Anda di halaman 1dari 11

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BARUNGSINGKONG

MELALUI MODEL COLABORATIVE LEARNING DI SMP N 10 SALATIGA

Istiyarini,S.Pd
SMP Negeri 10 Salatiga
Istiyarini@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan peningkatan minat dan hasil belajar matematika materi
Barungsingkong (Bangun Ruang Sisi Lengkung) melalui model Collaborative Learning pada siswa
kelas IX B Semester I SMP N 10 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas
dirancang dua siklus pada masing masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan,pengamatan dan refleksi.hasil penelitian dianalisis menggunakan dekriptif komparatif
dengan membandingkan kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 untuk minat dan hasil belajar
matematika.kondisi awal minat belajar 25% hasil belajar 25% siklus 1 minat belajar 70,83% hasil
belajar 66,67% siklus 2 minat belajar 92% hasil belajar 79,17% dari hasil tiap siklus adanya
peningkatan minat belajar 67% hasil belajar 54,17% .Perubahan siswa lebih aktif dalam mengikuti
pelajaran.

Kata kunci: Minat Dan Hasil Belajar, Model Colaborative Learning, Materi Barungsingkong

PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu dasar dari ilmu pengetahuan, sehingga wajib diajarkan
pada semua tingkatan pendidikan baik itu SD, SMP, dan SMA/SMK.. Permendiknas Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di sekolah
adalah agar siswa mampu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasi konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan
masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
(5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Siswa kurang tertarik terhadap pelajaran matematika terlalu banyaknya rumus yang rumit
dan konsep-konsep matematika yang susah untuk dipahami. Hal ini sering dialami siswa SMP
sehingga minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika rendah. Faktor lain adalah dari
guru, seringkali dalam proses pembelajaran guru lebih aktif dan siswa pasif. Model pembelajaran
memegang peranan penting untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Pelajaran yang
disampaikan dengan model pembelajaran yang tepat akan menghasilkan tanggapan yang jelas.
Permasalahan minat dan hasil belajar matematika juga dialami oleh siswa kelas IX B
Semester I materi barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung ) SMP Negeri 10 Salatiga Tahun
Pelajaran 2018/2019. Melihat kurangnya minat dan hasil belajar siswa maka perlu dilakukan
penelitian tindakan kelas oleh guru Model pembelajaran Collaborative Learning adalah salah satu
model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan hasil hasil belajar matematika.
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : Apakah ada perbedaan
kondisi awal sebelum mengunakan model Colaborative learning dan setelah menggunakan
Colaborative Learning dapat meningkatkat minat dan hasil belajar matematika materi
Barungsingkong siswa kelas IX B Semester I SMP N 10 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
minat dan hasil belajar matematika materi Barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung)melalui
model Colaborative Learning pada siswa kelas IX B Semester I SMP N 10 SALATIGA Tahun
Pelajaran 2018/2019
Manfaat yang diharapkan bagi sekolah adalah meningkatkan mutu pendidikan sekolah
terutama mata pelajaran matematika sedangkan manfaat bagi guru adalah meningkatkan
profesionalisme dan kreatifitas guru dalam mengajar sehingga dapat mencapai ketuntasan hasil
belajar siswa.Manfaat bagi peserta didik adalah meningkatkan minat dan hasil belajar mata
pelajaran matematika materi barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung) dan meningkatkan kerja
sama dan tanggung jawab.
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
Colaborative Learning
Collaborative Learning. adalah model pembelajaran terjadi 3 interaksi, yaitu antara guru
dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa.
Collaborative Learning Menurut Nizar (2008) adalah proses belajar kelompok yang setiap
anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap dan pendapat, kemampuan, dan
ketrampilan yang dimilikinya untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh
anggota. Collaborative Learning dilandasi oleh pemikiran bahwa kegiatan belajar hendaknya
mendorong dan membantu siswa untuk terlibat membangun pengetahuan sehingga mencapai
pemahaman yang mendalam.
Menurut Kemp dalam Hirschy (2003), Collaborative Learning meliputi kemampuan sosial dan
kemampuan pembelajaran, yang menggabungkan 3 konsep, yaitu tanggung jawab individu
(individual accountability), keuntungan kelompok (group benefit), dan pencapaian kesuksesan yang
sama (equal achievement of success) . Tujuan dari Collaborative Learning adalah meningkatkan
interaksi siswa dalam memahami suatu tugas.
Demikian juga yang dikatakan Gunawan (2003: 198-199) tentang proses belajar secara
kolaborasi atau Collaborative Learning. Menurutnya penekanan Collaborative Learning bukan
hanya sekedar bekerja sama dalam suatu kelompok tetapi lebih kepada suatu proses pembelajaran
yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di dalam kelas
Berdasarkan pengertian tentang Collaborative Learning maka dapat disimpulkan bahwa
Collaborative Learning adalah model pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang berorientasi
pada siswa dan melibatkan komunikasi secara utuh serta adil di dalam kelas .Penekanan dalam
Collaborative Learning adalah diskusi antar siswa dan bekerja secara aktif cara ini dapat melatih
siswa dalam mengembangkan kemampuan sosial dalam pembelajaran sehingga mereka dapat
belajar, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan siswa lain dan dengan guru.
Collaborative Learning menggambarkan suatu perubahan yang signifikan dari pembelajaran
yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam Collaborative
Learning penekanannya adalah pada diskusi siswa dan bekerja kelompok dengan materi yang sudah
disediakan. Adapun yang menjadi ciri-ciri dalam pembelajaran Collaborative Learning adalah
melibatkan siswa dalam ajang pertukaran gagasan dan informasi, memungkinkan siswa
mengeksplorasi gagasan dan mencobakan berbagai pendekatan dalam mengerjakan tugas serta
menyesuaikan keadaan sekitar dan suasana kelas untuk mendukung kerja kelompok, menyediakan
cukup waktu ruang dan sumber untuk melaksanakan kegiatan belajar bersama serta menyediakan
sebanyak mungkin proses belajar yang bertolak dari kegiatan masalah.
Menurut Gunawan (2003 : 199), terdapat 5 elemen penting yang harus ada dalam Collaborative
Learning, yaitu interdependent yang positif (perasaan kebersamaan), interaksi face to face atau tatap
muka yang saling mendukung (saling membantu, saling menghargai, memberi selamat dan
merayakan sukses bersama), tanggung jawab individu dan kelompok (demi keberhasilan
pembelajaran), kemampuan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam suatu kelompok kecil
(komunikasi, rasa percaya, kepemimpinan, pembuatan keputusan, dan manajemen serta resolusi
konflik), serta pemrosesan secara kelompok (melakukan refleksi terhadap fungsi dan kemampuan
mereka bekerja sama sebagai suatu kelompok dan bagaimana untuk mampu berprestasi lebih baik
lagi).
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti tentang Pembelajaran dengan menggunakan
model Collaborative Learning, yaitu:Penelitian Tutik Purwanti (2008) yang berjudul Penerapan
Metode Collaborative Learning Sebagai Usaha Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Negeri 1 Ngrampal
Sragen). Hasil penelitian ini adalah metode Collaborative Learning dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa, keaktifan, kemandirian dan kemampuan matematika siswa. Dengan adanya
peningkatan keempat aspek tersebut maka hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika juga
mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model Collaborative
Learning adalah sebagai berikut: 1) Siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi
tugas sendiri-sendiri.2)Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi dan menulis.3)Kelompok
kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, dan
memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam lembar kerja siswa atau masalah yang
ditemukan sendiri.4)Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-
masing siswa menulis laporan sendiri- sendiri secara lengkap.5)Guru menunjuk salah satu kelompok
secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa
pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut dan
menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama kurang lebih 20-30 menit.6)Masing-masing siswa dalam
kelompok kolaboratif melakukan elaborasi dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan
dikumpulkan.7)Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan disusun
per kelompok kolaboratif.8)Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada
pertemuan berikutnya dan didiskusikan.
Minat Belajar
Hadis (2006: 44) menyatakan bahwa minat belajar adalah rasa yang ditunjukkan siswa dalam
melakukan aktivitas belajar baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Minat belajar
mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar. Siswa yang mempunyai minat terhadap
suatu mata pelajaran maka akan mempelajari mata pelajaran tersebut dengan sungguh-sungguh
seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti pelajaran, dan bahkan dapat menemukan kesulitan-
kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan karena adanya daya tarik yang diperoleh
dengan mempelajarinya.
Minat bukan suatu hal yang didapat sejak lahir namun minat merupakan keseluruhan yang
dapat berubah sejak kecil. Menurut Hidayati (2004:18) minat seseorang itu muncul akibat adanya
pengaruh dari rangsangan yang paling kuat untuk mendapatkan minat antara lain adalah: kualitas
rangsangan mempengaruhi minat, objek yang besar menarik minat, pengulangan rangsang menarik
minat, rangsang yang baru menarik minat, beberapa rangsang yang sesuai dengan bakat menarik
minat, rangsang yang berarti akan menarik minat, dan kebiasaan-kebiasaan emosional akan
menimbulkan minat.
Minat belajar matematika adalah minat siswa terhadap pelajaran matematika yang ditandai
oleh perhatian siswa pada pelajaran matematika, kesukaan siswa terhadap pelajaran matematika,
keinginan siswa untuk tahu lebih banyak mengenai matematika, tugas-tugas yang diselesaikan oleh
siswa, motivasi siswa mempelajari matematika, kebutuhan siswa terhadap pelajaran matematika dan
ketekunan siswa dalam mempelajari matematika.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar mengajar yang dilaksanakan antara
guru dan murid. Perolehan suatu hasil belajar dapat diperoleh pada akhir suatu proses belajar. Hasil
belajar adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka ijazah, atau
kemampuan meloncat setelah latihan (Damayati dan Mudjiono, 2009:5)
Proses pembelajaran yang dialami oleh siswa akan menghasilkan perubahan-perubahan.
Perubahan-perubahan ini meliputi bidang pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Adanya
perubahan tersebut dilihat pada kemampuan yang dimiliki siswa yaitu dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak bisa menjadi bisa dan dari tidak terampil menjadi terampil.
Dari situasi formal, perubahan tersebut tidak cukup hanya dibuktikan melalui pengamatan
sepintas, dan perubahan ini dilakukan dengan mengadakan penilaian. Hal ini sangat bermanfaat
untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dimiliki anak. Perubahan-perubahan pada bidang
pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang diperoleh melalui proses belajar ini disebut sebagai
prestasi belajar atau hasil belajar.
Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal sebelum menggunakan model Colaborative Learning pada siswa kelas IX
B Materi Barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung) Semester 1 SMP N 10 Salatiga Tahun
Pelajaran 2018/2019 tingkat pemahaman materi Barungsingkong masih rendah Rendahnya hasil
belajar siswa diketahui melalui ulangan harian. Rendahnya minat dan hasil belajar siswa materi
Barungsingkong dikarenakan guru dalam pembelajaran belum memanfaatkan model pembelajaran
yang tepat masih menggunakan model pembelajaran ceramah, yang mana siswa jenuh, tidak tertarik
dan mengantuk proses pembelajaran masih berpusat pada guru agar hasil belajar matematika materi
barungsingkong meningkat maka diperlukan adanya tindakan kelas yang dilakukan guru
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dua siklus. Siklus pertama adalah penggunaan model
Collaborative Learning secara terbimbing dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberikan pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi dilanjutkan dengan
siklus kedua penggunaan model Collaborative Learning secara terbuka.guru bertindak sebagai
fasilitator pertanyaan diajukan oleh siswa dan pemecahanya dirancang oleh siswa sendiri Dari siklus
I dan siklus II diharapkan minat dan hasil belajar matematika meningkat.
Pada kondisi akhir melalui penggunaan model Collaborative Learning maka minat dan hasil
belajar matematika materi barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung ) pada siswa kelas IX B
Semester I SMP Negeri 10 Salatiga tahun pelajaran 2018/2019 dapat meningkat.
Penggunaan model pembelajaran Collaborative Learning dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
Kondisi awal Proses Minat dan hasil belajar
pembelajaran matematika rendah
masih berpusat
pada guru

Siklus I:
Tindakan Guru
menggunakan Penerapan Collaborative
Collaborative Learning secara
Learning terbimbing pada materi
Bangun Ruang Sisi
Diduga melalui Lengkung
Kondisi penggunaan
Collaborative
Akhir Learning maka
minat dan hasil Siklus II:
belajar
matematika Penerapan Collaborative
bangun ruang Learning secara terbuka
sisi lengkung pada materi Bangun
meningkat Ruang Sisi Lengkung

Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan model Colaborative Learning dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar matematika materi Barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung ) pada siswa kelas IX B
Semester I SMP NEGERI 10 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Salatiga yang terletak di Jl.
Argoboga Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Salatiga Kode Pos 50733 Provinsi Jawa
Tengah.
Adapun penelitian yang diambil adalah materi Barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung)
pada siswa kelas IX B Semester I SMP Negeri 10 Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP N 10 Salatiga sebanyak 24 siswa terdiri
atas 13 laki-laki dan 11 perempuan . Sedangkan variabel dalam penelitian ini , ada 2 macam yaitu :
variabel bebas pada minat belajar matematika variabel terikat pada hasil belajar matematika
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II tiap siklus terdiri dari perencanaan ,pelaksanaan , pengamatan ,dan Analisis
data menggunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan dengan refleksi. Diskripti komparatif
adalah membandingkan kondisi awal ,siklus I siklus II Refleksi artinya menarik simpulan
berdasarkan deskripsi komparatif kemudian dilanjutkan memberikan ulasan dan langkah tindak
lanjut
Siklus I tahap-tahap pelaksanan penelitian meliputi : (a) Perencanaan , kegiatan yang
dilakukan peneliti adalah : membuat RPP siklus I, membuat bahan ajar, menyiapkan instrumen
angket siswa, dan menyusun soal evaluasi siklus I. (b) Pelaksanaan : Tindakan penelitian melalui
kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 4 pertemuan, dan setiap pertemuan 2 jam
pelajaran (2 x 40 menit). Dalam pelaksanaan tindakan , meliputi : 1) memberikan penjelasan
tentang penggunaan model, 2) membagi siswa dalam 5 kelompok terdiri 4 - 5 siswa. 3) siswa
belajar berkelompok dengan mengikuti beberapa tahapan 4) Melakukan pemantauan,
pembimbingan dan pengamatan setiap kelompok 5) Melaksanakan tes setelah siklus 1 selesai (c)
Pengamatan proses pembelajaran dilakukan bersama dengan teman sejawat secara kolaboratif pada
setiap pertemuan siklus 1. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah minat dan hasil belajar
matematika materi barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung ) selama proses pembelajaran (d)
Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran
pada siklus 1.

Kelompok Barungsingkong Menyelesaikan soal kelompok


Siklus II tahap-tahap pelaksanan penelitian meliputi : (a) Perencanaan , kegiatan yang
dilakukan peneliti adalah : membuat RPP siklus II, membuat bahan ajar, menyiapkan instrumen
angket siswa, dan menyusun soal evaluasi siklus II. (b) Pelaksanaan : Tindakan penelitian melalui
kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 4 pertemuan, dan setiap pertemuan 2 jam
pelajaran (2 x 40 menit). Dalam pelaksanaan tindakan , meliputi : 1) memberikan penjelasan
tentang penggunaan model, 2) membagi siswa dalam 6 kelompok terdiri 4 siswa. 3) siswa belajar
berkelompok dengan mengikuti beberapa tahapan 4) Melakukan pemantauan, pembimbingan dan
pengamatan setiap kelompok 5) Melaksanakan tes setelah siklus I1 selesai (c) Pengamatan proses
pembelajaran dilakukan bersama dengan teman sejawat secara kolaboratif pada setiap pertemuan
siklus I1. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah minat dan hasil belajar matematika
materi barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung ) selama proses pembelajaran (d) Refleksi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran pada
siklus II.
Mengambil soal Kelompok Barungsingkong Aplus

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Kondisi awal materi Barungsingkong (bangun ruang sisi lengkung ) sebelum menggunakan
model Colaborative Learning hasil angket minat siswa untuk kategori tinggi ada 6 siswa (25%)
kategori sedang 18 siswa (75%) kategori rendah 0 siswa (0%) hal ini menunjukkan minat belajar
matematika masih sedang dan hasil ulangan harian nilai terendah 53 nilai tertinggi 92 rentang nilai
39 rata – rata kelas 70,04 dengan KKM 75 yang tuntas 6 siswa (25%) yang belum tuntas 18 siswa
(75%) hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar masih rendah
Penggunaan model pembelajaran mempunyai arti yang penting dalam proses belajamengajar
model yang bervariasi dapat menarik siswa dan pembelajaran lebih interaktif dan adanyakomunikasi
antara siswa dan guru suasana kelas menjadi hidup.pada kondisi awal ini belum menggunakanmodel
Colaborative Learning sehingga minat dan hasil belajar kurang maksimal .
Data Siklus I dan II
Hasil angket minat siswa siklus I kategori tinggi 17 siswa (70,83%) kategori sedang 7 siswa
(29,17% ) kategori rendah 0 siswa (0%) hasil belajar pada siklus I nilai terendah 54 nilai tertinggi
100 rentang nilai 46 rata – rata kelas 75,96 dengan KKM 75 yang tuntas 16 siswa (66,67%) yang
belum tuntas 8 siswa (33,33%) .Hasil angket minat siswa siklus II kategori tinggi 22 siswa (92%)
kategori sedang 2 siswa (8%) kategori rendah 0 siswa (0%) hasil belajar pada siklus II nilai terendah
70 nilai tertinggi 100 rentang nilai 30 rata – rata kelas 78,13 dengan KKM 75 yang tuntas 19 siswa
(79,17%) yang belum tuntas 5 siswa (20,83%)
Tabel I
Perbandingan Minat Belajar Siswa Kondisi Awal,Siklus I dan Siklus II

HASIL ANGKET
NO KATEGORI INTERVAL KONDISI AWAL SIKLUS 1 SIKLUS II
% % %
6 Siswa 17 Siswa 22 Siswa
1 Tinggi 121 ≤ X ≤ 160
(25%) (70,83%) (92%)
18 Siswa 7 Siswa 2 Siswa
2 Sedang 81 ≤ X ≤ 120
(75%) (29,17%) (8%)
0 Siswa 0 Siswa 0 Siswa
3 Rendah 40 ≤ X ≤ 80
(0%) (0%) (0%)

Tabel II
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal , Siklus I dan Siklus II

HASIL TES
URAIAN
KONDISI AWAL SIKLUS 1 SIKLUS II
Nilai Terendah 53 54 70
Nilai Tertinggi 92 100 100
Rentang Nilai 39 46 30
Rata-rata Kelas 70,04 75,96 78,13
Jumlah Siswa yang Tuntas 6 16 19
Prosentase Ketuntasan 25% 66,67% 79,17%

Dari data tersebut diatas menunjukan minat belajar matematika pada kondisi awal, siklus I dan
siklus II , telah terjadi peningkatan, Baik kategori tinggi , kategori sedang serta hasil belajar
matematika juga terjadi peningkatan baik prosentase ketuntasan kelas maupun nilai rata-rata kelas.
Dengan demikian penggunaan model Colaborative learning materi Barungsingkong ( Bangun ruang
sisi lengkung ) bagi siswa kelas IX B SMP Negeri 10 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran
2018/2019 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran materi
barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung ) dengan model Colaborative Learning, maka dapat
peneliti simpulkan sebagai berikut : 1) Penggunaan model Colaborative Learning pada materi
barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung ) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IX B
SMP Negeri 10 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 ,terbukti pada siklus I dan siklus II
kategori tinggi mengalami peningkatan jumlah siswa 2) Penggunaan model Colaborative Learning
Pada materi barungsingkong (Bangun ruang sisi lengkung ) dapat meningkatkan hasil belajar pada
sisiwa kelas IXB SMP Negeri 10 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 terbukti pada
siklus I ketuntasan kelas 66,67% sedangkan siklus II ketuntasan kelas meningkat menjadi 79,17% 3)
Penggunaan model Colaborative Learning pada materi barungsingkong (Bangun ruang sisi
lengkung ) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika pada sisiwa kelas IXB SMP
Negeri 10 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019 ditunjukkan dengan peningkatan minat
siswa kategori tinggi dari siklus I ke siklus II dan hasil belajar juga meningkat dari siklus I yang
tuntas 16 siswa siklus II yang tuntas 19 siswa dari 24 siswa rata – rata kelas meningkat dari siklus I
66,67% pada siklus II rata – rata 79,17%.
Saran
Saran peneliti berdasarkan simpulan hasil penelitian sebagai berikut :1) Para guru mata pelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa ,hal ini dapat membantu
siswa dalam upaya peningkatan pemahaman materi pelajaran 2) setiap guru perlu meningkatkan
kemampuan dengan menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
3)Penggunaan pembelajaran dengan model Colaborative Learning hendaknya dapat diterapkan pada
semua kelas karena terbukti dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Saran untuk sekolah antara lain :1) mendorong dan memberikan kesempatan guru untuk
melakukan penelitian tindakan kelas upaya untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar siswa 2)
memberikan kesempatan guru untuk meningkatkan kompetensi melalui workshop ,karya ilmiah ,
pelatihan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikdas.

Damayati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gunawan. 2003. Model – Model Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada.

Hadis. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hidayati. 2004. Belajar dan Pembelajaran Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kemp dalam Hirschy. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nizar. 2008. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Purwanti, Utik. 2008. Penerapan Metode Colaborative Learning Sebagai Usaha Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika (PTK Pembelajaran
Matematika Kelas VII SMP Negeri I Ngrampal Sragen).

Biodata
ISTIYARINI,S.Pd Lahir di Demak pada tanggal 26 Maret 1967
Mengajar di SMP Negeri 10 Salatiga mengajar Matematika.

Anda mungkin juga menyukai