Anda di halaman 1dari 7

Optimalisasi Model Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Iman Kepada Allah


Siswa Kelas VII A SMPN 1 Batealit Tahun Pelajaran 2021/2022

Istiqomah, S.Pd.I.
SMP Negeri 1 Batealit
Email: istiqomahazis87@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa materi Al-qur’an dan
Sunnah Sebagai Pedoman Hidup melalui melalui model Problem Based Learning pada siswa
kelas VII A di SMP Negeri 1 Batealit Tahun Pelajaran 2021/2022. Penelitian yang digunakan
dengan pendekatan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata
nilai sebelum diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning adalah 60,
banyaknya siswa yang mendapat nilai diatas 70 (KKM) adalah 31%. Dari hasil siklus I rata-
rata nilai memperoleh 69, banyaknya siswa yang mendapat nilai diatas 70 adalah 56,25%, hasil
observasi aktifitas siswa adalah 44% (cukup) dan hasil observasi aktifitas guru 53.3%
(cukup). Setelah siklus II diperoleh rata-rata nilai 82, siswa yang mendapat diatas 70 adalah
90,63%, hasil observasi aktifitas siswa adalah 88% (Sangat Baik) dan hasil observasi aktifitas
guru 86,7% (Sangat Baik). Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan
penerapan model Problem Based Learning secara optimal pada pembelajaran PAI materi iman
kepada Allah siswa kelas VII A di SMP Negeri 1 Batealit Tahun Pelajaran 2021/2022 dapat
meningkatkan hasil belajar

Kata Kunci : Model Problem Based Learning, hasil belajar, Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti.

Pendahuluan
Hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan setiap peserta
didik untuk mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya secara optimal dan utuh yang
semuanya mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini berarti bahwa berhasil
atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar mengajar yang dirancang dan dijalankan secara profesional.
Dalam Undang Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1
Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembankan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakatnya, bangsa
dan negara.
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan
perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Hasil belajar pada
diri seseorang sering tidak langsung tampak tanpa seseorang melakukan tindakan untuk
memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar (Sari, 2018) salah satunya
ditunjukkan denan semakin berkembangnya kemampuan berpikir peserta didik.
Dalam kehidupan sehari-hari berpikir diperlukan untuk: (a) memecahkan masalah
(problem solving), (b) mengambil suatu keputusan (decision maker) dan (c) melahirkan sesuatu
yang baru (creativity). Dalam memecahkan masalah ada orang yang berpikir realistis, ada yang
tidak realistis. Berpikir realistis, disebut juga nalar, dibedakan menjadi dua metode berpikir,
yaitu deduktif dan induktif. Berpikir deduktif artinya mengambil kesimpulan khusus dari
pengertian umum. Sebaliknya, berpikir induktif dimulai dari pernyataan khusus untuk
kemudian mengambil kesimpulan umum atau mengambil kesimpulan umum dari pernyataan
khusus (Djamarah dan Zain, 2008). Kemampuan berpikir sangatlah penting bagi seseorang
untuk dapat menyelesaikan masalah kehidupan yang dihadapinya di masa sekarang dan masa
mendatang.
Menurut Falah (2015), dalam pendidikan terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan, yaitu: pendidik, peserta didik, tujuan, materi, metode, media/sarana prasarana,
dan evaluasi. Sehubungan dengan hal tersebut, guru sebagai pendidik merupakan salah satu
faktor dalam pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan
tujuan pendidikan. Penguasaan materi saja tidaklah cukup bagi seorang guru, guru harus
menguasai berbagai strategi pengajaran atau strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan materi yang akan diajarkannya.
Guru sebagai unsur pokok penanggung-jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan
proses belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan kualitas serta kemampuannya dalam
proses belajar mengajar. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi tersebut, maka diperlukan
adanya Model serta strategi yang tepat dalam mencapai tujuan belajar mengajar yang
diharapkan.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentu sangat dibutuhkan banyak variasi
Model, media, maupun sumber belajar yang berhubungan erat dengan kebutuhan tersebut.
Karena dalam muatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam banyak terdapat materi yang
memerlukan praktik langsung (pengamalan). Melalui praktik (pengamalan) peserta didik akan
memperoleh pengalaman dan pengetahuansebagai pengalaman dan wawasan baru.
Keberhasilan pengajaran Pendidikan Agama Islam juga tergantung pada keberhasilan
pemahaman dan peningkatan kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar, guru
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam meningkatkan prestasi peserta didik dalam
penggunaan Model serta strategi pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Batealit,
terungkap masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru ketika proses
penjelasan. Siswa cenderung pasif ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa mengantuk
dan bosan saat guru menjelaskan materi, serta hasil ulangan semester genap masih banyak yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan yaitu 71 keatas.
Berdasarkan kondisi tersebut peserta didik membutuhkan inovasi model pembelajaran
baru untuk merangsang daya tarik siswa untuk meningkatkan hasil belajar PAI. Dalam konteks
ini maka digunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Problem Based Learning
merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah
autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan deskripsi diatas peneliti akan melakukan sebuah penelitian mengenai kegiatan
belajar-mengajar yang diselenggarakan di SMP Negeri 1 Batealit dengan mengangkat judul:
“Optimalisasi Model Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Iman Kepada Allah Siswa Kelas VII A SMPN
1 Batealit Tahun Pelajaran 2021/2022”.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan asumsi mampu
menyelesaikan persoalan pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
cermatan atau tindakan yang dilakukan oleg seorang pendidik di kelas untuk menyelesaikan
persoalan pembelajaran di kelas (Jacub et al., 2019). Penelitian tindakan kelas dilakukan
dengan beberapa siklus dalam rangka menuntaskan permasalahan belajar sehingga ditandai
dengan perubahan serta peningkatan hasil belajar bagi anak didik (Nurgiansah et al., 2021).
Penggunaan media youtube dalam pembelajaran jarak jauh akan mampu meningkatkan hasil
belajar.
Penelitian ini akan melakukan kolaborasi antara peneliti dengan pendidik yang
melaksanakan PTK secara langsung. Dalam hal penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
menyelesaikan persoalan pembelajaran yang ada di kelas, dengan mengacu pendapatnya
Kemmis mengungkapkan bahwa PTK berbentuk spiral yang tahapannya berbentuk siklus
dengan diawali sebuah perencanaan, pelaksanaan, refleksi dan evaluasi dengan diawali sebuah
observasi untuk melihat kondisi anak didik sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester pertama dengan pertimbangan kalender akademik
yang ada di sekolah yaitu bulan Juli sampai Agustus 2021. Lokasi penelitian ini mengambil
tempat pada siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Batealit. Penelitian ini fokus pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam materi iman kepada Allah.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus untuk melihat peningkatan
hasil belajar materi Al-qur’an dan Sunnah Sebagai Pedoman Hidup pada siswa Kelas VII A
SMP Negeri 1 Batealit. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A yang terdiri dari 32 siswa
terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sebelum PTK dilaksanakan dibuat
berbagai input instrumental yang akan digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu
rencana pembelajaran yang akan dijadikan PTK. Selain itu juga akan dibuat perangkat
pembelajaran yang berupa: (1) Lembar kerja siswa, (2) Lembar pengamatan diskusi, (3)
Lembar evaluasi. Sementara beberapa sumber data dari penelitian ini yaitu siswa, pendidik
dan kolaborator.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Tes, observasi, dokumentasi. Tes
adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud
untuk medapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka (Paizzaludin &
Enalinda, 2012:131). Jadi, tes merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa. Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Arikunto dkk, 2014:127).
Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengamati
kegiatan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Dokumentasi menurut (Sugiono,
2007:329) adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam
bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan, angka, dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian.
Untuk membandingkan nilai pada setiap siklus dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditentukan oleh guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Batealit yaitu
70 diperlukan analisis data. Oleh karena itu, siswa dikatakan tuntas belajar apabila
memperoleh nilai ≥ 70. Jadi, dikatakan belum tuntas apabila terdapat siswa yang memperoleh
nilai kurang dari 70 atau belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditentukan. Selanjutnya, untuk menentukan akhir perbaikan setiap siklus digunakan tolok ukur
Kriteria Ketuntasan Klasikal. Kelas disebut tuntas belajar apabila di kelas tersebut terdapat ≥
85% siswa yang telah tuntas belajar (Daryanto, 2011:191).

Prosedur Penelitian
Siklus I
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi sebagai berikut:
(a) Dalam tahap perencanaan ini dilakukan kegiatan sebagai berikut: Merancang rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Problem Based Learning,
Mempersiapkan lembar observasi guru dan siswa, Membuat soal-soal evaluasi. (b)
Pelaksanaan, Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan rancangan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan oleh peneliti. (c) Pengamatan,
pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah
disusun berupa lebar observasi guru dan siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Kemudian pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi dengan memberikan soal-soal untuk
mengetahui hasil belajar siswa. (d) Refleksi, Tahap refleksi ini, peneliti mengkaji secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian
melakukan evaluasi guna menyempurnaan tindakan. Apabila siklus satu belum berhasil
dengan ketentuan dari standar keberhasilan tindakan yang diinginkan, maka dilanjutkan
dengan siklus berikutnya dengan langkah yang masih sama, yakni perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Penelitian berakhir apabila hasil belajar siswa pada siklus telah
mencapai standar ketuntasan hasil belajar siswa secara individu.

Siklus II
Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. (a) Perencanaan (Planning) (b) Pelaksanaan (Acting), (c)
Pengamatan (Observation), (d) Refleksi (Reflecting)

Hasil dan Pembahasan


Deskripsi Kondisi Awal
Penguasaan materi Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman hidup siswa kelas VIIA
SMPN 1 Batealit Tahun Pelajaran 2021/2022 belum semuanya dapat dikatakan tuntas. Hal ini
dapat diketahui dari hasil tes awal sebelum dilaksanakan tindakan kelas yaitu dengan
penerapan metode konvensional. Adapun hasil tes awal dapat dilihat siswa yang tuntas hanya
10 siswa atau 31,25 % sedangkan yang belum tuntas sebanyak 22 siswa atau 68,75%.
Tabel 1. Rata-rata Hasil Tes Awal
No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Prosentase Rata-Rata Kelas
1 85 - 100 Sangat Baik 0 0%
2 70 - 84 Baik 10 31,25 %
60
3 55 - 69 Cukup 12 37,5 %
4 40 - 54 Kurang 10 31,25 %
Berdasarkan tabel datas, menunjukkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran belum dapat tercapai, karena baru 31,25 % siswa mendapat nilai diatas rata-rata
atau KKM. Dengan kondisi awal tersebut maka perlu diadakan Tindakan. Maka peneliti
melalui model pembelajaran problem based learning diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa di SMPN 1 Batealit.

Deskripsi Hasil Siklus I dan Siklus II


Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I menggunakan model pembelajaran
problem based learning masih belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes akhir
setelah dilaksanakan tindakan kelas yaitu dengan penerapan model problem based learning.
Adapun hasil tes akhir dapat dilihat siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa atau 53,15%
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa atau 46,7 %.

Tabel 2. Rata-Rata Hasil Test Siklus I

No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Prosentase Rata-Rata Kelas


1 85 - 100 Sangat Baik 2 6,25 %
2 70 - 84 Baik 15 46,88 %
69
3 55 - 69 Cukup 12 37,5 %
4 40 - 54 Kurang 3 9,2 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII A SMPN
1 Batealit pada siklus I setelah diterapkanya model problem based learning mencapai rata-
rata kelas 69 dalam kategori cukup dengan rincian sebagai berikut; dari nilai 85-100, 2 siswa
atau sekitar 6,25 %, siswa yang memperoleh nilai baik 15 siswa atau 46,88% dengan rentang
nilai 70-84, yang mendapat nilai cukup 12 atau sebesar 37,5% siswa dengan rentang nilai
55-69, siswa yang mendapat nilai kurang 3 siswa atau 9,2 % dengan rentang nilai 40-54.
Karena masih terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus I, maka
berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman siswa.
Pada siklus II siswa sudah aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bisa mengikuti model
pembelajaran problem based learning secara keseluruhan. Setelah dilakukan tes atau penilain
diakhir pembelajaran pada siklus II, ternyata hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut bisa dilihat dalam perolehan niali yang lebih baik
dibandingkan siklus I. Adapun hasil tes akhir dapat dilihat siswa yang tuntas sebanyak 29
siswa atau 90,63% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 3 siswa atau 9,38 %.

Tabel 3. Rata-Rata Hasil Test Siklus II


No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Prosentase Rata-Rata Kelas
1 85 - 100 Sangat Baik 11 34,38 %
2 70 - 84 Baik 18 56,25 %
82
3 55 - 69 Cukup 3 9,38 %
4 40 - 54 Kurang 0 0%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII A SMPN 1
Batealit pada siklus II setelah diterapkanya model problem based learning mencapai rata-rata
kelas 82 dalam kategori Baik dengan rincian sebagai berikut; dari nilai 85-100, 11 siswa atau
sekitar 34,38 %, siswa yang memperoleh nilai baik 18 siswa atau 56,25% dengan rentang nilai
70-84, yang mendapat nilai cukup 3 atau sebesar 9,38% siswa dengan rentang nilai 55-69,
siswa yang mendapat nilai kurang tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada
materi iman kepada Allah dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya berikut adalah perbandingan hasil penelitian dari pra siklus dan kedua
siklus.
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
Jumlah
No Aspek Hasil Belajar Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Tuntas 10 18 29
2 Belum tuntas 22 14 3
3 Rata-rata hasil 60 69 82
4 Persentase ketuntasan 31% 56,25% 90,63%

Dari tabel perbandingan hasil nilai belajar diatas, untuk lebih jelasdapat juga bisa dilhat
pada diagram sebagai berikut:

Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Perbandingan Hasil Belajar Siswa


100%
80%
60%
40%
20%
0% Pra Siklus Siklus I Siklus II

Temuan penelitian ini mengungkap bahwa penggunaan model pembelajaran problem


based learning terbukti dapat meningkatkan hasil belajar PAI pada materi Al-qur’an dan
Sunnah sebagai pedoman hidup. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil belajar PAI siswa
yang rata-rata mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) setelah dilakukan siklus II yaitu
82. Hasil dari penelitian yang telah dianalisis sejalan dengan pendapat (Abuddin Nata:2011)
yang menyatakan bahwa model pembelajaran problem based learning (PBL) adalah
pembelajaran yang bertumpu pada kreativitas, inovasi dan motifasi para siswa. Dengan PBL,
proses belajar lebih banyak bertumpu pada kegiatan para siswa secara mandiri, sementara
guru bertindak sebagai perancang, fasilitator, motivator atas terjadinya kegiatan belajar
mengajar tersebut, melalui PBL seorang siswa akan memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah yang selanjutnya dapat ia terapkan pada saat menghadapi masalah yang
sesungguhnya dimasyarakat
Kesimpulan
Dari hasil yang didapatkan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA
pada materi iman kepada Allah di SMPN 1 Batealit. Hasil belajar siswa yang sebelum
diterapkannya model problem based learning belum memenuhi kriteria standar ketuntasan
minimal(KKM) namun setelah diterapkan model Pembelajaran problem based learning hasil
belajar siswa meningkat. Hal ini terlihat pada peningkatan ketuntasan belajar pada setiap
siklus yang dilalui.
Dengan demikian, hasil belajar siswa dan hasil analisis lembar observasi pengamatan
meningkat kearah yang lebih baik dengan penerapan model Pembelajaran problem based
learning dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok.

Daftar Pustaka
Ahmad, Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Asnawan. 2010. Pendidikan Islam Dan Teknologi Komunikasi, Jurnal Falasifa. Vol. 1 No. 2
September kota Jember
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera
Djamarah & Zain. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
M.Quraish shihab2002. Tafsir AL-Mishbah.Jakarta: Lentara Hati
Majid, Abdul Dan Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Muhammad Muntahibun Nafis. Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta: Sukses Offset
Nana Sudjana. 2006. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih.2012. Kurikulum Dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: Refika Aditama
Richard I. Arends. 2007. Learning To Teach/Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sanjaya, Winna. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sugiono. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sumarji, Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Motivasi Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Ilmu StatikaDan Tegangan Di Smk.
Tesis S1. 2009. Universitas Malang
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai