DOSEN PENGAMPU:
SANTHI MARLINA SIDAURUK, S.Kep Ners
DISUSUN OLEH:
MANTAULINA TAMBA (19.051)
ISNAINI AZIZAH (19.050)
ELFENIA FRANSISKA SIHOTANG (19.053)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1.Latar Belakang............................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3.Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1.Penegertian Terapi......................................................................................................3
2.2.Tujuan Terapi..............................................................................................................3
2.3.Indikasi Terapi............................................................................................................4
3.1.Kesimpulan................................................................................................................11
3.2.Saran...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan
biologis, fisik,kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap
seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan pada lanjut
usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap memberikan motivasi agar lansia
dapat hidup produktif sesuai kemampuannya (Darmojo, 2009).
Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi.
registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan juga bahasa. Penurunan ini dapat
mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan proses informasi, dalam memori
panjang lansia akan kesulitan dalam mengungkakapkan kembali informasi baru atau cerita
maupun kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya.
Terapi kognitif dikembangkan tahun 1960-an oleh Aron Beck dan berkaitan dengan
terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika
dagabung dengan dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan dikenal
terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy). Tetapi ini memperlakukan individu
sebagai agen yang berpikir positif dan berinteraksi dengan dunianya.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi kognitif?
2. Apa tujuan terapi kognitif?
3. Apa indikasi terapi kognitif?
4. Apa prinsip dasar terapi kognitif?
5. Bagaimana pelaksanaan terapi kognitif?
6. Apa contoh terapi kognitif pada lansia?
iii
1.3.Tujuan Penulisan
1. Mengetahu pengertian terapi kognitif
2. Mengetahui tujuan terapi kognitif
3. Mengetahui indikasi terapi kognitif
4. Mengetahui prinsip dasar terapi kognitif
5. Mengetahui bagimana pelaksaan terapi kognitif
6. Mengetahui contoh terapi kognitif pada lansia
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Penegertian Terapi
Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek, terstruktur, berorientasi, terhadap
masalah saat ini, dan bersifat terapi individu. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika
digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan di kenal dengan
terapi perilaku kognitif. Terapi ini memerlukan individu sebagai agen yang berfikir aktif
dan berinteraksi dengan dunianya.
2.2.Tujuan Terapi
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menentang keakuratan
kognisi negative klien.
2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap realitas
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara
berfikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive,
pikiran yang mengganggu secara otomatis, serta proses pikiran tidak logis yang
dibesar-besarkan. Berfokus pada ikiran individu yang menentukan sifat
fungsionalnya (Videbeck, 2008)
5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan dengan mengubah cara
berfikir maladaptive dan otomatis. Klien harus menyadari kesalahan cara
berfikirnya. Kemudian klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan
cara yang lebih adaptif. Dengan presfektif kognitif, klien dilatih untuk mengenal
dan menghilangkan pikiran-pikiran dan harapan-harapan negative. Cara lain adalah
dengan membantu klien mengidentifikasi kondisi negative, mencarikan alternative,
v
membuat skema, yang sudah ada menjadi fleksibel, dan mencari kognisi perilaku
yang baru dan lebih adaptif
6. Membantu menargetkan proses berfikir serta perilaku yang menyebabkan dan
mempertahankan panic dan kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien,
restrukturisasi kognitif, pernafasan relaksasi terkendali, umpan balik biologi,
mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan
obsessive kompulsif dan selanjutnya mencegah responnya. Misalnya dengan cara
pelimpahan atau pencegahan respon, mengidentifikasi, dan merestrukturisasi
distorsi kognitif melalui psikoedukasi
8. Membantu individu mempelajari respon relaksasi, membentuk hierarki situasi fobia,
dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap
mempertahankan respon relaksasi misalnya dengan cara desensitisasi sistematis.
Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah resepsi klien terhadap situasi
yang ditakutinya
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup
dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara restrukturisasi kognitif
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang
salah
11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktifitas sosialnya
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal
2.3.Indikasi Terapi
Terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri yang lazim, terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan
3. Individu yang mengalami stress emosional
4. Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder) yang sering terjadi
pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresan
vi
jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering
terjadi
5. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik)
6. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
7. Gangguan makan
8. Gangguan mood
9. Gangguan psikoseksual
10. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya
vii
Contoh metode dengan teknik 3 kolom
Pikiran Otomatis Distorsi Kognitif Tanggapan Rasional
Saya tidak pernah benar Overgeneralisasi Omong kosong! Saya juga
melakukan banyak hal yang baik
Saya selalu menyusahkan overgeneralisasi Saya tidak selalu menyusahkan
orang lain orang lain, saya masih bisa
melakukan beberapa hal tanpa
bantuan orang lain
Terapi kognitif terdiri iatas delapan sesi, yang masing-masing sesi dilaksanakan terpisah.
Setiap sesi berlangsung selama 30-40 menit membutuhkaan konsentrasi tinggi.
a. Identifikasi masalah dengan apa, dimana, kapan saja, siapa (what, where, when,
who)
b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis dan diklasifikasikan dalam distorsi kognitif
viii
d. Dorong pasien untuk ungkapkan keinginan
e. Beri persepsi / pandangan perawat terhadap keinginan tersebut
f. Beri penguatan (reinforcement) positif
g. Jelaskan metode tiga kolom
h. Diskusikan cara menggunakan metode tiga kolom
i. Rencana tindak lanjut, yaitu anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara
penyelesaiannya
a. Tanyakan perasaan pasien saat menuliskan rencana tindak lanjut pada sesi III
b. Dorong pasien untuk mengomentari tulisan
c. Beri respon / tanggapan dan umpan balik
d. Anjurkan untuk menuliskan buku harian
e. Rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien akan dibahas
ix
h. Berikan penguatan (reinforcement) positif
Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kognitif adalah dengan mengajak mereka
bermain puzzle. Hal ini bertujuan untuk melatih organ otak untuk mengingat hal dan tidak
mudah pikun. Dengan permainan ini maka lansia akan terangsang daya ingat dan kreatifnya
untuk berpikir dan melakukannya dengan perasaan yang riang gembira serta antusias tinggi.
1. Fase Persiapan
x
b. Meningkatkan kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan tempat pertemuan untuk terapi
d. Mempersiapan alat : kartu puzzle dan papan nama klien
2. Fase Orientasi
3. Evaluasi / Validasi
4. Kontrak
5. Tahap Kerja
6. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
xi
Terapis menanyakan klien setelah mengikuti terapi bermain puzzle dan
meminta menyebutkan gambar dari masing-masing puzzle
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Kegiatan dilakukan 2x dalam 2 hari selama 1 jam dalam 1 kali pertemuan
xii
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur yang
mamberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya,
memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya serta mampu memecahkan
masalah tersebut.
Tujuan dari terapi kognitif pada lansia adalah untuk mengubah pikiran dari tidak
logis dan negative menjadi objektif, rasioanl, dan positif, meningkatkan aktivitas
menurunkan perilaku yang tidak diinginkan, serta meningkatkan keterampilan sosial pada
lansia yang mengalami masalah pada fungsi kognitifnya.
3.2.Saran
Bagi pembaca, diharapkan makalah ini mampu menjadi sumber pengetahuan
mengenai terapi kognitif sesuai dengan pedoman yang ada. Bagi penulis, hasil makalah ini
diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi bahan pembanding pada penulisan
selanjutnya
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Medika
Dermawan, D & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsepdan Kerangka Kerja Asuhan
xiv