PENDAHULUAN
pada saat bayi baru lahir. Neonatus yang mengalami hipoglikemia memiliki kadar
glukosa plasma kurang dari 45 mg/dL (2.5 mmol/L) setelah 24 jam pertama
kehidupan.1
Kejadian hipoglikemia sebesar 1,3−4,4 per 1000 bayi baru lahir cukup bulan
dan 15−55 per 1000 bayi baru lahir premature.1 Angka kejadian neonatus yang m
ngan frekuensi sebanyak 4,4 per 1000 kelahiran hidup dan 15,5 per 1000 pada
Hasil penelitian oleh Bulut C, dkk pada tahun 2016 di Turki menunjukan bahwa p
revalensi hipoglikemia adalah sekitar 10 % pada neonatus cukup bulan, 6,5 % ses
uai untuk masa kehamilan, 8% besar masa kehamilan, 15% pada bayi kecil untuk
masa kehamilan, dan 15,5% pada bayi premature.1 Sedangkan Indonesia pada tah
un 2008 diperkirakan kurang lebih 190.000 bayi baru lahir menderita hipoglikemi
Beberapa faktor risiko hipoglikemia pada neonatus yaitu ibu mengalami obesi
sedangkan faktor risiko pada neonatus adalah kecil masa kehamilan, premature,
Beberapa gejala yang terjadi pada bayi yang mengalami hipoglikemia dapat
1
kardiorespirasi. Tanda-tanda gangguan neurologik akan memperlihatkan seperti
selama kehamilan seperti melakukan antenatal care teratur dan pada neonatus
pemeriksaan gula darah sewaktu setelah lahir. Bila faktor risiko diketahui sejak
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
bawah 35 mg/dL pada usia 1−3 jam kehidupan, dibawah 40 mg/dL pada usia
2.2 Etiologi
berikut.7
dan starvation).
2.3 Epidemiologi
diestimasikan sebanya 5 kejadian dari tiap 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini dapat
lebih tinggi pada populasi dengan risiko tinggi. Sebagai contoh, 8% neonatus
3
besar masa kehamilan umumnya berasal dari ibu diabetes melitus dan 15%
bayi preterm dan bayi IUGR dilaporkan mengalami hipoglikemia; insidensi pada
antara 1.3−3 kejadian dari 1000 kelahiran hidup. Insidensi tersebut bervariasi
pada kelompok neonatus risiko tinggi. Pemberian asupan nutrisi lebih awal dapat
5. Galactosemia (1:40,000).
2.4 Patofisiologi
antara faktor hormonal dan metabolik. Faktor hormonal dapat berupa gangguan
Pada keadaan individu normal, saat terjadi penurunan kadar glukosa serum dapat
4
menyebabkan supresi sekresi insulin dan meningkatkan sekresi hormon-hormon
merangsang pelepasan asam amino terutama alanin dari jaringan otot untuk proses
asam lemak bebas sehingga dapat terjadi proses ketogenesis di hepar yang
keduanya dapat digunakan sebagai energi alternatif untuk otot. Selain itu respon
glukoneogenesis. Jika salah satu komponen sinyal hormonal ini gagal, maka dapat
terjadi hipoglikemi.9
diabetes, karena selama masa intrauterin janin sering terpapar dengan tingginya
kadar glukosa dari ibu, sehingga akan terjadi hiperplasia pada sel beta pankreas
janin. Keadaan ini dapat menyebabkan insulin tidak mampu tersupresi bahkan
pada saat keadaan hipoglikemi. Hiperinsulinemia juga dapat terjadi akibat adanya
dengan nesidioblastosis yang sering terjadi secara persisten pada bayi baru lahir.9
Faktor humoral lainnya adalah adanya defek hormon kontraregulator yang berupa
hipoplasi atau aplasi pituitari kongenital, dan akibat adanya defek hipotalamus.
hipoglikemi.9
5
glukoneogenesis, oksidasi asam lemak, dan kelaianan metabolik lainnya seperti
lemak, asidosis laktat, dan hiperurisemia. Pada kelainan oksidasi asam lemak
rantai sedang. Hipoglikemia biasanya terjadi saat puasa lama atau saat sedang
sakit.9
2.5 Diagnosis
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas yang serius. Pada bayi dengan hipoglikemi
pada bayi biasanya tidak spesifik, berupa jitteriness, kesulitan minum, pucat,
kejang.7,9
konfirmasi plasma dari nilai glukosa darah yang rendah, terutama jika ada gejala
6
hiperinsulinisme, kortisol untuk defisiensi kortisol, dan hormon pertumbuhan
metabolisme insulin dalam tubuh manusia dan tidak ada dalam kasus-kasus di
mana insulin diberikan secara eksogen. Namun ini tidak diukur secara rutin pada
bayi hipoglikemi dalam beberapa hari pertama setelah lahir. Penilaian suplai ASI
ibu dan kemampuan pola makan bayi sangat penting, seperti pada bayi yang besar
atau kecil masa kehamilan, bayi dengan ibu yang menderita diabetes, dan status
berlangsung lebih dari 48 jam.11 Penilaian laboratorium lebih lanjut yang mungkin
laktat, amonia, keton, hidroksibutirat, asam lemak bebas, profil asilkarnitin, asam
amino plasma, dan asam organik urin. Selain itu, bila hipoglikemi menetap setelah
2.6 Tatalaksana
pemberian kolostrum saja pada umur beberapa hari, akan tetapi belum ada bukti
7
Tata laksana pemberian ASI pada bayi hipoglikemia.12
glukosa darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1−2 jam) atau
beri 3−10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan
3. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,
intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan
intensif.
4. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah.
5. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan
b. Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20−25
8
1. Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap
glukosa 10% intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR)
3. Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau
>2.5 mmol/L.
didapat.
hipoglikemia menghilang.
sampai kadar glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa
hipoglikemia berulang.
9
Tatalaksana Hipoglikemia
Asimtomatik Simptomatik
Risiko + Gejala +
Periksa usia 30 sampai dengan 60
menit Segera periksa
1. D10% 2mL/kg (5
menit) 2. Minum (-) 1. Segera minum
D10% IV (jika 1. Minum dalam 4 jam
2. Teruskan IV D
rumatan tak bisa atau (+) segera 2. Pantau GD
3. Periksa GD 30 menit, GD tetap <25) minum sehingga ASI
koreksi ulang, jika perlu pantau GD dalam 4 jam ditoleransi baik
4. Jika GD normal, bayi periodik
stabil,minum
5. Pantau GD periodeik
Pemeriksaan GD dihentikan jika : bayi sudah minum penuh dan GD setiap 1 jam
Dalam 3 jam pertama >37 mL/dL. Pemakaian infus, tetesan diturunkan bertahap.
Namun, tingkat atau durasi hipoglikemia yang berbahaya bagi perkembangan otak
10
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
No MR : 01014901
Agama : islam
Suku : Minang
Ayah : Tn. FF
Ibu : Ny. AF
ANAMNESIS
Keluhan utama : Bayi berat lahir kurang dari 2500 gram dengan riwayat ibu
Neonatus perempuan lahir pada tanggal 08 Mei 2019 pukul 01.00 WIB di
RSUD Arifn Achmad secara sectio caesarea atas indikasi ibu memiliki riwayat
asma, bekas sectio caesarea 1 kali, dan anemia dengan Hb 7,0 mg/dL. Diagnosis
11
kehamilan G2P1A0H1 dengan usia kehamilan 34−36 minggu. Saat lahir, bayi
langsung menangis kuat dan tonus otot terlihat baik, sisa ketuban berwarna jernih
dan tidak berbau. Bayi diletakkan di dalam infant warmer, lalu dilakukan
intramuskular di paha kiri dan diberikan salep mata. Inisiasi menyusui dini (IMD)
tidak dilakukan karena bayi kurang bulan. Bayi sudah buang air besar dan buang
air kecil belum ada. Setelah dievaluasi, berat badan lahir 1800 gram dan kemudian
dengan menjaga suhu tetap hangat selama perjalanan, kemudian bayi dipindahkan
ke instalasi perawatan neonatus (IPN) dan dirawat di ruang special care neonatus
I (SCN I).
tubuh awal didapatkan 34,4 oC. Berdasarkan penilaian Ballard score didapatkan
appropriate for gestational (AGA). Diagnosis bayi adalah bayi kurang bulan,
sesuai masa kehamilan, berat badan lahir rendah, dengan hipotermi sedang.
mg/dL, pernafasan 45 kali per menit, nadi 135 denyut per menit. Pada usia 2 jam,
bayi diberikan susu formula SGM B sebanyak 10 cc melalui oral. Kemudian pada
usia 3 jam kondisi hipotermi teratasi dengan hasil pengukuran suhu tubuh 36,5 oC.
Kemudian di usia 4 jam kembali dilakukan pengukuran gula darah dan didapatkan
12
didapatkan gula darah sewaktu 92 mg/dL dan usia 6 jam, bayi kembali diberikan
susu formula SGM B sebanyak 15 cc peroral, lalu di usia 15 jam bayi dipuasakan
atau nothing per oral (NPO) dan pada usia 20 jam dimulai pemberian parenteral
D 10% + 1/5 NS + KCl 5 meq sebanyak 8,3 cc/jam. Pada pemeriksaan darah rutin
dengan sepsis onset awitan dini sehingga diberikan terapi antibiotik lini pertama
yaitu bactesyn 150 mg/12 jam dan mikasin 15 mg/12 jam serta pemberian
omeprazole 5 mg/hari.
Pada hari kedua bayi tampak letargi, suhu, frekuensi pernapasan, nadi, kadar
gula darah tidak stabil. Pada pengukuran gula darah sewaktu didapatkan glukosa
darah 42 mg/dL. Pada keadaan ini bayi mengalami keadaan hipoglikemi sehingga
Pengukuran gula darah darah sewaktu selanjutnya dilakukan setiap 3 jam dengan
setelah itu dilakukan pemeriksaan setiap 24 jam dengan hasil gula darah dalam
hipoglikemia.
Pada perawatan minggu kedua, bayi tampak letargi ,frekuensi pernapasan dan
nadi belum stabil namun suhu dan gula darah sewaktu telah stabil. Dilakukan
kembali pemeriksaan darah rutin dan didapatkan hasil Hb 16,3 mg/dL, Ht 48,1%,
leukosit 6.140/uL, trombosit 30.000/uL, rasio IT 0,25 dan CRP reaktif 192 dan
13
neonatorum awitan dini (SNAD) yang belum teratasi, sehingga diberikan terapi
antibiotik lini kedua yaitu pemberian antibiotik meropenem 75 mg/8 jam dan
Pada perawatan minggu ketiga, bayi tampak alert, nadi, frekuensi pernapasan,
suhu, dan gula darah sewaktu stabil. Dilakukan kembali pemeriksaan darah rutin
dan rasio IT 0,29. Pemberian antibiotik mikasin 15 mg/12 jam dan meropenem 75
mg/8 jam dihentikan dan hasil kultur darah didapatkan pada hari kesembilanbelas
yaitu Candida sp. Kondisi bayi pada minggu ketiga sudah mengalami perbaikan,
tonus otot baik, gerakan aktif. Asupan nutrisi bayi diberikan susu formula SGM B
sebanyak 45 cc. Buang air besar dan buang air kecil sudah baik.
Pasien dilakukan follow up pada usia 47 hari (tanggal 24 Juni 2019) melalui
telepon dan short message service, namun tidak ada response dari pihak keluarga
Ibu P2A0H2 dengan riwayat asma sejak usia 15 tahun. Hari pertama haid
fisik ibu tidak ada, tekanan darah 118/73 mmHg, denyut jantung 88 denyut/menit,
frekuensi napas 22 kali/menit, berat badan hamil 47 kg, berat badan sebelum
hamil 39 kg, dan tinggi badan 158 cm. Ibu melakukan antenatal care (ANC)
sebanyak 1 kali di bidan pada usia kandungan delapan minggu, dikatakan janin
dalam keadaan baik, tekanan darah ibu 110/70 dan tidak memiliki riwayat darah
tinggi selama hamil. Ibu mulai merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 12
14
minggu. Ibu pernah mengalami jatuh dari motor saat usia kehamilan 20 minggu,
mual muntah yang hebat terutama pada 3 bulan pertama kehamilan, sering
mengkonsumsi mi instan, dan ibu mengaku mengkonsumsi zat besi, asam folat
Pada masa kehamilan, ibu mengalami serangan asma sebanyak 5 kali pada
asma kembali. Ibu memiliki riwayat keputihan berwarna putih kekuningan, gatal,
berbau amis sejak sebelum menikah, dan tidak pernah diobati. Ibu tidak pernah
Riwayat orangtua :
- Ibu usia 20 tahun, pendidikan terakhir tidak tamat SD, seorang ibu rumah
tangga.
asuransi.
Riwayat keluarga :
- Anak pertama lahir tahun 2015, laki-laki, usia 4 tahun. Berat badan lahir
15
Hal-hal penting dari anamnesis ibu:
Ibu dengan multigravida, usia muda, riwayat asma, bekas sectio caesarea 1 kali,
natal care 1 kali, riwayat jatuh pada kehamilan 20 minggu, serangan asma pada
trimester 1 dan 2, dan riwayat keputihan sejak usia remaja namun tidak pernah
diobati.
Bayi, perempuan dengan usia kehamilan 34−36 minggu, berat badan lahir 1800
gram, suhu 34,4 0C per aksila, gula darah sewaktu setelah 24 jam kelahiran 42
Diagnosis bayi:
Prognosis:
16
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Neonatus perempuan dengan usia kehamilan 34−36 minggu, lahir dari ibu
sectio caesarea 1 kali, dan riwayat keputihan. Berat badan neonatus 1800 gram,
dengan nilai APGAR 8/9, maturitas bayi menggunakan Ballard score didapatkan
gestational age (AGA), sehingga pada bayi ini di diagnosis dengan neonatus
kurang bulan, sesuai masa kehamilan dengan berat badan lahir rendah.
Neonatus kurang bulan pada kasus ini akan berisiko terjadi hipotermi seperti
yang didapatkan pada pasien ini, yaitu suhu tubuh 34,4˚C per aksila dan
hipotermi sedang (32−35,9̊ C).9 Tatalaksana resusitasi menyambut bayi ini telah
disiapkan dengan persiapan langkah awal yaitu menyalakan infant warmer dengan
suhu 37,5℃, bedung sudah dihangatkan sejak 10 menit sebelum kelahiran. Paska
kelahiran juga masih diletakkan dibawah radiasi panas dan sudah menggunakan
transport. Namun bayi tersebut masih mengalami hipotermi, kemungkinan hal ini
disebabkan karena rasio dari luas permukaan tubuh dibandingkan berat badan
neonatus lebih besar atau kemungkinan lain adalah akibat bayi mengalami sepsis
neonatorum awitan dini (SNAD) karena ibu mempunyai riwayat keputihan yang
sejak sebelum menikah dan tidak pernah berobat dengan riwayat ANC hanya 1
kali.
20
Hipotermi tersebut juga dapat mengakibatkan hipoglikemi akibat peningkatan
bayi preterm tidak adekuat. Simpanan glikogen yang tersedia akan habis dengan
Pada usia 1 jam dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dan didapatkan
kadar gula darah sewaktu pasien adalah 36 mg/dL. Sesuai alur diagram
tatalaksana hipoglikemi pada bayi ini menunjukkan belum perlu diberikan terapi
parenteral karena bayi sadar, aktif sehingga pemberian nutrisi dilakukan secara
peroral yaitu dengan pemberian susu formula sebanyak 15cc/3 jam. Pemberian
nutrisi peroral pada pasien ini sebenarnya telah mencapai kadar gula darah normal
pada usia 4-6 jam, yaitu 92 mg/dL Namun pada usia hari kedua, ditemukan
kembali kadar gula darah yang tidak stabil yaitu 42 mg/dL dan hasil darah
hipoglikemi yang terjadi selain akibat hipotermi juga disebabkan dari gejala bayi
yang menderita sepsis neonatus awitan dini yang belum mendapat tatalaksana
antibiotik.
neonatus preterm yang disertai riwayat keputihan pada ibu yang tidak diobati.
Pada keadaan ini merupakan suatu faktor risiko minor kejadian sepsis pada
salah satunya sitokin yang dapat menginduksi penggunaan glukosa sehingga dapat
kombinasi lini pertama yaitu bactesyn 150 mg/12 jam dan mikasin 15 mg/12 jam.
21
Pada minggu kedua, dilakukan kembali pemeriksaan IT ratio kembali dan
didapatkan hasil 0,25. Hasil ini menunjukkan sudah mengalami penurunan nilai
pertama, sehingga pemberian antibiotik diganti dengan lini kedua yaitu mikasin
15 mg/12 jam dan meropenem 75 mg/8 jam. Pada pasien ini dilakukan
pemeriksaan kultur darah untuk mengetahui penyebab dari infeksi yang dialami.
kesadaran alert, tonus terlihat baik, asupan nutrisi cukup, dan berat badan
meningkat dari 1800 gram menjadi 2020 gram. Sehingga pemberian antibiotik
Peningkatan berat badan pasien ini sebesar 220 gram selama 21 hari
perawatan atau sekitar 10 gram/hari. Kenaikan berat badan pada pasien ini belum
mencapai target minimal yaitu 20-30 gram/ hari sehingga dilakukan follow up
setelah pasien pulang. Namun setelah dilakukan follow up, tidak mendapatkan
Peningkatan berat badan pada bayi prematur umumnya terjadi setelah usia 2
minggu dengan kenaikan berat badan rata-rata 20-30 gram/hari. Kondisi tersebut
sesuai dengan pasien ini bahwa peningkatan berat badan mulai membaik pada usia
minggu kedua (setelah 14 hari ) perawatan, namun kenaikan berat badan belum
22