Anda di halaman 1dari 10

CIVICUS | FKIP UMMat

Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan


p-ISSN 2338-9680 | e-ISSN 2614-509X | Vol. 7 No. 1 Maret 2019, hal. 117-126

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group To Group


terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
PKn Kelas VII di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang Mataram
Zedi Muttaqien1 & Sri Mulyati2
1
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, zedi.muttaqin@gmail.com
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Muhammadiyah Mataram, mulyati_sri2@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Abstrak: Penggunaan metode ceramah yang begitu sering oleh guru PKn MTs. AL-Intishor
Riwayat Artikel: khususnya guru kelas VII mengakibatkan sebagian besar siswa sering mengalami kesulitan
Diterima: 13- memahami materi yang diajarkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana
Februari-2019 penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group To Group terhadap Peningkatan Hasil
Disetujui: 25-Maret- Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Kelas VII MTs. Al-Intishor Tanjung Karang. Metode
2019 penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus yang memuat tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII
Kata Kunci: MTs. Al-Intishor yang berjumlah 21 siswa. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data menggunakan tes hasil
Guru belajar, dan lembar observasi. Data yang diperoleh berupa hasil tes yaitu berupa tes siklus I
Pendidikan (SI), tes siklus II (SII), tes siklus III (SIII) serta lembar observasi siswa dalam kegiatan belajar
Pancasila dan mengajar. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa
Kewarganegaraan yaitu pada siklus I 46,4 dengan persentase ketuntasan 76,19%. Pada siklus II rata-rata hasil
Pendidikan belajar siswa adalah 50,6 dengan persentase ketuntasan 100% kemudian pada siklus III rata-
Karakter rata hasil belajar siswa adalah 51,13 dengan persentase ketuntasan 100%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group To Group dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VII MTs. Al-Intishor.
Abstract: The use of a lecture method that is so frequent by the teacher of PKn MTs. AL-
Intishor especially the teacher of class VII resulted in most students often having difficulty
understanding the material being taught. The research aims to determine how the
implementation of cooperative learning Model type Group To Group towards the
improvement of student learning outcomes on PKn class VII. Al-Intishor Tanjung Karang. The
research method uses class action research with 3 cycles that contain planning,
implementation, observation, and reflection stages. The subject of the study is a student of
class VII MTs. Al-Intishor, numbering 21 students. The approach used is a qualitative
approach and a quantitative approach. Data collection methods using study results tests,
and observation sheets. The Data obtained in the form of a test result is tested cycle I (SI),
Cycle test II (SII), Cycle III test (SIII) as well as student observation sheet in teaching learning
activities. The results showed that there was an increase in the average student learning
outcome at the I 46.4 cycle with a percentage of 76.19%. On the average cycle of student
learning outcomes is 50.6 with a percentage of 100% at the end of the III percent of student
learning outcomes is 51.13 with a percentage of the compensation of 100%, so it can be
concluded that the learning Model implementation Cooperative type Group To Group can
improve student learning outcomes in the subjects of PKn-class VII MTs. Al-Intishor.

——————————  ——————————

A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi


Tujuan pendidikan nasional adalah untuk dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah
pekerti luhur, berkepribadian, ber-disiplin, bekerja keras, dilakukan, antara lain memlalui berbagai pelatihan dan
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan
terampil serta sehat jasmani dan rohani [1]. Sejalan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu
dengan itu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional manajemen sekolah [2]. Peningkatan mutu pendidikan
membutuh-kan usaha dan kerja keras yang terus merupakan prioritas utama dalam penyelenggaraan
menerus dan berkesinambungan serta melibatkan pendidikan. Pemerintah melalui Departemen Pendidi-
banyak faktor pendukung yaitu faktor internal dan kan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan mutu
eksternal. pendidikan melalui penyelenggaraan pendidikan yang
117
118 CIVICUS | Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 7, No. 1, Maret 2019, hal 117-126

berkualitas seperti pelatihan dan peningkatan kualifikasi dapat mempelajari berbagai konsep dan cara
guru, penyempurnaan kurikulum dan penyediaan sarana mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga
dan prasarana pendidikan dengan harapan tujuan dari dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama
hidupnya [2].
proses belajar mengajar mudah tercapai dan siswa
Berdasarkan hasil wawancara awal bahwa guru
dengan mudah memahami semua konsep yang diterima.
bidang studi yang mengajar dikelas VII, rata-rata nilai
Namun demikian realitas dilapangan me-nunjukan
PKn pada semester I adalah 6,0 yang menunjukan nilai
belum tercapainya tujuan yang dimaksud berdasarkan
rata-rata yang belum tuntas yang mana nilai ketuntasan
refleksi awal di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang
dengan nilai rata-rata 6,5. Hal ini masih rendah
Mataram terkuat kondisi belajar dan pembelajaran PKn
dibandingkan dengan ketuntasa klasikal yang dituntut
antara lain diketahui bahwa siswa cenderung kurang
kurikulum 1994 yaitu 85% dari jumlah siswa dapat
aktif dan hanya menerima maupun mencatat hal-hal
mencapai 6,5 minimal yang menjadi standar ketuntasan
atau materi yang disampaikan oleh guru, tanpa berusaha
belajar siswa keadaan ini menunjukan bahwa siswa
mencarinya. Karena siswa yang kurang aktif tersebut
belum optimal.
terkadang guru sulit membedakan apakah siswa sudah
Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas,
mengerti atau tidak tentang materi yang sudah
diperlukan suatu metode pembelajaran dengan
disampaikan, masalah tersebut harus dipecahkan
melakukan tindakan yang dapat melibatkan siswa untuk
bersama untuk mendukung terselenggranya pendidikan
lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan
yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa.
konstruksi pengetahuan yang perlu mereka kuasai
Pada proses pembelajaran Pendidikan kewa-
sehingga terjadi proses pembelajaran yang bermakna.
rganegaraan, kebanyakan guru lebih mendominasi
Salah satu alternatif yang ditawarkan peneliti adalah
proses pembelajaran dengan metode ceramah yang
dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe group
diikuti oleh contoh soal, sedangkan siswa hanya duduk
to group.
mendengar, mencatat, menghafal dan bekerja. Peranan
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang
guru lebih dominan dan motivasi siswa masih kurang.
bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang
Sehingga partisipasi siswa untuk mengemukakan konsep
terjadi antara guru dengan siswa. Ini dikarenakan
dan menemukan sendiri pemecahan dari suatu masalah
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tersebut
masih kurang. Hal ini akan berdampak pada rendahnya
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
mutu pendidikan yang salah satunya ditunjukkan oleh
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Harapan
rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa.
yang tidak pernah sirna dan selalu dituntut oleh guru
Untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya
adalah bagaimana bahan pelajaran yang telah
untuk memacu penguasaan materi pelajaran dijenjang
disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa secara
SMP/MTs perlu adanya penyempurnaan proses belajar
tuntas.Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang
mengajar termasuk dalam pelajaran pendidikan
dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan siswa
kewarganagaraan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
bukan hanya sebagai individu dengan segala
Keberhasilan pelajaran dalam arti tercapainya tujuan
keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial
instru-ksional sangat tergantung pada kemampuan guru
dengan latar belakang yang berbeda.Paling tidak ada tiga
dalam mengelola proses belajar. Guru sebagai salah satu
aspek yang membedakan antara siswa yang satu dengan
komponen yang menentukan suksesnya kegiatan
yang lainnya yaitu aspek intelektual, psikologis dan
pembelajaran dituntut untuk dapat memilih dan
biologis.
menggunakan metode-metode atau teknik-teknik
Sebagai seorang pendidik, guru harus berperan
mengajar yang tepat dalam materi pelajaran.
aktif, serta memiliki wawasan yang mantap dan luas
Pada proses pembelajaran banyak tantangan yang
dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu wawasan
sering dihadapi oleh guru dalam suatu pembelajaran.
yang harus dimiliki oleh guru adalah strategi belajar
Adapun tantangan yang dimaksud adalah.
mengajar. Sehubungan dengan itu guru harus kreatif,
a. Bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk
profesional dan menyenangkan. Sebagai pendidik, guru
menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di
dalam mata pelajaran tertentu, sehingga siswa harus memahami setiap individu siswa, dan juga harus
dapat menggunakan dan mengingat lebih lama memiliki kepekaan, karena guru berperan sebagai
konsep-konsep tersebut. fasilitator yang menyediakan suasana belajar yang
b. Bagaimana setiap mata pelajaran dipahami sebagai menyenangkan, yang dengannya memungkinkan siswa
bagian yang saling berhubungan dan membentuk berhasil mengembangkan potensinya menjadi lebih
satu persamaan yang utuh. besar. Di samping itu juga, guru harus pandai
c. Bagaimana seorang guru dapat berkomu-nikasi
menggunakan pendekatan secara aktif dan bijaksana.
secara efektif dengan siswanya yang selalu
bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari Untuk itu sebaiknya guru mengenal siswa sebagai
sesuatu dan hubungan dari apa yang mereka individu dengan segala perbedaannya, antara siswa yang
pelajari. satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, ada berbagai
d. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir model atau strategi dalam kegiatan belajar mengajar
yang beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka yang perlu diperhatikan dengan harapan dapat
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...
119

membantu siswa memperoleh pemahaman yang baik Sebelah Selatan : Jln. Sultan Salahuddi, Tanjun
terkait dengan materi yang diajarkan. Karang
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu Sebelah Barat : Gudang Kayu Bangunan
adanya upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar Sebelah Utara : Perumahan Warga
siswa dengan memfariasikan metode ceramah dengan
model pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran b) Keadaan Guru
mengatasi permasalahan siswa tersebut yaitu dengan Adapun jumlah guru negeri dan guru tidak tetap
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe group (GTT) di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang Mataram
to group. Tipe group to group merupakan. berdasarkan jenis kelamin, jabatan dan pendidikan
“Pembelajaran group to group atau disebut model terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
pembelajaran pertukaran kelompok mengajar ini, tugas Tabel 1. Keadaan guru MTs. Al-Intishor Tanjung
yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik Karang
yang berbeda. Masing-masing kelompok “mengajar” apa No. Nama Guru Jenis Jabatan
yang telah dipelajari untuk sisa kelas” [3]. Kelamin
1. Ratnawati, S.Pdi P Kapsek
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka
2. Dra. Sukraeni P Waksek
peneliti memandang perlu diadakan Penelitian Tindakan 3. Drs. Lalu Zaini Fan L Guru
Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model 4. Suri L Guru
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group To Group 5. Muhibit Tobirin, SP P Guru
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata 6. Rohmini, S.Pd L Guru
Pelajaran PKn Kelas VII MTs. Al- Intishor Tanjung 7. Sukainil Ahzan, S.Pd L Guru
Karang Mataram. penelitian ini bertujuan untuk 8. Daud Yusuf, S.Ag L Guru
mengetahui apakaj penerapan Penerapan Model 9. Handayani,Ss L Guru
10. Husni Thamrin, S. PdI P Guru
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group To Group dapat
11. Swasti Utami, S.Pd L Guru
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran 12. Nasrullah, S.Sos P Guru
Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII di MTs. Al- 13. Maemunah, S.Pd P Guru
Intishor Tanjung Karang Mataram. 14. Bq. Indira, AH, S.Pd P Guru
15. Siti Syuryani, S.Pd L Guru
B. METODE PENELITIAN 16. Mulkan, S. PdI L Guru
1. Metode Penelitian yang Digunakan 17. M. Taisir, S.PdI L Guru
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah 18. Marsandi, S.Pd L Guru
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan 19. Drs. Nurdin L TU
20. Mustafa, SE P TU
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru,
Sumiati
peneliti di dalam kelas, dengan tujuan untuk
Sumber Data: MTs. Al-Intishor Tanjung Karang
memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa
Berdasarkan tabel di atas, bahwa guru yang
menjadi meningkat”. Penelitian tindakan kelas
mengajar di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang
(Classroom Action Research) merupakan suatu
Mataram adalah 18 orang dengan perincian S1
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
sebanyak 19 orang dan tanpa sarjana sebanyak 1 orang
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
guru yang memiliki kompetensi di bidang masing-
sebuah kelas secara bersama [4].
masing dan bisa menjalankan kode etik keguruan
Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian
secara professional ketika proses kegiatan belajar
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
mengajar berlangsung sehingga bisa menghasilkan
guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
output atau lulusan yang berkualitas yang bisa
tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
bersaing di era globalisasi.
hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat.
Tabel 2. MTs. Al-Intishor Tanjung Karang Mataram
2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
jenis kelamin
a) Letak Geografis No. Kelas Jumlah
Penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Intishor L P
1 Kelas VII 12 9 21
Tanjung Karang Mataram, yang beralamatkan di jln.
2 Kelas VIII 10 14 24
Sultan kaharudin No. 141 Bendega, desa Tanjung
3 Kelas IX 15 8 23
Karang, kecamatan sekarbela, kota mataram yang Jumlah 37 31 68
berdiri diatas tanah seluas 1.400 m2 dengan kondisi Sumber Data: MTs. Al-Intishor Tanjung Karang
bangunan yang sedang dalam pemban-gunan. Secara Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah
geografis lokasi MTs. Al-Intishor Tanjung Karang siswa MTs. Al-Intishor Tanjung Karang Mataram
Mataram ini berada depan jalan raya. Adapun lokasi secara keseluruhan sebanyak 68 siswa dengan
MTs. Al-Intishor Tanjung Karang Mataram ini adalh perincian laki-laki sebanyak 37 orang dan perempuan
sebagai berikut: 31 orang.
Sebelah Timur : Perumahan Warga
120 CIVICUS | Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 7, No. 1, Maret 2019, hal 117-126

c) Keadaan Sarana dan Prasarana yang berkaitan dengan penerapan model pembe-
Sarana dan prasarana dapat dikelompokan dalam lajaran kooperatif tipe group to group terhadap
faslitas belajar dan alat penunjang belajar. Oleh karena peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
itu dengan adanya sarana dan prasarana ini dapat pkn kelas VII di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang
menunjang proses pelaksanaan kegiatan belajar Mataram. Adapun jumlah seluruh angket dalam
mengajar. penelitian ini berjumlah 24 orang.
Tabel 3. Sarana dan prasarana MTs. Al-Intishor b. Dokumentasi
Tanjung Karang Mataram Metode dokumentasi adalah mencari data
No. Nama Ruangan Jumlah mengenai hal-hal atau variabel yang diperlukan
penulis tentang daerah geografis lokasi penelitian,
1 Ruangankepalasekolah 1 struktur pengurus, program kerja dan lain sebagainya.
2 Ruangan teori 3 Untuk mendapatkan data tertulis seperti diatas,
3 Ruangan guru 1
penulis datang langsung kelokasi penelitian.
4 Ruangan TU 1
5 Ruangan perpustakaan 1 Pendapat para ahli menyatakan, “Metode
6 WC Siswa 1 dokumentasi adalah mencari sesuatu data mengenai
7 WC guru 1 hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
8 Musholla 1 buku, surat kabar, majala, prasasti, notulen rapat,
9 Ruangan laboratorium 1 agenda dan lain sebagainya” [8]. Pendapat lain
Sumber Data: MTs. Al-Intishor Tanjung Karang menyatakan metode “Documenter adalah metode
Mataram pengumpulan data dengan memanfaatkan dokumen
Berdasarkan pada tabel di atas, jelas bahwa MTs. yang meliputi laporan yang tertulis dari suatu peristiwa
Al-Intishor Tanjung Karang Mataram memiliki sarana seperti catatan hasil rapat, keputusan laporan panitia
dan prasarana yang cukup memadai yang dapat kerja dan lain-lain” [9].
menujang kegiatan belajar mengajar. Hal ini terbukti Adapun data yang dikumpulkan melalui matode
dengan tersedianya semua ruangan yang berkaitan dokumentasi adalah data tentang gambaran umum
dengan tuntutan kebutuhan sekolah mulai dari lokasi penelitian.
kebutuhan guru sampai kebutuhan siswa. Disamping 4. Jenis dan Sumber Data
faktor guru, murid, dan pegawai faktor sarana dan a) Jenis Data
prasarana tidak kalah pentingnya dalam menunjang Adapun Jenis data dalam penelitian dapat
kelancaran proses belajar mengajar, sebab sarana digolongkan menjadi dua bagian pokok yakni data
merupakan wadah untuk berlangsungnya porses kualitatif dan data kuantitatif, untuk meng-
pembelajaran, alat peraga atau alat pelajaran klasifikasikan pendapat para ahli dibawa ini.
merupakan factor penunjang yang penting artinya Data menurut jenisnya ada dua yaitu data
untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap kualitatif dan data kuantitatif.
pelajarannya. 1) Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang berhubungan
3. Metode Pengumpulan Data
dengan kategorisasi, karakteristik berwujud
Metode pengumpulan data adalah tehnik atau cara-
pertanyaan atau berupa kata-kata, misalnya wanita
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
itu cantik, pria itu tanpan, baik, buruk dan lain-lain
mengumpulkan data. Metode menunjukan sesuatu kata
2) Data Kuantitatif
yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam suatu benda,
Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-
tetapi hanya dilihat penggunaa melalui: wawancara,
angka [5]. Data kuantitafif dibedakan menjadi 4
pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnya [5].
macam yait.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat
a. Skala normatif merupakan skala penguku-ran
disimpulkan dengan metode sebagai berikut:
yang menggambarkan perbedaan berbagai hal
a. Metode Tes
berdasarkan pada kategori-kategori, tidak
Tes adalah sebuah instrumrn pengumpulan data
menunjukan adanya kreteria urutan tinggi
dalam penelitian untuk mengukur penge-tahuan,
rendah dalam kedudukan;
pengalaman, dan keterampilan responden” [6].
b. Skala ordinal, merupakan skala yang
Pendapat lain menyatakan bahwa “Tes merupakan
menyatakan perbedaan jumlah dan tingkatnya.
serangkaian pertanyaan yang diberikkan kepada
Bias pula merupakan urutan kedudukan
seseorang atau kelompok, dengan maksud untuk
klasifikasi yang bias dinyatakan “lebih besar
mengukur kemampuan sesuai dengan bidang yang
dari pada atau lebih kecil dari pada”;
dites” [7].
c. Skala interval, merupakan suatu skala yang
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat
didasarkan pada unit-unit pengukuranyang
disimpulkan bahwa metode tes adalah suatu cara
sama, menunjukan besar kecilnya suatu sifat
mendapatkan data dengan menyebarkan tes kepada
atau karateristik tertentu;
responden. Dalam penelitian ini menggunakan tes
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...
121

d. Skala rasio, sebenarnya skala ini memiliki Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
interval yang sama dengan skala interval (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam
namun masih ada ciri lainya yaitu bahwa, skala bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap
rasio memiliki harga nol mutlak. kegiatan yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanan,
Berdasarkan jenis data yang dipergunakan dalam tahap observasi dan evaluasi dan tahap refleksiyang
penelitian ini adalah data kuantitatif yang berskala setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan dengan
interval. gambar bagan sebagai berikut [8]:
b) Sumber Data
Ditinjau dari sifatnya sumber data terdiri dari.
a. Data Primer adalah sumber-sumber yang
memberikan data langsung dari tangan pertama.
b. Data Sekunder adalah data atau keterangan yang
dikutif dari sumber lain [9].
Berdasarkan pendapat diatas yang menjadi data
primer dalam penelitian ini adalah data hasil observasi,
dan hasil tes. Sedangkan data sekunder dalam
penelitian ini adalah data hasil-hasil dokumentasi.
5. Identifikasi dan Operasional Variabel
a. Identifikasi Variabel
Untuk tidak menimbulkan kerancauan, terlebih
dahulu dipahami makna variable itu sendiri, dimana
variable di artikan sebagai “konsep yang mempunyai
Setiap siklus terdiri dari beberapa tahap sebagaI
variasi atau variable adalah pengelompokan yang berikut.
logis dari dua atributatau lebih” [10].
Dalam penelitian variable dikelompokan menjadi
Siklus I
1) Tahap Perencanaan
dua yaitu.
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti
a. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi
adalah:
variabel terikat.
a. menerapkan metode pembelajaran yang
b. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi
digunakan;
oleh variabel bebas [11].
b. menyiapkan rencana pelaksanaan pembela-jaran
Dari pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan
(RPP);
bahwa variabel bebas dalam penelitian ini adalah
c. mempersiapkan dan menyusun lembar observasi
metode “kooperatif tipe group to group”. Sedangkan,
untuk mencatat aktifitas siswa selama
variabel terikatnya adalah peningkatan hasil belajar
pembelajaran berlangsung;
siswa kelas VII di MTs Al-Intishor Tanjung Karang
d. menyiapkan lembar kerja siswa (LKS);
Mataram.
e. menyusun dan menyiapakan soal tes hasil belajar
b. Definisi Operasional Variabel
dalam bentuk pilihan ganda dan essay.
Devinisi operasional variabel adalah suatu
definisi yang diberikan kepada suatu veriabel dengan 2) Tahap Pelaksanaan
cara memberikan arti atau memberikan operasianal Langkah-langkah tindakan adalah topik yang perlu
yang diperlikan untuk mengukur variabel tersebut didiskusikan dalam perencanaan umum, misalnya
[12]. bagaimana proses implementasi inovasi akan
a. Pembelajaran kooperatif tipe group to group dilakukan beserta dukungan median dan bentuk
merupakan strategi pembelajaran yang meng- evaluasi yang diperlukan, hasil yang diharapkan,
utamakan adanya kerja sama antara siswa dalam bagaimana proses monitoring untuk membuktikan
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran hasil inovasi yang dilakukan, juga tehnik-tehnik yang
pembelajaran pertukaran kelompok mengajar memungkinkan seseorang melihat apa yang sedang
ini, tugas yang berbeda diberikan kepada terjadi dari beberapa sudut pandang [13].
kelompok peserta didik yang berbeda. Masing- Yang digunakan pada tahap pelaksanaan ini yaitu
masing kelompok “mengajar” apa yang telah melaksanakan kegiatan mengajar di kelas sesuai
dipelajari untuk sisa kelas. dengan rencana yang telah dituangkan dalam scenario
b. Hasil belajar adalah suatu usaha yang pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
berlangsung di dalam diri seseorang yang tipe group to group.
mengubah tingkah laku dalam afektif, 3) Tahap Observasi
psikomotorik, kognitif. Biasanya dalam melakukan observasi, kita
cenderung melakukan penilaian atau menafsirkan,
6. Tahapan Penelitian atau memberikan vonis terlalu cepat. Selama
122 CIVICUS | Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 7, No. 1, Maret 2019, hal 117-126

pelaksanaan tindakan observasi, yang akan diamati Setelah memperoleh data hasil belajar, maka data
adalah kegiatan guru dan aktifitas siswa yang nampak tersebut dianalisis dengan mencari ketuntasan belajar,
selama proses pembelajaran berlangsung sesuai kemudian dianalisis secara kuantitatif.
dengan skenario yang telah dibuat. Semua aktifitas 1) Ketuntasan Individu.
siswa yang Nampak dicatat dalam lember observasi Setiap siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah disiapkan pada akhir siklus penguasaan dikatakan tutas apabila memperoleh nilai lebih atau
siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari secara sama dengan 6,5 [15]
individu. 2) Ketutasan Klasikal
Manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud Untuk mencari prosentase prestasi belajar setelah
apabila dilakukan dengan cermat, yaitu: proses pembelajaran segitiga dengan pembelajaran
a) Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan kooperatif group to group digunakan rumus
tindakan dilakukan. prosentase adalah sebagai berikut [16]:
b) Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan R
sistematis dan cermat. P x 100%
T
c) Berdasarkan data factual.
P = Prosentase ketuntasan klasikal
d) Data factual ditafsirkan berdasarkan criteria yang
R = Jumlah siswa yang mendapat nilai
telah disetujui.
lebih besar sama dengan 6,5
e) Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang
T = Jumlah siswa
diobservasi.
Patokan untuk menyatakan ketuntasan klasikal
f) Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra
dalam proses pembelajaran segitiga dengan pembelajar-
penelitian lainnya dalam diskusi dua arah.
an kooperatif group to group adalah minimal 85% yang
g) Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus
nilainya ≥ 65.
berikutnya [13].
4) Tahap Refleksi C. HASIL PENELITIAN
Pada tahap ini peneliti sebagai observer, mengkaji a) Siklus I
kekurangan dari tindakan yang diberikan pada tiap 1) Tahap Perencanaan
siklus. Hal ini dilakukan dengan caramelihat data hasil Pada tahap ini dilakukan beberapa perencana-
observasi dan evaluasi. Jika refleksi siklus I hasil yang an sebelum dilakukan proses belajar) mengajar.
diperoleh belum optimal, maka pada siklus berikutnya Pada tahap perencanaan untuk siklus I adalah
perlu diadakan perbaikan atau penyempurnaan sebagai berikut:
perencanaan dan pelaksanaan pada siklus selanjutnya. a. Menyiapkan bahan ajar;
Siklus II b. Menyiapkan perencanaan pembelajaran
Pada siklus II sama dengan siklus I tetapi siklus II (RPP) yang dikembangkan berdasarkan
akan diadaka revisi atau perbaikan-perbaikan pendekatan metode kooperatif tipe group to
berdasarkan hasil refleksi siklus I. group;
Siklus III c. Menyiapkan soal tes beserta jawaban untuk
Pada siklus III sama dengan siklus II tetapi siklus mengetahui hasil belajar siswa.
III akan diadakan revisi atau perbaikan-perbaikan 2) Tahap Pelaksanaan
berdasarkan hasil refleksi siklus II. Dalam tahap pelaksanaan ini yang dilakukan
oleh peneliti adalah melaksanakan pembelajarn
7. Metode Analisis Data sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
Analisis data adalah proses memindahkan data
disusun dan dirancang berdasarkan pendekatan
kedalam peta, kategori dan satuan uraian sehingga dapat
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
group to group. Pada tahap pelaksanaan siklus I
seperti yang disarankan oleh data [14].
adalah sebagai berikut:
a. Data hasil observasi
Dilaksanakan pertemuan pertama pada
Data hasil observasi dianalisis dengan langkah-
tanggal 10 Oktober, dikelas VII dengan waktu
langkah sebagai berikut:
yang tersedia 2 X 40 menit. Menyampaikan
1) Menganalisa data dan mendeskripsikan hasil
meteri yang materi yang menyangkut. Kemudian
observasi pembelajaran untuk setiap siklus dengan
dilanjutkan dengan diskusi kelompok berdasarkan
menerapkan pembelajaran kooperative tipe group
pendekatan penerapan pembelajaran kooperatif
to group dalam meningkatkan hasil belajar ;
tipe group to group.
2) Menganalisa data dan mendiskripsikan langkah-
Proses pembelajaran guru dan kegiatan siswa.
langkah guru dalam menerapkan pembelajaran
Kegiatan guru mencakup beberapa kegiatan yakni
kooperative tipe group to group dalam
guru melaksanakan kegiatan pembelajran dengan
meningkatkan hasil belajar
tepat waktu, melaksanakan langkah-langkah
b. Data Tes Hasil Belajar
pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu, belajar
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...
123

yang direncanakan, menguasai kelas, menyampai- Jumlah Siswa


16
kan kegiatan pembelajaran memungkinkan =
tumbuhnya kegiatan positif, dengan mengguna- 21
kan metode pembelajaran kooperatif tipe group to
Siswa yang tuntas belajar 16 orang atau
group, memberikan petunjuk atau penjelasan
sebanyak 76,19 %.
yang berkaitan dengan model dan metode
4) Tahap Refleksi
pembelajaran, materi pembelajaran, memberikan Berdasarkan hasil penelitian siklus I yaitu
kesempatan pada siswa untuk terlibat secara hasil evaluasi kegiatan pembelajaran maka perlu
langsung dalam pembelajaran dan memberikan dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II.
motivasi atau penghargaan. Kegiatan siswa Adapun rencana perbaikan yang dilakukan pada
mencakup aktifitas bertanya, aktif mengeluarkan siklus II adalah:
pendapat atau ide, antusias dalam menyampaikan a. Siswa kurang berani bertanya kepada guru
pendapatnya, memberikan pendapat dan men- maupun kepada temannya ketika masih belum
yimpulkan materi pelajaran. mengerti. Hal ini disebabkan karena siswa
3) Tahap Evaluasi masih malu dan ditertawakan oleh temannya.
a. Hasil Test Siklus I Untuk mengatasi hal tersebut guru
Tabel 4. memberikan point tambahan kepada siswa
Hasil test siklus I pembelajaran kooperatif tipe yang berani bertanya maupun mengeluarkan
goup to group terhadap peningkatan hasil pendapat.
belajar siswa pada mata Pelajaran PKn kelas VII b. Pada saat diskusi siswa kurang bias menjawab
di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang Mataram pertanyaan temannya. Hal tersebut disebabkan
siswa kurang siap dalam menjawab pertanyaan
No Nama Siswa L/P Nilai K yang diajukan temannya. Untuk mengatasi hal
et
tersebut guru memberikan motivasi kepada
1 Akidah P 69
2 Ari L 66 sisswa untuk belajar dan mengusahakan
Pathurrahman menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
3 Azan Aswadi L 66 temannya.
4 Badrul Islam L 66 c. Siswa kurang memperhatikan dan menghargai
5 Fatin Adensa P 69 penjelasan dari temannya. Hal tersebut diatasi
Cahya Sasmita
6 Hairul Mizam L 69 dengan mengarahkan dan menyuru siswa yang
7 Haril Lutfi L 66 lain untuk menjelasakan penjelasan temannya.
8 Hernil P 69 d. Siswa kurang dalam menyimpulkan materi
9 Hudzamma P 63 yang telah dipelajari. Untuk mengatasinya
10 Hurniati P 60 guru harus lebih efektif lagi dalam menarik
11 Huswatun P 66 kesimpulan.
Hasnah
b) Siklus II
12 Ilham Aji L 60
Pada siklus II sama dengan siklus I mulai dari
Pagestu
13 Ilham Farizi L 63 Tahap Perencanaan dan Tahap Pelaksanaannya
14 Nurul Hidayah P 66 tetapi siklus II akan diadakan perbaikan-
15 Sahdi L 66 perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I.
16 Sahrul Rozi L 60 a) Tahap Evaluasi
17 Samratul Janiah P 72
a. Hasil Test
18 Suhaebatul P 69
Islamiyah
19 Silvianingsih P 72
Tabel 5
20 Suriani P 69
Hasil Test Siklus II Pembelajaran Kooperatif
21 Susilawati P 66
tipe Goup To Group Terhadap Peningkatan Hasil
Jumlah 1392 Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn kelas VII
Rata-rata 46,4 di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang Mataram
Presentase 76,19
Keterengan: No Nama Siswa L/P Nilai K
1. Banyaknya siswa tuntas belajar : 16 orang et
2. Banyaknya siswa yang tidak tuntas belajar: 1 Akidah P 75
5 orang 2 Ari Pathurrahman L 72
3. Presentase siswa yang tuntas belajar: 76,19 3 Azan Aswadi L 72
4 Badrul Islam L 72
Jumlah Siswa yang Tuntas 5 Fatin Adensa P 75
Ketuntasan Belajar Klasikal = X 100 cahya Sasmita
124 CIVICUS | Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 7, No. 1, Maret 2019, hal 117-126

6 Hairul Mizam L 75 Pada siklus IIIsama dengan siklus II mulai dari


7 Haril Lutfi L 72 Tahap Perencanaan dan Tahap Pelaksanaannya
8 Hernil P 75 tetapi siklus III akan diadakan perbaikan-
9 Hudzamma P 69 perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus II.
10 Hurniati P 66
5) Tahap Evaluasi
11 Huswatun Hasnah P 72
a) Hasil Test
12 Ilham Aji Pagestu L 66
13 Ilham Farizi L 69
14 Nurul Hidayah P 72 Tabel 6
15 Sahdi L 72 Hasil Test Siklus III Pembelajaran Kooperatif
16 Sahrul Rozi L 66 tipe Goup To Group Terhadap Peningkatan
17 Samratul Janiah P 78 Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn
18 Suhaebatul P 75 kelas VII di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang
Islamiyah Mataram
19 Silvianingsih P 78 No Nama Siswa L/P Nilai K
20 Suriani P 75 et
21 Susilawati P 72 1 Akidah P 81
Jumlah 1520 2 Ari Pathurrahman L 78
Rata-rata 50,6 3 Azan Aswadi L 78
Presentase 100
Keterengan: 4 Badrul Islam L 78
1. Banyaknya siswa tuntas belajar : 21 orang 5 Fatin Adensa P 81
cahya Sasmita
2. Banyaknya siswa yang tidak tuntas belajar o
6 Hairul Mizam L 81
orang
7 Haril Lutfi L 78
3. Presentase siswa yang tuntas belajar: 100 8 Hernil P 81
Jumlah Siswa yang Tuntas 9 Hudzamma P 75
Ketuntasan Belajar Klasikal = X 100 10 Hurniati P 72
Jumlah Siswa 11 Huswatun Hasnah P 78
16
=
12 Ilham Aji Pagestu L 72
21 13 Ilham Farizi L 75
= 100 14 Nurul Hidayah P 78
Siswa yang tuntas belajar 21 orang atau 15 Sahdi L 78
sebanyak 100 %. 16 Sahrul Rozi L 72
b) Tahap Refleksi 17 Samratul Janiah P 84
Walaupun pada silkus II menunjukan hasil 18 Suhaebatul P 81
evaluasi yang cukup memuaskan tetapi masih Islamiyah
belum tuntas maka dari itu diadakan perbaikan 19 Silvianingsih P 84
pada siklus III. 20 Suriani P 81
21 Susilawati P 78
a. Guru harus lebih menekankan kepada siswa agar
Jumlah 1534
bersdiskusi dan saling bekerjasama dalam
Rata-rata 51,13
kelompok. Presentase 100
b. Guru memotivasi siswa untuk lebih berani Keterengan:
mengemukakan pendapatnya, jangan takut salah 1. Banyaknya siswa tuntas belajar : 21 orang
dan jika siswa mengalami kesulitan jangan malu 2. Banyaknya siswa yang tidak tuntas belajar o
bertanya kepada teman dalam kelompok orang
maupun guru. 3. Presentase siswa yang tuntas belajar: 100
c. Antusiasme siswa untuk berdidkusi kelompok
juga harus ditingkatkan.
d. Guru harus lebih mempersiapkan diri dalam Jumlah Siswa yang Tuntas
mengajar agar dapat menguasai kelas dengan Ketuntasan Belajar Klasikal = X 100
Jumlah Siswa
baik. 16
e. Guru harus dapat membimbing siswa dengan =
21
baik dalam membuat kesimpulan. = 100
f. Guru harus lebih memotivasi siswa dalam Siswa yang tuntas belajar 21 orang atau
belajar dengan menyampaikan manfaat dari sebanyak 100 %.
materi yang mereka pelajari. Tabel o6
Guru lebih intensif membimbing siswa yang Perbandingan siklus I, sikls II, dan siklus III
nilainya < 65. Halis test siklus IIIpembelajaran kooperatif tipe
c) Siklus III goup to group terhadap peningkatan hasil
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...
125

belajar siswa pada mata Pelajaran PKn kelas VII karena dalam modul ini selain membahas tentang
di MTs. Al-Intishor Tanjung Karang Mataram materi pembelajaran juga dalam penyusunannya
Aspek yang Diukur Perbandingan Siklus I, II, dan III memberikan pengantar dan arahan bagi siswa agar
Siklus I Siklus II Siklus III dapat melakukan pembelajaran dengan baik dan
Siswa yang tuntas 16 21 21 benar.
Rata-rata hasil 46,4 50,6 51,13
belajar
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada mata
Ketuntasan 76,19% 100% 100% pelajaran PKn menggunakan metode kooperatif tipe
group to group pada siklus I yaitu tergolong dalam
Dapat dijabarkan dalam bentuk grafik. kreteria sedang 2,79 ini dikarenakan oleh beberapa
Gambar 2. faktor yaitu guru tidak melakukan apersepsi sebelum
Grafik SiklusI, Siklus II dan Siklus III pelajaran dimulai, guru kurang memberikan motivasi
dengan tidak menyampaikan tujuan dan manfaat dari
pelajaran yang sedang berlangsung, guru tidak
menfasilitasi siswa untuk berkreasi sesuai dengan
bakat dan kemampuannya.
Dengan demikian kekekurangan pada siklus II,
maka guru berusaha melakukan perbaikan-perbaikan
pada hal-hal yang masih kurang pada pelaksanaan
tindakan pada siklus I. Dengan melakukan
perbaikan-perbaikan yang dianggap kurang pada
pelaksanaan siklus sebelumnya sehingga pada siklus
II terlihat terjadi peningkatan. Dengan perbaikan-
perbaikan kembali pada siklus-siklus sebelumnya
sehingga pada siklus III terjadi peningkatan yang
memuaskan.
Tercapainya aktivitas ini karena dalam setiap
proses pembelajaran siswa diberikan motivasi untuk
belajar terus, serta terlibat secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Hasil tes siklus III yang menunjukan kriteria
tinggi karena terjadinya peningkatan pada setiap
aspek dalam diskusi kelompok. Kondisi tersebut
sesuai dengan pendapat [17] bahwa tehnik-tehnik
D. PEMBAHASAN pembelajaran diskusi kelompok lebih unggul dalam
Model pembelajaran merupakan salah satu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa
strategi pembelajaran yang diperlukan untuk karena siswa lebih memiliki kemungkinan
mengetahui target pencapain hasil belajar siswa yang menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi
terbukti pada siklus I 76,19%, siklus II 100%, siklus selama dan setelah diskusi dalam kelompok dari pada
III 100%, maka dari itu guru sebagai pelaksana mereka bekerja secara individual atau kompetitif.
pembelajaran diharapkan dapat mengembangkan Dengan memperhatikan proses pembelajaran
model pembelajaran sehingga pemahaman siswa dalam hasil observasi yang diperoleh, diketahui,
terhadap suatu konsep mata pelajaran menjadi relatif bahwa pembelajaran dengan penugasan terstruktur
lebih baik, untuk menerapkan sebuah metode melelui metode pembelajaran kooperatif tipe group
pelajaran kooperatif tipe group to group diperlukan to group.
saran dan prasaran yang dapat menungjang
terjadinya proses pembelajaran yang diinginkan, oleh E. SIMPULAN DAN SARAN
karena itu didalam menerapkan metode kooperatif Pada penelitian ini aktivitas belajar siswa dari
tipe group to group diperlukan adanya berbagai siklus I ke siklus III dari hasil analisa observasi
intrumen yang dapat menunjang dan memperlancar terjadi peningkatan. Hasil observasi siklus I
proses pembelajaran, sehingga nantinya memper- menunjukan angka 2,79 ini tergolong dalam kriteria
mudah siswa untuk memahami konsep dan tujuan sedang/ cukup aktif setelah guru melakukan
yang hendak dicapai didalam proses belajar tersebut. perbaikan pada hal-hal yang dianggap kurang pada
Saran dan prasaran yang pertama yang perlu siklus sebelumnya, maka pada siklus II terjadi
dipersiapkan oleh guru adalah modul dan metode peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu 3,56 ini
pembelajaran. Modul belajar adalah hal yang sangat tergolong dalam kriteria tinggi/aktif, maka pada
penting dalam hal menungjang proses pembelajaran siklus III terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa
yang sangat signivikan yaitu 3,78ini tergolong dalam
126 CIVICUS | Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan | Vol. 7, No. 1, Maret 2019, hal 117-126

kriteria sangat tinggi. Ini terbukti bahwa masukan kepada penulis sehingga artikel ilimiah ini
pembelajaran dengan menggunakan metode selesai dengan baik.
kooperatif tipe group to group pada pembelajaran
PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas DAFTAR RUJUKAN
VII , karena aktivitas belajar siswa dari silkus ke
[1] R. Indonesia, “Undang-undang Nomor 20 tahun
siklus mengalami peningkatan aktivitas belajar,
2003 tentang Sistem pendidikan nasional,” 20AD.
terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti [2] M. Mustari and M. T. Rahman, “Manajemen
pembelajaran siswa menjadi lebih aktif dan terjadi Pendidikan.” RajaGrafika Persada, 2014.
saling ketergantungan yang positif diantara siswa, [3] D. P. Nasional, “Materi Pelatihan Terintegrasi Mata
sehingga hasil penelitian ini terdapat hubungan yang Pelajaran Sains.” Jakarta: Bagian Proyek
signifikan antara penerapan pembelajaran kooperatif Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program,
tipe group to group dengan meningkatkan hasil 2004.
[4] A. Suharsimi, “Prosedur Penelitian, Jakarta: PT,”
belajar siswa mata pelajaran PKn kelas VII di MTs.
Rineka Cipta, 2013.
Al-Intishor Tanjung Karang Mataram. [5] M. B. A. Riduwan, “Skala Pengukuran Variabel-
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti variabel Penelitian,” Alf. Bandung, 2007.
dapat memberikan saran sebagai berikut: [6] H. Jauhari, “Panduan Penulisan Skripsi Teori dan
a. Bagi Guru Aplikasi,” Bandung: Pustaka Setia, 2010.
1) Diharapkan kepada guru PKn di MTs. Al- [7] A. Sudijono, “Pengantar Evaluasi Pendidikan,”
Intishor Tanjung Karang Mataram agar Jakarta Raja Graf. Persada, 2006.
[8] S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
mempertimbangkan taraf berpikir anak
Praktik. 2006.
sebagai acuan dalam memilih metode dan [9] W. Surakhmad, Pendidikan Nasional, Strategi, dan
strategi belajar. Tragedi. Penerbit Buku Kompas, 2009.
2) Diharapkan kepada guru-guru PKn untuk [10] S. Margono, “Metodologi Penelitian Pendidikan.”
mencoba mengimplementasikan berbagai Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
pendekatan metode pembelajaran kooperatif [11] S. Arikunto, “Prosedur Penelitian; Suatu
Pendekatan Praktek Jilid 2,” PT Rhineka Cipta
terutama dengan pendekatan metode
Jakarta, 2004.
“pembelajaran kooperatif tipe group to group” [12] M. Nazir, “Metode Penelitian, Cet. 10,” Bogor
karena akan memungkinkan siswa untuk aktif Penerbit Ghalia Indones., 2014.
dalam kelas. [13] W. Rochiati, “Metode Penelitian Tindakan Kelas,”
b. Bagi Siswa Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2005.
1) Siswa hendak harus bisa menghargai [14] L. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif.
perbedaan yang ada dalam kelas baik itu Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
[15] A. Raksun, “Implementasi Pembelajaran
perbedaan ide, gagasan, dan pemikiran serta
Kooperatifuntuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil
perbedaan-perbedaan yang ada baik itu Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan
dikelompok maupun dikelas secara Fisika FKIP Universitas Mataram PadaMata Kuliah
keseluruhan. Biologi Dasar,” J. pijar MIPA, vol. 4, no. 1, 2009.
2) Siswa harus lebih berani dalam bertanya, [16] M. N. Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik
maupun mengungkapkan ide-ide dan pendapat Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya, 2000.
kepada guru maupun teman-temannya. [17] M. Ibrahim, “Pembelajaran Kooperatif.” Surabaya:
University Press, 2000.
c. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya selalu mendorong guru-
guru untuk menerapkan model maupun metode
yang menerapkan siswa sebagai subjek belajar
bukan sebagai obyek belajar, disamping itu juga
dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
pembelajaran dikelas sehingga hasil belajar siswa
pada mata pelajaran PKn maupun mata pelajaran
yang lainnya akan semakin meningkat.
d. Bagi Lembaga FKIP UMMAT
Dapat dijadikan bahan masukan dalam
mengambil keputusan dan kebijakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Editor
dan Reviewer yang senantiasa memberikan saran dan

Anda mungkin juga menyukai