Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN MIOMA UTERI


DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
KABUPATEN ACEH UTARA

Disusun Oleh:
Annisa Sri Rezeki
NIM. 20010107

Dosen Pembimbing:
Ns. Marhamah, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUMI PERSADA
LHOKSEUMAWE
2022
LEMBAR PENGESHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN MIOMA UTERI


DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
KABUPATEN ACEH UTARA

Lhokseumawe, 23 Maret 2022


Menyetujui,

Dosen Pembimbing CI Ruangan

Ns. Marhamah, S.Kep Rospita, S.SiT


NIP. 19691029 199303 2 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang dengan limpahan
rahmat dan anugerah dari-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang lurus berupa ajaran yang
sempurna menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Saya sangat bersyukur dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Dengan Mioma Uteri Di Ruang Nifas
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara”. Saya mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Ns. Marhamah, S.Kep selaku dosen pembimbing, dan
juga kepada semua pihak yang telah membantu saya selama pembuatan laporan
pendahuluan ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga laporan pendahuluan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran terhadap laporan ini
sanngat diperlukan agar kedepannya dapat saya perbaiki. Sekian, terima kasih.

Lhokseumawe, 23 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4


2.1 Definisi .......................................................................................................... 4
2.2 Etiologi .......................................................................................................... 5
2.3 Manifestasi Klinis ......................................................................................... 5
2.4 Komplikasi .................................................................................................... 6
2.5 Klasifikasi ..................................................................................................... 7
2.6 Penatalaksanaan Medis ................................................................................. 8

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 11


3.1 Pengkajian ................................................................................................... 11
3.2 Analisa Data ................................................................................................ 20
3.3 Intervensi ..................................................................................................... 21
3.4 Implementasi ............................................................................................... 23
3.5 Evaluasi ....................................................................................................... 24

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 29


4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 29
4.2 Saran ............................................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri
merupakan suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot
polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif atau
menopouse (Aspiani, 2017).
Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh
wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan 30%
sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007). Menurut Wise
penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus
mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan prevalensi.
Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering
ditemukan pada wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita
kurang subur. Mioma uteri diperkirakan antara 20% sampai 25% terjadi pada
wanita berusia diatas 35 tahun (Aspiani, 2017). Menurut Apriyani faktor-faktor
terjadinya mioma uteri ada empat diantaranya usia reproduksi sebanyak 65,0%,
paritas multipara sebanyak 47,5%, dengan usia menarhe normal sebanyak 95%,
dan status haid tidak teratur sebanyak 52,5%.
Mioma menimbulkan gejala berupa perdarahan abnormal, rasa nyeri dan
rasa adanya tekanan didaerah sekitar panggul yang dapat menciptakan rasa sakit
hingga menjalar ke punggung (Manuaba, 2009). Mioma uteri dapat
mengakibatkan permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasanya.
Perdarahan mioma uteri dapat berdampak pada ibu hamil dan penderita mioma
uteri itu sendiri. Ibu hamil akan mengalami dampak berupa abortus spontan,
persalinan prematur, dan malpresentasi. Pada penderita mioma uteri akan
mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan anemia.
Pendarahan juga dapat terjadi pada pencernaan karena perluasan dan pembesaran

1
mioma uteri sehingga pasien mioma uteri tidak hanya dilakukan operasi pada alat
kelamin tetapi juga dapat dilakukan operasi pencernaan (colostomy).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu usaha dalam
penanganan kesehatan pada penyakit mioma uteri untuk meningkatkan
kemampuan dan pemahaman serta kesehatan pada penderita mioma uteri. Usaha
ini memerlukan strategi atau metode perawatan yang tepat dan dapat dipahami
dan dilakukan pasien itu sendiri serta tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Oleh karena itu saya membuat laporan dari Asuhan Keperawatan Pada
Ny.N Dengan Mioma Uteri Di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran nyata dalam pelayanan Asuhan Keperawatan pada
Ny.N Dengan Mioma Uteri di Ruang Nifas RSUCM.
b. Tujuan Khusus
Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Ny.N dalam proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi sekaligus
dokumentasi keperawatan.

1.3 Manfaat
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan menejemen asuhan keperawatan dan membantu perawat di
ruang perawatan dalam menjaga kepuasan klien terhadap pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang maternitas pada klien Ny.N dengan
Mioma Uteri di ruang perawatan.

2
c. Bagi Penyusun
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberikan pengetahuan dan
memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun
asuhan keperawatan pada pasien Mioma Uteri sebagai salah satu syarat
menyelesaikan Praktek Klinik Keperawatan Maternitas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering
muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya
satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga
dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak
ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma
jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita
sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia
produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada
usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan
malpresentasi (Aspiani, 2017).
Mioma uteri merupakan penyakit tumor jinak pada otot rahim yang
disertai jaringan ikatnya. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering
ditemukan, yaitu satu dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif.
Gejala terjadinya mioma uteri sukar dideteksi karena tidak semua mioma uteri
memberikan keluhan dan memperlukan tindakan operatif. Walapupun kebanyakan
mioma muncul tanpa gejala, tetapi sekitar 60% ditemukan secara kebetulan pada
laparatomi daearh pelvis (Setiati, 2018).
Mioma uteri berbatas tegas dan berasal dari otot polos jaringan fibrous
sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan
dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma uteri biasanya
juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleimioma, mioma fibroid atau
mima simple (Setiati, 2018).

4
2.2 Etiologi
Menurut Setiati (2018) Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui secara
pasti, tetapi tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur
yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh
darah uterus. Mioma tumbuh mulai dari benih – benih multipel yang sangat kecil
dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif.
Faktor-faktor yang mempengarui pertumbuhan mioma uteri:
a. Esterogen
Estrogen memegang peranan penting untuk terjadinya mioma uteri, hal ini
dikaitkan dengan: mioma tidak pernah ditemukan sebelum menarche,
banyak ditemukan pada masa reproduksi, pertumbuhan mioma lebih cepat
pada wanita hamil dan akan mengecil pada masa menopause. Ada terori
menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua
komponen penting yaitu: sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen
(perangsang sel nest secara terus menerus). Hormon estrogen dapat
diperoleh melalui alat kontrasepsi hormonal (Pil KB, Suntikan KB dan
susuk KB). Alat kontrsepsi hormonal mengandung estrogen, progesteron
dan kombinasi estrogen dan progesteron.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
c. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat
pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leiomioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan estrogen.

2.3 Manifestasi Klinis


Menurut (Nurarif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :

5
a. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia. Disebabkan
oleh :
1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
5) Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom
menekan struktur di daerah panggul. Pada mioma submukosum yang
dilahirkan dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga
menimbulkan dismenore.
6) Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra
menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada
pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul.
7) Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih
belum jelas, 27- 40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas.

2.4 Komplikasi
Menurut (Manuaba, 2010) Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3
yaitu :
a. Perdarahan sampai terjadi anemia
b. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan
hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari
semua sarkoma uterus.

6
c. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor 24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis

2.5 Klasifikasi
Mioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena (Setiati, 2009) :
a. Berdasarkan Lokasi
1) Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan menyebabkan
infeksi.
2) Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinaria.
3) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan sering kali tanpa
gejala.
b. Berdasarkan Lapisan Uterus
1) Mioma Uteri Subserosum
Tumor yang muncul tepat dari bawah permukaan peritonium (serosa)
uterus, tampak sebagai masa kecil sampai besar atau benjolan yang
menonjol dari permukaan uterus. Tumor ini dapat bertangkai. Tumor
subserosum dapat memperoleh pendarahan tambahan dari omentum
yang melekat dipermukaan uterus. Jika demikian, tumor memberikan
gambaran seolah-olah berasal dari omentum. Tumor jenis ini dapat
menjadi tumor parasitik, yang bergerak sesuai aliran darah yang
memasoknya (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham, 2010).
2) Mioma Uteri Intramural
Tumor didalam dinding uterus disebut sebagai tumor intramural atau
interstisial. Jika kecil, tumor ini mungkin tidak menyebabkan
perubahan bentuk uterus. Namun, jika membesar bentuk uterus
menjadi asimetrik dan nodular. Jika menjadi sangat besar tumor ini
akan menjadi atau akan tampak sebagai tumor subserosum dan
submukosum sekaligus. Misalnya tumor berada tepat dibawah

7
peritonium serosa dan endometrium untuk masingmasing jenis tumor
(Norman F.Gant & F.Gary Cunningham, 2010).
3) Mioma Uteri Submukosum
Mioma submukosum jenis yang paling jarang ditemukan, tapi secara
klinis paling penting karena paling sering menimbulkan gejala.
Walaupun tumor mukosum kecil, sering menyebabkan perdarahan
uterus abnormal, baik akibat pergeseran maupun penekanan pembuluh
darah yang memperdarahi endometrium di atasnya atau akibat kontak
dengan endometrium didekatnya. Kadang-kadang tumor submukosum
dapat membentuk sebuah tangkai panjang dan dilahirkan melalui
servik. Gejala-gejala terkait walaupun berlangsung dalam jangka
waktu lama adalah gejala persalinan, yaitu kontraksi uterus yang
menyebabkan kram di abdomen bawah atau panggul, biasanya disertai
hipermenorhea. Jika menonjol melalui servik tumor ini tidak jarang
mengalami ulserasi atau terinfeksi sehingga juga menyebabkan
perdarahan tumor (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham,2010).
4) Mioma servical
Mioma servical paling sering timbul di bagian posterior dan biasanya
asimtomik. Mioma servical anterior sering menimbulkan gejala dini
karena penekanannya pada kandung kemih. Gejala yang paling sering
dilaporkan adalah poliuria, dan sebagian perempuan mengeluhkan
adanya inkontinensia stres. Jika tumor terlalu besar, dapat terjadi
retensi urin (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham, 2010).

2.6 Penatalaksanaan Medis


a. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH
agonis selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi
hialin di miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian
GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di

8
bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi.
b. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan
operatif, tindakan operatif yang dilakukan antara lain :
1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Miomektomi dilakukan pada wanita yang ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya. Tindakan ini dapat dikerjakan
misalnya pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat
vagina (Wiknjosastro, 2008).
2) Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau
pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri (Wiknjosastro,
2008). Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun
dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor
yang cepat membesar.

Menurut (Yatim, 2008) obat-obatan yang biasa diberikan kepada


penderita mioma uteri yang mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak
normal antara lain :
a. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Antiinflamation =
NSAID)
b. Vitamin
c. Dikerok (kuretase)
d. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)

9
e. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat rahim
keseluruhan (Histerektomi)
f. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak
memerlukan pengobatan khusus.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian dengan metode auto anamnesa dan allo
anamnesa yaitu pengumpulan data dan menggunakan teknik pengumpulan data
melalui studi kepustakaan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang
berhubungan dengan karya tulis ini. Studi kasus menggunakan proses
keperawatan dengan pendekatan observasi dan wawancara selain itu melakukan
pengamatan langsung dan pemeriksaan secara langsung dengan metode per sistem
melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hasil pengkajian penulis sajikan
sebagai berikut :
I. BIODATA
A. Identitas Klien
No RM : 00.51.98
Nama : Ny.N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 Tahun
Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Agama : Islam
Alamat : Meurah Mulia
Ruang Rawat : Nifas/Arham
Tgl MRS : 16 Maret 2022
Diagnosa Medis : Mioma Uteri

B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Hubungan Dengan Pasien : Suami
Pekerjaan : Petani
Alamat : Meurah Mulia

11
II. Keluhan Utama
Os datang ke IGD pada tanggal 16 Maret 2022 dengan keluhan
pendarahan pervaginam 1 sampai 2 kali sehari lebih kurang setengah
gelas, perut membesar dan kembung semenjak 5 bulan yang lalu.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang


Os mengeluh nyeri pada bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa
hilang timbul dan bertambah apabila bergerak dan duduk. Os mengeluh
pendarahan pada pervaginam dengan frekuensi 1 sampai 2 kali dalam
sehari ± setengah gelas, Os mengatakan nyeri dengan skala 5-6 selama
lebih kurang 2 menit dan menyebar ke bagian punggung. Nafsu makan
menurun dan terkadang mual. Os mengatakan susah untuk beraktifitas dan
susah tidur karena nyeri pada perut bagian bawah. Os mengeluh BAK
sakit.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Os mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah dirawat dengan diagnosa
mioma uteri. Os memiliki kebiasaan makan makanan berminyak dan
makan daging. Os tidak pernah mengonsumsi alkohol, dan tidak memiliki
riwayat pengobatan sebelumnya.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga


Os mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah menderita
mioma uteri.

VI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4 V5 M6)
TB : 160 cm
BB : 57 kg

12
B. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 37,5oC
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 110 x/i
RR : 22x/i
Hb : 8,7 g/dl
CRT : >3 detik

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher


1. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Simetris
Palpebra : Tidak ada edema
Konjungtiva : Anemis
Sclera : Tidak Ikterik
Pupil : Isokor
Cornea dan iris : Jernih
Visus : Normal
Tekanan bola mata : Normal
2. Hidung
Tulang hidung dan posisi septum : Normal
Lubang hidung : Simetris dan bersih
Cuping hidung : Simetris dan bersih
Fungsi penciuman : Normal
3. Telinga
Bentuk telinga : Simetris
Ukuran telinga : Normal
Lubang telinga : Normal dan bersih
Ketajaman pendengaran : Baik
4. Mulut dan Faring
Keadaan bibir : Lembab tidak ada sianosis
Keadaan gusi dan gigi : Bersih

13
5. Leher
Posisi trachea : Normal
Thyroid : Normal
Suara : Normal
Kelenjar limfe : Normal
Vena jugularis : Tidak Teraba
Denyut nadi karotis : Teraba

D. Pemeriksaan Integumen
Kebersihan : Bersih
Kehangatan : Dingin
Warna : Kuning Langsat
Turgor : Normal
Kelembapan : Normal
Kelainan Kulit : Tidak Ada

E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


Ukuran dan bentuk payudara :-
Warna payudara dan areola :-
Kelainan payudara dan puting :-
Aksila dan klavikula :-

F. Pemeriksaan Thoraks dan Dada


1. Inspeksi thoraks
a. Bentuk thoraks : Simetris kiri kanan
b. Pernafasan
 Frekuensi : 22x/i
 Irama : Teratur
c. Tanda kesulitan bernafas : Tidak Ada
2. Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara :-
b. Perkusi :-

14
c. Auskultasi
 Suara nafas :-
 Suara tambahan :-
3. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : Normal
b. Palpasi
 Pulsasi : 110x/i
 Ictus cordis :-
c. Perkusi
 Batas jantung :-
d. Auskultasi
 Bunyi jantung I : Lup
 Bunyi jantung II : Dup
 Bunyi jantung tambahan : Tidak Ada
 Mur-mur : Tidak Ada

G. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
a. Bentuk abdomen : Normal
b. Benjolan/massa : Ada
c. Bayangan pembuluh darah : Normal
2. Auskultasi
a. Peristaltik usus :12x/i
3. Palpasi
a. Benjolan/massa : Ada
b. Tanda asites :-
c. Hepar :-
d. Lien :-
e. Titik mc.burney :-
4. Perkusi
a. Suara abdomen : Timpani
b. Pemeriksaan asites :-

15
H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genetalia
a. Rambut pubis :-
b. Lubang uretra :-
c. Kelainan pada genetalia eksterna : -
d. Kelainan pada genetalia interna : -
2. Anus
a. Lubang anus :-
b. Kelainan pada lubang anus :-
c. Perinium :-

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
a. Kesimetrisan otot : Simetris
Kiri Kanan
b. Edema (derajat) :0 0
c. Kekuatan otot :5 5
2. Ekstremitas bawah
a. Kesimetrisan otot : Simetris
Kiri Kanan
b. Edema (derajat) :2 2
c. Kekuatan otot :5 5
d. Kelainan pada ekstremitas : Tidak Ada
e. Varises : Tidak Ada

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola Tidur
a. Sebelum sakit
 Waktu tidur : 7-8 jam
 Masalah tidur : Tidak Ada
b. Selama sakit
 Waktu tidur : 4-5 jam

16
 Masalah tidur : Nyeri

B. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
1. BAB
 Pola BAB : 1x/hari
 Karakteristik Fases : Normal
 Warna : Kuning
 Konsistemsi : Lembab
 Bau : Khas
 Penggunaan Laksatif : Tidak Ada
 Riwayat Pendarahan : Tidak Ada
2. BAK
 Pola BAK : 5-6x/hari
 Karakter Urine : Kuning
 Nyeri/Kesulitan BAK : Tidak Ada
 Inkontinentia : Tidak Ada
 Retensi : Tidak Ada
 Penggunaan Deuretik : Tidak Ada
 Riwayat Penyakit Ginjal : Tidak Ada
b. Selama sakit
1. BAB
 Pola BAB : 1x/minggu
 Karakteristik Fases : Normal
 Warna : Kuning
 Konsistemsi : Lembab
 Bau : Khas
 Penggunaan Laksatif : Tidak Ada
 Riwayat pendarahan : Tidak Ada
2. BAK
 Pola BAK : 450 cc/hari

17
 Karakteristik Urine : Kuning pekat
 Nyeri/Kesulitan BAK : Ada
 Inkontinentia : Tidak Ada
 Retensi : Tidak Ada
 Penggunaan Deuretik : Tidak Ada
 Riwayat Penyakit Ginjal : Tidak Ada

C. Pola Makan dan Minum


a. Sebelum sakit
1. Pola makan
 Diet (type) : Normal
 Jumlah/Porsi : 1 Porsi
 Pola Diet : Normal
 Anoreksia : Tidak Ada
 Mual-Muntah : Tidak Ada
 Nyeri Ulu Hati : Tidak Ada
 Alergi Makanan : Tidak Ada
2. Tanda Objek
 BB : 57 kg
 TB : 160 cm
 Bentuk Tubuh :-
3. Waktu Pemberian makanan : Pagi, siang, malam
4. Masalah makanan
 Kesulitan mengunyah : Tidak Ada
 Kesulitan menelan : Tidak Ada
 Makan mandiri : Tidak Ada
5. Pola minum
 Jumlah/porsi :7-8 gelas
 Kesulitan Menelan : Tidak Ada
b. Selama Sakit
1. Pola makan

18
 Diet (type) : DH2
 Jumlah/Porsi : Normal
 Pola Diet :-
 Anoreksia : Tidak Ada
 Mual-Muntah : Tidak Ada
 Nyeri Ulu Hati : Tidak Ada
 Alergi Makanan : Tidak Ada
2. Tanda Objek
 BB : 57 kg
 TB : 160 cm
 Bentuk Tubuh :-
3. Waktu Pemberian makanan : Pagi, siang, malam
4. Masalah makanan
 Kesulitan Mengunyah : Tidak Ada
 Kesulitan menelan : Tidak Ada
 Tidak dapat makan sendiri : Tidak Ada
5. Pola minum
 Jumlah/porsi : 200 cc
 Kesulitan menelan : Tidak Ada

D. Kebersihan Diri/Personal Hygiene


a. sebelum sakit
1. Pemeliharaan badan : Normal
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Normal
3. Pemeliharaan kuku : Normal
b. Selama sakit
1. Pemeliharaan badan : Normal
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Normal
3. Pemeliharaan kuku : Normal

E. Pola Kegiatan/Aktifitas
a. Sebelum sakit : Normal

19
b. Selama sakit : Dibantu keluarga

F. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum sakit : Normal
b. Setelah sakit : Dibantu keluarga

3.2 Analisa Data


No Data Penyebab Masalah
1. DS: Pendarahan Resiko syok
 Os mengatakan BAK masih sakit hipovolemik
 Terdapat perdarahan pervaginam

DO:
 Trombosit : 128.000/mm
 TD: 90/60 mmHg
 Pernapasan: 22 x/menit
 Suhu: 37,5 oC
 Nadi: 110x/menit
 Hb : 8,7 g/dl
 Hasil pemeriksaan USG positif
massa.
2. DS: Nekrosis atau Nyeri akut
 Os mengatakan nyeri pada trauma jaringan dan
bagian perutnya refleks spasme otot
 Os mengatakan nyeri skala 5-6 sekunder akibat
dirasakan hilang timbul sekitar 2 tumor (massa)
menit dan tidak menyebar
DO:
 Os tampak gelisah dan meringis
 Os tampak melindungi daerah
nyeri
 Nyeri tekan (+) pada abdomen
kuadran bawah

20
3. Ds: Pendarahan Ketidakefektifan
 Os mengatakan badannya terasa perfusi jaringan
lemah perifer
 Os mengatakan telapak
tangannya sering kesemutan
DO:
 Hb : 8,7 g/dl
 Ht : 25 %
 Konjungtiva anemis
 CRT > 3 detik
 Edema pada tungkai
 Akral teraba dingin
 Warna kulit pucat

3.3 Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut b.d nekrosis Setelah dilakukan tindakan  Kaji Nyeri.
atau trauma jaringan dan keperawatan selama 3 x 24  Monitor perubahan
refleks spasme otot jam maka diharapkan nyeri nyeri
sekunder akibat tumor dapat diatasi dengan KH :  Identifikasi faktor
(massa) d.d  Pasien mampu pencetus aktual dan
DS: mengenali kapan nyeri potensial
 Pasien mengatakan terjadi  Berikan informasi
nyeri pada bagian  Mampu mengenai
perutnya menggambarkan faktor  Ajarkan prinsip
 Pasien mengatakan penyebab nyeri manajemen nyeri.
nyeri skala 5-6  Mampu menggunakan  Pertimbangkan tipe
dirasakan hilang tindakan pencegahan dan sumber nyeri
timbul sekitar 2 menit nyeri ketika memilih
dan tidak menyebar  Mampu menggunakan strategi penurunan
DO: tindakan pengurangan nyeri.
 Pasien tampak gelisah nyeri tanpa analgesic  Kolaborasi

21
dan meringis  Mampu melaporkan pemberian
 Pasien tampak perubahan terhadap analgesic.
melindungi daerah gejala nyeri.  Atur posisi nyaman
nyeri bagi pasien.
 Nyeri tekan (+) pada  Beri istirahat yang
abdomen kuadran adekuat
bawah  Dorong pasien
untuk
mendiskusikan
pengalaman
nyerinya.
2. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan  Monitor TTV
jaringan perifer b.d keperawatan selama 3 x 24  Monitor adanya
perdarahan d.d jam maka diharapkan hasil daerah tertentu yang
Ds: dengan KH : hanya peka
 Pasien mengatakan  BAB dan BAK lancar terhadap panas, dan
badannya terasa  Pendarahan membaik dingin,
lemah  Monitor
 Pasien mengatakan kemampuan BAB
telapak tangannya dan BAK,
sering kesemutan  Kolaborasi
DO: pemberian obat
 Hb : 8,7 g/dl untuk
 Ht : 25 % menghentikan
 Konjungtiva anemis pendarahan
 CRT > 3 detik
 Edema pada tungkai
 Akral teraba dingin
 Warna kulit pucat
3. Resiko syok hipovolemik Setelah dilakukan tindakan  Monitor adanya
b.d perdarahan d.d keperawatan selama 3 x 24 respon konpensasi
 Pasien mengatakan jam maka diharapkan terhadap syok
BAK masih sakit resiko kehilangan darah  Monitor adanya
 Terdapat perdarahan teratasi dengan KH: tanda-tanda respon

22
pervaginam  Tanda vital dalam batas sindroma inflamasi
normal. sistemik
DO:  Tugor kulit baik,  Monitor suhu dan
 Trombosit :  Tidak ada sianosis, status respirasi,
128.000/mm  Suhu kulit hangat,  Periksa urin
 TD: 90/60 mmHg  Tidak ada diaporesis, terhadap adanya
 Pernapasan: 22  Membran mukosa darah dan protein
x/menit kemerahan, sesuai kebutuhan,
 Suhu: 37,5 oC  Tidak ada kehilangan  Monitor terhadap
 Nadi: 110x/menit darah yang terlihat, tanda/gejalah asites
 Hb : 8,7 g/dl  Tidak ada perdarahan dan nyeri abdomen
Hasil pemeriksaan USG pervaginam, atau punggung,
positif massa.  Tidak ada penurunan  Ajarkan pasien dan

Hb keluarga mengenai
tanda dan gejala
syok yang
mengancam jiwa

3.4 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
1. Nyeri akut b.d nekrosis atau  Mengkaji nyeri pasien
trauma jaringan dan refleks  Memonitor perubahan nyeri
spasme otot sekunder akibat  Mengidentifikasi faktor pencetus aktual dan
tumor (massa) potensial
 Memberikan informasi mengenai
 Mengajarkan prinsip manajemen nyeri.
 Mertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
memilih strategi penurunan nyeri.
 Berkolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian analgesic.
 mengatur posisi nyaman bagi pasien.
 Memberikan istirahat yang adekuat untuk
pasien.
 Mengajak pasien untuk mendiskusikan

23
pengalaman nyerinya.
2. Ketidakefektifan perfusi  Memonitor TTV
jaringan perifer b.d perdarahan  Memonitor adanya daerah tertentu yang
hanya peka terhadap panas, dan dingin,
 Memonitor kemampuan BAB dan BAK,
 Berkolaborasi pemberian obat untuk
menghentikan pendarahan
3. Resiko syok hipovolemik b.d  Memonitor adanya respon konpensasi
perdarahan terhadap syok
 Memonitor adanya tanda-tanda respon
sindroma inflamasi sistemik
 Memonitor suhu dan status respirasi,
 Memeriksa urin terhadap adanya darah dan
protein sesuai kebutuhan,
 Memonitor terhadap tanda/gejalah asites dan
nyeri abdomen atau punggung,
 Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala syok yang mengancam jiwa

3.5 Evaluasi
Penulis mengevaluasi melihat catatan perkembangan klien selama 3 hari
berturut-turut dari tanggal 16 Maret 2022 s/d 18 Maret 2022.
Tanggal Diagnosa SOAP
16.03.2022 Nyeri akut b.d nekrosis atau S:
trauma jaringan dan refleks  Os mengatakan masih nyeri pada
spasme otot sekunder akibat bagian perutnya
tumor (massa)  Os mengatakan nyeri skala 5-6
dirasakan hilang timbul sekitar 2 menit
dan tidak menyebar
O:
 Os tampak gelisah dan meringis
 Os tampak melindungi daerah nyeri
 Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran
bawah

24
 TD : 90/60 mmHg
 P : 110 x/menit
 Temp : 37,5oC
 RR : 22 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan perfusi S:
jaringan perifer b.d  Os mengatakan badannya terasa lemah
perdarahan  Os mengatakan telapak tangannya
sering kesemutan
O:
 Hb : 8,7 g/dl
 Ht : 25 %
 Konjungtiva anemis
 CRT > 3 detik
 Edema pada tungkai
 Akral teraba dingin
 Warna kulit pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko syok hipovolemik b.d S:
perdarahan  Os mengatakan BAK masih sakit
 Terdapat perdarahan pervaginam
O:
 Trombosit : 128.000/mm
 Hb : 8,7 g/dl
 Hasil pemeriksaan USG positif massa,
terdapat pendarahan pada ovarium
akibat massa
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
17.03.2022 Nyeri akut b.d nekrosis atau S:
trauma jaringan dan refleks  Os mengatakan nyeri pada bekas luka
spasme otot sekunder akibat operasi

25
tumor (massa) O:
 Os tampak meringis
 TD 130/90 mmHg
 P : 85x/i
 Temp : 36,7oC
 RR : 21x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan perfusi S:
jaringan perifer b.d  Os mengatakan badannya sudah mulai
perdarahan membaik
 Os mengatakan telapak tangannya
masih sering kesemutan
O:
 Konjungtiva tidak anemis
 CRT > 3 detik
 Tidak ada edema pada tungkai
 Akral teraba hangat
 Warna kulit pucat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Resiko syok hipovolemik b.d S:-
perdarahan O:
 Os dioperasi
 TD : 130/90 mmHg
 P : 98x/i
 Temp : 36,7oC
 RR : 21x/i
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
18.03.2022 Nyeri akut b.d nekrosis atau S:
trauma jaringan dan refleks  Os mengatakan nyeri pada bekas
spasme otot sekunder akibat operasai sudah mulai berkurang
tumor (massa) O:

26
 Os tampak belajar beraktivitas
 Hb: 10, 2 g/dl
 Os tampak bersemangat dari hari
biasanya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan perfusi S:
jaringan perifer b.d  Os mengatakan badannya sudah mulai
perdarahan membaik
O:
 Konjungtiva tidak anemis
 CRT < 3 detik
 Tidak ada edema pada tungkai
 Akral teraba hangat
 Warna kulit tidak pucat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan lanjutkan
intervensi yang lain.
Resiko syok hipovolemik b.d S:
perdarahan  Os mengatakan nyeri pada bekas
operasai
 Os mengatakan perdarahan pada
vagina tidak ada lagi
O:
 Os tampak belajar memutar badan dan
membersihkan dirinya
 Hb: 10, 2 g/dl
 Kulit tidak pucat
 Membran mukosa lembab
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

27
28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Selama masa pengkajian berlangsung, diketahui bahwa Ny.N
mendapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu: nyeri akut b.d nekrosis atau trauma
jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor (massa), ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer b.d perdarahan, dan resiko syok hipovolemik b.d
perdarahan.
Setelah menerapkan asuhan keperawatan selama 3 hari, dapat dilihat
bahwa terdapat intervensi yang harus dilanjutkan karena masalah baru teratasi
sebagian, dan terdapat intervensi yang dapat dihentikan karena masalah telah
teratasi sepenuhnya

4.2 Saran
Adapun saran-saran sebagai berikut:
a. Institusi Pendidikan
Hasil penulisan karya ilmiah ini di harapkan menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang maternitas pada klien Ny.N dengan
Mioma Uteri di ruang perawatan.
b. Lahan Rumah Sakit
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan menejemen asuhan keperawatan dan membantu perawat di
ruang perawatan dalam menjaga kepuasan klien terhadap pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan.
c. Penulis
Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan memberikan pengetahuan dan
memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun
asuhan keperawatan pada pasien Mioma Uteri.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. 2017 . Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Cunningham, F. G., & Gant, N. F. 2010. Kenneth j. Leveno. Preterm Birth.


Williams Obstetrics, Twenty-.

Dr.Faisal Yatim,DTM&H.MPPH. 2008. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka


Populer Obor

Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi Teori & Praktek. Alfabeta. Bandung.

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta:


EGC.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan


Bidan. Edisi kedua.Jakarta : EGC.

Nurarif, A., & Hardi, K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis) NIC
NOC. Jilid 1.

Prawirohardjo, S., Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T., & Wiknjosastro, G. H.


2008. Ilmu kebidanan.

Prawirohardjo S, dkk. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono.

Setiati, E. 2009. Kanker ganas pembunuh wanita. Yogyakarta: ANDI.

Setiati Eni. 2018. Waspada 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta: C.V
Andi Offset.

Wiknjosastro, H et al. 2008. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai