Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI KECEPATAN

DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


(PBL) DI SDIT NURUL HUDA PRACIMANTORO

Nugrahen Asri Kawuryan


Program Profesi Guru dalam jabatan Unversitas Negeri Manado
Jalan …..
email

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa materi
kecepatan dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pra-Eksperimental (Pre-Experimental Design) dengan
bentuk Satu Kelompok Pretes-Postes (Pretest-Posttest One Group Design). Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD yang berjumlah 16 siswa. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu 10 buah tes pilihan yang terintegrasi dengan google form. Data
penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa data nilai pretest dan nilai
posttest. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Normlized gain atau N-gain score.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil rata-rata nilai pretest sebesar 60, dan setelah dilakukan
perlakuan nilai rata-rata meningkat menjadi sebesar 98,9. Kemudian dilakukan analisis lanjutan
menghasilkan nila N-gain 0,98958 dan N-gain (%) sebesar 98%. Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memberikan efektifitas yang tinggi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika materi kecepatan.
Kata kunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar, Materi Kecepatan
PENDAHULUAN dituntut memahami rumus yang telah
dipelajarinya untuk dihubungkan dengan
Pembelajaran merupakan suatu
kehidupan sehari-hari (Unaenah,dkk.,
upaya menciptakan kondisi belajar yang
2020). Hal ini mengakibatkan sebagian
dapat memaksimalkan siswa dalam
besar siswa kurang mampu
mengikuti proses pembelajaran dimana
menghubungkan apa yang mereka pelajari
guru berperan sebagai fasilitator dalam
dengan bagaimana pengetahuan tersebut
mengkonstruksi pengetahuannya dan siswa
akan diaplikasikan pada situasi baru atau
bertugas mempelajarinya (Suryani, dkk.,
berbeda dalam kehifupan sehari-hari dan
2020). Matematika adalah salah satu mata
menganggap matematika itu sulit (Astutik,
pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa
2020). Selain itu, model pembelajaran
baik di tingkat Sekolah Dasar (SD),
yang masih didominsi oleh guru saja juga
Sekolah Menengah Pertama (SMP),
akan menyebabkan keaktifan dan hasil
Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga
belajar siswa rendah (Komrudin, 2019).
Perguruan Tinggi (Afriansyah, dkk.,
2019). Rendahnya hasil belajar yang
dialami oleh siswa SDIT Nurul Huda
Mata pelajaran Matematika di SD
Pracimantoro terjadi pada pokok bahasan
berisi bahan pelajaran yang menekankan
Kecepatan. Hasil pembelajaran
siswa untuk mengenal, memahami, serta
menyatakan tidak ada siswa (0%) dari
mahir menggunakan bilangan dan simbol
keseluruhan siswa yang berjumlah 16 yang
kategori yang mampu memperjelas dan
mampu mencapai Kriteria Ketuntasan
menyelesaikan permasalahan sehari-hari.
Minimal (KKM) pada materi kecepatan ini
Model pembelajaran Matematika yang
yaitu 75. Perolehan hasil tersebut
diterapkan oleh beberapa guru cenderung
menjelasakan bahwa hasil pembelajaran
monoton, yaitu diawali dengan
atau ketercapaian kompetensi yang
menerangkan materi, memberi contoh,
tertuang dalam skenario pembelajaran dan
memberi latihan soal dan diakhiri
tuntasnya individu masih dibawah KKM
memberikan pekerjaan rumah (Komarudin,
klasikal yaitu 75%. Pencapaian suatu
2019).
proses pembelajaran dikatakan berhasil
Selama ini pembelajaran apabila hasil ketuntasan pembelajaran
matematika juga hanya mengarah kepada diatas KKM (Nasution & Lubis, 2019).
kemampuan anak untuk menghafal Berdasarkan permasalahan tersebut di atas,
dan mengingat berbagai rumus tanpa diperlukan upaya perbaikan dan
peningkatan hasil pembelajaran materi pengetahuannya sehingga hasil belajarnya
kecepatan tersebut dengan penerapan akan meningkat (Fatmawati, dkk., 2020).
model pembelajaran. yang mampu
METODE PENELITIAN
meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya pada materi kecepatan. Salah Desain Penelitian

satu model pembelajaran inovatif yang Desain yang digunakan dalam


mendorong siswa memahami materi penelitian ini adalah Pra-Eksperimental
dengan mudah dan mampu meningkatkan (Pre-Experimental Design) dengan bentuk
hasil belajar yaitu model pembelajaran Satu Kelompok Pretes-Postes (Pretest-
Problem Based Learning (PBL) (Nasution, Posttest One Group Design) yaitu
Gunawan & Yulia, 2019). Tahapan- penelitian hanya menggunakan satu kelas
tahapan atau langkah-langkah eksperimen saja tanpa adanya kelas
pembelajaran pada model pembelajaran pembanding atau kelas Kontrol (Sugiyono,
Problem Based Learning (PBL) yaitu: (1) 2013)
orientasi siswa pada masalah, (2)
Tabel 1. Pre-test and Post-test One
mengorganisasikan siswa untuk belajar,
Group Design
(3) membimbing penyelidikan individu
dan kelompok, (4) mengembangkan dan Kelompok Pretes Perlakuan Posttes
menyajikan hasil, dan (5) analisis dan t t
evaluasi proses pemecahan masalah. Eksperime O1 X O2
n
Ciri Model pembelajaran PBL
pengajuan pertanyaan berupa masalah,
Keterangan :
fokus kepada keterkaitan antar disiplin,
O1 : Tes Awal
penyidikan autentik, membuat produk
O2 : Tes Akhir
kemudian mempresentasikannya dan
melatih kerja sama. Permasalahan yang
Hal pertama yang peneliti lakukan
dibahas pada model pembelajaran ini
adalah penetapan kelas eksperimen.
adalah permasalahan nyata sehingga siswa
Sebelum diberi perlakuan kelas
saat proses pemecahan masalah tersebut
eksperimen diberikan pretest, kemudian
tidak hanya melihat dari satu sudut
dilanjutkan dengan memberikan perlakuan
pandang namun juga dari sudut pandang
dan hal berikutnya yang dilakukan adalah
yang lain sehingga siswa dituntut mandiri
posttest dan hasilnya dibandingkan dengan
untuk mampu mengembangkan
hasil pretest, sehingga diperoleh selisih terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan
Antara skor pretest dan posttest. bertujuan untuk mengukur hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran matematika
Penelitin ini membandingkan
materi kecepatan. Hasil tes kemudian
variabel terikat antara sebelum dan
dianalisis menggunakan uji Normlized
sesudah perlakuan. Variabel terikat dalam
gain atau N-gain score. Uji N-gain score
penelitin ini adalah hasil belajar siswa
bertujuan untuk mengetahui efektivitas
kelas V SDIT Nurul Huda Pracimantoro
penggunaan suatu model atau perlakuan
mata pelajaran materi kecepatan
tertentu dalam penelitian one group
sedangkan variable bebasnya adalah
pretest posttest design. Uji N-gain score
penerapan model Problem Based Learning
dapat digunakan ketika ada perbedaan
(PBL).
yang signifikan antara nilai pretest dan
Populasi dan Sampel nilai posttest (Fatmawati, dkk., 2020)

Peneliti memilih satu kelas untuk Rumus menghitung N-gain score :


digunakan sebagai perwakilan dalam
skor posttest −skor pretest
subyek penelitian. Peneliti memilih kelas N gain=
skor ideal−skor pretest
V(A) di SDIT Nurul Huda Pracimantoro
Keterangan :
sebagai subyek dari jumlah 2 kelas yang
Skor ideal adalah nilai maksimal
ada. Jumlah siswa tersebut adalah 16
(tertinggi) yang dapat diperoleh.
siswa. Dengan jumlah lelaki 10 siswa dan
6 perempuan sebagai sampel dalam Kategori perolehan nilai N-gain
penelitian hasil belajar Matematika materi score dapat ditentukan berdasarkan nilai
kecepatan dengan menggunakan model N-gain maupun N-gain dalam bentuk
pembelajaran Problem Based Learning persen (%). Adapun pembagian kategori
(PBL). Peneliti memilih kelas tersebut perolehan nilai N-gain dapat dilihat pada
karena dengan mempertimbangkan bahwa tabel berikut:
peneliti merupakan wali kelas tersebut dan
Tabel 2. Pembagian Skor N-gain
hasil dari pra-tindakan masih banyak siswa
(Syahfitri, 2008:33)
yang belum tuntas dalam pembelajaran
Nilai N-gain Kategori
matematika khususnya materi kecepatan.
g > 0,7 Tinggi
Instrumen yang digunakan dalam 0,3 ≥ g ≥ 0,7 Sedang
peneitian ini berupa soal test yang g < 0,3 Rendah
diintegrasikan dengan google form yang
Sementara pembagian kategori perolehan (Utami & Wutsqa, 2017). Kecakapan yang
N-gain dalam bentuk (%) dapat mengacu siswa miliki untuk menghadapi masalah
pada tabel di bawah ini : serta siswa menerima ataupun menemukan
dan menggali sendiri pemecahan masalah
dapat diterapkan pada pelajaran
matematika (Gd. Gunantara, 2014).

Konsep matematika yang bersifat


Tabel 3. Kategori Tafsiran Efektivitas
abstrak, akan dapat dipahami dengan baik
N-gain (Hake, 1999)
apabila siswa telah berpikir aktif dan
Presentase (%) Kategori
kreatif melalui penerapan model Problem
> 40 Tidak Efektif
Based Learning (PBL) ini (Arnidha, dkk.,
40 – 55 Kurang Efektif
2018). Melalui keaktifan siswa tersebut
56 – 75 Cukup Efektif
> 75 Efektif akan dapat mengeluarkan ide-ide untuk
memecahkan masalah, memunculkan
kesadaran akan rasa tanggung jawab dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
berdampak pada meningkatnya
Berdasarkan penelitian yang kemampuan logis matematis pada siswa.
dilakukan di SDIT Nurul Huda Sebagaimana dapat dilihat pada data hasil
Pracimntoro, dengan menerapkan model penelitian yang diperoleh berupa nilai
Problem Based Learning (PBL) proses pretest dan posttest dalam Tabel 4 di
pembelajaran menjadi lebih efektif bawah ini :
(Arnidha, dkk., 2018). Siswa tidak lagi
Tabel 4. Hasil Pretest dan Posttest
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan NO NAMA Pretest Posttest
soal kecepatan. Hal ini dikarenakan 1 Akhtar N.A 60 100
melalui pembelajaran model Problem 2 Alfahriza C.I 60 100

Based Learning (PBL) ini siswa dituntut 3 Alvin A.P 70 100


4 Aprilo O.F 70 100
untuk dapat memecahkan masalah dengan
5 Bintang D.S 40 90
sedirinya.
6 Dewa N.R 20 100
Kemampuan pemecahan masalah 7 Eliya U.N 60 100

merupakan salah satu tujuan pembelajaran 8 Hafiz W.P 60 100


9 Hisyam N. 70 100
matematika yang harus dicapai oleh siswa
10 Khansa A.H 70 100
yang terdapat pada Peraturan Menteri
11 Melati H. 60 100
Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006
12 Nafisa N.F 60 100 menunjukkan peningkatan yang sangat
13 Syahrul F. 60 100 baik.
14 Tyara A.P 70 100
Berdasarkan hasil data dan uraian
15 Wahid D.P 70 100
diatas menunjukkan bahwa model
16 Zahraa R.S 60 100
Rata-Rata 60 99,375 Problem Based Learning (PBL) ini
memang benar mampu meningkatkan

Kemampuan awal siswa (nilai kemampuan anak dalam pemecahan

pretest) merupakan kemampuan yang telah masalah (Suryani,dkk., 2020). Sebelum

ada didalam diri siswa dan penting untuk diberi perlakuan Model Problem Based

diketahui guru sebelum memulai Learning seluruh siswa yang berjumlah 16

pembelajaran. Hal ini berguna untuk orang belum mampu memenuhi KKM,

mengetahui apakah apakah siswa setelah diberi perlakuan seluruh siswa

mempunyai pengetahuan prasyarat mampu mencapai KKM.

(prerequisite) untuk mengikuti Langkah selanjutnya yaitu data


pembelajaran dan sejauh mana siswa telah dalam Tabel 4 dianalisis menggunakan uji
mengetahui materi yang akan disajikan, Normlized gain atau N-gain score. Uji ini
sehingga guru dapat merancang dipilih karena nilai pretest dan posttest
pembelajaran lebih baik (Gais & terdapat perbedaan yang signifikan
Afriansyah, 2017). (Fatmawati, dkk., 2020). Nilai pretest dan
Berdasarkan Tabel 4 diatas, posttest masing-masing siswa tersebut
diketahui rata-rata hasil ujian awal kemudian di cari selisihnya untuk bisa
(pretest) siswa sebesar 60. Nilai tersebut mandapatkan nilai N-gain dan N-gain (%).
belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Sebagaimana tersaji dalam Gambar 1
Minimal (KKM) materi kecepatan yng berikut ini:
ditetapkan di SDIT NURUL HUDA
Gambar 1. Hasil Nilai N-gain dan N-
Pracimantoro yaitu 75. Kemudian, setelah gain (%)
siswa mendapat perlakuan pembelajaran
matematika materi kecepatan dengan
model Problem Based Learning (PBL) dan
dilakukan tes akhir (posttest) diperoleh
rata-rata hasil ujian siswa sebesar 99,375.
Perbedaan hasil rata-rata kedua tes tersebut
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut


didapatkan nilai rata-rata posttest sebesar
99,375 dimana semula nilai rata-rata siswa
hanya sebesar 60. Selain itu, diperoleh

Hasil analisis dengan uji N-gain juga nilai N-gain sebesar 0,989 dan N-

menghasilkan nilai sebesar 0,98958. gain (%) sebesar 98%. Hal ni dapat

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan disimpulkan bahwa penggunaan model

bahwa pembelajaran matematika materi pembelajaran Problem Based Learning

kecepatan dengan model Problem Based (PBL) mampu meningkatkan hasil belajar

Learning (PBL) masuk dalam kategori siswa pada mata pelajaran matematika

tinggi karena nilai g > 0,7. Hal ini dapat materi kecepatan.

diartikan bahwa pembelajaran matematika DAFTAR PUSTAKA


menggunakan Problem Based Learning
Afriansyah, E. A., Puspitasari, N.,
(PBL) memberikan pengaruh yang tinggi Luritawaty, I. P., Mardiani, D., Sundayana,
terhadap hasil belajar anak. R. (2019). The analysis of mathematics
with ATLAS. Journal of Physics:
Berdasarkan gambar 1 juga Conference Series, 1402(7), 077097.
diperoleh nilai N-gain (%) sebesar 98%. Arnidha, Y., Noerhasmalina., & Rekawati,
D. (2018). Model Problem Based
Hasil tersebut masuk dalam kategori Learning (PBL) Pada Pembelajaran
efektif karena nilai N-gain (%) > 75%. Matematika. Jurnal Edumath. 4(2):46-51.
Dengan demikian, hasil penelitian di atas Astutik, A.P. (2020). Peningkatan Hasil
Belajar Mengenal Satuan Jarak dan
membuktikan bahwa penggunaan model
Kecepatan Pada Mata Pelajaran
pembelajaran Problem Based Learning Matematika Melalui Strategi Peer Lessons
Siswa Kelas V SDN Puloniti Kecamatan
(PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar
Bangsal Kabupaten Mojoerto. Wahana
dalam mata pelajaran matematika Kreatifitas Pendidik, 3(1), 27-34.
khususnya materi kecepatan. Selain itu Fatmawati, Syafweny, E., Sulistyawaty.,
model pembelajaran Problem Based Rahmi, H. (2020). Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Siswa SD Dengan
Learning (PBL) dapat memberikan Menggunakan Model Pembelajaran
suasana belajar baru dan dapat membantu Problem Based Learning (PBL). Jurnal
Pendidikan Matematika Nabla Dewantara.
memotivasi belajar siswa dalam belajar 5(2) : 47-60.
sehinga prestasi belajar mereka dapat Gais, Z., & Afriansyah, E. A. (2017).
meningkat. Analisis Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal High Order Thinking
Ditinjau dari Kemampuan Awal Matematis
Siswa. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Suryani, M., Jufri, L.H., & Putri, T.A.
Matematika, 6(2), 255-266. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Berdasarkan Kemampuan
Hake. (1999). Analyzing Chage/Gain Awal Matematika. Jurnal Pendidikan
Scores. AREA-D American Education Matematika, 9(1), 119-130.
Research Association’s Devision. D,
Measurement and Research Methodology.
Komarudin. (2019). Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Materi Pengukuran
Waktu, Jarak, Kecepatan Dalam
Pemecahan Masalah Melalui Model
Pembelajaran Koopeatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas
V SD Negeri Randusari 02 Semester 1
Tahun Pelajaran 2018/2019. Dialektika P.
Matematika, 6(1), 37-46.
Nasution, E. Y. P., & Lubis, F. H. (2019).
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis
Algebrator. Pythagoras: Jurnal Program
Studi Pendidikan Matematika, 8(2), 82-92.
Nasution, E. Y. P., Gunawan, R. G., &
Yulia, P. (2019). Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) terhadap Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa. Logaritma: Jurnal Ilmu-
ilmu Pendidikan dan Sains, 7(02), 163-
176.
Unaenah, E., Kamilah, N., Lestari, D. R.,
Nugrahanti, I., Lestari, B., & Lestari, P. I.
(2020). Analisis Kemampuan
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Materi Waktu, Jarak dan Kecepatan
melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Siswa Kelas V SD.
Journal STITPN, 2(1), 169-176.
Utami, R. W., & Wutsqa, D. U. (2017).
Analisis kemampuan pemecahan masalah
matematika dan self-efficacy siswa SMP
negeri di Kabupaten Ciamis. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika, 4(2), 166.
(Syahfitri, 2008:33).
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Cet. Ke-
16.

Anda mungkin juga menyukai