Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MINI RISET

DASAR DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

“PERAN GURU BK TERHADAP SELF CONTROL SISWA”

Dosen Pengampu :

Armita Sari S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Rizka Andriyani: 1221151028

Sekar ayu Pratiwi: 1223151030

BK REGULER D
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
karunianya kami dapat mengerjakan dan memenuhi tugas makalah penelitian ini. Penulisan
makalah laporan Mini Riset yang kami sajikan secara benar sesuai dengan kemampuan yang
kami miliki.,tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah Psikologi
Perkembangan laporan Mini Riset .Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dengan tulus hingga terselesaikannya tugas ini, khususnya kepada selaku
dosen pengampu Ibu Armita Sari S.Pd, M.Pd dalam mata kuliah Dasar Dasar Bimbingan dan
Konseling. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata kami Penulis, kami mengucapkan terima kasih, semoga
makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi setiap pihak terutama bagi mereka para
pembaca.

Medan, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah........................................................................................................5
C. Batasan Masalah..............................................................................................................5
D. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian............................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian..........................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................6
A. Kontrol Diri.....................................................................................................................6
B. Tugas- Tugas Perkembangan Masa Remaja...................................................................7
C. Ciri-Ciri Perkembangan Masa Remaja..........................................................................7
BAB III METODE IDENTIFIKASI..........................................................................................9
A. Waktu dan Tempat Identifikasi.......................................................................................9
B. Jenis Penelitian................................................................................................................9
C. Populasi dan Sampel.......................................................................................................9
D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................................9
E. Teknik Analisis Data.......................................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................10
A. Gambaran Hasil Idenntifikasi.......................................................................................10
B. Pembahasan...................................................................................................................13
C. Temuan Lapangan.........................................................................................................18
BAB V PENUTUP...................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan
potensi manusiawi yang dimiliki anak didik agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan
manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan untuk
mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana, terarah, dan sistematika guna
mencapai tujuan tertentu. Tujuan itu harus mengandung nilai-nilai yang serasi dengan
kebudayaan di lingkungan masyarakat yang diselenggarakan sekolah sebagai lembaga
pendidikan.
Oleh karena itulah, dapat dikatakan bahwa fungsi sekolah adalah meneruskan,
mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan suatu masyarakat melalui kegiatan-kegiatan
yang mampu membentuk kepribadian anak agar menjadi manusia dewasa. Dengan kata lain
sekolah berfungsi mempersiapkan generasi yang kelak mampu mempertahankan eksistensi
kelompok atau masyarakat yang memiliki kebudayaan tertentu berbeda dari bangsa lain.
Guru BK juga berperan aktif di sekolah yaitu merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang. Dan juga guru BK membantu
siswa untuk mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin,
menyelesaikan diri dengan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Agar siswa mampu
mengendalikan diri nya sewaktu mereka di tempatkan dimana saja.
Guru berperan penting untuk membina sikap murid di sekolah, dari sekian banyak guru
bidang studi, guru BK lah yang sangat terpenting yang dimana seorang guru BK memberikan
pemahaman kepada klien, agar klien mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mengadakan
perubahan tingkah laku positif, melakukan pemecahan masalah, melakukan pengambilan
keputusan yang sesuai dan tidak melanggar peraturan.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapatkan identifikasi masalah yaitu:
1. Peran Guru BK dalam Mengembangkan Self Control Siswa di SMP Negeri 7 Medan
2. Mengidentifikasi tingkat control diri siswa kelas 9-5 melalui kuesioner.
C. Batasan Masalah
Dalam Penelitian ini terdapat beberapa batasan antara lain:
1. Melakukan pembagian kuesioner pada siswa kelas 9-5 sebanyak 25 orang.
2. Melakukan wawancara pada salah satu guru BK di SMP Negeri 7 Medan.

D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana self control siswa di SMP Negeri 7 Medan.
2. Bagaimana peran guru BK dalam mengembangkan self control siswa.
3. Apa saja kendala guru BK dalam mengembangkan self control siswa di SMP Negeri 7
Medan.

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Self Control siswa di SMP Negeri 7 Medan.
2. Untuk mengetahui peran guru BK dalam mengembangkan self control siswa di SMP Negeri
7 Medan
3. Kendala guru BK dalam mengembangkan self control siswa di SMP Negeri 7 Medan

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti dalam merealisasikan ilmu yang diperoleh selama
ini secara teori di mata kuliah.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan kepada guru, khususnya guru BK di kendala guru BK dalam
meningkatkan self control siswa di SMP Negeri 7 Medan, bahwasanya bimbingan konseling
dapat membentuk self control siswa.
b. Sebagai masukan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut bagi SMP Negeri 7 mengenai
peran guru BK dalam membantu siswa siswa membentuk self control yang baik.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Kontrol Diri (Self-Control)

Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri
merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses
proses dalam kehidupan, termasuk dalam mengahadapi kondisi yang terdapat dilingkungan
sekitarnya.

Menurut Wolfe & Higgins, 2008), dijelaskan bahwa self- control merupakan
kecenderungan individu untuk mempertimbangkan berbagai konsekuensi, untuk
perilaku.Sedangkan self-control dikatakan sebagai kemampuan manusia untuk menahan dan
mengendalikan perilaku sosial yang tidak pantas (De Wall, Baumeister, Stillman, & Gailiot,
2005).

Kontrol diri, merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri
dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor faktor
perilaku sesuai situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi
kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan
mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform
dengan orang lain dan menutupi perasaannya.

Kontrol diri diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya yang
terbatas dan mengatasi berbagai hal yang merugikan, yang mungkin terjadi yang berasal dari
luar. Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan
dorongan dari dalam dirinya

B. Ciri-ciri Kontrol Diri (self control)


1) Kemampuan untuk mengontrol perilaku atau tingkah laku impulsif yang ditandai dengan
kemampuan menghadapi stimulus yang tidak diinginkan dengan cara mencegah menjauhi
stimulus,merapatkan tenggang waktu diantara stimulus yang sedang berlangsung,
menghentikan stimulus sebelum berakhir dan membatasi intensitas stimulus, kemampuan
membuat perencanaan dalam hidup, mampu mengatasi frustasi dan ledakan emosi serta
kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan perilaku, dalam hal ini bila
individu tidak mampu mengontrol dirinya sendiri, maka individu menggunakan faktor
eksternal.
2) Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk keberhasilan mengatur perilaku dalam
mencapai sesuatu yang lebih berharga atau diterima dalam masyarakat.
3) Kemampuan mengantisipasi peristiwa yaitu kemampuan untuk mengantisipasi keadaan
melalui berbagai pertimbangan secara relatif obyektif. Hal ini didukung dengan adanya
informasi yang dimiliki individu\

C. Jenis dan Aspek Kontrol Diri


1) Kontrol Perilaku (behavior control). Merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang
dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak
menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen yaitu
mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus
(stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan
individu untuk menetukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya
sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu
individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus, merupakan
kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki
akan dihadapi.

2) Kontrol Kognitif (Cognitive control). Merupakan kemampuan individu dalam mengolah


informasi yang tidak diinginkan dengan cara mengintepretasi, menilai, atau menghubungkan
suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi
tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information
gain), dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu
mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan
tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha
menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi segi
positif secara subjektif.

3) Pengontrol Keputusan (Decesional control). Merupakan kemampuan seseorang untuk


memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu
kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai
kemungkinan

Untuk membantu kontrol diri yang baik pada siswa, diperlukan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memberikan
jasa, manfaaat atau kegunaan tertentu dalam mencari pemecehan ataupun mencegah terjadinya
masalah pada diri individu (Prayitno, 2004: 24).

Menurut Miftakhul (2017) Peran BK dalam kontrol diri siswa adalah membantu siswa
dalam mengontrol sikap serta perilaku dan pengendalian diri yang baik yaitu dengan melakukan
pendekatan kepada siswa agar siswa merasa nyaman serta terbuka kepada konselor guru BK dan
mencari sumber permasalahan yang dihadapi siswa. Serta memberikan layanan informasi dan
layanan penguasaan konten di kelas dengan memberikan nasehat dan motivasi kepada siswa.

Untuk itu disamping orangtua, konselor di sekolah juga mempunyai peranan penting
dalam membantu mengatasi kesulitannya, keterbukaan hati konselor dalam membantu kesulitan
remaja, akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik yang
dimiliki. Pada periode perkembangannya remaja dituntut untuk menguasai salah satu tugas
perkembangan yaitu perkembangan sosial untuk bersosialisasi dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya dan juga menyesuiakan diri dengan norma yang berlaku dimasyarakat.

Kematangan karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam perkembangan remaja,
terutama siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berada dalam tahap eksplorasi yaitu pencarian
jati diri untuk membuat keputusan karir yang matang. Akan tetapi masih banyak siswa SMA
yang belum memiliki kematangan karir yang baik. Oleh sebab itu, guru BK diharapkan dapat
membimbing siswa dalam penentuan karirnya, salah satunya adalah bimbingan kelompok
dengan teknik self management.
Menurut Yusuf dan Nurihsan (2011) remaja memiliki berbagai tugas perkembangan salah
satunya adalah memilih dan mempersiapkan karir untuk ke depannya, sehingga tugas
perkembangan ini perlu diselesaikan dengan baik karena dapat mempengaruhi masa depan
individu dan sebagai persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Apabila remaja berhasil
menyelesaikan tugas perkembangannya maka remaja akan merasa bahagia dan apabila remaja
gagal menyelesaikan tugas perkembangannya maka hal ini akan membuat remaja merasa tidak
bahagia serta kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya.

Dalam hal ini remaja membutuhkan keterampilan yang tinggi terkait pengambilan
keputusan karir untuk memenuhi tugas perkembangannya. Menurut teori perkembangan karir
yang dikemukakan oleh Super (Rahmanto, 2010) siswa SMA berada pada tahap kematangan
karir, pada masa ini siswa mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai
serta mengimplementasikan pilihan karir dengan memilih pendidikan yang sesuai, akhirnya
diharapkan memasuki pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya.

Untuk meningkatkan kematangan karir hidup siswa tidak hanya dilakukan dengan
memperkuat sisi keilmuannya saja melainkan juga sisi mental dan psikisnya inilah yang
terkadang terabaikan. Oleh sebab itu, diperlukan layanan dan bimbingan yang harus dilakukan
oleh guru BK untuk dapat menanggulangi permasalahan kurang optimalnya kematangan karir
siswa. Dalam pelaksanaannya, bimbingan kelompok dapat mengincludekan teknik apapun yang
dapat menjawab tujuan dari penelitian agar kegiatan bimbingan kelompok dapat menjadi lebih
variatif dan berbeda dari bimbingan kelompok yang telah dilakukan di sekolah. Untuk itu, salah
satu model bimbingan kelompok dengan teknik self management.

Model bimbingan kelompok dengan teknik self management utnuk mempersiapkan siswa
dalam mematangkan karirnya. self management merupakan upaya individu untuk melakukan
perencanaan, pemusatan perhatian, dan evaluasi terhadap aktivitas yang dilakukan. Suwanto
(2016) mengartikan self management adalah teknik menata perilaku individu yang bertujuan
untuk mengarahkan dan mengelola dirinya agar dapat mencapai kemandirian dan hidupnya
berjalan dengan produktif. Dalam teknik ini adanya suatu usaha siswa untuk memotivasi diri,
mengelola semua unsur yang terdapat di dalam dirinya, berusaha untuk memperoleh apa yang
ingin dicapai serta mengembangkan pribadinya agar menjadi lebih baik.
D. Ciri-ciri Seseorang Mempunyai Kontrol Diri Antara Lain
a) Kemampuan untuk mengontrol perilaku yang ditandai dengan kemampuan menghadapi
situasi yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi situasi tersebut, mampu
mengatasi frustasi dan ledakan emosi.
b) Kemampuan menunda kepuasan dengan segera untuk mengatur perilaku agar dapat mencapai
sesuatu yang lebih berharga atau lebih diterima oleh masyarakat
c) Kemampuan mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi keadaan melalui pertimbangan
secara objektif.
d) Kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melakukan penilaian dan penafsiran suatu
keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif
e) Kemampuan mengontrol keputusan dengan cara memilih suatu tindakan berdasarkan pada
sesuatu yang diyakini atau disetujuinya
Orang yang rendah kemampuan mengontrol diri cenderung akan reaktif dan terus reaktif
(terbawa hanyut ke dalam situasi yang sulit). Sedangkan orang yang tinggi kemampuan
mengendalikan diri akan cenderung proaktif (punya kesadaran untuk memilih yang positif)

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri


a) Kepribadian. Kepribadian mempengaruhi control diri dalam konteks bagaimana seseorang
dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan berpengaruh pada
hasil yang akan diperolehnya. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda (unik) dan
hal inilah yang akan membedakan pola reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Ada seseorang
yang cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi, khususnya yang menekan secara
psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan reaksi.

b) Situasi. Situasi merupakan faktor yang berperan penting dalam proses kontrol diri. Setiap
orang mempunyai strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut
memiliki karakteristik yang unik. Situasi yang dihadapi akandipersepsi berbeda oleh setiap
orang, bahkan terkadang situasi yang sama dapat dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan
mempengaruhi cara memberikan reaksi terhadap situasi tersebut. Setiap situasi mempunyai
karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi pola reaksi yang akan dilakukan oleh
seseorang.
c) Etnis. Etnis atau budaya mempengaruhi kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran,
dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang membentuk cara
seseorang berhubungan atau bereaksi dengan lingkungan. Budaya telah mengajarkan nilai-
nilai yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku seseorang, sehingga
seseorang yang hidup dalam budaya yang berbeda akan menampilkan reaksi yang berbeda
dalam menghadapi situasi yang menekan, begitu pula strategi yang digunakan.

d) Pengalaman. Pengalaman akan membentuk proses pembelajaran pada diri seseorang.


Pengalaman yang diperoleh dari proses pembelajaran lingkungan keluarga juga memegang
peran penting dalan kontrol diri seseorang, khususnya pada masa anak-anak. Pada masa
selanjutnya seseorang bereaksi dengan menggunakan pola fikir yang lebih kompleks dan
pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk melakukan tindakan, sehingga pengalaman
yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang sama, sedangkan pengalaman
negatif akan dapat merubah pola reaksi terhadap situasi tersebut.

e) Usia. Bertambahnya usia pada dasarnya akan diikuti dengan bertambahnya kematangan
dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui lebih
banyak dan bervariasi, sehingga akan sangat membantu dalam memberikan reaksi terhadap
situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki control diri yang lebih baik
dibanding orang yang lebih muda.

F. Prinsip-Prinsip dalam Mengontrol Diri

a) Prinsip kemoralan.

Setiap agama pasti mengajarkan moral yang baik bagi setiap pemeluknya, misalnya tidak
mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan, tidak
melakukan tindakan asusila maupun tidak merugikan orang lain. Saat ada dorongan hati untuk
melakukan sesuatu yang negatif, maka kita dapat bersegera lari ke rambu-rambu kemoralan.
Apakah yang kita lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama? Saat
terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau melakukan atau tidak, kita dapat mengacu pada
prinsip moral di atas.

b) Prinsip kesadaran.
Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar senantiasa sadar saat suatu bentuk pikiran atau
perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap pikiran atau
perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka.
Misalnya seseorang menghina atau menyinggung kita, maka kita marah. Nah, kalau kita tidak
sadar atau waspada maka saat emosi marah ini muncul, dengan begitu cepat, tiba-tiba kita sudah
dikuasai kemarahan ini. Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan tahu saat emosi marah ini
muncul, menguasai diri kita dan kemungkinan akan melakukan tindakan yang akan merugikan
diri kita dan orang lain. Saat kita berhasil mengamati emosi maka kita dapat langsung
menghentikan pengaruhnya. Jika masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk mengendalikan
diri, maka kita dapat melarikan pikiran kita pada prinsip moral.

c) Prinsip perenungan.

Ketika kita sudah benar-benar tidak tahan untuk meledakkan emosi karena amarah dan
perasaan tertekan, maka kita bisa melakukan sebuah perenungan. Kita bisa menanyakan pada diri
sendiri tentang berbagai hal, misalnya apa untungnya saya marah, apakah benar reaksi saya
seperti ini, mengapa saya marah atau apakah alasan saya marah ini sudah benar. Dengan
melakukan perenungan, maka kita akan cenderung mampu mengendalikan diri. Secara sederhana
dapat digambarkan bahwa saat emosi aktif maka logika kita tidak jalan, sehingga saat kita
melakukan perenungan atau berpikir secara mendalam maka kadar kekuatan emosi atau
keinginan kita akan cenderung menurun.

d) Prinsip kesabaran.
Pada dasarnya emosi kita naik – turun dan timbul, tenggelam. Emosi yang bergejolak
merupakan situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya bahwa kondisi ini
akan segera berlalu seiring bergulirnya waktu. Namun hal ini tidaklah mudah karena perlu
adanya kesadaran akan kondisi emosi yang kita miliki saat itu dan tidak terlalu larut dalam
emosi. Salah satu cara yang perlu kita gunakan adalah kesabaran, menunggu sampai emosi
negatif tersebut surut kemudian baru berpikir untuk menentukan respon yang bijaksana dan
bertanggung jawab (reaksi yang tepat).

e) Prinsip pengalihan perhatian.

Situasi dan kondisi yang memberikan tekanan psikologis sering menghabiskan waktu,
tenaga dan pikiran yang cukup banyak bagi seseorang untuk menghadapinya. Apabila berbagai
cara (4 prinsip sebelumnya) sudah dilakukan untuk berusaha menghadapi namun masih sulit
untuk mengendalikan diri, maka kita bisa menggunakan prinsip ini dengan menyibukkan diri
dengan pikiran dan aktifitas yang positif. Ketika diri kita disibukkan dengan pikiran positif yang
lain, maka situasi yang menekan tersebut akan terabaikan. Begitu pula manakala kita
menyibukkan diri dengan aktifitas lain yang positif, maka emosi yang ingin meledak akibat
peristiwa yang tidak kita sukai tersebut akan menurun bahkan hilang. Saat kita berhasil memaksa
diri memikirkan hanya hal-hal yang positif maka emosi kita akan ikut berubah kearah yang
positif juga.

G. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Prestasi Belajar


Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol diri sebagai salah satu
kemampuan untuk membimbing dan mengatur perilaku yang membawa individu ke arah
konskwensi yang lebih pasif (Nur Gufron dan Riswanti,2010:13). Kontrol diri juga sangat
dibutuhkan setiap individu khususnya remaja. Sedangkan prestasi belajar akan terlihat jikalau
seorang individu mampu untuk mengontrol dirinya supaya individu tersebut tidak mudah
dipengaruhi oleh berbagai hal yang itu dapat mengganggu proses belajar.

Sedangkan prestasi belajar dapat diartikan sebagai penilaian hasil usaha kegiatan belajar
yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang baik
siswa harus mengalami sebuah proses 33 pembelajaran.Dengan kata lain jika remaja tersebut
tidak mengikuti kegiatan pembelajaran atau tidak pernah sama sekali memiliki niat untuk belajar
maka akan dipastikan siswa tersebut akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun jika
siswa tersebut mengikuti kegiatan pembelajaran atau belajar dengan teratur maka pasti akan
memiliki prestasi belajar yang bagus pula. Dengan demikian seseorang yang memiliki kontrol
diri yang tinggi dapat meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan oleh siswa khususnya
hasil prestasi belajar yang rendah

BAB III

METODE IDENTIFIKASI

A. Tempat dan Waktu Identifikasi

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 yang berlokasikan di Jl. H. Adam Malik No.12,
Silalas, Kec. Medan Baru., Kota Medan, dilakukan pada tanggal 4 November 2022, Observasi
dilakukan selama kurang lebih 3 jam.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan


menggunakan metode pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi langsung serta
melakukan wawancara dengan salah satu guru BK.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dan Sampel dari penelitian ini adalah murid-murid SMP 7 Negeri Medan kelas
9-5 yang berjumlah 25 orang, dan melakukan wawancara pada salah satu Guru BK SMPN 7
yang bernama Ibu Marintan Manurung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah:

1. Menggunakan pengumpulan data kuesioner, peneliti melakukan survey dengan cara


menyebarkan hard copy berupa kuesioner/angket yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan kepada responden untuk mencari informasi tentang control diri pada siswa kelas 9-
5.
2. Melakukan Wawancara, Sebelum kami melakukan wawancara terlebih dahulu kami
mempersiapkan instrumen yang digunakan yaitu, alat perekam, pedoman wawancara, dan
dokumentasi foto untuk menunjang kelancaran jalannya penelitian.

E. Teknik Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan langsung diolah dan disajikan dalam bentuk deskripsi serta
tabel sehingga mudah untuk dianalisis.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Hasil Identifikasi

Gambaran dari hasil Identifikasi berdasarkan hasil observasi menggunakann kuesioner


dalam bentuk pertanyaan dan mendapatkan hasil seperti :

No
Pertanyaan Selalu Sering Jarang
.
1. Saya datang ke sekolah tepat waktu
Saya langsung pulang ke rumah. Tanpa mampir ke
2.
tempat lain. Sesudah bel pulang berbunyi
Saya membuat surat izin kepada guru jika saya
3.
tidak bisa hadir ke sekolah
Saya terlambat datang ke sekolah karena bangun
4.
tidur kesiangan
Saya tidak membuat surat izin jika tidak bisa hadir
5.
ke sekolah
Saya mengikuti pelajaran sampai selesai jam
6.
pelajaran
Saat bel berbunyi saya tidak segera
7.
masuk, melainkan menunggu guru masuk kelas
Saya hanya mau mengikuti pelajaran di kelas
8.
dengan guru dan mata pelajaran yang saya sukai
Saat jam pelajaran berlangsung saya jalan-jalan di
9.
kelas dan mengganggu teman
Saya mengenakan atribut sekolah lengkap setiap
10.
hari
Saya meminta izin kepada guru piket jika ada
11.
keperluan penting
Saya tidak mengenakan atribut sekolah dengan
12.
sebagaimana peraturan yang ditetapkan di sekolah
Saya menyontek pekerjaan teman karena saya
13.
tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
Saya mengulangi kesalahan meskipun telah
14.
mendapatkan hukuman dari guru BK
Saya mengerjakan tugas sendiri sesuai dengan
15.
kemampuan saya
Saya akan bertanya kepada guru jika saya tidak
16.
memahami materi yang disampaikan
Saya tidak mengulangi kesalahan yang pernah
17.
saya lakukan
Saya menyontek pekerjaan teman karena saya
18.
tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
Saat guru menjelaskan materi pelajaran, saya
19.
mengobrol dengan teman
Berdasarkan gambaran kuesioner yang kami bagikan kepada 25 murid kelas IX-5, Dapat
kami gambarkan hasil kuesioner sabagai berikut:

Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa jawaban dari hasil pertanyaan yang
dijawab oleh peserta didik berbeda-beda. Namun berdasar kan hasil terdapat 3 pernyataan yang
dijawab sama oleh seluruh murid. Yaitu peryataan “saya terlambat datang ke sekolah karena
bangun kesiangan” dijawab jarang oleh semua peserta didik. Selanjutnya pernyataan “saya
mengikuti pelajaran sampai selesai jam pelajaran” dan dijawab selalu oleh peserta didik. Dan
yang terakhir pernyataan “saya mengulangi kesalahan yang sama meskipun telah mendapat
hukuman dari guru bk” Dan dijawab jarang oleh semua peserta didik.

Gambaran dari hasil wawancara dalam bentuk pertanyaan dan mendapatkan hasil seperti:

1. Identitas:
Kami mewawancara salah satu Guru BK di SMPN 7 yang bernama ibu Marintan Manurung
S,Pd. yang berusia 56 tahun. Beliau Guru BK kelas VIII dan kelas IX.

2. Menurut ibu, mengapa self control pada siswa itu penting?


Menurut saya self control pada siswa itu sangat penting, karena dengan adanya self control
tersebut kita dapat menilai satu persatu karakteristik dan sifat yang dimiliki oleh siswa
tersebut. Selain itu dengan adanya self control kita juga bisa melihat sejauh mana dia dapat
mengendalikan dirinya sendiri.

3. Menurut ibu, apa pengaruh self control diri terhadap prestasi belajar siswa?
Sangat berpengaruh, dan banyak sekali pengaruhnya. Contohnya dengan kita sudah bisa
memahami dan mengenali pribadi murid maka kita dapat mengarahkan dia ke arah yang
lebih baik, selain itu dengan mengenal diri nya, maka kita dapat melakukan pendekatan
pendekatan agar sang anak merasa bahwa bimbingan konseling itu penting dan berguna
untuk mendukung proses belajarnya.
4. Apa saja peran guru bk dalam mengembangkan self control pada siswa?
Peran Guru BK dalam mengembangkan self control siswa salah satunya adalah untuk
mengarahkan peserta didik agar dia dapat mengendalikan dirinya, mendisiplinkan hidupnya
dan memiliki semangat belajar yang kuat.

5. Biasanya layanan apa yang bisa diberikan guru bk untuk meningkatkan self control pada
siswa?
Kalau di sekolah ini saya tidak memakai layanan layanan yang dipelajari di bangku kuliah,
hanya saja sebagai Guru BK kita harus dapat membantu menyelesaikan permasalahan siswa
mulai dari faktor internal seperti keluarga ataupun dirinya sendiri dan juga faktor eksternal
seperti lingkungan bermainnya. Kita juga harus bisa mengendalikan situasi dengan baik
terutama pada saat dilakukannya proses konseling.

6. Apa saja kendala guru bk dalam meningkatkan self control siswa?


 Kendala paling sulit disini yang pertama itu tidak adanya ruang khusus untuk bimbingan dan
konseling. Jadi saya hanya melakukan pemanggilan siswa jika ada yang ingin saya tanyakan
dan biasanya itu dilakukan di ruang guru ataupun di aula.
 Karena tidak adanya ruang khusus segala sesuatu nya jadi kurang efisien. Dan yang kedua
adalah tidak adanya jam kelas untuk guru bk. Bk disini sebagian besar ditugaskan untuk guru
piket dan biasanya kami akan masuk kelas jika guru guru mata pelajarannya tidak masuk.
B. Pembahasan

Guru BK adalah guru yang memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara
penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menentukan
dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya.

Secara umum, tugas guru BK adalah bertanggung jawab untuk membimbing siswa secara
individual sehingga memiliki kepribadian yang matang dan mengenal potensi dirinya secara
menyeluruh. Dengan demikian diharapkan siswa tersebut mampu membuat keputusan terbaik
untuk dirinya, baik dalam memecahkan masalah maereka sendiri maupun dalam menetapkan
karir mereka dimasa yang akan datang ketika individu tersebut terjun kemasyarakat.

Guru bimbingan konseling tentu harus memberikan upaya-upaya yangmaksimal untuk


membantu mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada siswa, khususnya masalah-masalah
yang berkaitan dengan pembentukan karakter dalam diri siswa khususnya agar memiliki kontrol
diri untuk dapat melakukan hal yang positif dan menghindari segala macam bentuk perilaku
yang negatif, kemudian selanjutnya dapat memiliki perilaku yang baik dalam kehidupannya
sehari-hari baik di sekolah, dalam keluarga, maupun lingkungan masyarakat.

Berdasarkan pada paparan penelitian di atas, maka temuan yang dapat dikemukakan
mengenai peran guru bimbingan konseling dalam mengembangkan self control siswa kelas IX-5
di SMP N 7 MEDAN.Adapun untuk mengembangkan kontrol diri pada siswa, tidak hanya guru
Bimbingan konseling yang dapat mengembangkan kontrol diri siswa akan tetapi kepala sekolah,
dan semua guru, staf lainnya juga berperan dalam mengarahkan siswa untuk mempunyai kontrol
diri yang baik, untuk selalu melakukan hal-hal yang positif. Selanjutnya tugas guru tidak hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi yang paling utama mengarahkan anak didik
untuk memiliki karakter yang baik .

Layanan bimbingan kelompok yang di gunakan guru BK salah satu cara yang dapat
digunakan untuk melatih siswa mengontrol dirinya untuk bisa menyesuaikan diri dengan teman
sekelompoknya, metode diskusi dan demonstrasi itu dapat melatih siswa untuk mempunyai
kontrol diri yang baik, yaitu dilihat dari bagaimana siswa berhubungan dengan guru dan antar
siswa, dengan berdiskusi siswa dapat melatih dirinya untuk mengendalikan dirinya dalam
bekerja sama dengan temannya, serta dapat menyesuaikan diri dengan teman-temannya dengan
karakter-karakter yang berbeda.

Selanjutnya di dalam sekolah guru BK mampu menerapkan pembiasaan kepada siswa


untuk melakukan hal-hal yang positif di sekolah, misalnya:melakukan kegiatan baca alquran
ketika siswa terlambat, selain dari itu guru selalu menerapkan keteladanan kepada siswa-siswa
untuk selalu mematuhi peraturan-peraturan sekolah, misalnya, datang tepat waktu ke sekolah,
selalu berpakaian rapi, bicara dengan sopan, tidak mengucapkan kata-kata yang buruk yang
nantinya bisa ditiru oleh siswa-siswa.

Kemudian yang harus sering dilakukan yaitu dengan memberi nasehat kepada setiap
siswa untuk selalu mematuhi peraturan sekolah, kemudian memberi pandangan-pandangan untuk
melakukan hal-hal yang positif, apalagi terkhusus kepada siswa yang sering kali melakukan
kesalahan, guru harus sering menasehati siswa, walaupun terkadang dikatakan bosan untuk
memeberi nasehat kepada anak didik, namun guru tetap saja terus memberikan hal tersebut
kepada siswa, agar cepat tertanam kepada siswa untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan
yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat kami simpulkan melalui hasil kuesioner dan wawancara yaitu:

1. Perilaku siswa SMP Negeri 7 Medan kelas IX-5 belum mampu mengonrol dirinya dimana
pada masa remaja masa yang sangat rentan, kritis, sangat mudah emosi mudah terpengaruh
oleh ajakan teman seperti cabut, tidak menyelesaikan PR,, tidak hadir ke sekolah dsb.
2. Peran guru BK disekolah SMPN 7 sudah cukup baik, serta kinerja yang sudah dilakukan
sudah sesuai dengan aturan. Hal mendasar yang menjadi kendala di sekolah ini adalah
sarana dan prasarana pendukung yang kurang. Tidak ada ruangan Khusus BK untuk
konseling jadi siswa tidak secara maksimal dan transparan di kemukakan karena ada
perasaan was-was masalahnya diketahui orang lain. Kurangnya perhatian orang tua kepada
anak, karena orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak yang berperan penting
dalam proses kontrol diri dan masyarakat di sekolah juga sangat mempengaruhi proses
perkembangan anak dalam proses belajar karna sekolah mts alwasliyah di kelilingi
masyarakat.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian oleh peneliti untuk
beberapa pihak yakni:

1. Bagi Kepala Yayasan SMPN 7 Medan, sebaiknya agar ikut serta mengawasi pelaksanaan
Bimbingan Konseling dan dapat membuatkan tempat ataupun ruang khusus bagi guru untuk
melakukan pelayanan konseling pada siswa.
2. Kepada Guru BK harus memberikan layanan kepada siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa.
Begitu juga dengan pelaksanaan layanan-layanan dalam BK harus diberikan kepada siswa,
agar mengenal jari diri dan dapat mengontrol diri mereka, buatlah siswa merasa nyaman
ketika berhadapan dengan guru BK.
3. Kepada seluruh siswa, agar kiranya permasalahan yang terjadi agar menceritakan kepada
guru BK dan menyelesaikan permasalahan yang dialami, sehingga guru BK tahu, tindakan
apa yang harus dilakukan. Kepada siswa janganlah mudah terpengaruh ajakan teman dengan
hal-hal yang negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R. 2002. Hubungan Antara Tingkat Kontrol Diri Dengan Kecendrungan Perilaku
Kenakalan Remaja. Jurnal Bimbingan Dan Konseling: 1(2)

Erman A, Prayitno. 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai