Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

Penting perencanaan pelajaran guru pak

Di susun oleh :

Nama : idarman waruwu

Semester : VI PAK

Judul tugas : Perecanaan pembelajaran

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH JAKARTA TIMUR


TAHUN AJARAN 2022/2023

0
BAB I
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari kegiatan mendidik
peserta didik. Proses belajar mengajar memegang peranan penting di dalam hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu, proses belajar mengajar merupakan hal
yang sangat penting di dalam proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar harus diawali dengan perencanaan pembelajaran yang
baik. Oleh karena itu, setiap tenaga pendidik harus menyadari urgensi dari perencanaan
pembelajaran. Implementasi kompetensi seorang guru sangat dituntut dalam hal ini.
Apabila seorang guru tidak melakukan perencanaan pembelajaran, maka dapat dipastikan
bahwa hasil yang akan dicapai dalam proses pembelajaran akan jauh dari sasaran
pendidikan itu sendiri. Padahal, sasaran pendidikan adalah membelajarkan siswa atau
lebih tepatnya menstimulir peserta didik untuk mendayakan akal budinya di dalam
menyelesaikan setiap permasalahan baik di sekolah maupun di dalam kehidupan nyata.
Hal inilah yang kemudian membuat penulis mengangkat topik tentang pentingnya
menentukan model desain sistem pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran untuk
efektivitas proses belajar mengajar. Jadi guru tidak hanya bertugas untuk memaparkan
kurikulum ke dalam silabus dan RPP secara administratif saja, melainkan juga harus
memikirkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan konteks pembelajaran yang
ditangani oleh guru tersebut.
Pembahasan dalam penulisan ini akan meliputi tiga bab. Bab pertama yaitu
pendahuluan akan memaparkan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah, dan manfaat penulisan. Bab kedua adalah pembahasan mengenai
pengertian model desain sistem pembelajaran, pengertian perencanaan pembelajaran,
pentingnya perencanaan pembelajaran, model-model desain sistem pembelajaran, dan
menentukan model desain sistem pembelajaran. Bab ketiga adalah penutup yang
merupakan kesimpulan dan saran. Makalah ini akan diakhiri dengan daftar pustaka.

A. Latar Belakang Masalah

1
Guru yang profesional tentu mengharapkan proses belajar mengajar yang
dilaksanakannya berlangsung dengan baik dan mencapai sasaran. Harapan tersebut
dapat tercapai apabila guru tersebut merencanakan proses pembelajaran dengan
matang. Perencanaan yang dimaksud tentu saja harus berdasarkan materi atau topik
yang akan disampaikan dalam pembelajaran.
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran
karena pada dasarnya pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Menurut Hamzah B. Uno,
Usaha membelajarkan siswa secara implisit menyatakan bahwa dalam
pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan
metode untuk pencapaian hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan,
penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi
pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari
perencanaan pembelajaran.1

Pernyataan Uno ini menyadarkan tentang pentingnya bagi seorang guru


memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai
sasaran pembelajaran. Ketiga langkah tersebut merupakan garis besar perencanaan
pembelajaran yang harus diimplementasikan oleh seorang guru demi tercapainya
sasaran atau tujuan pembelajaran.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menunjang terlaksananya
proses pembelajaran di Indonesia. Salah satu contoh adalah dengan adanya sertifikasi
guru yang bertujuan untuk menyaring, menemukan, memberdayakan sekaligus
memberikan apresiasi lebih kepada guru-guru yang profesional di bidangnya.
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa secara umum kualitas pendidikan di
Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kata lain, kualitas
pendidikan di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara
maju. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia terkait dengan berbagai faktor, di
antaranya adalah: guru dan tenaga kependidikan lainnya, sarana dan prasarana, dan
termasuk juga sistem penilaian yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Menurut
Tilaar sebagaimana dikutip oleh Akhmad Arif Musadad dalam tulisannya menyatakan
1
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), 2.

2
bahwa rendahnya kualitas pendidikan terutama disebabkan oleh rendahnya kualifikasi
tenaga kependidikan.2 Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kualifikasi tenaga
kependidikan khususnya guru adalah hal yang sangat vital di dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu penting sekali untuk menjadi guru yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud
adalah: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian. Kompetensi-kompetensi tersebut sangat menunjang dalam
perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa tercapainya kualitas pendidikan yang
baik ditunjang oleh kualitas tenaga kependidikan itu sendiri. Kualitas tenaga
kependidikan khususnya guru dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
hingga pengembangan model desain sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru tersebut. Apabila seorang guru hanya mengejar tersedianya perangkat
pembelajaran seperti silabus dan RPP, maka dapat dinyatakan bahwa guru tersebut
hanya melaksanakan tugas secara administratif saja.
Permasalahan lain adalah bahwa ada guru yang hanya hadir di kelas untuk
memberikan tugas mencatat materi pelajaran kepada peserta didik, kemudian guru
tersebut meninggalkan ruangan hingga jam mengajarnya selesai. Tentu saja proses
belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik, sekaligus hasil belajar yang
didapatkan oleh siswa akan jauh di bawah standar. Oleh karena itu, guru perlu
menyadari pentingnya menciptakan aktivitas pembelajaran yang berkualitas.
Sekali lagi bahwa terciptanya aktivitas pembelajaran yang berkualitas harus
diawali dari perencanaan pembelajaran yang matang. Perencanaan pembelajaran
yang dimaksud bertujuan untuk memilih dan menentukan model desain sistem
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Benny A. Pribadi
dalam tulisannya menyatakan bahwa,
Untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang berkualitas, langkah yang
perlu dilakukan adalah menerapkan desain sistem pembelajaran. Desain
sistem pembelajaran berisi langkah-langkah yang diperlukan untuk ciptakan

2
Akhmad Arif Musadad, “Perbaikan Kualiatas Pembelajaran Sejarah melalui Optimalisasi
Penerapan Proses Historiografi dalam Pembelajaran di SMA Negeri Colomadu. FKIP – Universitas Sebelas
Surakarta” tersedia di http://sunartomadani.multiply.com/journal/item/ 78?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem; diakses 24 November 2022.

3
sebuah aktivitas pembelajaran. Untuk dapat merancang sebuah sistem
pembelajaran, perlu sekali mengenal model-model desain sistem
pembelajaran.3

Kondisi belajar yang optimal merupakan hasil implementasi perencanaan


pembelajaran yang tepat. Implementasi tersebut tentunya menggunakan strategi
yang telah ditetapkan dalam model desain sistem pembelajaran yang dirancang oleh
pelaksana pembelajaran.Pembahasan mengenai model-model desain sistem
pembelajaran akan dipaparkan dalam bab kedua makalah ini.
Selanjutnya penulis akan memaparkan tentang identifikasi masalah, rumusan
masalah dan manfaat penulisan topik dalam makalah ini.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang
diidentifikasi oleh penulis adalah:
1. Perencanaan pembelajaran adalah hal yang sangat krusial dalam proses
pembelajaran, namun masih banyak guru yang cenderung mengabaikannya.
2. Penguasaan tenaga pendidik sebagai perancang pembelajaran terhadap model-
model desain pembelajaran yang masih sangat minim. Hal ini mengakibatkan
pembelajaran yang dilaksanakan tidak dapat mencapai tujuan. Proses
pembelajaran yang demikian memberikan pengaruh yang besar terhadap
menurunnya kualitas atau hasil belajar siswa.
3. Model desain pembelajaran yang tepat perlu untuk diperhatikan dalam proses
rancangan program pembelajaran.
4. Guru-guru di lembaga pendidikan perlu memilih, menetapkan dan menerapkan
metode yang paling tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan konteks pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
5. Perlu adanya kesadaran bahwa perencanaan pembelajaran yang matang serta
penerapan yang tepat akan menghasilkan kualitas belajar yang optimal.

3
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), diakses 24
November 2022.

4
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan model desain sistem pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran?
3. Apa pentingnya perencanaan pembelajaran bagi proses belajar mengajar?
4. Apa saja model desain pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar
mengajar?
5. Bagaimana menentukan model desain sistem pembelajaran yang tepat untuk
menunjang efektivitas proses belajar mengajar dan hasil belajar maksimal peserta
didik?

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari tulisan ini adalah:
1. Memberikan penjelasan tentang pengertian model desain pembelajaran.
2. Memberikan penjelasan tentang pengertian perencanaan pembelajaran.
3. Memberikan pemahaman tentang pentingnya perencanaan pembelajaran bagi
proses belajar mengajar.
4. Memperkenalkan beberapa model desain sistem pembelajaran yang dapat
dijadikan acuan dalam proses perencanaan pembelajaran.
5. Menjelaskan cara menentukan model desain sistem pembelajaran yang tepat
untuk menunjang efektivitas proses belajar mengajar dan hasil belajar maksimal
peserta didik.

5
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam bab ini mencakup beberapa hal yaitu: pengertian model
desain sistem pembelajaran, pengertian perencanaan pembelajaran, pentingnya
perencanaan pembelajaran, model-model desain sistem pembelajaran, dan cara
menentukan model desain sistem pembelajaran. Berikut adalah pembahasan dari kelima
bagian itu.

A. Pengertian Model Desain Sistem Pembelajaran.


Model desain sistem pembelajaran merupakan gabungan dari empat kata
yaitu model, desain, sistem, dan pembelajaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, model diartikan sebagai pola
(contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.
Desain diartikan sebagai kerangka bentuk; rancangan. Beberapa tokoh yang
dikutip oleh Pribadi dalam bukunya adalah:4
1. Gagnon dan Collay melihat desain sebagai adanya keseluruhan, struktur,
kerangka atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan.
2. Smith dan Ragan mendefinisikan desain sebagai proses perencanaan yang
sistematik yang dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau
pelaksanaan sebuah kegiatan.
Berdasarkan definisi di atas penulis menyatakan bahwa desain merupakan
kerangka atau proses perencanaan yang dilakukan secara sistematis sebelum
mengembangkan dan melaksanakan sebuah tindakan. Apabila dihubungkan dengan
kegiatan pembelajaran maka desain adalah proses perencanaan pembelajaran yang
dilakukan secara sistematis sebelum implementasi pembelajaran.
Sistem memiliki pengertian perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentu suatu totalitas.
Pembelajaran diartikan sebagai diartikan sebagai proses, cara, atau perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Oemar Hamalik merinci makna
pembelajaran seperti berikut:
4
Pembahasan lebih lengkap lihat Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 58-59.
diakses 24 November 2022.

6
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat
dalam dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya
misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis dan
kapur tulis/alat tulis, fotografis, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas
dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual dan
juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,
praktik belajar, ujian dan sebagainya.

Hamzah B. Uno memberikan pengertian pembelajaran yang lebih sederhana


namun mendalam yaitu:
Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi
siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran
sebagai upaya membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak dari
tindakan pembelajaran adalah (1) belajar sesuatu yang mereka tidak akan
pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, dan (2) mempelajari seuatu
dengan cara yang lebih efisien.

Benny A. Pribadi mengutip beberapa tokoh pendidikan yang mendefinisikan


pembelajaran seperti di bawah ini.
1. Robert Mills Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set of
events embedded in purposeful activitas that facilitate learning”.
2. Smith dan Ragan mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatanyang diciptakan
untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.
3. Yusufhadi Miarso memaknai istilah pembelajaran sebagai aktivitas atau
kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar (learner
centered). Istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah
“pengajaran” yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru
(teacher centered).5
5

7
4. Dick dan Carrey mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa
atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur atau terencana dengan
menggunakan sebuah atau beberapa jenis media.
Berdasarkan definisi beberapa tokoh di atas maka penulis mendefinisikan
pembelajaran sebagai proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya
aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan
sesuatu yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya
proses belajar internal dalam diri individu.
Mengacu kepada beberapa pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa
model desain sistem pembelajaran merupakan rancangan pola yang secara teratur
saling berkaitan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, model desain
sistem pembelajaran adalah acuan untuk materi pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan kondisi lingkungan peserta didik. Perlu diketahui bahwa dalam
model desain sistem pembelajaran tidak hanya materi pembelajaran yang dirancang
melainkan segala bentuk kondisi yang diharapkan untuk dialami dalam proses
pembelajaran.

Proses belajar mengajar menurut pengertian pembelajaran memang tidak


hanya dibatasi pada manusia saja melainkan juga terhadap makhluk lainnya. Oleh
karena itu dapat dinyatakan bahwa segala bentuk pembelajaran yang mencapai
sasaran harus diawali dari rancangan atau perencanaan pola yang akan dijadikan
acuan di dalam proses pembelajaran itu sendiri.

B. Pengertian Perencanaan Pembelajaran.


Perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan menyusun
konsep, cerita, uraian yang akan diterapkan dalam proses menjadikan orang atau
makhluk belajar. Dengan kata lain perencanaan pembelajaran adalah kegiatan untuk
memilih, menentukan, menyusun langkah-langkah yang akan digunakan di dalam
proses belajar mengajar. William H. Newman seperti dikutip Abdul Majid menjelaskan
bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan.

8
Oleh karena itu perlu disadari bahwa perencanaan pembelajaran adalah
kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap orang yang akan melakukan proses belajar
mengajar. Dengan melakukan perencanaan pembelajaran, maka seorang guru atau
tenaga pendidik akan memiliki acuan dalam melakukan pembelajaran. Manfaatnya
tentu saja guru tersebut tidak akan meraba-raba ketika melakukan pembelajaran.

C. Pentingnya Perencanaan Pembelajaran.


Apabila melihat pengertian perencanaan pembelajaran yang telah di bahas
pada bagian sebelumnya, maka dapat dinyatakan bahwa perencanaan pembelajaran
adalah hal yang sangat penting di dalam proses membelajarkan peserta didik. Hal
yang sama dinyatakan oleh Kasful Anwar Us dan Hendra Harmi dalam tulisan mereka
yaitu, “Perencanaan/desain pembelajaran menjadi sangat penting karena dapat
berfungsi sebagai dasar, pemandu, alat kontrol dan arah pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran yang baik akan melahirkan proses pembelajaran yang baik pula. 6
Penulis sepaham dengan pendapat Us dan Harmi di atas. Dengan adanya
perencanaan pembelajaran, maka guru akan memiliki dasar, panduan, dan alat untuk
mengontrol arah dari pembelajaran yang akan dilaksanakannya. Perlu diketahui
bahwa dalam proses pembelajaran sangat penting juga untuk merencanakan evaluasi
terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. Hasil evaluasi
pembelajaran akan digunakan untuk mengembangkan atau lebih tepatnya
memperbaiki proses pembelajaran yang masih belum menyentuh kebutuhan peserta
didik. Hal inilah harus diperhatikan oleh tenaga pendidik, sehingga proses
pembelajaran yang dilaksanakan akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dari
sebelumnya. Intinya proses pembelajaran akan mengalami peningkatan karena telah
didahului dengan perencanaan yang matang.

D. Model-model Desain Sistem Pembelajaran.


Guru sebagai tenaga pendidik perlu mengenal berbagai model desain sistem
pembelajaran. Sebab dengan mengenal berbagai model desain sistem pembelajaran,

6
Kasful Anwar Us dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP (Bandung:
Alfabeta, 2011), 30. diakses 24 November 2022.

9
maka guru tersebut dapat berperan optimal dalam proses belajar mengajar. Benny A.
Pribadi menyatakan,
Para perancang sistem pembelajaran tidak akan berperan optimal jika hanya
mengenal satu model desain pembelajaran. Perancang desain sistem
pembelajaran perlu mengenal beragam model agar dapat menciptakan
program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Setiap model pada
umumnya berisi deskripsi langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
mendesain program pembelajaran.

Pernyataan Pribadi sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap perancang


program pembelajaran. Apabila tenaga pendidik tidak dapat menguasai model desain
sistem pembelajaran, maka pembelajaran yang dilakukannya tidak akan efektif,
efisien, dan menarik. Proses pembelajaran yang demikian tentunya tidak akan
mencapai sasaran yang diharapkan.
Beberapa teori yang akan dibahas pada bagian ini adalah: Model Dick dan
Carrey, Model ASSURE, Model Cycle oleh Jerold E. Kemp dkk., Model ADDIE, Model
Gerlach dan Ely, dan Model Smith dan Ragan. Pembahasan teori-teori ini akan dimulai
dengan menguraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam setiap model desain
sistem pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan uraian pembahasan terhadap
setiap langkah tersebut berdasarkan argumentasi dari pencetus model desain sistem
pembelajaran, dan diakhiri dengan evaluasi terhadap setiap model desain sistem
pembelajaran yang telah di bahas.

1. Model Dick dan Carey


Model atau desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Walter Dick dan
Lou Carrey merupakan desain pembelajaran yang cukup komprehensif. 7 Hamzah
B. Uno mengakui bahwa teori yang disampaikan oleh Dick dan Carrey adalah
desain pembelajaran yang paling ampuh untuk mengembangkan suatu program
pengajaran.8
7

8
Uno, Perencanaan Pembelajaran, 23. Lihat juga Benny A.Pribadi, Model Desain Sistem
Pembelajaran (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), 98. Menurut Benny A. Pribadi, model yang dikembangkan oleh
Dick dan Carrey merupakan model desain pembelajaran yang didasarkan pada penggunaan pendekatan
sistem atau system approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang

10
Langkah-langkah yang dilakukan dalam desain pembelajaran sesuai
dengan model Dick dan Carrey adalah:
a. Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran.
Identifikasi ini dimaksudkan untuk menentukan kemampuan atau
kompetensi yang perlu dimiliki siswa setelah menjalani proses
pembelajaran.9 Identifikasi tujuan umum pembelajaran bersumber dari: 1)
Silabus yang telah digunakan, 2) Hasil analisis kerja atau performance
analysis, 3) Proses analisis kebutuhan siswa atau need analysis, 4)
Berdasarkan pengalaman-pengalaman akan kesulitan belajar yang dihadapi
siswa, dan 5) Menggunakan analisis tugas atau task analysis.
b. Melaksanakan analisis pengajaran.
Analisis pengajaran juga dikenal sebagai analisis instruksional, yaitu
sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan
pengetahuan yang relevan yang diperlukan siswa dalam mencapai
kompetensi pembelajaran.10 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan analisis pengajaran adalah pengetahuan (cognitive),
keterampilan (psychomotoric), dan sikap (attitudes) yang perlu dimiliki siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran.
c. Mengidentifikasi karakteristik siswa.
Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan aktual
yang dimiliki siswa, gaya atau preferensi cara belajar (learning styles), dan
sikap terhadap aktivitas belajar. 11 Menurut Pribadi, identifikasi yang akurat

meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Berdasarkan pengamatan Benny, model
yang dikembangkan oleh Dick dkk. merupakan desain pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pada
pemikiran dan karya besar Robert M. Gagne, “The Conditions of Learning”. diakses 24 November 2022.

10
Ibid. Lihat juga Uno, Perencanaan Pembelajaran, 26. Uno menyatakan bahwa menurut Dick dan
Carrey (1985) tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-
keterampilan bahwan (subordinate skills) yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langka-
langkah prosedur bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu.

11
Pribadi, Model Desain SistemPembelajaran¸102-103.Lihat juga Uno, Perencanaan Pembelajaran,
27. Uno menyatakan bahwa aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan analisis karakteristik siswa bisa
berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat atau kemampuan awal. Untuk
mengungkap kemampuan awal mereka dapat dilakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes
yang berkaitan dengan materi ajar sesuai panduan kurikulum. Adapun minat, motivasi, kemampuan berpikir,
gaya belajar, dan lain-lainnya dapat dilakukan dengan tes baku yang telah dirancang para ahi. Misalnya tes

11
terhadap karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang
program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi
pembelajaran yang digunakan.
d. Merumuskan tujuan performansi atau pembelajaran khusus.
Menurut Dick dan Carrey, tujuan performansi adalah tujuan
pembelajaran yang secara khusus (instructonal objective) dapat dimiliki atau
dikuasai siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum
(instructional goal).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah:
1) Pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki siswa setelah
menempuh proses pembelajaran,
2) Kondisi yang diperlukan agar siswa dapat melakukan unjuk kemampuan
dari pengetahuan yang telah dipelajari, dan
3) Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa perumusan tujuan khusus dimaksudkan
untuk menentukan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti
pembelajaran, menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa
bereksperimen sesuai dengan pengetahuannya, dan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
e. Mengembangkan alat atau instrumen penilaian.
Langkah ini juga disebut dengan langkah evaluasi belajar.12
Instrumen yang disusun dalam langkah ini harus mewakili tujuan umum
pembelajaran. Ada empat macam tes yang dapat dijadikan sebagai patokan
dalam evaluasi belajar, yaitu: 1) Test entry behaviors, merupakan tes acuan
pokok untuk mengukur keterampilan sebagaimana adanya pada permulaan

gaya belajar bisa menggunakan tes yang dibuat Keffe (1992), tes berpikir formal bisa menggunakan tes
menurut Piaget (1978) yang sudah pernah dilakukan di Amerika Serikat. diakses 24 November 2022.

12
Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran¸104. Lihat juga Uno, Perencanaan Pembelajaran,
28. Uno menyatakan bahwa bagi seorang perancang pembelajaran harusmengembangkan butir tes acuan
patokan, karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk: (1) Mendiagnosis dan menempatkannya dalam
kurikulum, (2) Mengecek hasil belajar dan menemukan kesalahan pengertian, sehingga dapat diberikan
pembelajaran remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan, (3) Menjadi dokumen kemajuan belajar.

12
pengajaran. 2) Pretest, merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi
keperluan tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui sejauh mana
pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan yang berada di atas
batas, yakni keterampilan prasyarat. 3) Pascatest, tes ini diberikan selama
siswa sedang dalam proses belajar. Tes ini berfungsi untuk melihat apakah
siswa memang telah dapat menangkap apa yang sedang dibicarakan dan
juga untuk membuat peserta didik lebih aktif berpartisipasi selama
pembelajaran. 4) Remedial, Tes ini paralel dengan pre-test. Sama dengan
pre-test, post-test mengukur tujuan pembelajaran. Tes ini merupakan tes
acuan patokan yang mencakup pengukuran semua tujuan intruksional
khusus yang ada terutama tujuan intruksional yang bersifat terminal.
Dengan tes ini dapat diketahui bagian-bagian mana diantara pembelajaran
yang belum dicapai.

f. Mengembangkan strategi pembelajaran.


Setiap pelaku pembelajaran harus memilih strategi yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan ketika memilih strategi pembelajaran yaitu: 1) Teori terbaru
tentang aktivitas pembelajaran, 2) Penelitian hasil belajar, 3) Karakteristik
media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran, 4) Materi atau substansi yang perlu dipelajari siswa, dan 4)
Karakteristik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan seni mengajar yang akan
digunakan agar program pembelajaran yang dirancang dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga tahap yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan strategi pembelajaran, yaitu: 1) Mengurutkan dan
merumpunkan tujuan ke dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran dapat lebih bermakna bagi peserta pembelajaran. 2)

13
Merencanakan pra-pembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut. 3)
Menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran. 13
g. Mengembangkan dan memilih material pembelajaran.
Dalam memilih material pembelajaran, perancang pembelajaran
dapat memilih bahan ajar dari beberapa sumber, yaitu: buku teks, buku
panduan, modul, program audio video, bahan ajar berbasis komputer,
program multimedia, dan bahan ajar yang digunakan pada sistem
pendidikan jarak jauh.14 Pengembangan terhadap material pengajaran dapat
dilakukan setelah materi tersebut dievaluasi sehingga perancang
pembelajaran mengetahui kelebihan dan kekurangan dari materi
pembelajaran tersebut.
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait
dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasil evaluasi
formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki
draf program.
Ada tiga fase pokok penilaian formatif yaitu: 1) Fase perorangan
atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara
perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan
pembelajaran. Data yang dimaksud biasanya kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran. 2) Fase kelompok kecil, yaitu
sekelompok siswa yang terdiri atas delapan sampai sepuluh orang yang
merupakan cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri,
dan kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan. Evaluasi
kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan perubahan
yang telah dibuat, dan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
anak didik jika menggunakan bahan ajar tersebut. 3) Fase uji lapangan. Fase
13
Uno, Perencanaan Pembelajaran, 29. Mengurutkan dan merumpunkan tujuan ke dalam
pembelajaran sangat penting karena strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan untuk
mengembangkan materi pembelajaran, menilai materi yang ada, merevisi material yang ada dan merencakan
kegiatan pembelajaran.

14
Sedangkan untuk pengadaan bahan ajar yang akan digunakan tersebut dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu: membeli produk komersial, memodifikasi bahan ajar yang telah tersedia, dan
memproduksi sendiri bahan ajar sesuai tujuan pembelajaran, (Lihat Pribadi, Model Desain Sistem
Pembelajaran, 106).

14
ini dapat diikuti oleh banyak siswa; sering 30 orang siswa sudah mencukupi.
Uji coba lapangan perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan
perubahan-perubahan yang telah dilakukan berdasarkan hasil penilaian
perseorangan dan penilaian kelompok kecil.

i. Merevisi bahan pembelajaran.


Dalam langkah ini tidak dimaksudkan bahwa revisi tersebut berlaku
terhadap semua draf pembelajaran, melainkan bagian-bagian yang penting
untuk diubah. Hal itu tentunya berdasarkan data-data yang didapatkan
dilapangan setelah melakukan penerapan pembelajaran. Data-data yang
dimaksud merupakan kelemahan-kelemahan yang dimiliki program
pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan dalam langkah ini, yaitu:
revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat
sebagai alat belajar, dan revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam
menggunakan bahan pembelajaran.
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif merupakan puncak aktivitas dalam model Dick dan
Carrey. Evaluasi ini tidak melibatkan perancang pembelajaran atau desainer
pembelajaran, melainkan penilai independen.15
k. Kesimpulan terhadap Model Dick dan Carrey
Secara umum model pembelajaran Dick dan Carrey berorientasi
pada dua hal, yaitu pengetahuan dan hasil. Pengetahuan dipakai sebagai
sumber informasi tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip rancangan
instruksional dan langkah-langkahnya, sedangkan untuk memperoleh hasil
yang memuaskan perlu dilakukan evaluasi berulang kali.
Kelemahan yang paling mendasar dari desain pembelajaran Dick
dan Carrey adalah analisis terhadap kebutuhan peserta didik yang bukan

15
Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 109. Menurut Pribadi alasan untuk menyatakan
bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong dalam proses desain sistem pembelajaran adalah karena evaluasi
tersebut tidak melibatkan perancang model pembelajaran, melainkan penilai independen. diakses 24
November 2022.

15
merupakan prioritas, melainkan program pembelajaran itu sendiri. Selain
itu, desain Dick dan Carrey sangat kompleks dan memakan waktu yang
panjang untuk melakukan desain yang tepat untuk pembelajaran. Dalam
desain pembelajaran Dick dan Carrey lebih banyak waktu dihabiskan untuk
merancang desain pembelajaran yang tepat, sehingga waktu penerapan
desain pembelajaran tersebut sangat singkat.

2. Model ASSURE
Model desain pembelajaran ASSURE dikemukakan oleh beberapa
tokoh yaitu: Sharon E. Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael
Molenda. Menurut Pribadi model desain sistem pembelajaran ASSURE sama
dengan model desain lainnya yaitu model desain pembelajaran yang bertujuan
untuk menciptakan aktivitas pembelajaran efektif dan efisien.16
Model desain pembelajaran ini lebih sederhana jika dibandingkan
dengan model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey.
Dalam model desain pembelajaran ASSURE, langkah-langkah yang
dilaksanakan sebagai berikut:
a. Analyze learnes (melakukan analisis karakteristik siswa).
Melalui analisis karakteristik siswa diharapkan perancang
pembelajaran akan mendapatkan data yang komprehensif untuk digunakan
dalam menyusun program pembelajaran yang paling tepat. Analisis
karakteristik siswa meliputi beberapa aspek penting yaitu karakteristik
umum, kompetensi yang telah dimiliki sebelumnya, dan gaya belajar
(learning style) siswa. Pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa
akan sangat membantu perancang pembelajaran sekaligus siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Select methods, media, and materials (memilih media, metode
pembelajaran, dan bahan ajar).

16
Lihat Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 111. Lihat juga Alim Sumarno “Model
ASSURE” tersedia di http://blog.tp.ac.id/model-assure. diakses 24 November 2022.

16
Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat akan mampu
mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih metode, media, dan
bahan ajar, perancang pembelajaran dapat memakai metode yang pernah
digunakan sebelumnya.
Perancang pembelajaran juga dapat melakukan modifikasi terhadap
bahan ajar tersebut sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Selain itu
perancang pembelajaran dapat memproduksi sendiri bahan ajar yang akan
disampaikan kepada peserta didiknya.
c. Utilize materials (memanfaatkan bahan ajar).
Setelah melakukan pemilihan terhadap metode, media, dan bahan
ajar, langkah selanjutnya adalah menggunakan ketiga hal tersebut dalam
kegiatan pembelajaran. Sebelum menerapkan metode, media, dan bahan
ajar yang telah dipilih, sebaiknya perancang pembelajaran melakukan uji
coba. Tujuannya untuk memastikan bahwa ketiga komponen tersebut efektif
digunakan dalam situasi atau setting yang sebenarnya.
Setelah melakukan uji coba terhadap ketiga komponen tersebut,
maka hasil uji coba tersebut diterapkan dalam kelas yang aktual. Akan tetapi
dalam penggunaan metode, media, dan bahan ajar yang telah dipilih dan
diuji, perancang pembelajaran perlu menyiapkan kelas dan saranan
pendukung yang diperlukan untuk dapat menggunakan metode, media, dan
bahan ajar yang dipilih. Setelah semuanya tersedia dan siap digunakan maka
ketiga komponen tersebut dapat digunakan.
d. Require learners participation (melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran).
Keaktifan siswa dalam kelas diperlukan untuk memudahkan siswa
memahami pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa yang terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran akan dengan mudah memelajari materi
pembelajaran.
Setelah siswa aktif dalam proses pembelajaran, pemberian umpan
balik berupa pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi siswa

17
untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Keaktifan siswa bertujuan untuk
memudahkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran.
e. Evaluate and revise (merevisi program pembelajaran).
Tahap evaluasi dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas
pembelajaran dan juga hasil belajar siswa. Proses evaluasi terhadap semua
komponen pembelajaran juga perlu dilakukan agar dapat memperoleh
gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran.
Revisi perlu dilakukan apabila hasil evaluasi terhadap program pembelajaran
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
Contoh pertanyaan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menilai
efektivitas proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan?
2) Apakah metode, media, dan strategi pembelajaran yang digunakan
membantu berlangsungnya proses belajar siswa?
3) Apakah siswa terlibat aktif dengan materi pembelajaran yang
dipelajari?

f. Kesimpulan terhadap Model ASSURE


Model ASSURE merupakan model desain sistem pembelajaran yang
bersifat praktis dan mudah diimplementasikan untuk mendesain aktivitas
pembelajaran, baik yang bersifat individual maupun klasikal.
Kelemahan mendasar dari model desain pembelajaran ASSURE
adalah mengabaikan analisis terhadap lingkungan belajar yang sangat
penting untuk menemukan masalah-masalah dalam pembelajaran. Apabila
tidak dilakukan analisis lingkungan belajar, maka masalah-masalah yang
telah terjadi dalam pembelajaran tidak dapat diselesaikan dengan baik. Hal
ini akan sangat mempengaruhi desain pembelajaran yang selanjutnya
bahkan terhadap pembelajaran itu sendiri. Analisis lingkungan seharusnya
dilakukan untuk mendapatkan data yang berguna bagi evaluasi dan revisi
pembelajaran.

18
3. Model Cycle oleh Jerold E. Kemp dkk.
Model ini disebut sebagai model cycle didasarkan pada langkah-
langkahnya yang berkesinambungan satu dengan lainnya. 17 Model desain
pembelajaran ini terdiri atas sembilan komponen sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan pembelajaran.
b. Menentukan dan menganalisis karakteristik siswa.
c. Mengidentifikasi materi dan menganalisis komponen-komponen tugas
belajar yang terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
d. Menetapkan tujuan pembelajaran khusus bagi siswa.
e. Membuat sistematika penyampaian materi pelajaran secara sistematik dan
logis.
f. Merancang strategi pembelajaran.
g. Menetapkan metode untuk menyampaikan materi pelajaran.
h. Mengembangkan instrumen evaluasi.
i. Memilih sumber-sumber yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran.
Dalam penggunaan model desain pembelajaran cycle beberapa faktor
penting yang mendasarinya adalah:
a. Kesiapan siswa dalam mencapai kompetens dan tujuan pembelajaran.
b. Strategi pembelajaran dan karakteristik siswa.
c. Media dan sumber belajar yang tepat.
d. Dukungan terhadap keberhasilan belajar siswa.
e. Menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
f. Revisi untuk membuat program pembelajaran yang efektif dan efisien.
Model ini merupakan model yang sederhana, penggunaannya dapat
dimulai dari komponen manapun sesuai dengan kebutuhan. Kelemahannya
adalah model ini lebih difokuskan pada perencanaan kurikulum bukan pada
proses dan pencapaian hasil sesuai dengan konteks pembelajaran. 18
17
Untuk pembahasan lebih lanjut lihat Morrison dkk., Design Effective Instruction 6th edition (USA:
LaserWord Maine, 2001). Lihat juga pembahasan Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 116-120.
Model ini dikembangkan oleh Gary R. Morrison, Steven M. Rose, Howard K. Kalman dan Jerold E. Kemp.
Pribadi menyatakan, “Model ini tergolong dalam taksonomi model yang berorientasi pada kegiatan
pembelajaran individual atau klasikal. Model ini dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan proses
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas secara efektif, efisien, dan menarik”.
18
Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 118. Menurut pernyataan K. L. Gustafon dan R.M.
Branch sebagaimana dikutip oleh Pribadi, model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Kemp
dkk. merupakan sebuah model berfokus pada perencanaan kurikulum.

19
4. Model ADDIE
Model ini terdiri dari lima fase atau tahap utama yaitu, Analysis, Desain,
Development, Implementation, dan Evaluation. Berikut adalah deskripsi singkat
kelima tahap dalam model ADDIE.
a. Analysis
Dalam tahap ini ada dua pertanyaan kunci yang harus dijawab oleh
desainer pembelajaran pada saat melakukan langkah analisis. Pertama,
apakah siswa memerlukan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan?
Kedua, apakah siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan?
Beberapa bagian penting yang menjadi pertimbangan dalam tahap
analisis yaitu, karakteristik siswa, pengetahuan dan keterampilan yang telah
dimiliki siswa, kompetensi yang perlu dimiliki siswa, indikator untuk
mengukur kompetensi siswa, dan kondisi yang diperlukan siswa untuk dapat
memperlihatkan kompetensi yang telah dipelajari.
b. Desain
Desain pembelajaran dilakukan setelah menemukan kebutuhan dan
masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Langkah penting yang perlu
dilakukan dalam tahap desain adalah menentukan pengalaman belajar
(learning experience) yang perlu dimiliki siswa selama mengikuti aktivitas
pembelajaran. Langkah desain harus mampu menyelesaikan masalah
kesenjangan performa (performance gap) yang terjadi pada diri siswa.
Kesenjangan yang dimaksud adalah perbedaan antara kemampuan yang
telah dimiliki siswa dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh siswa
dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Dengan kata lain kesenjangan
menggambarkan perbedaan antara kemampuan yang dimiliki dengan
kemampuan yang ideal.
c. Development
Langkah ini adalah kegiatan membuat, membeli, dan memodifikasi
bahan ajar atau learning materials untuk mencapai tujuan pembelajaran

20
yang telah ditentukan. Langkah pengembangan mencakup kegiatan memilih
dan menentukan metode, media, serta strategi pembelajaran yang sesuai
untuk digunakan dalam menyampaikan meteri atau substansi
pembelajaran.19
d. Implementation
Langkah ini merupakan penyampaian materi pembelajaran dari guru
atau instruktur kepada siswa. Tujuan utama dari langkah ini adalah: 1)
Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.
2) Menjamin terjadinya pemecahan masalah untuk mengatasi kesenjangan
hasil belajar yang dimiliki siswa. 3) Memastikan bahwa pada akhir program
pembelajaran siswa perlu memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang diperlukan.
e. Evaluation.
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan
nilai terhadap program pembelajaran. Meskipun demikian dalam model
ADDIE perancang pembelajaran dapat melakukan evaluasi terhadap setiap
langkah-langkah yang telah dilaksanakan tanpa harus menunggu langkah
yang terakhir.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui beberapa hal yaitu: 1) Sikap
siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. 2) Peningkatan
kompetensi dalam diri siswa yang merupakan dampak keikutsertaan dalam
program pembelajaran, dan 3) Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah
akibat adanya peningkatan kompetensi siswa setelah mengikuti program
pembelajaran.
f. Kesimpulan.
Secara umum model desain pembelajaran ADDIE merupakan desain
yang sangat sitematis. Oleh karena itu penerapannya harus dilakukan secara
sistemik dan sistematis. Desainer pembelajaran akan mampu menciptakan

19
Ada beberapa pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang desainer program
pembelajaran pada saat melakukan langkah pengembangan yaitu:1. Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli
untuk dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran? 2. Bahan ajar seperti apa yang harus disiapkan
untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik. 3. Bahan ajar seperti apa yang perlu dibeli dan
dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik? 4.
Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam menyelenggarakan program pembelajaran?

21
program pembelajaran yang efektif, efisisen, dan menarik berdasarkan
model ADDIE apabila melakukannya secara teratur sesuai dengan urutannya.
Kelemahan model desain ini adalah dalam hubungan antar fase.
Apabila tahap sebelumnya tidak dapat diimplementasikan dengan baik,
maka akan memengaruhi fase berikutnya. Dengan demikian kesalahan pada
langkah awal akan menyebabkan kesalahan-kesalahan berikutnya pada
langkah-langkah selanjutnya. Model desain ADDIE juga memiliki kelemahan
lain yaitu tidak dapat diaplikasikan secara acak melainkan harus berurutan.

5. Model Gerlach dan Ely


Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode
perencanaan pengajaran yang sistematis. Secara umum model ini dapat
diklasisifikasi menjadi dua bagian seperti yang dikemukakan oleh Khuan-Chun
Cheng, The Gerlach and Ely model was constructed based on two rationales: the
systematic approach and pragmatism.20 Dalam model ini juga diperlihatkan
hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu
pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Langkah-langkah dalam model desain sistem pembelajaran yang
dikemukakan oleh Gerlach dan Ely terdiri dari sepuluh langkah. Berikut adalah
uraian langkah-langkah tersebut.
a. Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang
harus dimiliki pada tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran
harus bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar
mudah diukur dan dinilai.
b. Menentukan isi materi (specification of content)
Bahan atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni
berupa mata pelajaran atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya. Isi
materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya,
namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.

20
Lihat A Critique by Khuan-Chun Cheng, “Classroom Instructional Development Model— The
Gerlach & Ely Model”, February 19, 2004.

22
Pemilihan materi harus spesifik agar lebih mudah membatasi ruang
lingkupnya, dapat lebih jelas, mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan
kelompok lainnya.
c. Menentukan kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment
of Entering behaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal.
Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar
dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu
persiapan remedial.

d. Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy)


Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang
dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber,
dan menentukan tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
Dengan perkataan lain, pada tahap ini pengajar harus menentukan cara
untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua
bentuk umum tentang pendekatan ini adalah berntuk eksposisi (expository)
yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional, biasanya lebih
bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih
mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam
pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang
sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi instruksional.
e. Pengelompokan belajar (Organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai
merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang
menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study)
memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang
memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang
kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.

23
f. Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)
Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-
beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan
penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus
dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan
laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan
ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah
ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
g. Menentukan ruang (Allocation of space)
Alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar
dapat dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas,
berinteraksi antarsiswa, atau mendegarkan penjelasan dan bertatap muka
dengan pengajar?
h. Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang
disepakati. Jadi tidak sekadar yang dapat memberikan stimulus rangsangan
belajar. Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam
lima katergori, yaitu: (a) manusia dan benda nyata, (b) media visual proyeksi,
(c) media audio, (d) media cetak, dan (e) media display.
i. Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance)
Evaluasi dilakukan untuk mengetahu tingkat keberhasilan dan
kegagalan yang terjadi dalam pengembangan instruksional. Instrumen
evaluasi dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat
mengukur keberhasilan secara benar dan objektif. Oleh sebab itu, tujuan
instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laku belajar siswa yang terukur
dan dapat diamati.
j. Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan
sistem instruksional ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes,
observasi, maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional
ini menentukan, apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam

24
kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai
atau masih perlu disempurnakan?
k. Kesimpulan
Kelebihan model desain pembelajaran Gerlach dan Ely adalah
ketelitian dalam merancang dan melaksakan pembelajaran. Selain itu model
desain pembelajaran ini juga dapat digunakan dalam proses pembelajaran
untuk semua kalangan.
Kelemahan-kelemahan model desain pembelajaran Gerlach dan Ely
adalah: Pertama prosedur desain pembelajaran ini memakan waktu yang
sangat panjang sehingga desainer pembelajaran lebih banyak menggunakan
waktu untuk merancang pembelajaran daripada implementasinya. Kedua
dalam model desain pembelajaran ini tahap pengenalan karakteristik siswa
tidak dilaksanakan. Apabila desainer pembelajaran tidak mengetahui
karakteristik siswa maka rancangan pembelajaran yang diimplementasikan
tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

6. Model Smith dan Ragan


Model desain pembelajaran yang dikembangkan oleh Smith dan Ragan
merupakan model desain instruksional (Instructional Design). Model ini mulai
dicetuskan tahun 199321 kemudian mencapai bentuk yang komprehensif pada
tahun 2003.22 Model ini sebenarnya lebih populer di kalangan mahasiswa dan
profesional yang memiliki kecenderungan terhadap implementasi teori belajar
kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam model desain pembelajaran
ini difokuskan pada rancangan tentang strategi pembelajaran.
Model desain pembelajaran Smith dan Ragan dipengaruhi oleh
beberapa pakar teori pembelajaran. Seperti yang dinyatakan oleh Angela
Christopher,
Smith and Ragan credit Robert M. Gagné, M.D. Merril, and C.M.
21
Pada dasarnya model ini telah dikembangkan jauh sebelum tahun 1993, tetapi model desain
pembelajaran yang dikembangkan Smith dan Ragan ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993. Untuk
keterangan lebih lanjut lihat Smith & Ragan, Instructional Design (New York: Macmillan Publishing
Company, 1993).
22
Lihat Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 120.

25
Reigeluth for their work in learning theory and significant contributions
to the development of instructional theory. They recognize that Gangé
clarified the relationship between instructional events, the learning
process, and learning outcomes. His work provided a foundation for
conditions based models of instruction (Smith & Ragan, 1996).
Implications of Gagne’s work can clearly be identified in Smith and
Ragan’s philosophy and condition’s based model. In the third edition of
Instructional Design, Smith and Ragan expand Gagne’s Nine Events of
Instruction to provide generative and supplantive instructional
strategies. In their article, Opening the Black Box: Instructional
Strategies Examined (1994), Smith and Ragan explore the balance
between instructional strategies and learner strategies in relation to the
variables of context, learner, and task. They offer the proposition that
there is a “middle ground” connecting supplantive instruction and
learner‐initiated actions in which the design facilitates the required
cognitive processing (Smith and Ragan, 2001).23

Lebih lanjut Christopher menyatakan, Their analysis and strategy phases


are built on theories from Gagné, Jonassen, Mager, Merril, Reigeluth, and many
others.24 Jadi dapat dinyatakan bahwa model desain pembelajaran yang
dikemukakan oleh Smith dan Ragan merupakan rangkuman dari berbagai model
desain pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan model desain pembelajaran
Smith dan Ragan menjadi model desain pembelajaran yang sangat komprehensif.
Berikut adalah delapan langkah yang dilaksanakan dalam model desain
pembelajaran Smith dan Ragan.

a. Analisis Lingkungan Belajar.


Dalam bagian ini perancang pembelajaran melakukan analisis
terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Masalah
23
Angela Christopher, “Model Resources” tersedia di h t t p : / / a e s t h e t e c h . w e e b l y . c o m / b l o g . h t m l;
diakses 2 Agustus 2018.

24
Ibid.

26
yang dimaksud adalah berbagai kendala yang ditemukan dalam
pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Karakteristik daerah merupakan salah satu bagian yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam melakukan analisis lingkungan belajar
siswa. Mengenai karakteristik daerah Prabowo dan Nurmaliyah menyatakan,
Sebagai suatu daerah yang sangat luas dan memiliki berbagai ciri
khas baik ditinjau dari fisik maupun non fisik, maka proses
pendidikan di Indonesia harus mampu mengadopsi berbagai
karakteristik unggul dan luhur dari masing-masing daerah. Jika
ditinjau dari faktor fisik, maka daerah Indonesia akan dapat
dikategorikan menjadi daerah pegunungan, dataran rendah, atau
pesisir. Ketiga daerah tersebut tentu akan mempengaruhi
masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Daerah tersebut tentu
juga masih dapat dikelompokkan menjadi daerah kota, rural, desa
atau pedalaman. Karakteristik daerah tersebut tentu juga akan
berpengaruh terhadap jenis pekerjaan utama masyarakat setempat.
Masyarakat pegunungan akan lebih banyak berprofesi sebagai
petani, sedangkan masyarakat pesisir akan lebih banyak berprofesi
sebagai nelayan. Demikian seterusnya maka kemudian akan
berpengaruh terhadap banyak hal, bahasa, cara berbicara, jenis
pakaian, kesenian, makanan, sampai dengan tradisi dan budaya. 25

Lingkungan belajar sangat mempengaruhi siswa dalam proses


pembelajaran. Karakteristik daerah memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap kepribadian siswa. Perlu diketahui bahwa kepribadian yang
dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap pemahaman materi dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, seharusnya dalam penyusunan
rancangan pembelajaran atau desain pembelajaran, setiap daerah
25
Sugen Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran (Malang: UIN-
Maliki Press, 2010), 54-55. Bandingkan Uno dan Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, 136-
137. Dalam bagian ini Uno dan Mohamad mengutip beberapa definisi lingkungan dari beberapa tokoh
misalnya Suleman yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan suatu keadaan di sekitar kita. Suleman
mengklasifikasikan lingkungan menjadi dua jenis, yaitu lingkungan alam dan buatan. Uno dan Mohamad
menyimpulkan bahwa lingkungan merupakan sumber belajar yang efektif dan efisien serta tidak
membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

27
mempunyai desain pembelajaran tersendiri. Desain pembelajaran tersebut
harus mempertimbangkan karakteristik lingkungan belajar daerah karena
setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda.
b. Analisis Karakteristik Siswa.
Analisis ini dilakukan untuk lebih mengenal kemampuan dan
potensi siswa yang akan berperan serta dalam program pembelajaran yang
didesain. Kemampuan dan potensi yang dimaksud bisa merupakan
kemampuan dan potensi yang diharapkan untuk dimiliki siswa setelah
mengikuti program pembelajaran.
Melakukan analisis terhadap karakteristik siswa berarti melakukan
tindakan analisis untuk dapat mengetahui kualitas perorangan siswa. Salah
satu aspek yang tidak boleh diabaikan adalah kemampuan awal siswa. 26
Pengetahuan terhadap kemampuan awal siswa akan memudahkan desainer
pembelajaran untuk merancang program pembelajaran yang efektif dan
efisien.27 Apabila pembelajaran berlangsung dengan efektif, efisien, dan
menarik minat siswa, maka pengaruhnya terhadap penguasaan materi akan
sangat besar. Penguasaan materi akan mempengaruhi prestasi belajar yang
dimiliki oleh siswa.
c. Analisis Tugas Pembelajaran.
Analisis tugas pembelajaran (task analysis) merupakan langkah yang
yang dilakukan untuk membuat deskripsi tugas-tugas dan prosedur yang
perlu dilakukan oleh individu (siswa) untuk mencapai tingkat kompetensi
dalam melakukan suatu jenis kegiatan (proses pembelajaran).

26
Lihat Anwar dan Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP, 59-66. Menurut mereka ada
dua karakteristik awal siswa yang perlu dipahami oleh guru yaitu: Pertama, Latar belakang akademik yang
meliputi: jumlah siswa, latar belakang siswa, indeks prestasi, tingkat intelegensi, keterampilan membaca,
nilai ujian, kebiasaan belajar/gaya belajar, minat belajar, harapan/keinginan siswa, dan lapangan kerja/cita-
cita yang diinginkan. Kedua, Faktor-faktor sosial yang meliputi:usia, kematangan (maturity), rentangan
perhatian (attention span), bakat-bakat istimewa, hubungan dengan sesama siswa, dan keadaan sosial
ekonomi.

27
Lihat juga Anwar dan Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP, 68. Mereka menyatakan
bahwa ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa. Pertama,
melakukan pengamatan (observasi) kepada siswa secara perorangan. Kedua, tabulasi atau penyusunan data
dalam bentuk tabel terhadap karakteristik perseorangan siswa. Ketiga, membuat daftar strategi karakteristik
siswa. Daftar ini dibuat sebagai dasar menentukan strategi pengelolaan pembelajaran.

28
Analisis tugas pembelajaran perlu dilakukan untuk menetapkan
tujuan-tujuan pembelajaran yang spesifik. Tujuan yang dimaksud adalah
tujuan-tujuan pembelajaran yang perlu dimiliki siswa untuk mencapai tingkat
kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran. Menurut Pribadi, tujuan-
tujuan pembelajaran yang spesifik biasanya disusun secara berjenjang atau
hierarkis.28
d. Menulis Butir Tes.
Langkah ini dilakukan untuk menilai tingkat efektifitas program
pembelajaran yang dirancang dan peranannya dalam membantu siswa
mencapai kompetensi (tujuan pembelajaran) yang telah ditetapkan. Butir-
butir tes yang ditulis harus bersifat valid dan reliabel agar dapat digunakan
untuk menilai kemampuan atau kompetensi siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Tes memiliki perananan yang sangat penting dalam program
pembelajaran maupun dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, tes
memiliki fungsi yang vital dalam pembelajaran. Hal yang sama dikemukakan
oleh Tj. Plomp dan J. van den Wolde, “Without evaluation it can not be
determined whether a problem has been solved satisfactorily, in other
words, whether the desaired situation, as described in the definite
formulation of the problem, has been reached”. 29 Pernyataan ini memberikan
pengertian bahwa dengan melakukan tes, maka desainer pembelajaran
dapat menentukan tingkat pemecahan suatu masalah dalam proses
pembelajaran.30
e. Menentukan Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan siasat yang perlu dilakukan oleh
instruktur agar dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang
optimal.31 Strategi yang digunakan harus berorientasi pada tujuan
28
Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 122.

29
Tj. Plomp & J. van den Wolde, The General Model for Systematical Problem Solving (Netherland:
University of Twente, 1992), 11.

30
Pembahasan lebih lanjut tentang fungsi tes lihat H. Djaali & Pudji Muljono, Pengukuran dalam
Bidang Pendidikan (Jakarta: PT. Grasindo, 1998), 7-10.

31
Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 123.

29
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam menentukan strategi, ada empat
kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) Berorientasi pada tugas
pembelajaran. 2) Relevan dengan isi atau materi pembelajaran. 3) Metode
dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai. 4)
Media pembelajaran yang digunakan harus dapat merangsang indera peserta
didik secara simultan.32
Strategi pembelajaran harus ditentukan dengan sangat teliti. Semua
tindakan itu memerlukan guru yang kreatif sebagai desainer pembelajaran.
Guru yang memahami lingkungan belajar dan karakteristik peserta didiknya
dengan baik, sehingga mampu menerapkan strategi pembelajaran yang
tepat, efektif dan efisien.
f. Memproduksi Program Pembelajaran.
Memproduksi program pembelajaran merupakan proses atau
aktivitas untuk menerjemahkan desain pembelajaran yang telah dibuat ke
dalam bahan ajar atau program pembelajaran. Program pembelajaran
merupakan output dari desain pembelajaran yang mencakup deskripsi
tentang kompetensi atau tujuan, metode, media, strategi dan isi/ materi
pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.
g. Melakukan Evaluasi Formatif.
Evaluasi formatif dilakukan untuk menemukan kelemahan-
kelemahan dari draf bahan ajar yang telah dibuat. Setelah mengetahui
kelemahan-kelemahan draf bahan ajar yang telah dibuat, maka tindakan
selanjutnya adalah segera melakukan revisi. Tujuannya agar bahan ajar
menjadi program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Setelah melakukan evaluasi formatif, maka langkah selanjutnya
adalah merevisi program pembelajaran. Evaluasi formatif dilaksanakan untuk
menemukan kelemahan dan kelebihan desain/draf pembelajaran. Adanya
kelemahan membuktikan bahwa draf pembelajaran tersebut membutuhkan
revisi untuk mencapai bentuk yang paling tepat sesuai konteks pembelajaran.
h. Merevisi Program Pembelajaran.

32
Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, 9.

30
Revisi program pembelajaran merupakan perbaikan terhadap
kelemahan-kelemahan yang masih ditemukan dalam draf atau pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Tujuannya untuk menciptakan pembelajaran yang
lebih berkualitas. Kualitas yang dimaksud mengacu kepada proses
pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Perlu diketahui bahwa revisi
program pembelajaran dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari
evaluasi formatif.
i. Kesimpulan.
Menurut penulis model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh
Smith dan Ragan adalah model desain sistem pembelajaran yang paling
sederhana namun komprehensif. Model ini diawali dengan tahap analisis
lingkungan belajar kemudian dilanjutkan dengan analisis karakteristik siswa.
Kedua analisis tersebut sangat penting untuk dilakukan oleh desainer
pembelajaran untuk dapat merancang program pembelajaran yang efektif
dan efisien.
Model Smith dan Ragan memiliki kelebihan yang sangat penting
dalam proses pembelajaran. Kelebihan itu karena model desain sistem
pembelajaran ini berpusat pada siswa (learner centered instruction).33

E. Menentukan Model Desain Sistem Pembelajaran.


Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk menentukan model desain
sistem pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Kemampuan
tersebut harus ditunjang oleh kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Perancang
pembelajaran harus memiliki data yang komprehensif tentang peserta didik yang akan
mengikuti proses pembelajaran. Selain itu dalam menentukan model desain sistem
pembelajaran yang akan digunakan, perancang harus mempertimbangkan lingkungan
belajar di mana proses belajar mengajar akan dilaksanakan.
Enam model desain sistem pembelajaran yang penulis paparkan dalam
pembahasan sebelumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatan dan output

33
Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, 125. Selain itu menurut Gustafon dan Branch
sebagaimana dikutip oleh Pribadi, model desain ini sangat komprehensif dalam implemenentasi langkah
pengembangan strategi pembelajaran. Hal ini sering menjadi kelemahan bagi model-model desain sistem
pembelajaran yang lain.

31
yang dihasilkan. Pengelompokan ini akan dapat membantu guru sebagai perancang
pembelajaran untuk menentukan model yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
Berikut adalah klasifikasi dari keenam model desain pembelajaran yang
dimaksud penulis.
1. Model yang berorientasi pada aktivitas pembelajaran dalam kelas (model
ASSURE).
2. Model yang berorientasi pada produk yang dihasilkan (model Gerlach dan Ely,
model Smith dan Ragan).
3. Produk yang berorientasi pada sistem (model Dick dan Carrey, model ADDIE,
model Cycle).
Apabila guru menginginkan pembelajaran yang yang berorientasi pada
aktivitas dalam kelas, maka guru dapat menggunakan model ASSURE. Sedangkan
untuk pembelajaran yang berfokus pada produk (materi dan nilai) yang dihasilkan,
maka model Gerlach dan Ely, dan model Smith dan Ragan dapat dipertimbangkan
untuk digunakan. Selain itu juga perancang pembelajaran dapat menggunakan model
Dick dan Carey, model ADDIE, atau model Cycle jika ingin menghasilkan pembelajaran
yang berfokus pada sistem.
Secara sederhana untuk dapat menentukan model yang tepat sesuai dengan
lingkungan belajar peserta didik, maka guru harus benar-benar memiliki pengenalan
akan karakteristik awal siswa. Menurut Anwar dan Harmi ada beberapa manfaat
mengetahui karakteristik awal siswa, yaitu:34
1. Memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal
para siswa yang berfungsi sebagai prerequisite (prasyarat) bagi bahan baru yang
akan disampaikan.
2. Memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang telah dimiliki
oleh siswa.
3. Mengetahui latar belakang sosial kultural siswa, termasuk latar belakang keluarga
(tingkat pendidikan orang tua, tingkat sosial ekonomi), dan dimensi-dimensi

34
Untuk pembahasan yang lebih komprehensif lihat Anwar dan Harmi, Perencanaan Sistem
Pembelajaran KTSP, 66-67. Bandingkan dengan Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem (Bandung: Bumi Aksara, 2002), 38-40.

32
kehidupan lainnya yang melatarbelakangi perkembangan sosial emosional dan
mental mereka.
4. Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa, baik jasmaniah
maupun rohaniah.
5. Mengetahui aspirasi dan kebutuhan para siswa.
6. Mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa
sebelumnya.
7. Mengetahui tingkat penguasaan bahasa siswa, baik lisan maupun tertulis.
8. Mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai pribadi para siswa.
Dengan memiliki pengetahuan tentang keadaan siswa yang akan mengikuti
proses belajar mengajar, maka guru akan lebih mudah untuk menentukan model
desain sistem pembelajaran yang paling tepat bagi peserta didik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan pembelajaran adalah hal yang sangat krusial dalam dunia
pendidikan. Seorang guru harus memiliki kompetensi untuk memilih, menentukan,
dan menerapkan sekaligus melakukan evaluasi terhadap model desain sistem
pembelajaran yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Hasil evaluasi
terhadap model yang telah diterapkan akan digunakan untuk memperbaiki sekaligus

33
mengembangkan model tersebut apabila masih dirasa perlu untuk diterapkan dalam
konteks pembelajaran.
Guru perlu mengenal berbagai model desain sistem pembelajaran, namun
juga harus memiliki kemampuan untuk menentukan model yang paling tepat sesuai
dengan lingkungan belajar. Dengan demikian diharapkan proses belajar yang
dilaksanakan akan lebih efektif dan efisien.

B. Saran
Penulis sebagai salah satu pribadi yang juga terlibat dalam proses pendidikan
memiliki beberapa saran sehubungan dengan perencanaan pembelajaran, yaitu:
1. Pemerintah secara umum dan sekolah secara khusus perlu memberikan pelatihan
intensif terhadap guru-guru untuk memiliki kompetensi memilih, menetapkan,
menerapkan, dan mengevaluasi model desain sistem pembelajaran dalam proses
belajar mengajar.
2. Guru perlu terus menambah kompetensi dalam perencanaan pembelajaran,
bukan sebagai tugas administratif namun sebagai sarana untuk mendapatkan
hasil pembelajaran yang lebih maksimal sesuai dengan sasaran pendidikan itu
sendiri.
3. Karakteristik lingkungan belajar dan karakteristik peserta didik harus menjadi
bahan pertimbangan utama dalam merancang proses pembelajaran. Oleh karena
itu guru harus benar-benar mengenal lingkungan belajar dan peserta didik yang
akan terlibat dalam proses pembelajaran.
4. Guru harus terus menerus bereksperimen hingga menemukan model yang paling
sesuai dengan lingkungan belajar di mana proses belajar mengajar dilaksanakan.

34
DAFTAR PUSTAKA
Kamus:
Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan (Luring)/KBBI Offline 1.5.1

Buku-Buku:
Djaali, H. & Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo,
1998.

Dick, Walter & Lou Carrey, The Systematic Design of Instruction. Illinois: Scoot, Foresman,
1985.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi


Aksara, 2002.

35

Anda mungkin juga menyukai