Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROFESI KEGURUAN

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Akbar Waliyullah 1911040017
Azriel anandsyah murti 1911042017
Vicarianti 1911042009
Varah Umay'ah Husain 1911042015
Nur Risma Rusdi 1911042027
Fanny Armasari 1911040005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEAMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas ke hadirat Allah SWT,yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sebagai makhluk-Nya. Karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah “
Konsep Profesi
Keguruan “.
Makalah ini disajikan secara sistematis dan dengan pemikiran- pemikiran yang
relevan, sehingga mempermudah pembaca untukmemahaminya. Dalam makalah ini
diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai materi yang disajikan.Akhir kata,
tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalahini, masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun kami harapkan untuk kesempurnaan
makalah ini dan menjadi perbaikan untuk penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3


2.1 Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalitas, Profesionalisasi danProfesionalisme
..................................................................................................................... 3
2.2 Ciri-Ciri Profesi, Professional, dan Profesionalisme ................................. 4
2.3 Keterkaitan antara Profesi, Professional dan Profesionalisme ..................... 6
2.4 Sikap dan Sasaran Profesi Keguruan ......................................................... 6
2.5 Syarat Guru Professional .................................................................... 10
2.6 Guru Profesional sebagai Komunikator dan Fasilitator ................................ 12
2.7 Fungsi dan Peran Guru dalam Pembelajaran ....................................................... 14

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 20


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 20
3.2 Saran ....................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru merupakan profesi tertua didunia seumur dengan keberadaan
manusia. Bukankah ibu dan keluarga merupakan guru yang pertama dalam
kehidupan. Tidak mengherankan apabila di dalam masyarakat, profesi guru
dianggap dapat dilakukan oleh semua orang. Sehingga sekarang ini,
pertanyaan yang masih muncul berkaitan dengan profesi guru yaitu “Apakah
pekerjaan guru itu suatu profesi?” Pertanyaan ini muncul karena disatu sisi
guru adalah pendidik, sehingga banyak yang beranggapan setiap orang dapat
dan berhak mendidik. Disisi lain ada sebagian orang yang menjadi guru
tanpa melalui jalur pendidikan guru tetapi dapat melaksanakan tugasnya
sama atau lebih baik dari pada mereka yang berlatar belakang guru.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran
suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam
kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan
guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya
kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret
manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan
gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di
tengah-tengah masyarakat.
Indonesia sangat membutuhkan guru profesional yang mampu untuk
mendidik anak bangsa menjadi penerus bangsa yang memiliki kualitas.
Apabila seorang guru tidak punya sikap professional maka peserta didik
akan sulit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan adanya guru
yang professional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa
yang berkualitas pula. Selain seorang guru professional, seorang guru juga
mempunyai tugas lain yaitu sebagai fasilitator dan komunikator untuk
mendidik, mengajar dan melatih anak didiknya. Seorang guru juga harus
mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas, dan konsep keilmuan
yang berhubungan dengan guru professional.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian profesi, profesional, profesionalitas, dan
profesionalisme?
2. Menjelaskan ciri-ciri profesi, professional, dan profesionalisme
3. Menjelaskan keterkaitan antara profesi, professional dan profesionalisme
4. Menjelaskan sikap dan sasaran profesi keguruan
5. Menjelaskan syarat guru professional
6. Menjelaskan guru professional sebagai komunikator dan fasilitator
7. Menjelaskan fungsi dan peran guru dalam pembelajaran

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian dari profesi, professional, profesionalitas,
profesionalisasi dan profesionalisme
2. Untuk mengetahui ciri-ciri profesi, professional, dan profesionalisme
3. Untuk mengetahui keterkaitan antara profesi, professional dan
profesionalisme
4. Untuk mengetahui sikap dan sasaran profesi keguruan
5. Untuk mengetahui syarat guru professional
6. Untuk mengetahui guru professional sebagai komunikator dan fasilitator
7. Untuk mengetahui fungsi dan peran guru dalam pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalitas, Profesionalisasi dan


Profesionalisme
A. Profesi
Profesi secara etimologi berasal dari kata profession (inggris) yang berasal dari
bahasa Latin profesus yang berarti “mampu atau ahli dalam suatu bentuk
pekerjaan”. Profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian, yang didapat melalui pendidikan dan latihan tertentu,
menurut persyaratan khusus memiliki tanggung jawab dan kode etik
tertentu. Pekerjaan yang bersifar profesional berbeda dengan pekerjaan
lainnya karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus
dalam melaksanakan profesinya. Profesi juga diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
Jadi profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian
tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak
dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui
pendidikan dan pelatihan secara khusus (Musriadi, 2016: 27-30).
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatau pengetahuan khusus. Sebutan profesi selaalu
dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang,
akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut sebagai profesi,
karena profesi menuntut keahlian para pemangkinya, artinya suatu
pekerjaan atau jabatan tidak dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi
memerlukan suatau persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang
dikembangkan khusus untuk itu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

3
Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya.

B. Profesional
Profesional adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Seseorang dikatakan profesional Apabila
mereka mampu menawarkan jasa dan peraturan dalam bidang yang
dijalaninya dan juga bisa dikatakan profesional apabila sudah menerima gaji
sebagai upah atas jasanya.
C. Profesionalitas
Profesionalitas adalah keahlian yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
melakukan tugas-tugasnya. Profesionalitas lebih menggambarkan suatu
keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
D. Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu profesi yang mengarah pada proses
peningkatan kemampuan dalam mencapai kriteria yang standar
penampilannya sebagai profesi. Maksudnya adalah kita gambarkan kepada
jabatan guru, apabila guru tidak berusaha menambah pengetahuannya yang
baru, maka meteri sajian waktu mengajar akan gersang.
E. Profesionalisme
Profesionalisme adalah sikap mental dalam bentuk komitmen dari para
anggota suatu profesi untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas
profesionalnya. Profesionalisme itu suatu tingkah laku keahlian atau kualitas
diri seseorang yang profesional atau bisa juga dikatakan sebagai cerminan
sikap mental untuk meningkatkan keahlian profesional nya.

2.2 Ciri-Ciri Profesi, Professional, dan Profesionalisme


A. Ciri-ciri Profesi

4
Menurut Djam’an Satori (2007: 1.5) profesi mempunyai beberapa ciri-ciri
yaitu sebagai berikut:
a. Standar unjuk kerja;
b. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut
dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab;
c. Organisasi profesi;
d. Etika dan kode etik profesi;
e. Sistem imbalan;
f. Pengakuan dari masyarakat.

Ada beberapa ciri profesi yang melekat yaitu: pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang bertahun-tahun. Adapun secara khusus sifat yang selalu
melekat pada profesi adalah:

a. Adanya kaidah dan standar mmoral yang sangat tinggi.


b. Adanya pengetahuan khusus.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat.
d. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

B. Ciri-ciri professional
a. Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar
b. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
c. Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
d. Keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi
pembelajaran
e. Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
f. Kemampuan mengorganisir dan problem solving
g. Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

C. Ciri-ciri Profesionalisme

5
Menurut Panji Anoraga (2001:9). menyebutkan bahwa ciri-ciri profesionalisme
adalah
a. Memiliki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga dituntut
untuk pengalaman dan kebiasaan,
b. Menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat yang tidak mudah
c. Puas atau putus asa sampai selalu mencari peningkatan mutu,
d. Memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh
melalui hasil tercapai
e. Memerlukan adanya kebulatan fikirandan perbuatan, sehingga terjaga efektifitas
kerja yang tinggi

2.3 Keterkaitan antara Profesi, Professional dan Profesionalisme


Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai suatu
kegiatan pokok yang dapat menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian.
Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang
dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh
terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di
profesinya.
Profesionalisme adalah sama dengan orang yang hidup dengan cara
mempraktekkan keterampilan yang mereka miliki dan terlibat dengan kegiatan yang
sesuai dengan keahliannya tersebut. Profesionalisme sama dengan orang yang
menjalankan profesi atau pekerjaan yang sesuai dengan keahlian.
Jadi, profesi, profesional dan profesionalisme memiliki keterkaitan yang sangat erat
didalamnya. Karena sebuah profesi tidak berjalan tanpa adanya seorang yang
profesional yang berada pada Profesi tersebut. Seorang yang profesional tidak dapat
dikatakan profesional ketika belum mengembangkan ke profesionalismenya, karena
profesionalisme seorang yang profesional sangat dibutuhkan dalam menjalankan sebuah
profesi atau pekerjaan yang sesuai dengan keahlian.

6
2.4 Sikap dan Sasaran Profesi Guru
A. Sasaran Sikap Profesional Guru
Secara umum, sikap profesional seorang guru dapat dilihat dari faktor luar, akan
tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru
sebagai seorang tanpa pendidik. Menurut PP No.74 Tahun 2008 pasal 1.1 tentang
Guru dan UU. No.14 Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang guru dan Dosen, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Berikut ini yang dijadikan sasaran dengan profesi keguruan yaitu
meliputi sikap profesional keguruan terhadap: (1) peraturan perundang-undangan,
(2) Organisasi Profesi, (3) Teman Sejawat, (4) Anak didik, (5) Tempat Kerja, (6)
Pemimpin, dan (7) Pekerjaan.
B. Sikap Profesional Guru
1) Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Kode etik guru Indonesia pada butir kesembilan bahwasanya:”Guru melaksanakan
segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI, 1973).
Kebijakan pendidikan di negara ini dipegang oleh pemerintah dalam hal ini
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang mengeluarkan ketentuan-
ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan kebijakan yang akan
dilaksanakan oleh aparatnya antara lain: pembangunan gedung-gedung
pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui
kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda
dengan men-giatkan kekuatan karang taruna.
Guru merupakan unsur aparatur Negara dan abdi-Negara. Karena itu, guru mutlak
perlu mengetahui kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga
dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut.
Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan
peratutan baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di
Pusat maupun di daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan
pendidikan di negara kita. Seperti peraturan tentang berlakunya kurikulum sekolah

7
ternetu pembebasan uang Sumbangan Pembiayaan.

2) Sikap Terhadap Organisasi Profesi


Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Sementara guru pada satuan
madrasah sebagai payung organisasinya berada di bawah naungan Persatuan
Guru Madrasah Indonesia (PGMI) dasar ini menunjukkan bahwa betapa
pentingnya peranan organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian.
PGRI dan PGMI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan, agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan
menetapkan profesi guru. Keberhasilannya sangat bergantung kepada kesadaran
para anggotanya, rasa tanggung jawab dan kewajiban para anggotanya.
Organisasi PGRI dan PGMI adalah suatu sistem yang unsur pembentukannya
adalah guru-guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan
sistem. Ada hubungan timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik
dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.
3) Sikap Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat kode etiki guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini berarti sebagai
berikut: (a) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru
dealam lingkungan kerjanya, (b)Guru hendaknya menciptakan dan memelihara
semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan
kerjanya. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan yang
harmonis untuk menciptakan rasa persaudaraan yang kuat di antara sesama anggota
profesi khususnya di lingkungan kerja yaitu sekolah, guru hendaknya menunjukkan
suatu sikap yang ingin bekerja sama, menghargai, pengertian, dan rasa
tanggung jawab kepada sesama personel sekolah. Sikap ini diharapkan akan
memunculkan suatu rasa senasib sepenanggungan, menyadari kepentingan
bersama, dan tidak mementingkan kepentingan sendiri dengan mengorbankan
kepentingan orang lain, sehingga kemajuan sekolah pada khususnya dan kemajuan
pendidikan pada umumnya dapat terlaksana. Sikap ini hendaknya juga dilaksanakan

8
dalam pergaulan yang lebih luas yaitu sesama guru dari sekolah lain.
4) Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila.
Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami seorang guru dalam
menjalankan tugasnya sehari- hari, yakni: tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing, dan prinsip pembentukan manusia indonesia yang seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional sesuai dengan UU. No. 2/1989 yaitu membentuk
manusia indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah
membimbing peserta didik bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian
membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso
sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Kalimat ini
mengindikasikan bahwa pendidikan harus memberi contoh, harus dapat
memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Prinsip
manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang
bulat dan utuh, baiki jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi tetapi juga
bermoral tinggi pula. Dalam hal mendidik guru tidak hanya mengutamakan aspek
intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi
peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial, maupun lainnya sesuai dengan
hakikat pendidikan.
5) Sikap Tempat Kerja
Untuk menyukseskan proses pembelajaran guru harus bisa menciptakan
suasana kerja yang baik, dalam hal ini adalah suasana sekolah. Dalam kode
etik dituliskan bahwa guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya
yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru
harus aktif mengusahakan suasana baik itu dengan berbagai cara, baik
dengan penggunaan metode yang sesuai, maupun dengan penyediaan alat
belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap,
ataupun pendekatan lain yang diperlukan. Selain itu untuk mencapai
keberhasilan proses pembelajaran guru juga harus mampu menciptakan
hubungan yang harmonis antar sesama perangkat sekolah, orang tua siswa,

9
dan juga masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengundang orang
tua sewaktu pengambilan rapor, membentuk BP3 dan lain-lain.
6) Sikap Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun yang
lebih besar, guru akan selalu berada dalalm bimbingan dan pengawasan pihak
atasan. Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari cabang, daerah,
sampai ke pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar depdikbud, ada
pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya
samapai kementrian pendidikan dan kebudayaan. Kerja sama juga dapat diberikan
dalam bentuk ususlan dan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan yang
telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif dan loyal terhadap
pimpinan.
7) Sikap Terhadap Pekerjaan
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1, tentang guru dan dosen merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
(a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism, (b) Memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Hal
ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benar-benar berkomitmen dalam
memajukan pendidikan. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dan melayani
peserta didik dengan baik. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan
masyarakat. Guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dengan keinginan
masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya. Keinginan dan
permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, guru
selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya

2.5 Syarat Guru Profesional


Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, rasa
kesejawatan dan piawai dalam melaksanakan profesinya.

10
1. Karakteristik Guru Profesional
a. Memiliki kadar pengetahuan yang luas dalam mata pelajaran spesialisasinya
b. Berpengalaman mengajar
c. Ucapannya jelas dan tegas
d. Antusiasme tinggi
e. Peduli
f. Ceria dan santai
g. Sikap bekerja sama dengan guru lain maupun orang tua siswa
h. Berniat memperbaiki kecakapan mengajarnya dan memajukan
pendidikannya
i. Kelasnya secara struktural teratur baik untuk memaksimalkan waktu mengajar
j. Menjaga waktu transisi antar kegiatan sesedikit mungkin
k. Masuk kelas dalam keadaan siap
l. Dorongan positif
m. Memonitor dan menangani gangguan dikelas
n. Mendisplinkan siswa secara adil dan wajar
o. Menyampaikan harapan akademik dan mampu memotivasi siswa untuk bisa
belajar optimal
p. Menunjukkan suatu tingkat perencanaan dan oragnisasi yang tinggi

2. Syarat menjadi guru Profesional


Komponen dasar dalam UU Guru dan Dosen. Guru dan Dosen bukan hanya
bermodal penguasaan materi dan penyampaian kepada siswa saja. Namun,
memerlukan pemikiran, latihan, kerja keras dan loyalitas yang tinggi dalam
mengemban tugas profesinya.
3. Kompetensi Guru
a. Kompetensi Pedagogik adalah membimbing anak, mengarah pada
keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan pendidikan yang semuanya dibimbing oleh guru.
Artilain disiplin yang berhubungan dengan teori dan praktek pendidikan,
sehingga menyangkut studi dan praktek bagaimana cara terbaik guru untuk

11
mengajar.
b. Kompetensi kepribadian yaitu guru harus mampu menilai diri sendiri
secara realisitik, mampu menilai situasi secara realistik, mampu menilai
prestasi, menerima dan melaksanakan tanggung jawab, memiliki sifat
kemandirian, dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial (mau
berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain), serta memiliki filsafat hidup (mengarahkan
hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang
dianutnya).
c. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi Sosial adalah kemasyarakatan. Dengan demikian guru dalam hal
sikap, orientasi, atau perilakunya haruslah mampu menjadi contoh ideal
seorang guru, ia harus memiliki sikap yang ramah dalam berhubungan
dengan orang lain, mampu berkontribusi terhadap kegiatan sosial, serta mampu
berkomunikasi dengan cara yang baik terhadap masyarakat pada umumnya

2.6 Guru Profesional Sebagai Fasilisator dan Komunikator


A. Guru profesional sebagai komunikator
Komunikasi dalam bahasa Inggris adalah communication, berasal dari kata
commonicatio atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama maknanya”.
Dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud
mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang diinginkan
oleh komunikator. Komunikasi berarti penyampaian informasi, gagasan, pikiran,
perasaan, keahlian dari komunikator kepada komunikan untuk mempengaruhi
pikiran komunikan dan mendapatkan tanggapan balik sebagai feedback bagi
komunikator. Sehingga komunikator dapat mengukur berhasil atau tidaknya pesan
yang di sampaikan kepada komunikan. Komunikasi mendapatkan tempat strategis
dalam dunia pendidikan.

12
Pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat
dua komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa
sebagai komunikan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif.
Pada umumnya pembelajaran berlangsung secara berencana di dalam kelas secara
tatap muka (face to face) dan kelompoknya relatif kecil. Meskipun komunikasi
antara siswa dan guru dalam ruang kelas itu termasuk komunikasi kelompok, guru
sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal. Terjadilah
komunikasi dua arah atau dialog dimana siswa menjadi komunikan dan
komunikator. Mengingat pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar, maka pembelajaran
dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai
fasilitator.
Guru sebagai komunikator dituntut mempunyai keterampilan
berkomunikasi yang baik agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan
memberikan kesan yang baik kepada siswa. Untuk itu, seorang guru harus
mengetahui kebutuhan, karakteristik, minat, serta hobi anak didiknya yang menjadi
pihak komunikan. Komunikasi dan performa guru menjadi titik pusat perhatian
siswa dalam belajar. Siswa akan senang belajar jika guru mampu mengemas
dan mendesain komunikasi pembelajaran dengan sebaik-baiknya, walaupun
hakekatnya siswa kurang suka terhadap materi yang disampaikan guru. Begitu pula
sebaliknya, apabila guru tidak peka dan tidak mampu mengkomunikasikan dengan
baik, maka siswa dipastikan akan kurang berminat untuk belajar walaupun
sebenarnya siswa menyukai terhadap materi pembelajaranya.

B. Guru Profesional sebagai Fasilisator


Fasilitator adalah istilah Inggris yang telah di Indonesia kan. Fasilitator
bermakna bahwa guru juga harus berfungsi sebagai pemberi fasilitas atau
melakukan fasilitasi. Guru menjadi jembatan yang baik di depan para siswanya.
Dalam fungsinya ini guru lebih banyak melakukan sharing belajar, atau
bisa disebut belajar bersama. Ketika guru menyampaikan kompetensi dasar sebuah

13
mata pelajaran, ia tidak akan mengeksplorasi pelajaran itu, ia hanya memancing
pengetahuan yang ia yakin telah diketahui oleh para siswanya. Kumpulan-
kumpulan pengetahuan itu ketika dicakupkan akan menjadi sistematika pengetahuan
yang luar biasa.
Guru sebagai Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan
melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya. Guru Sebagai
Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegitan belajar anak didik, menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan. Salah satu fungsi dan tugas guru adalah sebagai seorang fasilitator.
Untuk memenuhi kriteria sebagai fasilitator, ada pendapat yang menyebutkan
batasan-batasan yang harus dimiliki guru tersebut. Batasan- batasan tersebut
dijelaskan pada poin-poin berikut.
Menurut E.Mulyasa (2008) ada tujuh sikap yang harus dimiliki guru, seperti
yang diidentifikasi Rogers (dalam Knowles, 1984) berikut.
a. Tidak berlebih mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang
terbuka.
b. Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan
perasaannya.
c. Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif, bahkan
yang sulit sekalipun.
d. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik
seperti halnya terhadap bahan pelajaran

2.7 Fungsi dan Peran Guru dalam Pembelajaran


A. Fungsi Guru
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang
penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti
radio, internet maupun komputer yang paling modern. Banyak unsur
manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan
keteladanan yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran, yang tidak
dapat dicapai kecuali melalui pendidik. Demikianlah gambaran begitu

14
pentingnya fungsi guru dan betapa beratnya tugas dan tanggung jawab
guru, terutama tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru. Di sekolah
seorang guru menjadi ukuran atau pedoman bagi murid-muridnya, di
masyarakat seorang guru menjadi sauri tauladan bagi setiap warga
masyarakat. Fungsi guru cukup berat untuk diemban ini tentu saja
membutuhkan sosok seorang guru atau pendidik yang utuh dan tahu dengan
kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Pendidik itu harus
mengenal Allah dalam arti yang luas, dan rasul, serta memahami risalah
yang dibawanya.
Adapun fungsi guru adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Sebagai Pengajar (Instruksional)
Yaitu fungsi untuk melaksanakan tugas mengajar (to teach), tugas ini
secara keguruan merupakan tugas tradisional. System instruksional
dibentuk oleh konsep, yaitu system dan instruction, yang diartikan
sebagai suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan
oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi. Istilah tersebut
digunakan untuk menunjukkan suatu proses belajar mengajar. Disamping
itu juga ada unsure lainnya yang menyempurnakan proses belajar
mengajar ini, yaitu unsure komponen dan proses. Antara tujuan,
komponen, dan proses memiliki hubungan yang saling menentukan.
2) Fungsi Sebagai Pemimpin (Managerial)
Pengertian pemimpin disini adalah, pemimpin bagi diri sendiri, siswa
maupun orang lain (masyarakat). Memimpin diri sendiri maksudnya
adalah dapat mengarahkan, mengawasi, mengorganisasi, dan mengontrol
kegiatan sendiri. Memimpin siswa adalah memimpin/membimbing anak
dalam belajar. Memimpin orang lain/masyarakat artinya seorang guru
ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, menjadi teladan dan
menggabungkan pikiran dari masyarakat. Dengan demikian tugas guru
sebagai pemimpin tidak hanya terbatas dalam kelas (internal kelas)
tetapi juga eksternal (diluar kelas).
B. Peran Guru

15
1) Pendidik
Mendidik dikenal sebagai tugas untuk memanusiakan manusia. Siswa
adalah manusia yang belum menjadi manusia seutuhnya sehingga
memerlukan bantuan orang dewasa. Melalui proses pembelajaran, segala
sikap dan tingkah laku siswa ditingkatkan menjadi lebih baik sehingga
terbentuk sebuah karakter yang baik.
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, sesuai dengan norma, berwibawa, mandiri dan disiplin.
2) Pengajar
sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa. Mengajar bermakna untuk
menyentuh ranah intelektual dan kecerdasan siswa. Untuk mengajar
diperlukan berbagai strategi dan metode sehingga proses transfer ilmu
pengetahuan kepada siswa menjadi lancar. Pengertian ‘mengajar’ yang
sesungguhnya adalah menciptakan situasi dan kondisi supaya siswa
belajar. Guru dikatakan belum mengajar kalau siswa belum belajar. Jadi,
orientasi proses pembelajaran di ruang kelas berorientasi kepada proses
belajar siswa.
3) Pembimbing
Potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan
ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang
mandiri dan produktif. Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak
ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu
memiliki kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik
dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap
individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang.
4) Pelatih
Dalam pemahaman penulis, ‘model pelatihan dan pendampingan
berbasis satuan pendidikan’ merupakan model dalam kegiatan pelatihan

16
yang berlangsung di satuan pendidikan setempat (sekolah yang ditunjuk
sebagai Sekolah Rintisan Penerapan Kurikulum 2013), dengan sasaran
seluruh guru dan tenaga kependidikan yang ada di satuan pendidikan
setempat. Seluruh guru sama-sama belajar tentang Kurikulum 2013 dan
menerima materi pelatihan secara langsung dari sumber utama yang
terpercaya, bukan dari sumber-sumber lain yang mungkin sudah jauh
terdistorsi. Setiap guru di ‘Sekolah Rintisan Penerapan Kurikulum 2013’
dipantau dan dibimbing secara intensif tingkat kemampuannya dalam
mengimplementasikan hasil pelatihan,
Guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas untuk melatih
peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan
kompetensi masing-masing. Pelatihan yang dilakukan, di samping harus
memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu
memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan lingkungannya.
Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal,
dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
5) Penasehat
Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat dan
dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang. Dalam
setiap langkah kehidupan, manusia tidak terlepas dari masalah karena
masalah adalah bagian dari manusia yang hidup. Begitu pula halnya
dengan peserta didik. Seringkali peserta didik mengalami kesulitan-
kesulitan, seperti kesulitan belajar, kesulitan memecahkan masalah
pribadi, kesulitan memecahkan masalah sosial, kesulitan mengambil
keputusan, kesulitan menemukan jati diri, dan sebagainya. Kesulitan
tersebut pasti akan mempengaruhi proses pembelajaran dan menentukan
hasil dalam pencapaian tujuan. Untuk itu seorang guru harus bertindak
sebagai konsultan yang siap memberikan nasihat kepada peserta didik.
Menjadi guru pada tingkat mana pun berarti menjadi penasihat dan
menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran pun meletakkannya

17
pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan
kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari
kepada gurunya.
6) Kreator
Kreativitas, jika apa yang dikerjakan guru sekarang lebih baik dari yang
sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari
sekarang. Tak seorang pun dapat mengajar sesuatu pada anak, dan anak
harus melakukan sendiri kegiatan belajar, tetapi tidak berarti bahwa guru
tidak membantu.
7) Aktor
Anak-anak tidak pandai mendengarkan gurunya, tetapi mereka tidak
pernah gagal dalam meniru mereka. Sebagai seorang aktor, guru harus
melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan
mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton.
Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para
penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa pula
menangis terbawa oleh penampilan sang aktor. Untuk bisa berperan
sesuai dengan tuntutan naskah, dia harus menganalisis dan melihat
kemampuannya sendiri, persiapannya, memperbaiki kelemahan,
menyempurnakan aspek-aspek baru dari setiap penampilan,
mempergunakan pakaian, tata rias sebagaimana yang diminta, dan
kondisinya sendiri untuk menghadapi ketegangan emosinya dari
malam ke malam serta mekanisme fisik yang harus ditampilkan.
8) Emansipator
Guru harus mengenal kebutuhan peserta didik akan pengalaman,
pengakuan, dan dorongan. Guru yang emancipator, ketika peserta didik
yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa
dicampakkan orang lain, selalu diuji dengan kesulitan sehingga hampir
putus asa, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
Guru sebagai emancipator ini dikatakan berhasil jika semua peserta didik
kita itu merasa percaya diri, meskipun banyak diantara mereka yang

18
mungkin lemah, mungkin kelainan atau mungkin berbeda dengan anak
yang lain, tapi dia merasa percaya diri dengan potensi yang dimiliknya,
ini disebut guru sebagai emancipator yang berhasil dalam
mengembangkan potensi siswa.
9) Inovator
Guru harus berusaha agar terlihat “baru” di hadapan peserta didik,
modelnya, penampilannya, strateginya daan pemikirannya. Karena guru
yang hebat merupakan guru yang selalu ditunggu-tunggu kedatangannya
oleh siswa.
10) Peneliti
Metode, strategi, media pengajaran yang diterapkan di suatu sekolah
belum tentu cocok untuk sekolah yang lain. Begitu pula dengan
perlakuan guru yang ditunjukkan di suatu daerah, belum tentu dapat
diterima di daerah yang lain. Dengan demikian, apabila seorang guru
ingin sukses menjadi ‘guru yang profesional’, hendaknya selalu
mengadakan penyesuaian yang terlebih dahulu melakukan penelitian,
untuk menghindari perlakuan yang salah dalam proses pembelajaran
peserta didik.
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk
itu,diperlukan berbagai penelitian, yang di dalamnya melibatkan guru.
Oleh karena itu, guru adalah seorang pencari atau peneliti. Dia tidak tahu
dan dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan
subjek pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui
sesuatu maka ia berusaha mencarinya melalui kegiatan penelitian.
Usaha mencari sesuatu itu adalah mencari kebenaran, seperti seorang ahli
filsafat yang senantiasa mencari, menemukandan mengemukakan
kebenaran.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
atau keterampilan dari pelakunya. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan
sebagai suatu kegiatan pokok yang dapat menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian. Secara etimologi, profesi berasal dari kata
profession yang memiliki arti pekerjaan. Dalam KBBI, mengartiakn bahwa
profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
seperti ketrampilan, kejuruan dan lain sebagainya. Sedangkan secara isrilah,
profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang didasari akan
keahlian tertentu. Akan tetapi tidak semua orang yang memiliki kapasitas dan
kahlian tertentu saja akan tetapi ada syarat yang mengharuskan bahwa orang
yang memiliki keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatannya itu.
Kedudukan guru sebagai profesi bukan karena hasil dari cetakan sosial,
melainkankan karena seorang guru mengandung seperangkat teori yang
sistematis. Selain itu seorang guru memiliki otoritas terhadap anak didiknya dan
orang tua dari peserta didiknya. Dan yang terakhir adalah seorang guru
memiliki klaim atas uang negara berupa gaji yang diterimanya. Profesi guru
merupakan sebuah jabatan yang sangat mulia dan mengemban tugas dalam
suatu pembelajaran. Tugas pokok tersebut mencakup secara keseluruhan dalam
proses belajar-mengajar. Dan tugas pokok tersebut harus dilaksanakan secara
profesional.

3.2 Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar wawasan kita
mengenai konsep-konsep profesi keguruan. Penulis sangat merekomendasikan agar
makalah ini menjadi bahan bacaan, karena dalam penulisan makalah ini, penulis
mengutip dari berbagai referensi untuk menambah kelengkapan pembahasan,

20
ditambah dengan pengertian di akhir kutipan yang penulis buat.
Penulisan makalah ini tidak akan terlepas dari kesalahan baik yang
tersengaja atau tidak. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sekalian untuk perbaikan penulis dalam menulis di kesempatan
berikutnya. Semoga setelah membaca makalah ini pembaca mampu
memperhatikan perkembangan profesi dan hal-hal yang mendasari tentang
profesi baik profesional, profesionalitas, dan profesionalisme dalam rangka
mencerdaskan generasi bangsa ini.

21
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah. 2018. Profesionalisme dan Kualitas Pelayanan (Telaah Implementasi dalam
Penyelenggaraan Diklat Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan).
Jurnal Diklat Teknis. Vol 4 (1): 90

Anwar, Aep Saepul dan Fatkhul Mubin. 2020. Pengembaqan sikap profesionalisme guru mlalui
kinerja guru pada satuan pendidikan guru pada satuan pendidikan Mts
Negeri 1 Serang. Jurnal Pendidikan Islam. Vol 2 (1): 153-161

Dewan Pendiidkan. 2017. Standar Yang Dipersiapkan untuk Menjadi Guru Einstein,
Idha. 2016. Guru professional sebagai komunikator dan
fasilitator .http://idhaeinsteinnizda.blogspot.com/2016/04/guru-profesional-

Susanto, Heri. 2020. Profesi Keguruan. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

Syarifuddin. 2015. Guru professional: Dalam Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi). Jurnal Kajian
Ilmu dan Budaya Islam. Vol 3 (1): 67-81

Yumna, Aulia. 2016. Devinisi Profesi, Profesional dan Profesionalisme.


https://www.academia.edu/23740809/Devinisi_Profesi_Profesional_dan
profesionalisme

22

Anda mungkin juga menyukai