Dosen Pembimbing :
Ns. Sahran, S. Kep, M. Kep
Disusun oleh:
Kelompok 2 :
Al Adrian Dwi. A (P0 5120316 002) Grasella Septiana (P0 5120316 015)
Depi Susen Dewi (P0 5120316 005) Hesti Karmila (P0 5120316 017)
Dwi Sartika (P0 5120316 006) Tria Pratiwi (P0 5120316 037)
Febiony (P0 5120315 016) Valentino. F (P0 5120316 039)
Fiska (P0 5120316 011) Yohana Dewi. A (P0 5120316 044)
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu kegiatan dalam mata kuliah
Keperawatan Kritid sebagai tugas yang harus diselesaikan. Makalah juga menjadi
salah satu aspek penilaian dalam nilai akhir yang digunakan sebagai nilai tambah.
Kami membuat makalah ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Penggunaan CVP ” berdasarkan sistematika yang diberikan Dosen
Pembimbing dengan menggunakan Buku Panduan dan dari berbagai literatur
sebagai sumber referensi utama.
Penulisan makalah ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai bekal
untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang nanti akan berguna bagi kami dan
menjadi dasar dari nilai akhir. Oleh karena itu makalah merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar di lingkungan pendidikan kami.
Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi sempurnanya
makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Central Venous Pressure (CVP) atau tekanan vena sentral merupakan salah
satu metode pemantauan hemodinamik yang bersifat invasif. CVP sering
digunakan di ruang perawatan intensif terutama pada pasien yang mengalami
gangguan keseimbangan cairan, gagal jantung, evaluasi terhadap respon terapi dan
media pemberian terapi atau cairan hipertonik. Di Inggris sekitar 200.000 kateter
vena sentral dipasang (diinsersi) setiap tahunnya (Jevon & Ewens, 2009),
demikian pula di Indonesia walaupun secara statistik tidak ada data yang pasti
menyebutkan jumlah insersi kateter vena sentral setiap tahunnya, namun tindakan
pemasangan kateter vena sentral sering ditemukan terutama di ruang perawatan
intensif seperti Intensif care unit, Cardiovaskuler Care Unit, High Care Unit,
Intermediate Care Unit, sehingga diharapkan bagi perawat yang bertugas di ruang
perawatan intensif memiliki Pengetahuan dan Keterampilan yang baik dalam hal
pengukuran dan pemantauan tekanan vena sentral. Pemantauan tekanan vena
sentral dapat bermanfaat dalam menilai fungsi jantung, volume darah yang
bersirkulasi, tonus vaskular dan respon pasien terhadap terapi. Namun demikian
pengukuran tekanan vena sentral dapat dipengaruhi sejumlah faktor yang dapat
membiaskan hasil pengukuran (meningkat/menurun dari nilai sebenarnya),
diantaranya adalah penggunaan obat vasopresor, gravitasi (posisi pasien), faktor
alat (kateter tersumbat dan lokasi ujung kateter yang tidak tepat), faktor kesalahan
pengukuran (kalibrasi yang tidak benar dan prosedur pengukuran yang tidak
konsisten dan osilasi pernafasan) dan pada pasien yang terpasang ventilator
(terutama mode Positive End Ekspiratory Pressure).
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui konsep dan askep pada pasien dengan
kasus penggunaan CVP
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
8) Pengukuran oksigenasi vena sentral
9) Pemberian nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau
cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam
sistem sirkulasi
10) Sebagai jalam masuk vena bila semua tempat Iv lainnya telah
lemah
b. Kontraindikasi Pemasangan CVP
1) Nyeri dan inflamasi pada area penusukan
2) Bekuan darah karena tertekuknya kateter
3) Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum lepas
4) Tromboplebitis
5) Microshock
6) Disritmia jantung
7) Pembedahan leher
8) Insersi kawat pacemaker
3. LOKASI PEMASANGAN CVP
a. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
b. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
c. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi
phlebitis
d. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat
di atas vena kava superior
4. KOMPLIKASI PEMASANGAN CVP
a. Pneumothorax
Terjadi pada kateter yang ditempatkan di dada; insidentertinggi
dijumpai pada kateterisasi vena subklavia. Pada kateterisasi vena
jugularis interna, risiko pneumothoraks dapat diminimalisir dengan
penggunaan bantuan bimbingan ultrasound.
b. Infeksi
Infeksi dapat terjadi didalam kateter atau disekitar sisi pemasangan dan
didiagnosis serta dikuatkan oleh kultur darah. Penggantian kateter dan
4
selang yang sering, sesuai dengan kebijakan rumah sakit merupakan
tindakan pencegahan primer.
c. Thrombosis
Trombosis dapat bervariasi dalam ukurannya. Thrombosis minor dapat
dibilas tanpa sisa, kecuali thrombus tidak dapat dibilas. Pasien dapat
mengalami edema pada tangan yang paling dekat dengan sisi kateter,
berbagai derajat nyeri leher dan distensi vena jugular.
d. Emboli udara
Emboli udara terjadi sebagai akibat masuknya udara pada sistem dan
berjalan ke ventrikel kanan melalui vena kava. Penurunan curah
jantung mungkin merupakan indikator awal dari masalah ini. Jika
masalah ini dicurigai, perawat harus membalikan pasien ke sisi kiri
pada posisi trendelenburg. Ini akan menyebabkan udara naik ke
dinding ventrikel kanan dan memperbaiki aliran darah. Oksigen harus
diberikan pada pasien kecuali dikontraindikasikan.
5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CVP
Tekanan vena sentral ditentukan oleh empat komponen, yaitu:
volume darah, fungsi kardiak, tekanan intratorakal dan tonus vasomotor.
Barbeito & Mark (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi volume
darah dan fungsi kardiak yang ikut mempengaruhi tekanan pada atrium
kanan, yakni:
a. Fungsi ventrikel yang mengalirkan darah keseluruh tubuh. Dalam
keadaan fungsi sistolik dan diastolik yang normal, ventrikel dapat
menerima cairan yang besar tanpa adanya peningkatan tekanan vena
sentral namun bila fungsinya menurun pemberian cairan walaupun
sedikit mengakibatkan tekanan vena sentral meningkat secara
signifikan.
b. Volume darah yaitu sekitar dua pertiga dari volume darah berada di
sistem vena. Penurunan volume darah pada berbagai keadaan atau
dehidrasi maka tekanan vena sentral dapat menurun.
c. Gravitasi yaitu apabila seseorang berdiri maka aliran vena lebih
banyak didistribusikan ke vena ekstremitas bawah sehingga tekanan
5
vena sentral akan menurun sedangkan pada posisi berbaring akan
terjadi hal sebaliknya.
d. Tonus vena verifer yaitu vena kontriksi yang terjadi pada saat olah
raga, stress, perdarahan, syok dan gagal jantung akan meningkatkan
tekanan vena sentral. Sebaliknya pada suhu yang panas terjadi
venodilatasi dan tekanan vena sentral akan menurun. 5. Pompa otot
skeletal yaitu pada saat olah raga otot akan memompa vena di
ekstremitas dan akan mendorong aliran balik ke jantung, hal ini akan
meningkatkan tekanan vena sentral dan volume sekuncup saat olah
raga, sebaliknya bila seseorang berdiri dan diam maka tidak ada
pompa ke vena dan aliran balik ke jantung berkurang mengakibatkan
curah jantung berkurang.
6
2) Melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis. Pengukuran ini
hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem transduser
7. CARA MEMASANG ALAT PENGUKUR CVP
a. Manometer air
Cara merangkai:
1) Hubungkan set infus dengan cairan NaCl 0.,9%
2) Keluarkan udara dari selang infus
3) Hubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
4) Hubungkan threeway stopcock dengan selang infus
5) Hubungkan manometer line dengan threeway stopcock
6) Keluarkan udara dari manometer line
7) Isi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
8) Hubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
b. Transduser
Cara merangkai:
1) Ambil heparin sebanyak 500 unit kemudian masukkan ke dalam
cairan infus
2) Hubungkan cairan tersebut dengan infus
3) Keluarkan udara dari selang infus
4) Pasang cairan infus pada kantong tekanan
5) Hubungkan transduser dengan alat infus
6) Pasang threeway stopcock dengan alat flush
7) Hubungkan bagian distal dengan selang infus dengan alat flush
8) Hubungkan manometer dengan threeway stopcock
9) Keluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk
memudahkan, berisedikit tekanan pada kantong tekanan)
10) Pompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
11) Hubungkan kabel transduser dengan monitor
12) Hubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
13) Lakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
Cara pengukuran:
7
b. Atur posisi pasien
c. Lakukan levelling. Levelling adalah menjajarkan letak jantung (atrium
kanan) dengan skala pengukur atau transduser
d. Letak jantung dapat ditentukan dengan cara membuat garis pertemuan
antara sela ICS IV dengan garis pertengahan aksila
e. Tentukan nilai CVP dengan memperhatikan undulasi pada manometer
dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi
f. Bereskan alat-alat
g. Beritahu pasien bahwa tindakan telah selesai
8. INTERPRETASI PENGUKURAN CVP
CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan
penilaiannya adalah sebagai berikut :
a. CVP Rendah : < 4 cmH2O
b. CVP Normal : 4-10 cmH2O
c. CVP Sedang : 10-15 cmH2O
d. CVP Tinggi : > 15 cmH2O (Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung
(insufisiensi kardiak) )
9. MASALAH YANG SERING DITEMUI PADA PEMANTAUAN CVP
Hinds dan Watson (1996) yang dikutip oleh Jevon P, Ewens B &
Pooni JS (2009), mengidentifikasi masalah-masalah pada pemantauan
tekanan vena sentral, yang berkaitan dengan alat & tehnik pengukuran
CVP, yakni:
8
CVP selama prosedur. Selain itu cairan infus mengandung obat
vasoaktif, maka resultan pembilasan dapat menyebabkan periode
mendadak instabilitas jantung. Infus harus dimatikan selama dilakukan
pengukuran CVP.
e. Ujung kateter berada di ventrikel kanan; keadaan ini akan
menyebabkan pembacaan tekanan tinggi yang tidak diharapkan.
f. Osilasi pernafasan; pengukuran harus dilakukan pada akhir ekspirasi,
terutama jika pasien mengalami distres pernafasanatau sedang
diventilasi karena CVP akan menjadi lebih tinggi secara artifisial
akibat tekanan intratoraks yang positif.
10. GELOMBANG CVP
9
2) Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat
pemasangan seperti gangguan irama jantung, perdarahan
3) Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedur
dilakukan
c. Setelah Pemasangan
1) Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:
2) Melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium, yaitu
pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila. Zero balance:
dilakukan pada setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak
sesuai dengan kondisi klien
3) Melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser,
setiap shift, ragu terhadap gelombang.
10
6) Foley Catheter
a) Dapat terjadi oliguria
7) Heart Monitor
a) Gambaran EKG yang abnormal
b. Secondary Survey
1) Sign/Sympotoms
Pasien mengatakan merasa lelah, gatal pada area pemasangan CVP
dan kesulitan dalam bernapas
2) Allergy
Cek apakah pasien mempunyai riwayat aleri terhadap obat,
makanan atau yang lain
3) Medication
Tanyakan kepada pasein apakah pasien mengonsumsi obat-obatan
rutin seperti obat untuk jantung
4) Post Illness
Kaji riwayat kesehatan masa lalu pasien yang mungkin dapat
menjadi kontraindikasi pemasangan/pengukuran CVP seperti
gangguan koagulan, trauma pada area pemasangan dan lainnya
5) Last Meal
Kaji riwayat nutrisi pasien sebelum masuk rumah sakit yang
mungkin dapat menjadi faktor pencetus penyakit
6) Events
Kaji apakah pasien mengalami trauma sebelumnya terutama
dilokasi pemasangan CVP
2. ANALISA DATA
Data Senjang
No. Etiologi Masalah
Data Mayor Data Minor
1. Ds: Pasien Ds: Hambatan Pola nafas
mengatakan sesak Pasien merasa upaya nafas tidak efektif
nafas dan kesulitan kekurangan (SDKI)
bernafas oksigen
Do: Do:
11
Penggunaan otot Pernafasan cuping
bantu pernafasan, hidung,
takipnea
2. Ds: Ds: - Perubahan Risiko
Pasien mengatakan Do: preload penurunan
lelah Murmur jantung curah jantung
Do: (SDKI)
Distensi vena
jugularis
3. Ds: Ds: - Agen Nyeri akut
Pasien mengatakan Do: pencedera (SDKI)
nyeri pada bagian Tekanan darah fisik
yang dipasang meningkat, pola
CVC nafas berubah
Do:
Tampak meringis,
frekuensi nadi
meningkat
4. Ds: - Ds: - Efek prosedur Risiko infeksi
Do: - Do: - invasif (SDKI)
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
b. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
preload
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
12
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
kisaran normal bantu nafas, dan retraksi dinding dada intervensi yang akan diberikan
3= Deviasi sedang dari kisaran normal 3. Monitor pola nafas (misalnya, 3. Mengetahui permasalahan jalan nafas yang
4= Deviasi ringan dari kisaran normal bradipneu, takipneu, hiperventilasi, dialami dan keefektifan pola nafas klien
untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
5= Tidak ada deviasi dari kisaran normal kusmaul, pernapasan 1:1, apneustik,
respirasi biot dan pola ataxic)
Dengan kriteria hasil: 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 4. Kesimetrisan menggambarkan apakah paru-
paru mengembang dengan sempurna
Frekuensi pernapasan normal [ ]
13
Irama pernapasan normal [ ] 5. Perkusi torak anterior dan posterior 5. Melihat apakah ada obstruksi di salah satu
Kedalaman insprirasi normal [ ] dari apeks ke basis paru kanan dan kiri bronkus atau adanya gangguan pada
Napasan cuping hidung [ ] ventilasi
Penggunaan otot bantu pernapasan [ ] 6. Catat lokasi trakea 6. Melihat ada atau tidaknya deviasi trakea
Retraksi dinding dada [ ] 7. Auskultasi suara nafas, catat area 7. Suara nafas tambahan dapat menjadi
Sianosis [ ] dimana terjadi penurunan atau tidaknya indicator gangguan kepatenan jalan nafas
ventilasi dan keberadaan suara nafas yang tentunya akan berpengaruh terhadap
tambahan kecukupan pertukaran udara. Adanya bunyi
ronchi menandakan terdapat penumpukan
secret atau secret berlebih di jalan nafas
8. Monitor nilai fungsi paru, terutama 8. Kapasitas vital paru, yaitu volume udara
kapasitas vital paru, volume inspirasi yang dapat dikeluarkan semaksimal
selama 1 detik sesuai data yang tersedia semaksimal mungkin juga, yang besarnya
lebih kurang 3.500 ml
pasien
14
10. Monitor keluhan sesak nafas pasien, 10. Mencegah pasien kekurangan oksigen yang
termasuk kegiatan yang meningkatkan lebih parah
atau memperburuk sesak nafas tersebut
11. Berikan bantuan terapi oksigen 11. Terapi oksigen dapat meningkatkan
sesuai dengan kebutuhan pasien ventilasi dan asupan oksigen
15
b. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
4= Ringan 4. Catat tanda dan gejala penurunan 4. S1 dan murmur yang menonjol
berhubungan dengan curah jantung
5= Tidak ada curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik,
Dengan kriteria hasil:
adanya S3 sebagai tanda adanya
Suara napas tambahan [ ]
kemungkinan gagal jantung
Distensi vena leher [ ]
5. Monitor status pernapasan 5. Status pernapasan salah indicator yang
Kelelahan [ ]
dapat menunjukkan adanya gagal jantung
Tidak ada gangguan kognisi [ ]
16
Wajah tidak pucat [ ] 6. Monitor keseimbangan cairan 6. Penurunan intake terus-menerus dapat
mengakibatkan penurunan sirkulasi yang
berdampak negative pada perfusi
7. Monitor nilai laboratorium yang 7. Nilai laboratorium dapat menunjukkan
tepat hipoperfusi pada tubuh
8. Evaluasi perubahan tekanan darah 8. Perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah vaskuler
9. Lakukan terapi relaksasi, 9. Teknik relaksasi dapat meningkatkan
sebagaimana mestinya ketenangan yang dapat memperlancar
sirkulasi
10. Kolaborasi : berikan obat sesuai 10. Diberikan untuk mengendalikan kerja
dengan indikasi jantung
17
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil Rasionalisasi
(NOC) (NIC)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan NIC: Manajemen Nyeri
selama … x … menit, diharapkan: Aktivitas Keperawatan
NOC: Kontrol Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Pengkajian nyeri membantu menentukan
Dipertahankan ke level … komprehensif yang meliputi lokasi, penanganan untuk mengurangi nyeri
Ditingkatkan ke level … karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
1= Tidak pernah menunjukkan kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
2= Jarang menunjukkan dan factor pencetus
3= Kadang-kadang menunjukkan 2. Observasi adanya petunjuk non 2. Respon non verbal membantu
nyeri terhadap kualitas hidup seperti mengetahui adakah kualitas hidup yang
Menggambarkan factor penyebab [ ]
nafsu makan terganggu
Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri
18
pada profesional kesehatan [ ] 5. Gali bersama pasien factor-faktor 5. Pengetahuan pasien entang nyeri akan
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol yang dapat menurunkan atau mengurangi ketegangan pasien
pada profesional kesehatan [ ]
memperberat nyeri
6. Evaluasi pengalaman nyeri di masa 6. Pengalaman nyeri di masa lalu dapat
lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik membantu perencanaan penanganan
atau nyeri yang menyebabkan disability nyeri
7. Berikan informasi mengenai nyeri 7. Memberikan pengetahuan pada pasien
seperti penyebab nyeri, berapa lama untuk mengenali nyerinya
nyeri akan dirasakan dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
8. Kendalikan factor lingkungan yang 8. Lingkungan yang tenang akan membantu
19
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
20
Kolonisasi kultur area luka [ ] 7. Monitor sayatan untuk tanda dan 7. Mendeteksi dini terjadinya infeksi
gejala infeksi
8. Tingkatkan asupan nutrisi yang 8. Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan
cukup daya tahan tubuh
9. Cairan yang adekuat dapat menjaga
9. Anjurkan asupan cairan dengan tepat tubuh untuk tetap optimal
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Parry, Anne Grifin. 1994. Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Alih Bahasa Monica
Ester. 1999. Jakarta: EGC
23