Anda di halaman 1dari 8

JLJ 6 (4) (2017)

Joyful Learning Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK PADA KELAS AWAL


DI SEKOLAH DASAR
Rokhimah Kusuma PratiwiArif Widagdo
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Info Artikel Abstrak
________________ Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi dan hambatan
Sejarah Artikel: pembelajaran tematik pada kelas awal di sekolah dasar. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian 6 kepala sekolah dan 18 orang
Diterima Oktober
guru kelas awal dari enam SD. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
2017
observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Teknik analisis data
Disetujui
menggunakan analisis sebelum di lapangan, analisis selama di lapangan (reduksi data,
November 2017
penyajian data, dan penarikan kesimpulan), dan analisis setelah di lapangan (analisis
Dipublikasikan
kuantitatif dan kualitatif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan
Desember 2017
pembelajaran tematik kelas awal (aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi). Hasil
________________
implementasi pembelajaran tematik yang terdiri dari 4 aspek yaitu perencanaan,
Keywords: pelaksanaan, evaluasi, dan hambatan, diperoleh persentase 63,54% dan masuk pada
Early class; primary kategori baik. Hal ini berarti guru telah mengimplementasikan pembelajaran tematik
school; thematic namun belum optimal. Hambatan yang dialami guru yakni kesulitan dalam
learning menggabungkan antar mata pelajaran baik dalam perencanaan ataupun pelaksanaan
______________ pembelajaran. Secara umum, guru sudah mengimplementasikan pembelajaran tematik
pada kelas awal dengan baik. Guru sebaiknya lebih memperhatikan aspek-aspek dalam
pembelajaran tematik agar pengimplementasian pembelajaran tematik lebih optimal sesuai
dengan standar proses dan standar penilaian yang berlaku.

Abstract
The purpose of this research is to described implementation and obstacles thematic
learning on early class in prymary school. The research was descriptive qualitative which
subject research were 6 head masters and 18 teachers of six primary school.Technique data
collection used is observation, interview, documentation, and field notes. Technique data
analysis used analysis before in the field, analysis for in the field (data reduction,
presentation of data, and conclusion), and analysis after in the field (analysis quantitative
and qualitative). The research results show that teachers had implemented the learning
thematic on early class (planning, implementation, and evaluation). The result of the
implementation of thematic learning consists of 4 aspects, namely planning,
implementation, evaluation, and obstacles, obtained 63.54% percentage and entered in the
good category. Those means that teachers had implemented thematic learning but not yet
optimal. Obstacles that experienced teachers the difficulty in combined between subjects
either in planned or presentation weighted. In general, teachers have implemented
thematic learning on early class with good. Teachers should more attention to the aspects
in thematic learning that the implementation thematic learning more optimal according to
the standard of the process and assessment standards prevailing.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6366
Desa Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo
E-mail: rokhimahkusuma@gmail.com

277
ketentuan alokasi waktu untuk setiap tema yang
ditetapkan. Hal ini disebabkan guru-guru belum
PENDAHULUAN
memahami esensi dan praktik pembelajaran

Peraturan Menteri Pendidikan dan tematik. Mereka umumnya belum mendapat


pelatihan yang cukup memadai dalam
Kebudayaan Republik Indonesia No. 22 tahun
pelaksanaan pembelajaran tematik.
2006 mengenai standar isi menyatakan
pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan Berdasarkan hasil observasi awal di SD
Negeri Gugus Bekisar Kecamatan Tuntang
melalui pendekatan tematik, dengan demikian
Kabupaten Semarang pada pelaksanaan
pelaksanaan pembelajaran pada kelas awal (kelas
pembelajaran tematik di kelas awal belum
I, II, III) MI/SD lebih tepat jika dikelola dengan
dilaksanakan secara optimal. Guru mengaku
pembelajaran terpadu atau tematik.
masih merasa kesulitan dan menemui
Pembelajaran tematik terdiri atas perencanaan,
permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran
pelaksanaan, dan evalusi pembelajaran tematik.
tematik di kelas awal. Permasalahan tersebut
Pemerintah melalui Badan Standar Nasional
diantaranya adalah dalam pelaksanaan
Pendidikan (BSNP) menetapkan pendekatan
pembelajarannya masih terjadi pengotakan mata
tematik sebagai pendekatan pembelajaran yang
pelajaran. Guru sudah membuat RPP dalam
harus dilakukan pada peserta didik Sekolah
bentuk tematik, namun dalam pelaksanaan
Dasar (SD) terutama untuk peserta didik kelas
pembelajaran masih terlihat pengotakan mata
awal.
pelajaran sehingga pembelajaran menjadi tidak
Poerwadarminta (dalam Majid, 2014: 80)
tematik. Guru dalam memberikan pembelajaran
mengemukakan bahwa pembelajaraan tematik
kepada siswa terkadang masih menyebutkan
adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
mata pelajaran, begitu pula dengan siswa. Siswa
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
terkadang menanyakan tentang mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman yang
apa yang sedang dipelajarinya.
bermakna kepada murid. Kadir dan Asrohah
Penelitian yang relevan dengan hal ini
(2014: 9) mendefinisikan pembelajaran tematik
adalah penelitian yang dilakukan oleh Sakti dan
adalah pembelajaran yang memadukan berbagai
Wijayanti tahun 2014 dengan judul
mata pelajaran atau bidang studi dengan “Implementasi Pembelajaran Tematik pada SDN
menggunakan tema tertentu. di Gugus III Kecamatan Kalasan Kabupaten
Hasil kajian lapangan implementasi Sleman DIY”. Hasil penelitian tersebut adalah
standar isi yang dilakukan oleh Departemen guru sudah memahami pembelajaran tematik,
Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan tetapi masih ada dua guru yang belum
Pengembangan Pusat Kurikulum pada tahun memahaminya, guru sudah merencanakan
2007 menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik dengan menggunakan
Pembelajaran Tematik di kelas I s.d III tidak silabus dan RPP yang memiliki tema, tetapi
berjalan sesuai dengan ketentuan Standar Isi, masih ada 8 guru yang tidak menggunakannya.
karena guru-guru mengalami kesulitan dalam Hambatan yang dihadapi guru antara lain
menyusun silabus sesuai dengan Standar minimnya pengetahuan orangtua dan siswa;
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) lingkungan masyarakat yang tidak kondusif;
yang ditetapkan dalam Standar Isi. keterbatasan alat peraga, buku, dan sosialisasi
Selain itu guru-guru mengalami kesulitan dinas; minimnya pengetahuan guru (Jurnal
dalam mengalokasikan waktu yang harus Prima Edukasia: 2014).
dipergunakan dalam seminggu, karena tidak ada

278
Berdasarkan rumusan masalah di atas, hambatan pembelajaran tematik di kelas I, II
maka dikaji penelitian deskriptif kualitatif dengan dan III SD Negeri Gugus Bekisar,
judul “Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Kelas Awal di Sekolah Dasar” Teknik keabsahan data yang digunakan
adalah uji credibility, uji uji depenability,
METODE PENELITIAN dan uji transferability confirmability
Analisis data dimulai sejak sebelum di
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan berupa studi pendahuluan yang
deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini dipilih diperoleh melalui studi pustaka, wawancara,
berdasarkan masalah yang muncul dalam studi dan observasi awal. Analisis selama di

pendahuluan. Menurut Sugiyono (2016: 1) lapangan menggunakan analisis data kualitatif

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang mengikuti konsep yang diberikan Miles and

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang Huberman, langkahnya yaitu data reduction,

alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci. data display, dan conclusion drawing/verification

Pengambilan sampel sumber data dilakukan (Sugiyono, 2016: 91). Analisis setelah di

secara purposive dan snowball, teknik pengambilan lapangan yakni data yang diperoleh dari
lembar observasi perencanaan, pelaksanaan,
data kualitatif dengan triangulasi, analisis data
evaluasi, dan implementasi pembelajaran
kualitatif bersifat induktif, dan hasil penelitian
tematik pada kelas awal dianalisis
kualitatif lebih menekankan makna daripada
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan
generalisasi.
analisis deskriptif kuantitatif (penskoran), yaitu
Fokus penelitian dalam penelitian ini
menggunakan huruf dan persentase.
adalah implementasi pembelajaran tematik pada
kelas awal di SD Negeri Gugus Bekisar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, Gugus Bekisar berada di Kecamatan
serta hambatan yang dihadapi. Penentuan Tuntang Kabupaten Semarang. Gugus ini
sumber data pada orang yang diwawancarai terdiri dari enam SD, yakni SD Negeri
dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan Tuntang 01, SD Negeri Tuntang 02, SD
pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, Negeri Tuntang 03, SD Negeri Tuntang 04,
2014: 52). Sumber data dalam penelitian ini SD Negeri Delik 01, dan SD Negeri Delik 03
adalah 6 kepala sekolah dan 18 guru kelas awal, yang semuanya berada di daerah yang
yakni guru kelas I, II, dan III di SD Negeri berdekatan.
Tuntang 01, SD Negeri Tuntang 02, SD Negeri
Tuntang 03, SD Negeri Tuntang 04, SD Negeri
Perencanaan Pembelajaran Tematik
Delik 01, dan SD Negeri Delik 03.
Perencanaan pembelajaran meliputi
Teknik pengumpulan data dalam pengorganisasian tema, terdapat silabus,
penelitian ini adalah observasi, wawancara,
terdapat RPP pembelajaran tematik yang sesuai
catatan lapangan, dan
dengan standar proses Nomor 41 tahun 2007.
dokumentasi untuk mengetahui implementasi
Perencanaan pembelajaran tematik pada kelas
(perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) dan

279
awal di SD Negeri Gugus Bekisar Kecamatan berkaitan dan berkesinambungan. Pelaksanaan
Tuntang Kabupaten Semarang menunjukkan pembelajaran tematik yang baik harus memenuhi
kriteria baik dengan persentase 55,56%. Secara karakteristik antara lain antar pelajaran tidak
keseluruhan, perencanaan pembelajaran tematik terpisah, berpusat pada siswa, memberikan
sudah sesuai dengan standar proses yang berlaku. pengalaman langsung, menyajikan konsep dari
Guru sudah baik dalam melaksanakan berbagai mata pelajaran, menggunakan prinsip
perencanaan pembelajaran tematik yang meliputi belajar sambil bermain, lebih menekankan proses
pengorganisasian tema, penyusunan silabus daripada hasil dan bersifat fleksibel (Hajar, 2013:
tematik, dan penyusunan RPP tematik sesuai 44). Pelaksanaan pembelajaran tematik kelas
dengan silabus. awal di SD Negeri Gugus Bekisar Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang berada pada
Pencapaian Indikator Aspek
Perencanaan Pembelajaran kriteria baik (B) dengan persentase sebesar
Tematik Kelas Awal 65,91%. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru
100,00% 75% sudah baik dalam melaksanakan pembelajaran
54,16%
33,33% tematik kelas awal yang meliputi kegiatan
50,00%
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
0,00%
Indikator Indikator Indikator sesuai dengan kriteria pembelajaran tematik.
pertama kedua ketiga (RPP)
(tema) (silabus)
Pencapaian Indikator Aspek
Gambar 1 Pencapaian Indikator Aspek
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Perencanaan Pembelajaran Tematik Kelas Awal pada Kelas Awal
100,00% 79,17%
Gambar 1 menunjukkan diagram pencapaian 80,00% 64,35% 62,5%
60,00%
setiap indikator yang dicapai oleh guru pada aspek 40,00%
perencanaan pembelajaran tematik kelas awal di 20,00%
0,00%
SD Negeri Gugus Bekisar Kecamatan Tuntang indikator indikator indikator
pertama kedua (inti) ketiga
Kabupaten Semarang. Berdasarkan diagram di (pendahuluan) (penutup)
atas dapat diketahui bahwa indikator pertama
Gambar 2 Pencapaian Indikator Aspek Pelaksanaan
(pengorganisasian tema) pada kurang baik (D)
Pembelajaran Tematik Kelas Awal
dengan persentase sebesar 33,33%, indikator
kedua (silabus tematik) pada kriteria baik (B)
Gambar 2 menunjukkan diagram pencapaian
dengan persentase sebesar 75%, dan indikator
ketiga indikator aspek pelaksanaan pembelajaran
ketiga (RPP tematik) pada cukup baik (B) dengan
tematik pada kelas awal di SD Negeri Gugus
persentase sebesar 54,16%. Sedangkan untuk
Bekisar Kecamatan Tuntang Kabupaten
pencapaian pada aspek perencanaan pembelajaran
Semarang. Berdasarkan diagram tersebut dapat
tematik di SD Negeri Gugus Bekisar Kecamatan
diketahui bahwa indikator pertama (kegiatan
Tuntang Kabupaten Semarang berada pada
pendahuluan) berada pada kriteria baik (B)
kriteria cukup baik (C) dengen persentase sebesar
dengan persentase sebesar 79,17%, indikator
55,56%.
kedua (kegiatan inti) berada pada kriteria baik (B)
Pelaksanaan Pembelajaran Tematik dengan persentase sebesar 64,35%, dan indikator
Secara umum, pelaksanaan ketiga (kegiatan penutup) berada pada kriteria
pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, baik (B) dengan persentase 62,5%.
kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang saling

280
Evaluasi Pembelajaran Tematik awal di SD Negeri Gugus Bekisar Kecamatan
Prastowo (2013: 401) bahwa penilaian Tuntang Kabupaten Semarang berada pada
pembelajaran tematik dilakukan pada dua hal, kriteria baik (B) dengan persentase sebesar
yaitu penilaian proses dan hasil kegiatan. 63,54%. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah
Evaluasi pembelajaran tematik kelas awal di SD mengimplementasikan pembelajaran tematik
Negeri Gugus Bekisar Kecamatan Tuntang dengan baik dan sesuai dengan standar proses
Kabupaten Semarang berada pada kriteria baik yang berlaku.
(B) dengan persentase sebesar 60,42%. Data di
atas menunjukkan bahwa pada evaluasi
pembelajaran tematik kelas awal yang meliputi
penilaian proses dan penilaian hasil masih
kurang sesuai dan belum dilaksanakan secara
optimal sesuai dengan standar penilaian yang
berlaku.

Pencapaian Indikator Aspek


Evaluasi Pembelajaran Tematik
pada Kelas Awal
100,00%
80,00% 58,33% 62,5%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00% Gambar 4 Pencapaian Seluruh Aspek
indikator pertama indikator kedua Pembelajaran Tematik Kelas Awal
(penilaian proses) (penilaian hasil)

Gambar 3 Pencapaian Indikator Aspek Evaluasi Gambar 4 di atas menunjukkan


Pembelajaran Tematik Kelas Awal persentase masing-masing SD dalam implementasi
pembelajaran tematik: 1) SD Negeri Tuntang 01
Gambar 3 menunjukkan diagram sebesar 56,25% dengan kriteria cukup baik (C); 2)
pencapaian tiap indikator yang diperoleh guru SD Negeri Tuntang 02 sebesar 59,37% dengan
pada aspek evaluasi pembelajaran tematik kelas kriteria baik (B); 3) SD Negeri Tuntang 03 sebesar
awal di SD Negeri Gugus Bekisar Kecamatan 76,56% dengan kriteria baik (B); 4) SD Negeri
Tuntang Kabupaten Semarang. Berdasarkan Tuntang 04 sebesar 72,00% dengan kriteria baik
diagram tersebut dapat diketahui bahwa (B); SD Negeri Delik 01 sebesar 59,3% dengan
persentase indikator pertama sebesar 58,33% kriteria baik (B); dan SD Negeri Delik 03 sebesar
cukup baik (C) dan indikator kedua sebesar 56,25% dengan kriteria cukup baik (C). Hal ini
62,5% dengan kriteria baik (B). menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan
implementasi pembelajaran tematik yang
Implementasi Pembelajaran Tematik mencakup perencanaan pembelajaran,
Dalam implementasi pembelajaran pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi
tematik terdapat tiga hal yang harus disiapkan, pembelajaran dengan baik, namun masih ada
yakni penyusunan perencanaan pembelajaran, beberapa aspek yang perlu ditingkatkan dan
penerapan atau pelaksanaan pembelajaran, dan dikembangkan agar pembelajaran tematik di kelas
evaluasi pembelajaran tematik (Hajar, 2013:82). awal menjadi lebih optimal.
Implementasi pembelajaran tematik pada kelas

281
Hambatan Implementasi Pembelajaran Tematik pembelajaran dan semua itu digambarkan dalam
Kadir dan Asrohah (2014: 26) yang bentuk angka-angka/huruf.
menjelaskan bahwa guru harus merancang Secara keseluruhan, hambatan yang
pembelajaran tematik dengan memerhatikan dialami oleh guru dalam implementasi
keterkaitan antara berbagai pokok materi dari pembelajaran tematik berada pada penggabungan
beberapa mata pelajaran. Hambatan dalam beberapa mata pelajaran menjadi tematik serta
perencanaan pembelajaran tematik adalah dalam evaluasi pembelajaran yang lebih
kesulitan dalam menyusun RPP karena guru menekankan pada penilaian hasil.
belum terbiasa menggabungkan mata pelajaran Upaya yang dilakukan oleh guru dalam
kedalam satu tema sehingga sering terjadi mengatasi hambatan-hambatan di atas antara lain
pengotakan mata pelajaran. Guru juga kesulitan dengan sharing antar guru dalam kelompok kerja
dalam menyusun materi pelajaran mana yang guru (KKG) yang dilakukan setiap seminggu
sesuai antara satu mata pelajaran dengan mata sekali. Selain sharing antar guru, guru juga saling
pelajaran yang lain. bertukar pendapat dengan kepala sekolah dan
Kadir dan Asrohah (2014: 26) kepala sekolah memberikan masukan,
menyatakan bahwa pembelajaran tematik pengarahan, dan pembinaan kepada guru. Dengan
menuntut penyediaan alat, bahan, sarana, dan adanya wadah KKG dan KKKS diharapkan
prasarana untuk berbagai mata pelajaran yang hambatan dalam pembelajaran tematik dapat
dipadukan secara serentak. Dalam pelaksanaan diatasi dengan baik.
pembelajaran tematik, hambatan yang dihadapi
oleh guru adalah dalam kegiatan inti SIMPULAN

pembelajaran, guru kesulitan menyampaikan


Guru kelas awal sudah melaksanakan
pembelajaran secara tematik. Kurangnya media,
perencanaan pembelajaran tematik dengan baik.
sumber belajar, dan fasilitas sekolah juga menjadi
Hal ini ditunjukkan dari persentase pencapaian
hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran
indikator aspek perencanaan pembelajaran
tematik itu sendiri. Pelaksanaan pembelajaran
tematik kelas awal sebesar 54,16% yang berada
terkadang tidak sesuai dengan RPP yang telah
pada kriteria cukup baik (C).
dibuat sebelumnya karena harus menyesuaikan
Pelaksanaan pembelajaran tematik pada
dengan kondisi siswa, lingkungan, maupun
kelas awal menunjukkan persentase sebesar
keadaan sekolah.
65,91% dengan kriteria baik (B). Hal ini berarti
Hambatan dalam evaluasi pembelajaran
bahwa dalam guru sudah baik dalam
tematik adalah pada kemampuan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran tematik yang
membaca dan menulis dikarenakan beberapa
meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup
siswa pada kelas awal masih belum lancar dalam
sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik.
membaca ataupun menulis. Guru lebih
Evaluasi pembelajaran tematik pada kelas
menekankan pada penilaian hasil daripada
awal menunjukkan persentase sebesar 60,42%
penilaian proses karena evaluasi yang diberikan
dengan kriteria cukup baik (C). Hal ini berarti
oleh dinas berupa soal per mata pelajaran yang
bahwa guru sudah cukup baik dalam pelaksanaan
menuntut siswa untuk mencapai KKM sehingga
evaluasi pembelajaran tematik sesuai dengan
penilaian proses lebih sering diabaikan oleh guru.
standar penilaian.
Penelitian yang dilakukan Suwarjo (2014)
Hambatan dalam implementasi
menunjukkan bahwa format penilaian yang
pembelajaran tematik ditemui guru dalam
mencakup semua bentuk penilaian hasil
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Hambatan tersebut antara lain kesulitan dalam

282
membuat jaring tema, menyusun perencanaan dan Departemen Pendidikan Nasional
Badan Penelitian Dan Pengembangan
melaksanakan pembelajaran tematik karena guru
Pusat Kurikulum.
belum terbiasa menggabungkan mata pelajaran
kedalam satu tema, media dan sumber belajar Hajar, I. 2013. Panduan Lengkap Kurikulum
Tematik untuk SD/MI. Jogjakarta: Diva
yang masih terbatas, serta pemahaman guru yang Press.
masih kurang mengenai pembelajaran tematik
Kadir, A. & Asrohah H. 2014. Pembelajaran
membuat guru belum maksimal dalam
Tematik. Jakarta: Rajawali Pers.
mengimplementasikan pembelajaran tematik.
Majid, A. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Munasik. 2014. Kemampuan Guru Sekolah
Peneliti mengucapkan terima kasih Dasar dalam Menerapkan Pembelajaran
Tematik di Sekolah. Jurnal Pendidikan,
kepada keluarga yang telah memberikan 15(2): 105-113.
dukungan dan doa, Bapak Arif Widagdo, S.Pd.,
M.Pd., selaku pembimbing manuskrip, Ibu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006
Trimurtini, S.Pd., M.Pd., selaku mitra bestari I, tentang Standar Isi. 2006: Jakarta.
serta Ibu Dra. Nuraeni Abbas, M.Pd. selaku mitra
Rasidi, M. A. & Setiawati, F. A. 2015. Faktor-
bestari II yang telah memberikan bimbingan dan faktor Kesulitan Guru pada
arahan dalam pembuatan manuskrip ini. Pembelajaran Tematik-Integratif di SD
Kota Mataram. Jurnal Prima Edukasia,
3(2): 155-165.
DAFTAR PUSTAKA
Sakti, B. P. & Wijayanti, W. 2014.
Implementasi Pembelajaran Tematik pada
Abduh, M., Nugroho, & Siskandar. 2014. SDN di Gugus III Kecamatan Kalasan
Evaluasi Pembelajaran Tematik Dilihat Kabupaten Sleman DIY. Jurnal Prima
dari Hasil Belajar Siswa. Indonesian Edukasia, 2(1): 14-26. Sugiyono. 2016.
Journal of Curriculum and Educational Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Technology Studies, 1(1): 1-9. Alfabeta.

Ain, N. & Kurniawati, M. 2012. Implementasi Suwakul N. & Suwarjo 2014.


Kurikulum KTSP: Pembelajaran Pengelolaan Pembelajaran Tematik di
Tematik di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Bula
Inspirasi Pendidikan Universitas Kanjuruhan Kabupaten Seram Bagian Timur-Maluku.
Malang, 1-13. Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan,
2(1): 81-92.
Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian
Kebijakan Kurikulum. Jakarta:

283
284

Anda mungkin juga menyukai