Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERRAWATAN GERONTIK

“TERAPI KOGNITIF LANSIA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


Kperawatan Gerontik

DOSEN PENGAMPU:
SANTHI MARLINA SIDAURUK, S.Kep Ners

DISUSUN OLEH:
MANTAULINA TAMBA (19.051)
ISNAINI AZIZAH (19.050)
ELFENIA FRANSISKA SIHOTANG (19.053)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKES BINALITA SUDAMA MEDAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karuni-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Dengan membuat makalah ini daharapkan pembaca mampu
memahami materi Terapi Kognitif Lansia.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan.Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun,
guna penyusunan makalah yang lebih baik kedepannya.Harapan penulis semoga makalah
ini memberikan informasi kepada pembaca.

Medan,18 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1.Latar Belakang............................................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3.Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1.Penegertian Terapi......................................................................................................3

2.2.Tujuan Terapi..............................................................................................................3

2.3.Indikasi Terapi............................................................................................................4

2.4.Prisip Dasar dari Terapi Kognitif..............................................................................5

2.5. Pelaksanaan Terapi Kognitif.....................................................................................5

2.6.Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Terapi Kognitif pada Lansia....................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................................11

3.1.Kesimpulan................................................................................................................11

3.2.Saran...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan
biologis, fisik,kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap
seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan pada lanjut
usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap memberikan motivasi agar lansia
dapat hidup produktif sesuai kemampuannya (Darmojo, 2009).

Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi.
registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan juga bahasa. Penurunan ini dapat
mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan proses informasi, dalam memori
panjang lansia akan kesulitan dalam mengungkakapkan kembali informasi baru atau cerita
maupun kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya.

Terapi kognitif dikembangkan tahun 1960-an oleh Aron Beck dan berkaitan dengan
terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika
dagabung dengan dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan dikenal
terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy). Tetapi ini memperlakukan individu
sebagai agen yang berpikir positif dan berinteraksi dengan dunianya.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi kognitif?
2. Apa tujuan terapi kognitif?
3. Apa indikasi terapi kognitif?
4. Apa prinsip dasar terapi kognitif?
5. Bagaimana pelaksanaan terapi kognitif?
6. Apa contoh terapi kognitif pada lansia?

iii
1.3.Tujuan Penulisan
1. Mengetahu pengertian terapi kognitif
2. Mengetahui tujuan terapi kognitif
3. Mengetahui indikasi terapi kognitif
4. Mengetahui prinsip dasar terapi kognitif
5. Mengetahui bagimana pelaksaan terapi kognitif
6. Mengetahui contoh terapi kognitif pada lansia

iv
BAB II

PEMBAHASAN
2.1.Penegertian Terapi
Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek, terstruktur, berorientasi, terhadap
masalah saat ini, dan bersifat terapi individu. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika
digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan di kenal dengan
terapi perilaku kognitif. Terapi ini memerlukan individu sebagai agen yang berfikir aktif
dan berinteraksi dengan dunianya.

Tugas perawat adalah secara aktif dan langsung membantu klien


mempertimbangkan kembali stressor dan mengidentifikasi pola pemikiran atau keyakinan
yang tidak akurat untuk mengatasi masalah klien dari perspektif kognitif.

2.2.Tujuan Terapi
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menentang keakuratan
kognisi negative klien.
2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap realitas
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara
berfikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive,
pikiran yang mengganggu secara otomatis, serta proses pikiran tidak logis yang
dibesar-besarkan. Berfokus pada ikiran individu yang menentukan sifat
fungsionalnya (Videbeck, 2008)
5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan dengan mengubah cara
berfikir maladaptive dan otomatis. Klien harus menyadari kesalahan cara
berfikirnya. Kemudian klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan
cara yang lebih adaptif. Dengan presfektif kognitif, klien dilatih untuk mengenal
dan menghilangkan pikiran-pikiran dan harapan-harapan negative. Cara lain adalah
dengan membantu klien mengidentifikasi kondisi negative, mencarikan alternative,

v
membuat skema, yang sudah ada menjadi fleksibel, dan mencari kognisi perilaku
yang baru dan lebih adaptif
6. Membantu menargetkan proses berfikir serta perilaku yang menyebabkan dan
mempertahankan panic dan kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien,
restrukturisasi kognitif, pernafasan relaksasi terkendali, umpan balik biologi,
mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan
obsessive kompulsif dan selanjutnya mencegah responnya. Misalnya dengan cara
pelimpahan atau pencegahan respon, mengidentifikasi, dan merestrukturisasi
distorsi kognitif melalui psikoedukasi
8. Membantu individu mempelajari respon relaksasi, membentuk hierarki situasi fobia,
dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap
mempertahankan respon relaksasi misalnya dengan cara desensitisasi sistematis.
Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah resepsi klien terhadap situasi
yang ditakutinya
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup
dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara restrukturisasi kognitif
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang
salah
11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktifitas sosialnya
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal

2.3.Indikasi Terapi
Terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri yang lazim, terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan
3. Individu yang mengalami stress emosional
4. Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder) yang sering terjadi
pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresan

vi
jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering
terjadi
5. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik)
6. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
7. Gangguan makan
8. Gangguan mood
9. Gangguan psikoseksual
10. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya

2.4. Prisip Dasar dari Terapi Kognitif


Antara lain (Westbrook, Kennerly & Krik,2007):
1. Prinsip kognitif: masalah psikologis merupakan hasil interpretasi dari saebuah
kejadian, bukan kejadian itu sendiri
2. Prinsip perilaku: perilaku individu dapat sangat mempengaruhi pikiran dan
emosinya
3. Prinsip kontinum: gangguan bukanlah suatu proses mental normal yang berlebihan
hingga menjadi masalah
4. Prinsip here-and-now: lebih baik berproses pada masa kini daripada masa lalu
5. Pinsip sistem yang berinteraksi: melihat masalah sebagai interaksi pikiran, emosi,
perilaku, fisiologi, dan lingkungan perilaku yang dimiliki individu
6. Prinsip empiris: penting untuk mengevaluasi teori dan terapi secara empiris

2.5. Pelaksanaan Terapi Kognitif


A. Teknik Tiga Kolom
Teknik 3 kolom adalah treatmen yang dagunakan dalam terapi kognitif. Kolom pertama
berisi pikiran otomatis, kolom kedua berisi distorsi kognitif dan kolom ketiga berisi
tanggapan rasional.Distorsi kognitif merupakan kesalahan logika, kesalahan dalam
penalaran, atau pandangan individual dunia yang tidak mencerminkan realitas.

vii
Contoh metode dengan teknik 3 kolom
Pikiran Otomatis Distorsi Kognitif Tanggapan Rasional
Saya tidak pernah benar Overgeneralisasi Omong kosong! Saya juga
melakukan banyak hal yang baik
Saya selalu menyusahkan overgeneralisasi Saya tidak selalu menyusahkan
orang lain orang lain, saya masih bisa
melakukan beberapa hal tanpa
bantuan orang lain

Terapi kognitif terdiri iatas delapan sesi, yang masing-masing sesi dilaksanakan terpisah.
Setiap sesi berlangsung selama 30-40 menit membutuhkaan konsentrasi tinggi.

1.Sesi I: Ungkap pikiran otomatis

a. Identifikasi masalah dengan apa, dimana, kapan saja, siapa (what, where, when,
who)
b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis dan diklasifikasikan dalam distorsi kognitif

2.Sesi II: Alasan

a. Review kembali sesi 1


b. Diskusikan pikiran otomatis
c. Tanyakan penyebabnya
d. Beri respon atau tanggapan
e. Tanyakan tindakan pasien
f. Anjurkan menulis perasaan
g. Beri rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien dibahas pada pertemuan
berikutnya.

3.Sesi III: Tanggapan

a. Diskusikan hasil tulisan pasien


b. Dorong pasien untuk memberikan pendapat
c. Berikan umpan balik

viii
d. Dorong pasien untuk ungkapkan keinginan
e. Beri persepsi / pandangan perawat terhadap keinginan tersebut
f. Beri penguatan (reinforcement) positif
g. Jelaskan metode tiga kolom
h. Diskusikan cara menggunakan metode tiga kolom
i. Rencana tindak lanjut, yaitu anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara
penyelesaiannya

4.Sesi IV: Menuliskan

a. Tanyakan perasaan pasien saat menuliskan rencana tindak lanjut pada sesi III
b. Dorong pasien untuk mengomentari tulisan
c. Beri respon / tanggapan dan umpan balik
d. Anjurkan untuk menuliskan buku harian
e. Rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien akan dibahas

5.Sesi V: Penyelesaian masalah

a. Diskusikan kembali prinsip teknik tiga kolom


b. Tanyakan stressor / masalah baru dan cara penyelesaiannya
c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis negative
d. Berikan penguatan (reinformacment) positf
e. Anjurkan menulis pikiran otomatis dan tanggapan rasional saat menghaadapi
masalah

6.Sesi VI: Manfaat tanggapan

a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional


b. Berikan umpan balik
c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
e. Tanyakan hambatan yang dialami
f. Berikan persepsi / tanggapan perawat
g. Anjurkan mengatasi sesuai kemampuan

ix
h. Berikan penguatan (reinforcement) positif

7.Sesi VII: Ungkap hasil

a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan terapi kognitif


b. Beri reinforcement (positif) dan pendapat perawat
c. Diskusikan manfaat yang dirasakan
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
e. Beri persepsi terhadap hambatan yang dihadapi
f. Diskusikan hambatan yang dihadapi dan cara mengatasinya
g. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
h. Berikan penguatan renfircement (positif)

8. Sesi VIII: Catatan harian

a. Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian


b. Berikan penguatan (reinforcement) positif
c. Diskusikan manfaat buku harian
d. Anjurkan membuka buku harian jika menghadapi masalah yang sama
e. Tanyakan kesulitan dan diskusikan

2.6.Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Terapi Kogntif Pada Lansia


Contoh Pelaksanaan Terapi : Terapi Bermain Puzzle

Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kognitif adalah dengan mengajak mereka
bermain puzzle. Hal ini bertujuan untuk melatih organ otak untuk mengingat hal dan tidak
mudah pikun. Dengan permainan ini maka lansia akan terangsang daya ingat dan kreatifnya
untuk berpikir dan melakukannya dengan perasaan yang riang gembira serta antusias tinggi.

SOP TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT DEMENSIA

1. Fase Persiapan

a. Membuat kontrak dengan klien

x
b. Meningkatkan kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan tempat pertemuan untuk terapi
d. Mempersiapan alat : kartu puzzle dan papan nama klien

2. Fase Orientasi

a. Memberi salam terapeutik


b. Memperkenalkan diri
c. Peserta memakai papan nama yang sudah disediakan terapis

3. Evaluasi / Validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

4. Kontrak

a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan memperkenalkan diri


b. Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus minta izin kepada
terapis
 Lama kegiatan 1 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

5. Tahap Kerja

a. Membagi klien dengan beberapa tim, 1 tim terdiri dari 3 orang


b. Memberikan penjelasan cara bermain puzzle
c. Membagikan puzzle yang berbeda ke masing-masing kelompok, dan meminta klien
menyusun dan menyebutkan gambar puzzle. Kelompok yang sudah menyelesakan
puzzlenya, dapat menukar puzzle dengan kelompok yang juga sudah menyelesaikan
susunan puzzlenya
d. Beri pujian untuk keberhasilan anggota kelopok dengan memberi tepuk tangan

6. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

xi
 Terapis menanyakan klien setelah mengikuti terapi bermain puzzle dan
meminta menyebutkan gambar dari masing-masing puzzle
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
 Kegiatan dilakukan 2x dalam 2 hari selama 1 jam dalam 1 kali pertemuan

xii
BAB III

PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur yang
mamberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya,
memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya serta mampu memecahkan
masalah tersebut.

Tujuan dari terapi kognitif pada lansia adalah untuk mengubah pikiran dari tidak
logis dan negative menjadi objektif, rasioanl, dan positif, meningkatkan aktivitas
menurunkan perilaku yang tidak diinginkan, serta meningkatkan keterampilan sosial pada
lansia yang mengalami masalah pada fungsi kognitifnya.

3.2.Saran
Bagi pembaca, diharapkan makalah ini mampu menjadi sumber pengetahuan
mengenai terapi kognitif sesuai dengan pedoman yang ada. Bagi penulis, hasil makalah ini
diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi bahan pembanding pada penulisan
selanjutnya

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Bandyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Nuha

Medika

Dermawan, D & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsepdan Kerangka Kerja Asuhan

Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

xiv

Anda mungkin juga menyukai