N DENGAN RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROME (RDS) DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
KABUPATEN ACEH UTARA
Disusun Oleh:
Annisa Sri Rezeki 20010107
Dosen Pembimbing:
Ns. Marhamah, S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang dengan limpahan
rahmat dan anugrah dari-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam
semesta.
Saya sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan laporan dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada By.Ny.N Dengan Respiratory Distress Syndrome
(RDS) Di Ruang NICU Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Marhamah, S.Kep selaku dosen
pembimbing, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu saya selama
pembuatan laporan ini berlangsung sehingga dapat selesai tepat waktu.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Kritik dan saran terhadap laporan ini sangat diperlukan agar
kedepannya dapat saya perbaiki. Sekian, terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Definisi .......................................................................................................... 3
2.2 Etiologi .......................................................................................................... 3
2.3 Tanda dan Gejala........................................................................................... 4
2.4 Komplikasi .................................................................................................... 5
2.5 Patofisiologi .................................................................................................. 6
2.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 7
2.7 Penatalaksanaan ............................................................................................ 8
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 11
3.1 Pengkajian ................................................................................................... 11
3.2 Analisa Data ................................................................................................ 16
3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................................ 16
3.4 Intervensi ..................................................................................................... 16
3.5 Implementasi ............................................................................................... 17
3.6 Evaluasi ....................................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 20
4.1 Kesimpulan.................................................................................................. 20
4.2 Saran ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengelolaan asuhan keperawatan RDS pada By.Ny.N di Ruang
NICU Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bayi yang mengalami BBLR harus diperhatikan pada fungsi pernapasan,
karena pengatur pernapasan pada bayi BBLR masih belum sempurna seperti
kekurangan surfaktan dan dapat menyebabkan RDS pada bayi. RDS adalah istilah
yang biasanya digunakan untuk masalah penyakit disfungsi pernapasan pada
neonatus atau bayi. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan
imaturitas paru sehingga tidak berkembang dengan baik atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2012). Hal ini dapat
menyebabkan bayi mengalami pola napas tidak efektif. Pola napas tidak efektif
adalah insprirasi dan ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat (Tim
Pokja SDKI, 2016).
Pola napas tidak efektif pada bayi dengan RDS merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dari dispnea dan hiperpnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60
kali per menit dengan sianosis, rintihan, dan ekspirasi serta kelainan otot – otot
pernapasan pada saat inspirasi (Keliat et al., 2018). Pola napas tidak efektif adalah
pernapasan yang sangat cepat pada bayi dengan RDS yang mengalami sianosis
perioral, merintih waktu saat ekspirasi, dan terjadi retraksi substrernal serta
intercostal. Ketidak efektifan pola napas pada bayi dengan RDS yaitu terjadinya
inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi secara adekuat.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah penyakit yang disebabkan
oleh ketidakmaturan atau ketidakmampuan sel untuk menghasilkan surfaktan
(Nurlatifah, 2020).
2.2 Etiologi
RDS dapat terjadi pada bayi prematur atau bayi yang kurang bulan, karena
kurangnya produksi surfaktan, berikut adalah etiologi RDS (Respiratory Distress
Syndrome)
a. Prematur
3
Kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu hingga 37
minggu, di hitung dari hari pertama haid terakhir. Terdapat 3 kategori usia
kelahiran prematur: extremely pretern (<28 minggu), very pretern (28-<32
minggu), moderate to late pretern (32-<37 minggu).
b. Asfiksia perinatal
Kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa
saat setelah lahir.
c. Maternal diabetes
Pada saat kehamilan terjadi perubahan hormonal, dan metabolik. Perubahan
metabolik ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, akibat
pemenuhan kebutuhan energi untuk ibu dan janin, perubahan hormon ini
ditandai dengan peningkatan hormon estrogen dan progestin, dengan
adanya peningkatan hormon ini maka akan terjadi resistensi isulin pada ibu
dan akan berdampak pada janin.
d. Secsio caesaria
Secsio caesaria dapat meningkatkan risiko untuk mengembangkan
gangguan pernapasan, bayi memiliki volume residu yang lebih besar dengan
cairan paru sehingga kurang mengeluarkan surfaktan pada permukaan
alveolar, dan dapat terjadinya RDS. (Nurlatifah, 2020)
4
b. Tanda Minor
1) Subjektif
a) Ortopnea
2) Objektif
a) Pernapasan pursed-lip
b) Pernapasan cuping hidung
c) Diameter thorak anterior-posteriormeningkat
d) Ventilasi semenit menurun
e) Kapasitas vital menurun
f) Tekanan ekspirasi menurun
g) Tekanan inspirasi menurun
h) Ekskursi dada berubah (Tim Pokja SDKI, 2016)
2.4 Komplikasi
Berdasarkan pernyataan Pramanik (2015), komplikasi RDS terbagi menjadi
dua yaitu komplikasi jangka pendek dan jangka Panjang:
a. Ruptur alveoli
Apabila terjadi kebocoran udara pada bayi dengan RDS karena kurangnya
surfaktan pada dinding alveolus, ketika keadaannya memburuk, dengan gejala
klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi.
b. Infeksi
Infeksi dapat memperburuk pada bayi dengan RDS dan dapat bermanifestasi
dalam berbagai cara, termasuk perubahan sel darah putih (WBC) atau
trombositopenia, prosedur invasif (misalnya, kateter, penggunaan peralatan
pemapasan) dan penggunaan steroid postnatal yang dapat menyerang
imunologis .
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular
Perdarahan intraventrikuler (perdarahan yang terjadi dalam system ventrikel
otak) dapat terjadi pada 20-40% pada bayi prematur, dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS. Maka dilakukan ultrasonografi kranial pada minggu
5
pertama neonatus prematur tujuan untuk mengetahui apakah ada komplikasi
akibat kelahiran prematur.
d. PDA (Patent Ductus Arteriosus)
Kelainan jantung bawaan yang biasanya dialami pada bayi yang lahir prematur,
PDA juga merupakan komplikasi bayi dengan RDS, terutama pada bayi yang
dihentikan terapi surfaktannya.
2.5 Patofisiologi
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan
yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayiberupa kerusakan
otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan padasistem pernafasan adalah
terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi akan beradaptasi
terhadap kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila
6
keadaan hipoksia semakin berat dan lama,metabolisme anaerob akan menghasilkan
asam laktat.
Dengan memburukya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke otak
maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia. Pada
stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu primer. Pada keadaan ini
bayi tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah relative masih baik. Curah jantung yang
meningkat dan adanya vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peninggkatan
tekanan darah dan reflek bradikardi ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat
diatasi dengaan meningkatkan implus aferen seperti perangsangan pada
kulit.Apneu normal berlangsung sekitar 1-2 menit.Apnea primer dapat memanjang
dan diikuti dengan memburuknya sistem sirkulasi. Hipoksia miokardium dan
asidosis akan memperberat bradikardi,vasokontraksi dan hipotensi. Keadaan ini
dapat terjadi sampai 5menit dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu
sekunder denyut jantung,tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus
menurun. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadikecuali pernafasan buatan dan
pemberian oksigen segera dimulai (Moi, 2019).
7
dilakukan dengan pengenceran 2x (asam amnion dan ethanol), yang
merupakan indikasi maturitas paru janin.
c. Analisa Gas Darah
Analisa gas darah berguna untuk menilai derajat hipoksemia dan
keseimbangan asam basa. Apabila menunjukkan asidosis metabolic atau
respiratorik bersama dengan hipoksia. Asidosis muncul karena atelektasis
alveolus.
d. Radiography Thoraks
Pada bayi dengan RDS menunjukkan retikular granula atau gambaran
ground glass bilateral, difusi, air bronchogram yang seperti lonceng, dan
ekspansi paru yang jelek. Gambaran air bronchogram yang tampak jelas
menunjukkan bronkiolus terisi udara di alveoli yang kolaps (mengempis).
Bayangan jantung bisa normal/membesar. Kardiomegali mungkin
dihasilkan oleh asfiksia prenatal, diabetes maternal, patent ductus arteriosus
(PDA), kemungkinan kelainan jantung bawaan.
e. CT-Scan
Terdapat difus (luka) dan sering tidak spesifik konsolidasi yang
digambarkan pada radiography dada pada pasien dengan RDS, CT- Scan
juga menunjukkan bahwa konsolidasi parenkim pada RDS adalah di daerah
tergantung gravitasi dari paru-paru.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Nurlatifah (2020) tindakan untuk mengatasi masalah kegawatan
pernapasan meliputi:
a. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik merupakan prosedur bantuan hidup yang akan berdampak
adanya infeksi dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi pasien, serta
memenuhi kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen pada pasien.
b. Terapi Surfaktan
8
Terapi surfaktan diberikan pada 6 sampai 24 jam pada saat bayi lahir, apabila
bayi mengalami RDS yang berat, maka surfaktan diberikan 2 jam (umumnya 4-
6 jam) setelah dosis awal, apabila masih tampak sesak dan bayi memerlukan
tambahan oksigen 30% atau lebih. Maka surfaktan juga dapat diberikan melalui
selang ETT atau menggunakan nebulizer disertai dengan ventilasi mekanis (2-
3menit), dilanjutkan dengan postural drainage (pasien diposisikan sedemikian
rupa sehingga trakea condong ke bawah dan dibawah area dada yang terkena).
Pemberian surfaktan melalui selang ETT dapat mendistribusi surfaktan lebih
cepat sampai ke bagian perifer paru-paru.
c. CPAP (Continuos Positive Airway Pressure)
CPAP (Continuos Positive Airway Pressure) adalah pengobatan non bedah,
dalam bentuk ventilator dengan tekanan positif yang diberikan pada saluran
napas neonatus selama pernapasan spontan sehingga meningkatkan oksigenasi
pada bayi dengan RDS. CPAP merupakan alat yang efektif untuk pengobatan
respiratory distress pada neonatus. (Ambarwati, 2014)
d. ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation)
ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation) merupakan alat medis yang
berfungsi sebagai pengganti fungsi jantung dan paru-paru (membrane
oxygenator), dimana oksigen masuk dan CO2 dikeluarkan, kemudian darah
dipompa balik ke tubuh pasien melalui membrane oxygenator. Prosedur ini
membuat paru-paru dapat beristirahat dan menghindari tekanan tinggi
ventilator.
Secara umum penatalaksanaan pada pasien yang mengalami Respiratory
Distress Syndrome antara lain :
a. Memantau laju jantung dan paru, dilakukan dengan pemantauan mulai dari
kedalaman, kesimetrisan dan irama pernapasan, kecepatan, sampai
mempertahankan kepatenan jalan napas, lalu kolaborasi dalam pemberian
surfaktan sesuai indikasi.
b. Memantau status cairan klien, mengkaji status hidrasi seperti turgor kulit,
membran mukosa, dan status fontanel anterior. berikan cairan melalui intravena
sesuai indikasi.
9
c. Mempertahankan intake kalori secara intravena, total parenteral nutrisi dengan
memberikan 80-120 Kkal/Kg BB setiap 24 jam, mempertahankan gula darah
dengan memantau gejala komplikasi adanya hipoglikemia, dan memantau
gejala komplikasi gastrointestinal, seperti adanya diare, mual, dan lain-lain.
d. Mengoptimalkan oksigen, oksigenasi yang optimal dilakukan dengan
mempertahankan pemberian oksigen, melakukan penghisapan lendir (suction),
dan mempertahankan suhu tubuh.
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien (Anak)
1. Nama/Nama panggilan : By.Ny.N
2. Tempat tanggal lahir/Usia : Lhokseumawe, 16 Agustus 2022
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Mns. Beunot
7. No. RM : 02.05.19
8. Tanggal masuk : 17 Agustus 2022
9. Tanggal pengkajian : 22 Agustus 2022
10. Diagnosa medik : RDS + BBLR
11
4. An.F 12 Tahun Kandung
5. An.M 4 Tahun Kandung
6. An.E 1 Minggu Kandung
5. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
12
: Hidup serumah
2. Riwayat makanan/minuman
Diet ASI 5cc/jam.
4. Riwayat vaksinasi
A. Dasar B. Ulangan
BCG :- +/- Umur :- Scar : - mm Umur : -
DPT :- x Umur :- Di :- Umur : -
POLIO :- x Umur :- Di :- Umur : -
CAMPAK :- Umur :- Di :-
13
b. Tanda Vital Utama
Nadi : 134 x/menit
Suhu : 36,6oC
Tekanan darah :-
Pernafasan : 60 x/menit SPO2 : 80%
c. Status gizi
Berat badan : 1 kg
Tinggi badan : 45 cm
Lingkar kepala :-
Kesimpulan :-
d. Kulit/integument : Kulit pucat
e. Otot : Lemah
f. Tulang : Tidak ada fraktur
g. Sendi : Normal
h. Thorax : Retraksi dinding dada
i. Jantung
Batas jantung :-
Suara jantung :-
j. Paru-paru :
Terdengar suara ronchi saat bernafas.
Bagian Kanan Kiri
Depan - -
Belakang - -
k. Perut :
Didapatkan tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, suara
timpani.
l. Anogenital : Menggunakan popok
m. Ekstremitas : Sianosis
- +
+ +
14
n. Sensibilitas : Normal
o. Kepala
1) Bentuk, rambut, kulit: Normal
2) Mata : Mata kiri bersecret
3) Hidung : Terpasang nasal kanul
4) Telinga : Normal
5) Mulut : Terpasang OGT
6) Pharynx :-
15
VI. Riwayat Pengobatan
Terpasang O2 0,5L/i, terpasang IVFD Dex 10% 4tts/i, inj cefotaxime
50mg/12j, injeksi dexamethasone 1/5 a/12 jam, terpasang OGT pada tanggal
21 Agustus 2022
3.4 Intervensi
No Dx Keperawatan NOC NIC
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan • Berikan oksigen sesuai
efektif b.d imaturitas tindakan keperawatan arahan dokter
16
Nadi : 134x/menit
Terpasang nasal kanul
Retraksi dinding dada
(+)
Bayi usia 7 hari
Bayi lahir prematur
3.5 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
1. Pola nafas tidak efektif b.d • Memonitor pola nafas (frekuensi,
imaturitas neurologis kedalaman, usaha)
• Memonitor saturasi oksigen
• Memberikan oksigen 0,5 L/menit
3.6 Evaluasi
Penulis mengevaluasi dengan melihat catatan perkembangan klien selama 3
hari berturut-turut dari tanggal 22 hingga 24 Agustus 2022.
Tanggal Diagnosa Tindakan
22/08 Pola nafas tidak efektif b.d S: -
imaturitas neurologis O:
• K/U sangat lemah
• RR : 68x/menit
• SPO2 : 99%
• Suhu : 36,1oC
• Nadi : 127x/menit
• Terpasang nasal kanul
• Retraksi dinding dada (+)
• Bayi usia 7 hari
• Bayi lahir prematur
A: Pola nafas tidak efektif
P:
17
• Memberikan Terapi O2 sesuai
arahan dokter (0,5 L)
• Memberikan terapi sesuai
arahan dokter (inf Dex 10%
4tts/I, injeksi cefotaxime
25mg, dexamethasone 1/5
amp) Memonitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha)
• Memonitor saturasi oksigen
• Memonitor TTV
23/08 Pola nafas tidak efektif b.d S: -
imaturitas neurologis O:
• K/U lemah
• RR : 62x/menit
• SPO2 : 98%
• Suhu : 36,8oC
• Nadi : 130x/menit
• Terpasang nasal kanul
• Retraksi dinding dada (+)
• Bayi usia 8 hari
• Bayi lahir prematur
A: Pola nafas tidak efektif
P: Intervensi dilanjutkan
• Memberikan Terapi O2 sesuai
arahan dokter (0,5 L)
• Memberikan terapi sesuai
arahan dokter (inf Dex 10%
4tts/I, injeksi cefotaxime
25mg, dexamethasone 1/5
amp) Memonitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha)
• Memonitor saturasi oksigen
18
Memonitor TTV
24/08 Pola nafas tidak efektif b.d S: -
imaturitas neurologis O:
• K/U lemah
• RR : 60x/menit
• SPO2 : 95%
• Suhu : 36,8oC
• Nadi : 121x/menit
• Terpasang nasal kanul
• Retraksi dinding dada (+)
• Bayi usia 9 hari
• Bayi lahir prematur
A: Pola nafas tidak efektif
P: Intervensi dilanjutkan
• Memberikan Terapi O2 sesuai
arahan dokter (0,5 L)
• Memberikan terapi sesuai
arahan dokter (inf Dex 10%
4tts/I, injeksi cefotaxime
25mg, dexamethasone 1/5
amp) Memonitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha)
• Memonitor saturasi oksigen
Memonitor TTV
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selama masa pengkajian berlangsung, diketahui bahwa By.Ny.N penulis
mengangkat diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola napas b.d imaturitas
neurologis.
Setelah menerapkan asuhan keperawatan selama 3 hari, intervensi masih
harus dilanjutkan karena masalah belum teratasi.
4.2 Saran
Adapun saran-saran sebagai berikut:
a. Institusi Pendidikan
Perbanyak sumber referensi baik pada perpustakaan online maupun oflfline
untuk mempermudah penulis dalam menyusun laporan dan karya-karya
ilmiah lainnya khususnya di bidang keperawatan anak.
b. Lahan Rumah Sakit
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan manajemen asuhan keperawatan dan membantu perawat di
ruang perawatan dalam menjaga kepuasan klien terhadap pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan.
c. Penulis selanjutnya
Asuhan keperawatan ini dapat menjadi referensi saat melakukan asuhan
keperawatan selanjutnya dengan kasus yang sama namun dengan objek
yang berbeda dan lebih bervariasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B., Mediani, H. suzana, & Tahli, T. (2018). NANDA - I (11th ed.; T.
H.Herdman & S. Kamitsuru, eds.). jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rahardjo dan Marmi,2012, Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah. Jakarta:
Pustaka Belajar