Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (MODUL PEDAGOGIK)

NAMA MAHASISWA : YUSNIAR, S.Pd.I


BIDANG STUDI PPG/KELAS : PAI / Gelombang 2 PAI E
SEMESTER/TAHUN AKADEMIK : I / 2022
JUDUL MODUL : PENGEMBANGAN PROFESI GURU
TOPIK MATERI AJAR : ANALISIS HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH DI SEKOLAH DASAR
BERDASARKAN PENGEMBANGAN PROFESI
GURU

NO KOMPONEN ANALISIS DESKRIPSI

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang

Pendidikan terutama bertujuan untuk membantu siswa


belajar lebih baik dan memperoleh tatanan
keterampilan berpikir yang lebih tinggi yang dapat
mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan
hendaknya dapat mewujudkan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered) sehingga
pembelajaran tersebut menjadi bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang bermakna diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan siswa dan kemampuan
pemecahan masalahnya. Yang terpenting adalah
siswa dapat menggunakan pengetahuan tersebut
dalam mengatasi masalah sebenarnya pada
kehidupan nyata. Untuk mewujudkan pembelajaran
yang bermakna, pemilihan strategi pembelajaran yang
betumpu pada model pembelajaran menjadi syarat
utama.

Terdapat berbagai model pembelajaran yang baik


untuk diterapkan dalam pembelajaran. Namun untuk
situasi kekinian tidak hanya diperlukan model
pembelajaran yang bagus, melainkan yang terpenting
adalah model pembelajaran yang inovatif dan
kontekstual. Salah satu model pembelajaran inovatif
yang ada adalah Problem Based Learning (PBL).

Menurut Marhaeni (2013), PBL adalah model


pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivis
yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam
belajar dan pemecahan masalah autentik. Inel dan
Balim (2010) pun memandang pembelajaran berbasis
masalah merupakan metode yang cocok untuk
pendekatan konstruktivis karena memungkinkan siswa
untuk mengasosiasikan pengetahuan mereka
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diperoleh
saat bekerja dalam kelompok.

b. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan,
maka yang menjadi identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung di karenakan
guru tidak mampu menguasai kelas.
2. Siswa tidak mampu memberikan pertanyaan
karena guru memberikan pelajaran monoton
3. Apabila ditanya guru, siswa tidak ada yang
mau menjawab, tetapi mereka menjawab
secara bersamaan, sehingga menimbulkan
suara tidak jelas .

c. Masalah Pokok

Masalah pokok yang dapat di ambil dari permasalahan


ini adalah guru yang tidak mampu mengembangkan
profesinya untuk mencari bahan ajar yang menarik dan
aktif, sehingga peserta didik terpacu untuk mencari
ilmu tambahan dan bersemangat.

Selain itu peserta didik yang aktif juga menjadi salah


satu faktor pengembangan profesi guru, jika peserta
didik aktif maka guru akan lebih aktif mencari materi
ajar yang menarik dan mudah dipahami peserta didik
agar tujuan pembelajaran tercapai.

d. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan


profesi pendidik
2. Mengetahui keaktifan peserta didik dalam
belajar
3. Untuk mengetahui faktor–faktor pendukung dan
faktor-faktor penghambat pengembangan
profesionalisme guru.

e. Manfaat

1. Bagi Peserta Didik. Dengan adanya


pelaksanaan PKB, maka peserta didik
memperoleh jaminan pelayanan dan
pengalaman belajar yang efektif.
2. Bagi Guru. Kepada guru dengan melaksanakan
PKB (pengembangan keprofesian
berkelanjutan) akan dapat memenuhi standar
dan mengembangkan kompetensinya sehingga
mampu melaksanakan tugas-tugas utamanya
secara efektif  sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik untuk menghadapi kehidupan di
masa datang.

2 KONSEP/PENDEKATAN a. Uraian Konsep/Pendekatan Pemecahan Masalah


PEMECAHAN MASALAH
Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang
menekankan pada inkuiri (Wang, at.al, 1998). Untuk
pertama kalinya, PBL diimplementasikan pada 1950 di
Medical School of The McMaster University di Kanada.
Menurut Gallagher (dalam Ward & Lee, 2002) (dalam
UusToharudin dkk, 2011:99), PBL adalah situasi
dimana peserta didik dihadapkan pada situasi
masalah, informasi yang tidak lengkap, dan
pertanyaan yang belum ada jawabannya. Ibrahim dan
Nur (2000:2) dalam Rusman, 2012:241 menyatakan,
pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi
yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk
di dalamnya belajar bagaimana belajar. Berdasarkan
pengertian model pembelajaran berbasis masalah
yang telah dipaparkan, dapat difahami bahwa model
pembelajaran berbasis masalah merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada pertanyaan-
pertanyaan pancingan atau masalah yang merangsang
peserta didik untuk berfikir.

Rusman (2012:232) memaparkan karakteristik


pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut (a)
permasalahan menjadi starting pointdalam belajar, (b)
permasalahan yang diangkat adalah permasalahan
yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur, (c)
permasalahan membutuhkan perspektif ganda, (d)
permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian
membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar, (e) belajar pengarahan diri
menjadi hal yang utama, (f) pemanfaatan sumber
pengetahuan yang beragam penggunaannya dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang
esensial dalam PBM, (g) belajar adalah kolaboratif,
komunikasi, dan kooperatif, (h) pengembangan
keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan, (i)
keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan
integritas dari sebuah proses belajar, (j) PBM
melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan
proses belajar.

Pengembangan profesionalisme yang dimaksudkan di


sini, adalah usaha profesionalisasi, yaitu setiap
kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
profesi mengajar dan mendidik. Mulyasa (Sahertian,
1994:37-38). Usaha mengembangkan profesi ini bisa
timbul dari dua segi, yaitu dari segi eksternal, yaitu
pimpinan yang mendorong guru untuk mengikuti
penataran atau kegiatan akademik, atau adanya
lembaga-lembaga pendidikan yang memberi
kesempatan bagi guru untuk belajar lagi, dan dari segi
internal, yaitu guru dapat berusaha belajar sendiri
untuk bertumbuh dalam jabatan. Dalam kaitan dengan
usaha profesionalisasi jabatan guru ini perlu
dikembangkan usaha pemeliharaan dan perawatan
profesi guru (maintenance and repair) (Sahertian,
1994: 37-38). Dengan cara demikian, guru akan lebih
efektif dan efisien dalam melakukan tugas profesi.

Profesionalisme merupakan sikap profesional yang


berarti melakukan sesuatau sebagai pekerjaan pokok,
sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu atau
sebagai hoby belaka. Profesi adalah suatu pekerjaan
yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan atau
menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-
teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian
diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggung jawabkan.

Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu


kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para
anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan
dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Westby
dan Gibson (Suyanto: 2013:25). Dalam Undang-
undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa:

Guru adalah tenaga pendidik profesional


dengan tugas utama mendidik, mengajar, dan
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi siswa pada anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.

Secara garis besar pengembangan profesionalisme


guru dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
yaitu faktor yang berasal dari guru itu sendiri dan
faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar
guru.

Sumargi, (1996 : 1) mengemukakan bahwa:


“Profesionalisme sebagai penunjang
kelancaran guru dalam melaksanakan
tugasnya sangat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu (a)faktor dari dalam diri (internal) yang
meliputi tingkat pendidikan, keikut sertaan
dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, kesadaran
akan kewajiban dan kedisiplinan, dan (b)
faktor pendukung dari luar (eksternal) yang
berkaitan dengan lingkungan sekolah, sarana
dan prasarana, kepemimpinan dan manajerial
kepala sekolah, kegiatan pembinaan, dan
peran masyarakat.
Pengembangan profesionalisme guru dapat dihambat
oleh dua hal, yaitu faktor dari dalam diri guru (Internal
guru) dan faktor dari luar guru (eksternal guru). Faktor
penghambat internal guru antara lain tidak adanya
motivasi diri guru, tidak adanya kesadaran guru,
ketidak disiplinan, rendahnya tingkat pendidikan guru.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat menghambat
guru adalah kurangnya sarana dan prasrana dan
rendahnya partisipasi masyarakat.

b. Langkah-langkah Pelaksananaan Pemecahan


Masalah
1. Guru memberikan tugas kepada peserta didik
agar peserta didik mencari tugas dengan
semangat
2. Kepala sekolah melakukan supervisi guna
meningkatkan profesi guru
3. Memberikan penghargaan pada guru yang aktif

3. REFLEKSI DAN a. Refleksi


TINDAKLANJUT 1. Pendidik terus mencari bahan ajar yang menarik
guna meningkatkan kemauan belajar peserta
didik
2. Pendidik melakukan penilaian bagi peserta didik
yang aktif dalam proses pembelajaran
3. Peserta didik memberikan nilai bagi peserta didik
yang mampu menjawab pertanyaan baik lisan
maupun tulisan
b. Uraian Tindak Lanjut
1. Kepala sekolah memberika arahan bagi
pendidik yang kurang aktif dan malas menvcari
bahan ajar terbaru.
2. Pendidik memberikan sanksi bagi peserta didik
yang malas belajar dan memberika remedi.
3. Pendidik memberikan soal pengayaan bagi
peserta didik yang nilainya di atas KKM

4 KESIMPULAN
Pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada pemecahan masalah dalam
memperoleh suatu pemahaman. Pembelajaran ini
dikembangkan dengan tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan peserta didik dan bagaimana dapat
menggunakan pengetahuan tersebut untuk
memecahkan permasalahan sehari-hari. Akses kepada
materi pelajaran diperoleh melalui pemecahan
masalah. Masalah yang diberikan harus bersifat
kontekstual sebagai batu loncatan menuju belajar
bermakna melalui proses investigasi dan penemuan.
Dalam prosesnya siswa dilibatkan secara aktif mulai
dari mengidentifikasi masalah, menginvestigasi,
mengumpulkan data, menarik kesimpulan, hingga
mengevaluasi proses dan hasil kerja.

Pengembangan profesi guru dapat dilakukan oleh


kepala sekolah ataupun individu guru itu sendiri.
Contoh pengembangan yang dapat dilakukan kepala
sekolah seperti melaksanakan supervisi, memberikan
penghargaan, memotivasi dan mendorong melanjutkan
pendidikan, pembinaan guru melalui penugasan
dan melaksanakan rapat rutin. Sedangkan
pengembangan yang dilakukan oleh indvidu guru
antara lain Mengikuti seminar, Mengikuti workshop,
Mengikuti MGMP, Melanjutkan pendidikan dan Belajar
dari berbagai media.

Kaitan proses pembelajaran PBL dengan


pengembangan profesi guru adalah jika guru aktif
dalam bidang profesinya maka di saat guru
memberikan masalah kepada peserta didik maka
peserta didik mampu menyelesaikannya.
5 DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2017. Upaya Diri Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Alfabeta.
Darhim, Prabawanto, S., & Susilo, B. E. (2020). The
effect of problem-based learning and
mathematical problem posing in improving
student’s critical thinking skills. International
Journal of Instruction, 13(4), 103–116.
Edu, Ambros L dkk. 2017. Etika dan Tantangan
Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.
Fauzan, m., gani, a., & syukri, m. (2017).
Penerapan Model Problem Based Learning
Pada Pembelajaran Materi Sistem Tata Surya
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Sains Indonesia, 05(01), 27– 35.
Hasanah, A. 2012. Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: CV. Pustaka Setia.

Tapan, 22 Juli 2022

YUSNIAR, S. Pd.I

Anda mungkin juga menyukai