Anda di halaman 1dari 15

Telah disetujui/diterima Pembimbing

Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :

ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM PROFESI NERS

Satuan Acara Penyuluhan dengan Intra Uterin Fetal Death (IUFD)


Di Puskesmas Ibrahim Aji Kecamatan Kiara Condong Kota Bandung

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Oleh :
KELOMPOK 1
1. Bangkit Utomo Putro, S.Kep 152426020 NS
2. Junita Merdalina, S. Kep 152426025 NS
3. Lilis Andirani, S.Kep 152426026 NS
4. Liswan Harianto, S.Kep 152426033 NS
5. Peri Heriyansyah, S.Kep 152426032 NS

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES DEHASEN BENGKULU
T.A. 2015-2016

ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES DEHASEN BENGKULU

Pokok Bahasan : Kematian Janin Dalam kandungan


Sasaran : Pasien dan Keluarga
Waktu : 30 menit
Tempat :
Hari/Tgl :
Pukul :
A. Latar Belakang

Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan
sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau
BB janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan). Janin bisa juga mati
di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan
anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan
yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan
janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia,
karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe
dampak pada janin adalah irefersibel.
Kerja organ organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan
pertumbuh janin (IUGR). Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan
kematian janin.Berdasarkan revisi tahun 2003 dari Prosedur Pengkodean
Penyebab dari Kematian Janin Berdasarkan ICD-10, Pusat Statistik Kesehatan
Nasional mendefinisikan kematian janin sebagai kematian yang terutama
berkaitan dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasilkonsepsi dari Ibu, pada
durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan merupakan
terminasi kehamilan yang tidak diinduksi. Kematian janin diindikasikan oleh
adanya fakta setelah terjadi ekspulsi atau ekstraksi, janin tidak bernafas atau
menunjukkan tanda-tanda laindari kehidupan seperti detak jantung, pulsasi
umbilical cord, atau gerakan yangberarti dari otot-otot volunter. Detak jantung
tidak termasuk kontraksi transien dari jantung, respirasi tidak termasuk
pernafasan yang sangat cepat atau gasping. Kematian janin yang terjadi tanpa
alasan yang jelas pada kehamilan, normal tidak rumit. Ini terjadi pada sekitar 1
persen dari kehamilan dan biasanya (tergantung pada sumber daya tersebut)
dianggap sebagai kematian janin ketika terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan
dan / atau berat sama dengan atau lebih dari 500 gram. American College of
Obstetrics and Gynecologists juga merekomendasikan kematian termasuk terjadi
pada 22 minggu kehamilan atau lebih (kelompok lain menggunakan 20 minggu
kehamilan). Meskipun definisi kematian janin paling sering digunakan dalam
literatur medis, hal ini bukan berarti definisi saja. Bahkan di Amerika Serikat,
perbedaan dalam definisi yang digunakan adalah substansial. Pusat Nasional
Statistik Kesehatan AS, sebuah divisi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit, update secara berkala Model Statistik Vital Negara Undang-Undang
dan peraturan untuk membantu negara dalam mengembangkan undang-undang
vital statistik.
Mereka merekomendasikan pelaporan kematian janin yang terjadi pada janin
dengan berat 350 gram atau lebih atau dari 20 minggu kehamilan atau lebih
besar (lihat Pusat Nasional Statistik Kesehatan). Kebijakan ini, tetapi, hanya
panduan dan praktek pelaporan bervariasi antara negara.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien dapat
mengetahui tetang kematian janin dalam kandungan (IUFD) dan cara
penangan tentang kematian jann dalam kandugan (IUFD).
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien dapat :
a. Menyebutkan pengertian IUFD dengan bahasa sendiri
b. Menyebutkan penyebab terjadinya IUFD
c. Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya IUFD
d. Menjelaskan cara penanganan dan pencegahan IUFD

C. Metode
Ceramah
Tanya jawab

ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES DEHASEN BENGKULU

D. Media dan Alat :


- LCD
- Leaflet
E. Setting Tempat

Keterangan :
: Perawat

: Pasien

: Keluarga

F. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Fania Amd.Keb
2. Ketua : Bangkit utomo putro, S.Kep
3. Sekretaris : Lilis Andriani, S.Kep
4. Moderator : Junta Merdalina, S.Kep
5. Penyaji : Liswan harianto, S.Kep
6. Observer : Zellyanti, S.Kep
ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES DEHASEN BENGKULU

G. Susunan Acara

No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Keluarga dan Pasien Waktu

1 Pembukaan
- Menjawab salam 5 mnt
- Memberi salam
- Mendengarkan dan
- Perkenalan
memperhatikan
- Menjelaskan kontrak
dan tujuan
2 20 mnt
pertemuan
- Mengemukakan pendapat
Kegatan Inti Penyuluhan
- Mendengarkan dan
- Mengkaji memperhatikan
pengetahuan - Mengajukan pertanyaan
Keluarga dan pasien
tentang IUFD
- Memberi
reinforcement (+)
- Menjelaskan tentang
pengertian IUFD
- Menjelaskan faktor-
faktor penyebab
terjadnya IUFD
- Menyebutkan tanda
dan gejala terjadinya
IUFD
- Menjelaskan cara
penanganan dan
pencegahan IUFD
- Memberi kesempatan
3 keluarga dan pasien
untuk bertanya
Penutup

- Menyimpulkan
materi
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Meminta keluarga
- Menjawab pertanyaan
dan pasien
5 mnt
mengulang beberapa
informasi yang telah
diberikan
- Memberi
reinforcement (+)
- Menutup dengan
salam
ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES DEHASEN BENGKULU

B. Evaluasi
1. Kegiatan : jadwal, tempat, alat bantu atau media, pengorganisasian, proses
penyuluhan berlangsung dengan cukup baik dan lancar
2. Hasil penyuluhan, memberi pertanyaan Keluarga dan pasien dapat:
a. Menyebutkan pengertian IUFD dengan bahasa sendiri
b. Menyebutkan faktor-faktor penyebab terjdinya IUFD
c. Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya IUFD
d. Menjelaskan cara penanganan dan pencegahan IUFD
ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES DEHASEN BENGKULU

Materi
KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (IUFD)

1. Pengertian
Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death
(IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20
minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika
terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus.
Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam
kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses
persalinan berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau
berat janin 1000 gram ke atas.
2. Etiologi
a) Fetal (penyebab 25-40%)
Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek,
hidrops, hidrosefalus,kelainan jantung congenital
Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan.
Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi
saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang
dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam
kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena
harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga
berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis,
yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan
terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas
bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya
cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami
pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan -apalagi hanya pada satu arah
saja- bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu
dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang
mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke
janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan
tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang
mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini
kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi.
Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa
saat hamil.

b) Placental (penyebab 25-35%)


Abruption
Kerusakan tali pusat
Infark plasenta
Infeksi plasenta dan selaput ketuban
Intrapartum asphyxia
Plasenta Previa
Twin to twin transfusion S
Chrioamnionitis
Perdarahan janin ke ibu
Solusio plasenta
c) Maternal (penyebab 5-10%)
DM
Hipertensi
Trauma
Kehamilan lewat waktu (posterrm)
Ruptur uterus
Postterm pregnancy
Obat-obat
3. TANDA DAN GEJALA
a) Ibu tidak merasakan gerakan janin
Bila ibu mendapatkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat,
kemudian nilai ulang.
Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal.
Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan
stetoskop ( Doppler).
Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan
menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin.
Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin,
maka janin dapat dikatakan normal.
Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat
disimpulkan adanya gawat janin.v
b) Gerakan janin tidak dirasakan lagi
Gerakan janin berkurang atau hilang.
Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu.
Syok
c) Uterus tegang / kaku.
Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta
Gerakan janin dan DJJ tidak ada
Perdarahan
Nyeri perut hebat Syok
Perut kembung / cairan bebas intra abdominal
Kontur uterus abnormal
Abdomen nyeri
Bagian bagian janin teraba
Denyut nadi bu cepat Rupture uteri
Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban
bercampur meconium
Gawat janin
Gerakan janin / DJJ hilang Tanda tanda kehamilan berhenti
Tinggi fundus uteri berkurang
Pembesaran uterus berkurang Kematian janin

4. KLASIFIKASI
Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV

kematian sebelum kematian sesudah kematian sesudah kematian yang


massa kehamilan ibu hamil 20-28 masa kehamilan tidak dapat
mencapai 20 minggu >28 minggu (late digolongkan pada
minggu penuh fetal death) ketiga golongan di
atas

5. MANIFESTASI KLINIS / KOMPLIKASI


Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak
menghasilkan masuk kedalam peredaran darah ibu
tromboplastin pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel
pembuluh darah oleh terjadi pembekuan darah trombosit Disseminated
yang meluas hipofibrinogenemia (kadar intravascular coagulation
fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700mg%. Akibat
kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus
biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. Dampak psikologis
dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang
dikandungnya.
DJJ tidak terdengar
Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa
Palpasi anak menjadi tidak jelas
Reaksi biologis menjadi negatif setelah anak mati kurang lebih 10 hari
Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan

6. PENANGANAN
a. Penanganan Umum
Berikan dukungan emosional pada ibu
Nilai DJJ
Nilai ibu mendapa sedative, tungg hilangnya pengaruh obat,
kemudian nilai ulang dan bila DJJ tidak terdengar minta beberapa
orang mendengarkan menggunaka
b. Penanganan Pada Masa Persalinan
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati. Jika pemeriksaan
radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari. Tanda-
tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna,
vertebralis, gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.
USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk
memastikan- kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin
tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin
dan cairan ketuban berkurang.
Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien selalu-
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar
kemungkinan dapat jhir per vaginal. Pilihlah cra persalinan dapat
secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan
dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil. Bila pilihan
penanganan persalinan adalah akspetif:
Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu
Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa
komplikasi.
Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,
Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:
Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin
Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin

7. PENATALAKSANAAN

Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah
terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu
untuk mencari kepastian diagnosis.

Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan


yang spontan

Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin


setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak,
hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan
edema scalp.

USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk


memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin
tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala
janin dan cairan ketuban berkurang.

Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya


pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa
kemungkinan besar dapat lahir pervaginam.

Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun


ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum
keputusan diambil.

Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan


spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan
spontan akan terjadi tanpa komplikasi
Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,
lakukan penanganan aktif.

Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu Jika servik
matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.

Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan


prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan
amniotomi karena berisiko infeksi

Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir

Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah
pecah, waspada koagulopati

Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan


melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya


patologi plasenta dan infeksi

Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu


setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar
dapat dilakukan induksi persalinan

Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk


mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian
oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi.
ILMU KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM PROFESI NERS
DAFTAR
STIKES PUSTAKA
DEHASEN BENGKULU

DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2012. Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Bina Pustaka.
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:TIM
Saifuddin, Abdul Bari,dkk .2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai