Anda di halaman 1dari 25

1

PENILAIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STAD


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
DI MTs AL-HUDA SUKANAGARA PADA MATA PELAJARAN
AL-QURAN HADITS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Lokakarya PTK

Instruktur : Dr. H. Undang Burhanudin, M.Ag

Disusun oleh :
Nama : Rida Nurparida, S.Pd.I
NIRM : 5192110256
Kelas : Al-quran Hadits A

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
2

A. Latar Belakang Masalah


Pada tahap awal kegiatan pembelajaran kelas VII di MTs Al-huda Sukanagara, peneliti
mencatat beberapa hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran . Dari hasil pengamatan dan
wawancara peneliti menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi oleh peneliti. Dari
masalah tersebut, diantaranya kurangnya nilai hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM.
peneliti melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu pada masalah hasil belajar
siswa, pada mata pelajaran Al-quran hadits dengan tema “ Kusandarkan aktifitasku hanya pada
Allah” yang belum maksimal. Peneliti melakukan analisis terhadap penyebab timbulnya masalah
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Pada saat kegiatan pembelajaran, beberapa siswa tidak konsentrasi pada pelajaran, tetapi
guru belum menemukan langkah untuk membuat siswa lebih berkonsentrasi pada pelajaran.
2. Beberapa siswa sudah berusaha mengerjakan tapi masih mengalami kendala dan belum ada
solusi karena anak yang pandai hanya memikirkan tugasnya masing-masing.
3. Sebagian siswa merasa kurang yakin pada kemampuannya dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru, sedang guru belum mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang bisa
menjadikan siswa lebih percaya diri akan kemampuannya.
4. Mayoritas siswa berasal dari Sekolah Dasar sehingga materi pelajaran Al-quran hadits adalah
merupakan pelajaran baru bagi mereka.
Sebagai alternatif pemecahan masalah peneliti menentukan tindakan dengan
mempraktekkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment
Division).Dipilihnya model pembelajaran ini, dilandasi oleh pemikiran bahwa model
pembelajaran kooperatif ini karena ada unsur kerja sama sehingga yang belum paham bisa
mandapat bimbingan dari yang sudah paham dalam kelompoknya. Adanya kuis yang berakhir
dengan penghargaan kelompok membuat setiap siswa punya tanggung jawab untuk sungguh-
sungguh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembentukan kelompok belajar akan sangat
mudah pengaturannya apabila di desain berdasarkan kemampuan akademis.
Model pembelajaran ini juga ada fase Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi yang saat ini
sedang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran.Sehingga diharapkan dengan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) akan menjadikan siswa lebih
bertanggung jawab untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh dan kesulitan
pengerjaan soal bisa diatasi bersama dengan kelompok belajarnya.
Mengapa penting digunakan perpaduan model pembelajaran STAD karena bisa memotifasi
anak lebih konsentrasi pada pelajaran karena adanya presentasi dan kuis.Dapat juga menjadi
solusi untuk membantu anak yang masih lemah karena adanya kelompok belajar dimana
kelompok belajarnya adalah kelompok heterogen.Bagi anak yang terbiasa tidak percaya diri
maka dengan adanya pemberian penghargaan kelompok bisa menjadikan siswa merasa dihargai
sesuai kemampuannya.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran STAD pada siswa
kelas VII MTs Al-huda Sukanagara pada mata pelajaran Al-quran hadits tema “Kusandarkan
Aktifitasku hanya pada Allah”
2. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran STAD pada siswa kelas VII MTs Al-huda
Sukanagara pada mata pelajaran Al-quran hadits tema “Kusandarkan Aktifitasku hanya pada
Allah”
3. Bagaimana hasil belajar siswa sesudah penggunaan model pembelajaran STAD pada siswa
kelas VII MTs Al-huda Sukanagara pada mata pelajaran Al-quran hadits tema “Kusandarkan
Aktifitasku hanya pada Allah”

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran STAD pada
siswa kelas VII MTs Al-huda Sukanagara pada mata pelajaran Al-quran hadits tema
“Kusandarkan Aktifitasku hanya pada Allah”
2. Untuk mengetahui proses penerapan model pembelajaran STAD pada siswa kelas VII MTs
Al-huda Sukanagara pada mata pelajaran Al-quran hadits tema “Kusandarkan Aktifitasku
hanya pada Allah”
3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah penggunaan model pembelajaran STAD
pada siswa kelas VII MTs Al-huda Sukanagara pada mata pelajaran Al-quran hadits tema
“Kusandarkan Aktifitasku hanya pada Allah”

D. Manfaat Penelitian
Secara khusus, manfaat yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini antara lain :
1. Manfaat teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan secara teoritis dalam model dan
metode pembelajaran
2. Manfaat Praktis
 Bagi siswa:
a. Membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran Al- Qur’an Hadits di dalam kelas.
b. Membantu siswa dalam berlatih membangun kecerdasan sosial.
c. Membangun rasa percaya diri pada siswa
d. Menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai makhluk individu maupun sosial.
e. Membangun karakter siswa sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits.
4

 Bagi guru:
Guru termotivasi untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits
dengan berbagai cara yang mungkin, misalnya: menggunakan berbagai model
pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, melengkapi alat peraga yang
diperlukan, dan lain-lain. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi hasil
belajar.
 Bagisekolah:
Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu proses maupun mutu
hasil pembelajaran di sekolah.Secara umum, manfaat penelitian ini adalah sebagai
salah satu usaha guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bersama siswa
dalam mewujudkan tujuan pendidikan Al-Qur’an Hadits dan tujuan pendidikan
Nasional.

E. Kerangka Pemikiran (Kajian Pustaka)


1. Model Pembelajaran STAD (Student Achievment Division)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin
(dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis
kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak
boleh saling membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative
Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997: 21) ada lima komponen utama dalam
pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:
a. Penyajian Kelas
5

Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan
menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari
materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk
menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
b. Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok
harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik
yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa
setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk
mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok
yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari
kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan
agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun
ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan
bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan
keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kesuksesan kelompok.
d. Skor peningkatan individual
Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan
individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari
skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru
sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif metode STAD.
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah
dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk
penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama.
Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode
STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa untuk
pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar
6

kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban
dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok
beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya.
Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung
memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat
diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):
a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas. Gunakan
informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu
informasi yang baik adalah skor tes.
b) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa. Untuk menentukan berapa banyak
kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak
bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat
siswa dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh
kelompok yang akan dibentuk.
c) Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok yang dibentuk yang
terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi
sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok
dalam kelas kurang lebih sama.
d) Mengisi lembar rangkuman kelompok isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok
pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk
pembelajaran kooperatif metode STAD).
3) Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat diambil melaluiPre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran
kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa.
Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.
4) Kerja sama kelompok Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali
dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap
kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota
kelompok.
7

5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi
pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi
pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.
Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting
untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi
teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam
kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk
menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.
2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran.
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan memahami
makna, bukan hafalan.
c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.
3) Praktek terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-
soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk
menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada
kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru
memberikan umpan balik.
c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang
dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam kelompoknya
telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.
8

b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai
pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok
mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.
d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai
kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:
a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.
b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar jawabannya.
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh anggota
kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal
maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya
dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum memahami, teman
sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.
d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan
demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman
sekelompoknya.
3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok.
Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok
berdiskusi.
d. Kuis atau Tes
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian, guru
memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang
disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu
kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok
berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan
berdasarkan skor awal siswa.
2) Menghargai hasil belajar kelompok
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru
mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru
memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian.
Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama
Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa
9

c. Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif model STAD


Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki kelebihan dan
kelemahannya.
 kelebihan model ini ialah:
1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada
kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara Allport (dalam Slavin,
2005:103).
2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok
menjadi lebih baik (Slavin, 2005:105) dan (Ahmadi, 2011:65).
3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih
banyak (Slavin, 2005:105)
4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan
kognitif (Isjoni, 2010:72).
5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator,
motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62).
6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011:
203).
7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran
oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru
(Rusman, 2011: 204)
8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi
lebih hidup
9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok
10. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi
11. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok
dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu
12. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam
pembelajaran.
13. Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki tanggung jawab
besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya nilai kelompok baik
14. Rusman (2011) menambahkan keunggulan model ini yaitu, siswa memiliki dua bentuk
tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama
anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011: 203)
10

15. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan
sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman,
2011: 204).
16. Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan ini, siswa cenderung
berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi
perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri,
dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga Negara
yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul dalam masyarakat, acuh tak
acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau
menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat
pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut dan
mudah terprovokasi (Rusman, 2011: 204).
Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua model
pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada
pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang
tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah
kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.
 Kelemahan
1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional
(yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini
membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang
menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes
individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan
menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif
dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai
kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan
Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk
pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.
2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator,
mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62). Dengan asumsi tidak semua guru
mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang
dapat di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti mengadakan
kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada
guru serta melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri
perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.
11

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam
satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka
dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai
seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab
untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.

2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan
dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah
yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi
bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun
suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan
kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil
belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif pada
mata pelajaran Al-quran Hadits yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1),
12

pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri
siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang
dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang
dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 %
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga
faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran
(Sudjana,2002.39).
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali
Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi
dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi
perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya
kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang
perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari
dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa
yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh
siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa
sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri
individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Hasil belajar siswa Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas,
peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif
STAD . Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif ini menuntut keterlibatan siswa secara
aktif dalam pembelajaran Al-quran hadits.

F. Metode Penelitian
1. Setting Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-huda Sukanagara yang
beralamat di Jl. Cisuren Desa.Gunungsari Kecamatan Sukanagara
2. Skenario tindakan
13

Jenis data yang didapat adalah kuantitatif dan kualitatif yaitu sebagai berikut:
1. Data hasil belajar diambil dengan cara memberikan test kepada siswa Sebelum dan
setelah selesai tindakan.
2. Data pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan kolabulator selama
pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan mengunakan instrumen observasi ,
wawancara kegiatan guru dan siswa pada saat KBM.
3. Data refleksi guru dan siswa diambil dengan cara pemberian angket kepada siswa dan
guru setelah selesai tiap siklus.
3.Teknik Pengumpulan Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses analisa data dimulai
dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, selanjutnya mereduksi data dan
menyusunnya dalam satuan-satuan kemudian mengkategorikannya bersama kolabor
1. Data kualitatif yang berasal dari observasi, jurnal, dan wawancara diklasifikasikan
berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis, untuk kemudian dikaitkan
dengan data kuantitatif sebagai dasar untuk mendiskripsikan keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajara siswa.
2. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan diskriptif persentase. Nilai yang diperoleh
siswa dirata-rata untuk ditemukan keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal
sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
4. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan dilaksanakan 2 ( dua ) siklus. Setiap siklus
terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi . Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar diagram berikut ini:

permasalahan Perencanaan tindakan Pelaksanaan tindakan

Siklus 1 Refleksi 1 Pengamatan

Perencanaan tindakan 2 Pelaksanaan tindakan 2


Permasalahan baru

Hasil refleksi
Refleksi 2 Pengamatan/
Siklus 2
pengumpulan data

Pengambilan keputusan
14

Menurut Suharsimi Arikunto (2009) apabila hasil refleksi siklus II terdapat


permasalahan baru atau permasalahan lama belum terpecahkan, maka siklus tersebut dapat
dilanjutkan dengan menambah satu siklus dan seterusnya sampai permasalahan yang ingin
dipecahkan dapat terpenuhi.
Berikut ini penjelasan tahapan-tahapan pelaksanaan PTK:
1. Siklus I (pertama)
a. Perencanaan
Urutan kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan ini adalah:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan pelaksanaan
proses pembelajaran.
2) Menyusun lembar pengamatan aktivitas siswa
3) Menyusun kisi-kisi dan angket persepsi dan kesan siswa mengikuti proses
pembelajaran.
4) Menyusun kisi-kisi dan instrumen tes akhir siklus.
5) Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam penerapan metode
pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pada awal pembelajaran peneliti menanyakan persepsi dan kesan siswa belajar Al-
quran Hadits selama ini. Persepsi dan kesan ini dapat menggambarkan seberapa
besar para siswa senang mengikuti proses belajar Al-quran Hadtis. Selanjutnya
peneliti memberikan apersepsi tentang materi pokok yang akan diajarkan.
2) Peneliti memulai mengajar materi Al-quran Hadits dengan pembahasan memahami
materi Kusandarkan Aktifitasku Hanya pada Allah, membagi kelompok berjumlah
4-5 orang, yang terdiri dari siswa yang heterogen termasuk didalamnya anak yang
pandai, pemalu, percaya diri, dll.
3) Penjelasan singkat tentang teknik pembelajaran dengan metode Student Team
Achievment Division ( STAD ).
4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode Student Team Achievment
Division ( STAD ).
a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam
kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan
oleh guru.
b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok
menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok
mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada
guru.
15

d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan


5) Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian, guru
memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis.
Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran.
Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor
kelompok.
6) Pada akhir siklus peneliti memberikan angket persepsi dan kesan siswa mengikuti
proses pembelajaran dan tes akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi siswa.
c. Pengamatan (observasi)
Dalam tahap ini observer berperan mengumpulkan data berupa aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dengan lembar pengamatan/observasi. Kegiatan ini
dapat dilakukan bersama-sama guru yang berperan sebagai kolaborator.
d. Refleksi
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi; evaluasi mutu, jumlah
dan waktu dari setiap macam tindakan.
2) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, yang dituangkan pada
rencana tindakan pada siklus pada siklus berikutnya.
3) Evaluasi tindakan I, meliputi; interpretasi hasil analisis data, pengambilan keputusan
terhadap jawaban permasalahan, dan lain-lain.
2. Siklus II (Kedua)
a. Perencanaan Tindakan Lanjutan
Hasil analisis dan refleksi akan digunakan untuk memutuskan apakah tindakan yang
dilakukan pada siklus I telah tepat dan dapat mengatasi permasalahan dengan baik atau
belum. Dalam hal ini, apakah penerapan model pembelajaran telah mencapai hasil yang
optimal atau belum sehingga mampu meningkatkan penguasaan materi siswa. Bila
hasilnya belum seperti yang diharapkan dalam indikator keberhasilan, maka dilakukan
perencanaan tindakan yang berbeda dengan memperbaiki tindakan pada siklus I. Dengan
prediksi bahwa bahwa hanya dengan satu siklus pencapaian tujuan belum dapat optimal,
maka penelitian harus dilanjutkan dengan siklus II dengan prosedur yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan analisis refleksi.
1) Indentifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Pengembangan program tindakan siklus II, di antaranya: penyusunan RPP,
penyusunan kisi-kisi dan instrumen akhir siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, skenario dan ilustrasi pembelajarannya hampir
sama dengan siklus I. Mengacu pada RPP yang telah disiapkan, pembahasan materi
16

pokok siklus II adalah pembelajaran Kusandarkan aktifitasku hanya pada Allah,


kegiatannya sebagai berikut:
1) Melaksanakan skenario sebagaimana dalam RPP.
2) Menjelaskan singkat tujuan pembelajaran yang akan dijalani siswa, dengan
memotivasi melalui teknik pembelajaran yang akan diterapkan.
3) Mencatat jalannya kegiatan pembelajaran dengan lembar observasi bekerjasama
dengan kolaborator.
4) Pada tahap akhir pembelajaran, siswa diberikan lembar angket motivasi belajar dan
tes tertulis.
c. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh guru bersama observer (kolaborator) untuk
mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, bagaimana minat siswa, keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, termasuk apakah ada siswa yang belum memahami model pembelajaran
yang diterapkan dan bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan model yang diterapkan. Hasil observasi ini akan diidentifikasi dan pengambilan
interpretasi dalam tahap refleksi pada siklus II tersebut.
d. Refleksi
Merenungkan kembali hasil pengamatan terhadap siswa, serta analisis data dari
pelaksanaan tindakan berupa lembar pengamatan, penyebaran angket serta tes akhir siklus
untuk pengambilan keputusan sebagai akhir dari siklus II.
Indikator dari keberhasilan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:
1) Indikator persepsi dan kesan siswa ditunjukkan apabila siswa menjawab pernyataan
angket dengan memilih “setuju” sekurang-kurangnya 75%.
2) Penelitian akan dinyatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa
memperoleh nilai ≥ 78 (nilai KKM).
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Tes.
Teknik ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa menguasai materi
yang diajarkan untuk Standar Kompetensi Memahami Hadis berdasarkan Jumlah
sanadnya. Alat untuk yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah
intrumen tes yang berupa butir-butir pertanyaan sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang dipelajari.
b. Observasi
17

Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung, kesan dan minat siswa, serta keaktifan siswa selama kegiatan
berlangsung.
c. Kuisioner atau Angket
Teknik kuesioner atau angket dipergunakan untuk mengungkap data tentang sikap
siswa yang berkaitan dengan minat dan persepsi siswa selama mengikuti proses
pembelajaran berlangsung. Instrumen kuesioner atau angket disusun dengan alternatif
jawaban SETUJU atau TIDAK SETUJU terhadap pernyataan sikap yang telah dibuat.
d. Analisis Data dan Refleksi
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang dikumpulkan peneliti, yakni data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang menyangkut hasil
belajar siswa yang diperoleh melalui tes dan data tentang sikap dan kesan siswa yang
diperoleh melalui angket. Adapun data kualitatif berupa data hasil pengamatan
terhadap semua kegiatan, gerak-gerik, dan respon siswa selama mengikuti proses
pembelajaran berlangsung.
1) Analisis Data Pengamatan (observasi)
Data pengamatan menggambarkan suasana aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Hasil observasi dianalisis dengan menggunakan teknik
diskriptif analitis, menggambarkan suasana pembelajaran secara naratif, detail dan
terperinci. Sekecil apapun gerakan dan kegiatan siswa dilaporkan secara naratif.
2) Analisis Data Angket
Data angket menggambarkan persepsi dan kesan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Data angket kemudian dianalisis dengan menggunakan
persentase, yakni jumlah skor yang diperoleh dibagi jumlah skor maksimal
dikalikan 100%. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:

Persepsi/Kesan = Jumlah skor yang diperoleh x 100


Jumlah skor maksimal

Setelah persentase persepsi dan kesan siswa didapat, kemudian ditentukan


kategori tingkat persepsi dan kesan siswa dengan skor konversi sebagai berikut:
80% - 100% = sangat baik
70% - 79% = baik
60% - 69% = cukup
≤ 59% = kurang
Data yang diperoleh dari interval tersebut akan dipergunakan untuk
menentukan apakah metode pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini
18

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran


tersebut.
3) Analisis Data Dokumen
Data dokumen berupa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal tes. Hasil skor
siswa dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan untuk mata pelajaran Al-quran Hadis. Jumlah siswa yang memperoleh
nilai sesuai KKM atau di atas KKM dibandingkan nilai siswa yang di bawah
KKM. Sesuai dengan indikator keberhasilan PTK ini yakni, PTK dianggap
berhasil apabila ≥ 75% siswa memperoleh nilai sesuai atau di atas KKM, yakni 78.
Sedangkan refleksi adalah proses merenungkan kembali hasil pengamatan
terhadap siswa, serta analisis data dari pelaksanaan tindakan berupa lembar
pengamatan, penyebaran angket serta tes akhir siklus untuk pengambilan
keputusan sebagai akhir dari siklus

G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, mulai tanggal 21 Oktober sd 20 Nopember
2019, sejak persiapan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Secara rinci, jadwal pelaksanaan
penelitian sebagai berikut:
PELAKSANAAN
NO KEGIATAN
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
1. Persiapan √
a. Survey lokasi √
b. Identifikasi √
Masalah
c. Penyusunan √
Proposal
2. Pelaksanaan √ √
a. Pelaksanaan Siklus √ √
I
b. Pelaksanaan Siklus √ √
II
3. Penulisan laporan √
a. Analisis data √
b. Penyusunan √
laporan
19

H. Daftar Pustaka

Tim Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag RI. 2013.
PTK Itu Mudah: Panduan Penelitian Tindakan Kelas di Lingkungan
Madrasah, Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang
Diklat Kemenag RI.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Aneka Cipta.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Junaedi., dkk. 2008. Strategi Pembelajaran, Surabaya: LAPIS PGMI.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia

Seifert, Kelfin. 1983. Educational Psychology, Boston: Houghton Mifflin Company.

Sudjana, Nana. 2003. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan ketujuh. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Pers.
Ahmadi , I.K, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu “Pengaruhnya Terhadap
Konsep, Mekanisme, dan Proses Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri”.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:Alfabeta.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada

Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media

LAMPIRAN:

1. Pelaksana Penelitian
2. Biaya Penelitian
3. Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian
4. Outline Laporan Penelitian
20

LAMPIRAN 1: PELAKSANA PENELITIAN

Nama : Rida Nurparida, S.Pd.I


Tempat & Tanggal Lahir : Cianjur, 10 September 1990
Alamat : Sirnagalih 3, RT.005 RW 008
Desa Sukanagara
Kecamatan Sukanagara
Kabupaten Cianjur
NIRM : 5192110256
Nama Lembaga : MTsS Al-huda Sukanagara
Alamat Lembaga : Jl. Cisuren Desa. Gunungsari Kec.Sukanagara Kab.
Cianjur
No. HP. : 081977884106
Email : agniyarj@gmail.com
21

LAMPIRAN 2:
BIAYA PENELITIAN
RENCANA ANGGARAN BELANJA PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Judul Penelitian:
Penggunaan Model Pembelajaran STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII di
Mts Al-Huda Sukanagara Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits
Nama : Rida Nurparida, S.Pd.I
Madrasah : MTsS Al-huda Sukanagara
Alamat : Jl. Cisuren, Desa. Gunungsari,Kec. Sukanagara,Kab. Cianjur
No Komponen Kegiatan Satuan Frekwensi Harga Satuan Jumlah Total
1 Belanja barang habis pakai
a. Paket Internet 1 unit 1 bulan 600.000 600.000
b. Kertas HVS kwarto 1 unit 1 bulan 50.000 50.000
c. Kertas pelano 20 lembar 1 bulan 10.000 10.000
d. Toner printer 1 buah 1 tahun 200.000 200.000
e. Ballpoint 1 pak 1 tahun 50.000 50.000
f. Spidol 2 buah 1 bulan 20.000 20.000
g. Akomodasi 1 bulan 300.000 300.000
Sub total (I) 1.230.000
2 Biaya Perjalanan Penggalian Data
a. Sukanagara - Cisuren 1 orang 1 bulan 30x 50000 1.500.000
Sub total (2) 1.500.000
3 Biaya Analisis
a. Pengumpulan data 1 orang 10 jam 50.000 500.000
b. Pengolahan data 1 orang 10 jam 50.000 500.000
c. Analisis Data 1 orang 10 jam 50.000 500.000
Sub total (3) 1.500.000
4 Penyusunan Laporan dan Penggandaan
a. Penjilidan 3 eks 1 kl 15000 45.000
b. Fotocopy 3 eks 60 hlm 15000 45000
Sub total (4) 90.000

Jumlah total 4.320.000


22

LAMPIRAN 3:
KISI-KISI DAN ISNTRUMEN PENELITIAN
1. Teknik dan Bentuk Instrumen
Teknik Bentuk Instrumen
 Pengamatan sikap  Lembar pengamatan sikap dan rubrik
 Tes tertulis  Tes uraian dan pilihan

2. Contoh Instrumen
Aspek Penilaian
No Nama Siswa Jml Skor Nilai
C K T K
1 Abtal M
2 Andika S
3 Ayu
4 Candra R
5 Dede A
6

Keterangan:
SINGKATAN SKOR PENILAIAN
C = Curiosity (rasa ingin tahu) 1 : Kurang
K = Ketekunan 2 : Cukup
T = Tanggungjawab 3 : Baik
K = Kerjasama

Rubrik Penilaian Sikap

NO ASPEK YANG DINILAI RUBRIK


1. Rasa ingin tahu (curiosity) 3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar,
antusias, terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok

2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak


terlalu antusias, dan baru terlibat aktif dalam
kegiatan kelompok ketika disuruh
23

1: tidak menunjukkan antusias dalam


pengamatan, sulit terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok walaupun telah didorong untuk
terlibat

2. Ketekunan 3: tekun dan penuh konsentrasi dalam


mengerjakan tugas

2: mengerjakan tugas sambil bermain yang tidak


relevan dengan materi pembelajaran

1: tidak mengerjakan tugas

3. Tanggungjawab 3: Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh


dengan hasil terbaik.

2: Mengerjakan tugas ala kadarnya (sekedar


gugur kewajiban

1: tidak mengerjakan tugas

4 Kerjasama 3: Berperan aktif dalam kegiatan kelompok

2: Pasif tetapi memahami pekerjaan kelompok

1: Pasif dan tidak memahami pekerjaan


kelompok

3. Instrumen Tes Tertulis


Instrumen ini berupa soal-soal dalam bentuk pilihan ganda dan uraian untuk mengetahui
ketercapaian penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.

Skala penilaian menggunakan rentangan 10 – 100.


24

LAMPIRAN 4:

OUTLINE LAPORAN PENELITIAN

Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Absrtak
Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Student Team Achievment Division (STAD)
B. Konsep Hasil Belajar
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Setting Lokasi Penelitian
B. Skenario Tindakan
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Analisis Data dan Refleksi
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
25

Anda mungkin juga menyukai