - masing aspek pendidikan.

24
 Tujuan incidental
Adalah tujuan yang timbul secara kebetulan. Secara mendadak, misal tujuan
untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam kehidupan sekolah.
 Tujuan sementara
Adalah tujuan - tujuan yang ingin kita capai dalam fase – fase tertentu dari
pendidikan.
 Tujuan perantara
Adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan – tujuan lain. Misal
mempelajari bahasa guna mempelajari literatur – literatur asing.
6. Pengembangan profesi pendidik/guru
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan
suatu bangsa, hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam
konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses
pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik
dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat
Dalam konteks Indonesia dewasa ini, nampak kecenderungan makin
menguatnya upaya pemerintah untuk terus mengembangkan profesi pendidik sebagai
profesi yang kuat dan dihormati sejajar dengan profesi lainnya yang sudah lama
berkembang, hal ini terlihat dari lahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Perlindungan hukum memang diperlukan terutama secara sosial agar civil
effect dari profesi pendidik mendapat pengakuan yang memadai, namun hal itu tidak
serta-merta menjamin berkembangnya profesi pendidik secara individu, sebab dalam
konteks individu justru kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri menjadi hal
yang paling utama yang dapat memperkuat profesi pendidik. Oleh karena itu upaya
untuk terus memberdayakannya merupakan suatu keharusan agar kemampuan
pengembangan diri para pendidik makin meningkat.
Dengan demikian, dapatlah difahami bahwa meskipun perlindungan hukum itu
penting, namun pengembangan diri sendiri lebih penting dan strategis dalam upaya
pengembangan profesi, ini didasarkan beberapa alasan yaitu :
 Perlindungan hukum penting dalam menciptakan kondisi dasar bagi penguatan
profesi pendidik, namun tidak dapat menjadikan substansi pengembangan
profesi pendidik otomatis terjadi

25
 Perlindungan hukum dapat memberikan kekuasan legal (legal power) pada
pendidik, namun akan sulit menumbuhkan profesi pendidik dalam pelaksanaan
peran dan tugasnya di bidang pendidikan
 Pengembangan diri sendiri dapat menjadikan profesi pendidik sadar dan terus
memberdayakan diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan berkaitan dengan
peran dan tugasnya di bidang pendidikan
 Pengembangan diri sendiri dapat memberikan kekuasaan keahlian (expert
power) pada pendidik, sehingga dapat menjadikan pendidik sebagai profesi yang
kuat dan penting dalam proses pendidikan bangsa.
Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya untuk mengembangkan diri
sendiri agar dalam menjalankan peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi
yang signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi
kepentingan pembangunan bangsa yang maju dan bermoral sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
7. Strategi Pengembangan profesi Pendidik/Guru
Mengembangkan profesi tenaga pendidik bukan sesuatu yang mudah, hal ini
disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, untuk itu pencermatan
lingkungan dimana pengembangan itu dilakukan menjadi penting, terutama bila
faktor tersebut dapat menghalangi upaya pengembangan tenaga pendidik. Dalam
hubungan ini, faktor birokrasi, khususnya birokrasi pendidikan sering kurang/tidak
mendukung bagi terciptanya suasana yang kondusif untuk pengembangan profesi
tenaga pendidik.
Dengan mengingat hal tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat dalam
upaya menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan profesi tenaga pendidik,
situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat
mengembangkan diri sendiri kearah profesionilisme pendidik. Dalam hal ini,
terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi yang
kondusif bagi pengembangan profesi pendidik, yaitu :
 Strategi perubahan paradigma. Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma
birokasi agar menjadi mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang
berorientasi pelayanan, bukan dilayani.
 Strategi debirokratisasi. Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan
birokrasi yang dapat menghambat pada pengembangan diri pendidik.

26
Strategi tersebut di atas memerlukan metode operasional agar dapat
dilaksanakan, strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan
guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam kontek
pelayanan masyarakat, sementara strategi debirokratisasi dapat dilakukan dengan
cara mengurang dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat menjadi
hambatan bagi pengembangan diri tenaga pendidik serta menyulitkan pelayanan
bagi masyarakat.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Banyak orang beranggapan bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang mudah
karena guru adalah profesi yang terbuka maka apapun latar belakang pendidikan
seseorang dia bisa menjadi guru, namun sesungguhnya menjadi seseorang yang
berprofesi sebagai guru memikul tanggung jawab yang besar karena seorang guru
pun mempunyai tugas dan kewajiban serta peranan dalam pendidikan.
2. Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu
bangsa, hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam
konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses
pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik
dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Guru sebagai pendidik
profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan
kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya.
3. Usaha peningkatan dan pengembangan mutu profesi dapat dilakukan secara
perseorangan oleh para anggotanya, ataupun juga dapat dilakukan secara bersama.
4. Mengembangkan profesi tenaga pendidik bukan sesuatu yang mudah, hal ini
disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, untuk itu pencermatan
lingkungan dimana pengembangan itu dilakukan menjadi penting, terutama bila
faktor tersebut dapat menghalangi upaya pengembangan tenaga pendidik.
5. Profesi guru adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan
atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas berat mencerdakan anak didik
B. Saran
Diharapkan sesorang yang berprofesi sebagai guru dapat memahami tugas dan
peranannya sebagai pendidik.
1. Guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk.Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus
disingkirkan dari watak dan jiwa anak didik

28
2. Guru harus terus menerus berintuisi serta menggali berbagai macam informasi
untuk menemukan inovasi baru dengan cara mendapatkan sumber pembelajaran
dari mana saja. Observasi media informasi, serta melibatkan teknologi harus
terus dikembangkan.
3. Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pengajaran. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi.
4. Guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan mana nilai yang buruk.
Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus
disingkirkan dari watak dan jiwa anak didik.
5. Guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik. Guru
harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dan juga guru harus dapat memberi petunjuk (ilham) bagaimana cara
belajar yang baik

29
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, Syafruddin. Guru Professional Dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat


Pres. 2002.

Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Komp etensi, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006.

Suparlan. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publising. 2006.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Brotowidjoyo, Mukayat D.1985. Penulisan Karangan Ilmiah.Jakarta: Akademika


Pressindo.

Anwar, HM. Idochi dan YH Amir (2001). Administrasi Pendidikan, Teori, Konsep, dan
Isu, Program Pascasarjana. UPI

Imron, Ali, 1995. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai