Anda di halaman 1dari 19

Halaqah yang ke-91 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis

oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.

Kemudian beliau mendatangkan sabda Nabi ‫ﷺ‬

‫ َأْي‬:‫ َفَأُقوُل‬،‫ َح َّتى ِإَذا َأْه َو ْيُت ُأِلَناِو َلُهْم اْخ ُتِلُج وا ُدوِني‬، ‫ َلُيْر َفَعَّن ِإَلَّي ِر َج اٌل ِم ْن ُك ْم‬، ‫َو َلُهم َع ِن اْب ِن َمْسُعوٍد «َأَنا َفَر ُطُك ْم َع َلى الَح ْو ِض‬
‫ َال َتْد ِر ي َما َأْح َدُثوا َبْعَدَك‬:‫ َيُقوُل‬،‫َر ِّب ! َأْص َح اِبي‬

Dan didalam hadits Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin mas’ud beliau mengatakan
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda aku akan mendahului kalian di atas telaga, maksudnya adalah
telaga Beliau ‫ﷺ‬, aku akan mendahului kalian di atas telaga tersebut, akan diangkat
kepadaku, diangkat kepadaku seakan-akan mau didatangkan kepada Nabi ‫ﷺ‬
beberapa orang dari ummatku ketika aku mengambil air untuk memberikan gelas tadi
kepada orang-orang tadi, tiba-tiba mereka dihalangi dariku maka Beliau ‫ﷺ‬
mengatakan wahai Robb mereka ini adalah para sahabat, dikatakan kepada Beliau ‫ﷺ‬
sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang dilakukan oleh mereka setelahmu.

‫َو َلُهم َع ِن اْب ِن َمْسُعوٍد‬

Dan didalam shahih Bukhori dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud, beliau mengatakan
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda

‫َأَنا َفَر ُطُكْم َع َلى الَح ْو ِض‬

Aku akan mendahului kalian di atas telaga, maksudnya adalah telaga Beliau ‫ﷺ‬, faroth
artinya adalah mutaqoddim, Beliau ‫ ﷺ‬akan mendahului kita sampai ketelaga Beliau
‫ﷺ‬, menunjukkan bahwasanya diantara iman dengan hari akhir adalah beriman
bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬memiliki ‫ َح ْو ض‬dan bahwasanya Beliau ‫ ﷺ‬akan mendahului
kita Beliau ‫ ﷺ‬akan kesana dan melayani.

Ketika manusia termasuk di antaranya kaum muslimin dalam keadaan mereka kehausan
berada di padang mahsyar, panas dan waktu yang sangat panjang kemudian mereka
mendapatkan kenikmatan meminum air yang sangat lezat disebutkan dalam hadits ‫أبرد‬
‫ من الثلج‬dia lebih dingin daripada es, semakin dingin semakin nikmat. Dan dia lebih manis
daripada madu, ‫أحلى من العسل‬, dan ini adalah kenikmatan tersendiri, kemudian dia lebih
putih daripada susu, kemudian disebutkan didalam hadits barang siapa yang meminum
darinya maka dia tidak akan haus selama-lamanya. Ditambah lagi kenikmatan siapa yang
melayani, Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dan disebutkan didalam hadits bahwasanya disana nanti akan disediakan gelas, teko,
‫ كنجوم السماء‬yang disebutkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dia adalah seperti bintang yang ada di
langit. ‘Seperti’ di sini disamakan diserupakan dari dua sisi, sisi yang pertama dari sisi
indahnya, jadi gelas yang dipakai teko yang dipakai adalah gelas-gelas yang indah dan
ini kenikmatan sendiri ketika meminum dari gelasnya dan gelas yang mengkilap yang
indah, kemudian yang kedua dilihat dari sisi banyaknya kita itu bahwasanya umat Islam
ini adalah umat yang banyak meskipun dia umat yang banyak jangan khawatir kita tidak
akan antri ketika meminum telaganya Nabi ‫ﷺ‬, Allāh ‫ ﷻ‬telah menyediakan teko
yang banyak dan gelas-gelas yang banyak.

Sehingga antum datang langsung, bukan menunggu dalam keadaan menahan hausnya,
tidak, langsung disitu dan yang melayani adalah Nabi ‫ ﷺ‬ditambah lagi kenikmatan
yang lain telaga ini adalah telaga yang sangat luas, panjangnya satu bulan perjalanan
dan lebarnya juga satu bulan perjalanan dan ini adalah nikmat tersendiri. Berbeda kalau
telaganya cuma sedikit sementara yang datang orang banyak, antum ketakutan
kehabisan sebelum antum meminum telaga tadi, tapi ini telaga yang sangat luas dengan
sifat air yang tadi kita sebutkan.

Aku akan mendahului kalian di atas telaga tersebut

‫َلُيْر َفَعَّن ِإَلَّي ِر َج اٌل ِم ْن ُك ْم‬

Akan diangkat kepadaku (seakan-akan mau didatangkan kepada Nabi ‫ )ﷺ‬beberapa


orang dari umatku, dari mana Beliau ‫ ﷺ‬mengetahui itu adalah umat Beliau ‫ﷺ‬,
dari bekas wudhu, dilihat dari jauh orang-orang ini adalah putih wajahnya tangannya
artinya dia berwudhu di dunia makanya Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan min ummati, mereka
dari ummatku, dari sekian banyak manusia Beliau ‫ ﷺ‬mengetahui ciri-ciri ummat
Beliau ‫ ﷺ‬dari bekas wudhunya

‫َح َّتى ِإَذا َأْه َو ْيُت ُأِلَناِو َلُهْم‬

Ketika aku mengambil air untuk memberikan gelas tadi kepada orang-orang tadi, Beliau
‫ ﷺ‬melayani umatnya dan ini adalah kenikmatan tersendiri dilayani oleh Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬, senang Beliau ‫ ﷺ‬melihat mereka yaitu ummatnya datang,
memberikan air kepada mereka menghapuskan dahaga dan haus mereka.

‫اْخ ُتِلُج وا ُدوِني‬

Tiba-tiba mereka dihalangi dariku, sudah mau dikasihkan air tersebut kepada mereka
tiba-tiba dihalangi dari Beliau ‫ ﷺ‬dijauhkan dari Beliau ‫ﷺ‬, bagaimana perasaan
Nabi ‫ ﷺ‬yang sangat sayang kepada umatnya ingin memberikan faedah ingin
memberikan air yang ada didalam telaga Beliau ‫ ﷺ‬yang Allāh ‫ ﷻ‬berikan kepada
Beliau ‫ﷺ‬

‫ َأْي َر ِّب ! َأْص َح اِبي‬:‫َفَأُقوُل‬


Maka Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan wahai Robb mereka ini adalah para sahabat, orang Islam
yang Beliau ‫ ﷺ‬mengenalnya dari tanda-tanda yang ada di dalam jasad mereka

‫ َال َتْد ِر ي َما َأْح َدُثوا َبْعَدَك‬:‫َيُقوُل‬

Dikatakan kepada Beliau ‫ ﷺ‬sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang dilakukan
oleh mereka setelahmu
Yang diucapkan kepada Beliau ‫ﷺ‬

‫َال َتْد ِر ي َما َأْح َدُثوا َبْعَدَك‬

didalamnya ada beberapa faedah. Yang pertama menunjukkan bahwasanya Nabi ‫ﷺ‬
tidak mengetahui ilmu yang ghoib dan Beliau ‫ ﷺ‬tidak tahu apa yang terjadi setelah
kematian Beliau ‫ ﷺ‬karena disebutkan disini ‫ َال َتْد ِر ي‬engkau tidak tahu apa yang
mereka lakukan setelahmu, yaitu setelah engkau meninggal dunia apa yang mereka
lakukan berupa kebaikan berupa kejelekan engkau tidak tahu, kalau Nabi ‫ ﷺ‬tidak
mengetahui lalu bagaimana diyakini bahwasanya orang yang meninggal dunia ini tahu
yang dilakukan oleh keluarganya tahu apa yang dilakukan oleh istrinya dan seterusnya,
tidak ada yang tahu. Nabi ‫ ﷺ‬sendiri Beliau ‫ ﷺ‬tidak tahu apa yang terjadi setelah
Beliau ‫ ﷺ‬meninggal dunia.

‫َما َأْح َدُثوا َبْعَدَك‬

Apa yang mereka perbuat, yang mereka ada-adakan setelah dirimu

Kalimat ‫ َأْح َدُثوا‬bisa merupakan kalimat yang umum, masuk di dalamnya murtad
sebelumnya Islam kemudian dia murtad dari agamanya dan Nabi ‫ ﷺ‬ketika Beliau
‫ ﷺ‬meninggal dunia tahunya ini sahabatnya setelah itu murtad dan kalau murtad itu
Beliau ‫ ﷺ‬tidak tahu cuma pas meninggal dunia tahunya dia adalah seorang
shahabat, pernah bertemu dengan Beliau ‫ ﷺ‬mengaku beriman setelah Beliau ‫ﷺ‬
meninggal dunia dia murtad dan ada yang murtad setelah meninggalnya Nabi ‫ﷺ‬
dan dia murtad ini bukan dinamakan dengan shahabat, yang diakhiri hidupnya dengan
riddah keluar dari agama Islam maka ini tidak dinamakan dengan shahabat karena
pengertian shahabat

‫َمْن َلِقَي الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُمْسِلمًا ُثَّم َم اَت َع َلى اِإلْس َالِم‬

Orang yang bertemu dengan Nabi ‫ ﷺ‬dalam keadaan dia beriman kemudian
meninggal dalam keadaan Islam, dalam keadaan Iman. Kalau dia meninggal dalam
keadaan murtad tidak dinamakan dengan shahabat.
Termasuk didalam kalimat ‫ َأْح َدُثوا‬disini orang yang melakukan bid’ah di dalam agama
karena bid’ah ini adalah ‫ُمْح َدث‬
‫َو َش ُّر اُأْلُموِر ُمْح َدَثاُتَها َو ُك ّل ُمْح َدَثٍة ِبْدَع ٌة‬

Berarti masuk didalamnya ‫ ُمْح َدث‬adalah membuat bid’ah didalam agama sehingga banyak
ulama menyebutkan bahwasanya orang-orang khowarij dan orang-orang ahlul bid’ah
mereka masuk di dalam hadits ini termasuk orang-orang yang tidak bisa atau tidak
meminum telaganya Nabi ‫ ﷺ‬dengan sebab mereka membuat bid’ah didalam agama.

Bagaimana Nabi ‫ ﷺ‬mendakwahkan islam dengan pengorbanan yang luar biasa


menyampaikan risalah Allāh ‫ﷻ‬, ini tata cara ibadah ini akidah ini akhlak kemudian ada
sebagian orang yang datang meremehkan sunnah Beliau ‫ ﷺ‬memilih bid’ah daripada
sunnah Nabi ‫ﷺ‬, ini tidak pantas untuk minum telaganya Nabi ‫ﷺ‬.

Banyak para ulama yang ketika menjelaskan ‫ َما َأْح َدُثوا َبْعَدَك‬ini maksud di dalamnya ahlul
bid’ah, al-murjiah al-mu’tazilah al-khawarij, jadi ini menunjukkan tentang keutamaan
Istiqomah di atas Islam yang telah disampaikan oleh Nabi ‫ﷺ‬, maka Istiqomah ini
menjadi sebab seseorang kelak bisa meminum telaganya Nabi ‫ﷺ‬. Adapun orang
yang memilih bid’ah daripada Islam yang dibawa oleh Nabi ‫ ﷺ‬maka ini
dikhawatirkan dia termasuk orang yang tidak meminum telaganya Nabi ‫ﷺ‬

Dengan kehinaan yang seperti ini, sudah datang dalam keadaan berangan-angan ingin
minum, sudah mau datang, mau dikasih oleh Nabi ‫ ﷺ‬ternyata dijauhkan dari telaga
tersebut tentunya dia akhirnya tidak bisa minum dalam keadaan terus masih dalam
keadaan haus, kemudian yang kedua dia terhina dengan perlakuan seperti ini. Dia sudah
mau datang mau minum dan merasa kita ini umatnya Nabi ‫ ﷺ‬ternyata diusir tidak
bisa meminum telaganya Nabi ‫ﷺ‬, maka ini adalah pertama dia tetap dalam keadaan
haus yang luar biasa sudah lama tidak minum kemudian dalam keadaan terhina dan
lebih tersiksa lagi melihat orang lain minum sementara dia sendiri tidak minum.

Jelas hadits ini menunjukkan tentang perintah untuk Istiqomah di atas Islam dan tahdzir
peringatan manusia supaya jangan membuat sesuatu yang baru di dalam agama Islam
dan bukan berarti mereka tidak meminum dari telaganya Nabi ‫ ﷺ‬kemudian mereka
tidak masuk surga, tidak saling melazimkan antara dua perkara ini.

Jadi saat itu hukumannya dia tidak meminum telaganya Nabi ‫ﷺ‬, berbeda dengan
umat Islam yang lain tapi bukan berarti mereka diharamkan masuk ke dalam surga, kalau
dia muslim dan bid’ahnya tidak sampai mukaffirah maka kelak dia akan masuk ke dalam
surga, tapi ini hukuman tersendiri bagi orang yang melakukan bid’ah di dalam agama.

Dan bukan berarti orang yang meminum dari telaganya Nabi ‫ ﷺ‬kemudian dia tidak
masuk neraka, bukan berarti dia tidak masuk neraka, kalau dia termasuk umatnya Nabi
‫ ﷺ‬tapi dia melakukan dosa besar maka orang yang melakukan dosa besar taḥta
masyiatillah, kalau Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki maka Allāh ‫ ﷻ‬ampuni dosa besar tadi
kalau Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki maka Allāh ‫ ﷻ‬tidak ampuni dan dimasukkan ke dalam
neraka terlebih dahulu.

Sehingga nanti akan melewati jembatan shirath mungkin saja orang yang sebelumnya
dia meminum telaganya Nabi ‫ ﷺ‬hilang dahaganya ketika dia melewati jembatan
shirath ternyata dia terjatuh kedalam neraka, tapi kalau dia terjatuh dan dia sudah
meminum telaganya Nabi ‫ ﷺ‬maka dia tidak akan merasakan kehausan di dalam
neraka, tidak merasakan haus di dalam neraka mungkin terbakar sebagian anggota
tubuhnya tapi dia tidak merasakan haus karena Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan

‫َمْن َش ِر َب َلْم َيْظَم ْأ َأَبًدا‬

Orang yang meminum dari telaga tersebut maka dia tidak akan haus selama-lamanya,
seandainya dia masuk ke dalam neraka maka tidak akan haus dalam neraka tersebut.

Halaqah yang ke-92 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis
oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mengatakan

‫ «َو ِد ْدُت َأَّنا َقْد َر َأْيَنا ِإْخ َو اَنَنا‬:‫ َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َر ِض َي الَّلُه َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬:‫َو َلُهَما‬

Beliau mengatakan ‫ َو َلُهَما‬berarti diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim

Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan aku berkeinginan untuk melihat saudara-saudara kami, atau


kami berkeinginan, seandainya kita, Beliau ‫ ﷺ‬dan juga para sahabat, itu melihat
saudara-saudara mereka

‫ َيا َر ُسوَل الَّلِه ؟‬، ‫ َأَو َلْسَنا ِإْخ َو اَنَك‬:‫َقاُلوا‬

Mereka mengatakan, bukankah kami adalah ‫ َيا َر ُسوَل الَّلِه ؟‬، ‫ِإْخ َو اَنَك‬, kami adalah saudara-
saudaramu ya Rasulullah, yaitu saudara-saudara didalam Islam. Ini yang dipahami oleh
para sahabat saat itu

‫ «َأْنُتْم َأْص َح اِبي‬:‫َقاَل‬

Maka Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan bahwasanya maksud ‫ ِإْخ َو ان‬disini bukan ‫ ِإْخ َو ان‬yang umum
sebagaimana dalam firman Allāh ‫( ﷻ‬Al-Hujurat ayat 10) tapi ‫ ِإْخ َو ان‬yang Beliau ‫ﷺ‬
maksud saudara-saudara se-islam yang belum datang, adapun yang sudah bersama
Beliau ‫ ﷺ‬maka dinamakan dengan ‫ َأْص َح اب‬yaitu lebih khusus lagi, bukan hanya ‫ِإْخ َو ان‬
tapi ‫ َص اِح ب‬,‫ َأْص َح اب‬lebih dekat lagi

‫ «َأْنُتْم َأْص َح اِبي‬:‫َقاَل‬


Kalian adalah para sahabatku, karena kalian bertemu beriman dan meninggal dalam
keadaan iman, kalian adalah para sahabat

‫»َو ِإْخ َو اُنَنا اَّلِذيَن َلْم َيْأ ُتوا َبْعُد‬

Adapun ‫ ِإْخ َو انا‬yang aku berkeinginan untuk melihat mereka saja, maka mereka adalah
orang-orang yang belum datang setelahku, yaitu yang belum datang saat Beliau ‫ﷺ‬
mengucapkan ucapan ini maka mereka yang dimaksud dengan ‫ ِإْخ َو ان‬yang Nabi ‫ﷺ‬
berkeinginan untuk melihat mereka.

Dan ini menunjukkan tentang bagaimana rohmannya dan sayangnya Nabi ‫ ﷺ‬kepada
umat Beliau ‫ ﷺ‬secara umum. Sampai ketika Beliau ‫ ﷺ‬saat itu belum melihat
orang-orang Islam yang datang setelah Beliau ‫ﷺ‬, ada di dalam hati Beliau ‫ﷺ‬
keinginan untuk hanya sekedar melihat mereka saja, ingin melihat orang-orang Islam
yang datang setelah Beliau ‫ﷺ‬, ini menunjukkan tentang kecintaan Beliau ‫ﷺ‬
kepada umatnya dan rahmat (kasih sayang) Beliau ‫ ﷺ‬kepada umatnya sampai Beliau
‫ ﷺ‬berkeinginan untuk melihat saja melihat umat yang datang setelah Beliau ‫ﷺ‬.

‫ َك ْيَف َتْع ِر ُف َمْن َلْم َيْأ ِت َبْعُد ِمْن ُأَّمِتَك ؟‬:‫َفَقاُلوا‬

Mereka mengatakan bagaimana engkau mengenal orang yang belum datang diantara
umatmu, bagaimana aku bisa mengenal mereka

‫ َأاَل َيْع ِر ُف َخ ْي َلُه؟‬، ‫ «َأَر َأْي َت َلْو َأَّن َر ُج اًل َلُه َخ ْيٌل ُغ ٌّر ُمَح َّج َلٌة َبْيَن َظْه َر ْي َخ ْي ٍل ُدْه ٍم ُبْهٍم‬:‫َقاَل‬

Bagaimana pendapat kalian seandainya ada seseorang dia memiliki satu kuda, kuda
tersebut ada warna putih di dahinya kemudian warna putih di tangannya dan juga
kakinya

‫َبْيَن َظْه َر ْي َخ ْي ٍل ُدْه ٍم ُبْهٍم‬

Dia berada di tengah-tengah kuda-kuda yang ‫ُدْه ٍم ُبْه م‬, yang mereka adalah kuda-kuda
yang sangat hitam, semuanya hitam, di tengah-tengah kuda-kuda yang semuanya
berwarna hitam, ‫ ُدْه ٍم‬artinya adalah hitam, ‫ ُبْه م‬maksudnya adalah polos hitamnya tidak ada
coret-coretnya atau ada putihnya atau belang-belangnya tidak, polos hitam itu namanya
‫ُبْه م‬. Berarti dia adalah kuda-kuda yang semuanya berwarna hitam dari awal sampai akhir
semuanya berwarna hitam kecuali satu saja ada kuda yang kepalanya dahinya putih dan
kaki dan tangannya putih

‫َأاَل َيْع ِر ُف َخ ْي َلُه؟‬

Apakah laki-laki ini mengenal kuda yang ‫ ُغ ٌّر ُمَح َّج َلٌة‬tadi?
‫ َبَلى‬:‫َقاُلوا‬

Mereka mengatakan iya.

‫َفِإَّنُهْم َيْأ ُتوَن ُغ ًّر ا ُمَح َّج ِليَن ِمَن الُوُض وِء‬،

Setelah Beliau ‫ ﷺ‬membuat permisalan ini, dan boleh seseorang membuat


permisalan kalau memang tidak bertentangan dengan dalil.

Karena manusia di sini ada dua jenis, ada sebagian mereka membuat perumpamaan-
perumpamaan, cantolan-cantolan tapi kalau dilihat ternyata cantolan tadi tidak sesuai
dengan dalil, ini bahaya, bahaya dengan sebagian yang memperbanyak permisalan-
permisalan tadi karena orang awam ketika mereka mendengar dan mereka tidak tahu
tentang dalil, ketika membuat permisalan dan perumpamaan tadi masuk ke akal mereka
menganggap ini sesuatu yang pasti, sesuatu yang hak, sehingga dengan mudah mereka
mengikuti perumpamaan-perumpamaan tadi.

Seperti misalnya orang yang mengumpamakan bahwasanya kita memiliki tujuan yang
sama yaitu ingin baik, ingin masuk ke dalam surga. Ini perumpamaannya seperti orang
yang mau ke Jakarta, terserah dia mau melewati tol yang mana semuanya meskipun
tolnya berbeda akan menuju ke kota yang sama yaitu Jakarta. Kemudian mengatakan
ana ikut aliran ini antum ikut aliran tersebut, yang penting kita Istiqomah tidak keluar
dari jalan tol tadi kita akan sampai sama-sama ke Jakarta, oh iya ya benar berarti. Ini
hati-hati dengan cantolan-cantolan seperti ini, dilihat dalilnya dulu kalau sesuai dengan
dalil silahkan dipake kalau tidak sesuai dengan dalil berarti ini adalah perumpamaan
yang salah.

Karena Allāh ‫ ﷻ‬menyebutkan dalam banyak dalil bahwasanya jalan menuju Allāh
‫ ﷻ‬itu hanya satu bukan berbilang, jadi mengumpamakan jalan menuju Allāh ‫ﷻ‬
dengan jalan jalan menuju Jakarta tadi ini adalah permisalan yang salah dan banyak
aliran-aliran yang membuat perumpamaan-perumpamaan seperti ini dan banyak yang
tertipu, maka kita harus kritis melihat apakah perumpamaan ini sesuai dengan dalil atau
tidak.

Halaqah yang ke-93 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis
oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.

Nabi ‫ ﷺ‬membuat permisalan dan ini adalah untuk memudahkan pemahaman

‫َفِإَّنُهْم َيْأ ُتوَن ُغ ًّر ا ُمَح َّج ِليَن ِمَن الُوُض وِء‬

Mereka akan datang dalam keadaan ‫ُغ ًّر ا ُمَح َّج ِليَن ِمَن الُو ُض وِء‬, dalam keadaan kepalanya putih,
tangan dan juga kakinya berwarna putih dengan sebab berwudhu.
‫َو َأَنا َفَر ُطُهْم َع َلى الَح ْو ِض‬،

Dan aku akan mendahului mereka diatas telaga

‫َأاَل َلُيَذاَدَّن ِر َج اٌل َع ْن َح ْو ِض ي‬

Ketahuilah bahwasanya akan diusir beberapa orang di hari kiamat dari telagaku

‫َك َما ُيَذاُد الَبِعيُر الَّض اُّل‬

sebagaimana akan diusir seekor unta yang tersesat.

Maksudnya orang-orang Arab mereka punya unta misalnya, biasanya mereka masing-
masing pengembala itu punya telaga atau tempat air yang dikhususkan untuk onta-
ontanya, kalau misalnya di sana ada onta selain ontanya datang maka akan diusir, tidak
boleh, akan diusir onta tersebut dari telaga yang dikhususkan untuk onta-ontanya

‫ َأاَل َهُلَّم‬: ‫!ُأَناِد يِهْم‬

Beliau ‫ ﷺ‬akan memanggil mereka, kenapa kalian tidak kesini

‫َفُيَقاُل‬:

Dikatakan kepada Nabi ‫ﷺ‬

‫ِإَّنُهْم َقْد َبَّدُلوا َبْعَدَك‬

Sesungguhnya mereka telah mengganti setelahmu

Ketika engkau ada mereka biasa-biasa saja, mengikut, tapi setelah engkau tidak ada
maka mereka ‫َبَّدُلوا‬, maksudnya adalah merubah agama ini, merubah sunnah Nabi ‫ﷺ‬
yang sudah Beliau ‫ ﷺ‬sampaikan kepada umat.

Tentunya ini adalah perkara yang besar, sekali lagi Beliau ‫ ﷺ‬sudah sampaikan
dengan pengorbanan yang sangat luar biasa ternyata ada sebagian orang yang
kemudian dengan mudah dia mengganti apa yang sudah disampaikan oleh Nabi ‫ﷺ‬,
membuat sesuatu yang baru

‫ ُسْح ًقا! ُسْح ًقا‬:‫َفَأُقوُل‬


Ketika Beliau ‫ ﷺ‬mendengar kenapa orang-orang tersebut diusir dari telaga Beliau
‫ ﷺ‬maka Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan ‫ُسْح ًقا! ُسْح ًقا‬, celaka-celaka yaitu bagi orang yang
mengganti agama Nabi ‫ﷺ‬

‫ُسْح ًقا! ُسْح ًقا‬

Maksudnya adalah jauh-jauh, pergi-pergilah, menjauhlah, kalau memang mereka


mengganti dan membuat bid’ah didalam agama maka menjauhlah, jangan minum dari
telaga Nabi ‫ﷺ‬. Tentunya ini adalah sekali lagi keahinaan dan ini adalah siksaan bagi
mereka

Dan sebagaimana hadits yang pertama ini menunjukkan tentang pentingnya istiqomah
di atas islam diatas sunnah, dan diharamkannya seseorang berbuat bid’ah dan bid’ah ini
adalah bagian dari ketidaksempurnaan Islam seseorang

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah

‫ َح َّتى ِإَذا َع َر ْف ُتُهْم‬،‫ «َبْيَنا َأَنا َقاِئٌم ِإَذا ُز ْم َر ٌة‬: ‫َو ِلْل ُبَخ اِر ِّي‬

Ketika aku dalam keadaan berdiri, kalau didalam haditsnya naa’imun, disini didalam
syarhnya qoimun, shahih. Qoimun maksudnya adlah al-haudh

‫َبْيَنا َأَنا َقاِئٌم‬

Ketika aku dalam keadaan berdiri, maksudnya berdiri di telaganya, maksudnya dalam
keadaan berdiri di telaganya melayani umat Beliau ‫ﷺ‬

‫ِإَذا ُز ْم َر ٌة‬

Tiba-tiba ada zumroh, satu kelompok manusia,

‫َح َّتى ِإَذا َع َر ْف ُتُهْم‬

Sehingga ketika aku mengenal mereka dan mereka pun mengenalku artinya mereka
adalah umat Nabi ‫ﷺ‬. Beliau ‫ ﷺ‬mengenal mereka dari sebab bekas wudhu
mereka dan mereka pun mengenal Nabi ‫ﷺ‬

‫َخ َر َج َر ُج ٌل ِمْن َبْيِني َو َبْيِنِهْم‬،

Tiba-tiba ada ‫َر ُج ٌل‬, ada yang mengatakan ‫ َر ُج ٌل‬disini hakikatnya adalah seseorang malaikat
‫َبْيِني َو َبْيِنِهْم‬

Yang dia berada antara diriku dengan zumroh tadi, muncul seseorang yang ada di antara
diriku dengan mereka

‫ َهُلَّم‬:‫َفَقاَل‬،

Maka dia mengatakan ‫َهُلَّم‬, Ayo

‫ َأْيَن ؟‬: ‫َفُقْلُت‬

Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan kepada orang ini mau diajak ke mana mereka, kenapa laki-laki
ini mengatakan kepada mereka yaitu zumroh tadi, yang mereka mengenal Nabi ‫ﷺ‬
dan Nabi ‫ ﷺ‬pun mengenal mereka, laki-laki ini mengatakan kepada zumroh tadi ‫َهُلم‬
(ayo) padahal inikan di dekat siapa? Didekat Nabi ‫ ﷺ‬di dekat telaga Beliau ‫ﷺ‬. Ini
mau diajak ke mana kenapa nggak disuruh mampir dan minum ke telaganya Nabi ‫ﷺ‬
bahkan dia mengatakan ayo, maka Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan ilaina mau diajak kemana

‫ ِإَلى الَّناِر َو الَّلِه‬:‫َقاَل‬،

Dia mengatakan, mereka mau diajak ke neraka demi Allāh ‫ﷻ‬

‫ َما َش ْأ ُنُهْم ؟‬: ‫ُقْلُت‬

Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan kenapa demikian, apa dosa mereka

‫ ِإَّنُهُم اْر َتُّدوا َبْعَدَك َع َلى َأْدَباِر ِهْم الَقْه َقَر ى‬:‫َقاَل‬

Kemudian dia mengatakan sesungguhnya mereka ini murtad setelah dirimu atau bisa
diartikan kembali ke belakang setelah dirimu

‫ُثَّم ِإَذا ُز ْم َر ٌة‬،

Kemudian ada kelompok yang lain

‫ َأْيَن ؟‬: ‫ َفُقْلُت‬، ‫ َهُلَّم‬:‫ َفَقاَل‬، ‫َح َّتى ِإَذا َع َر ْف ُتُهْم َخ َر َج َر ُج ٌل ِمْن َبْيِني َو َبْيِنِهْم‬

Datang kelompok lain lagi kemudian muncul laki-laki lagi dan mengatakan ucapan yang
sama dan Nabi ‫ ﷺ‬juga mengucapkan ucapan yang sama

‫ ِإَّنُهُم اْر َتُّدوا َبْعَدَك َع َلى َأْدَباِر ِهْم الَقْه َقَر ى‬:‫َقاَل‬
Berarti dua kali disebutkan kejadiannya di sini

‫َفَذَك َر ِم ْث َلُه‬

Kemudian disebutkan semisalnya

‫َقاَل‬:

maka Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan

‫»َفَال ُأَر اُه َيْخ ُلُص ِم ْن ُهْم ِإاَّل ِم ْث ُل َهَم ِل الَّنَع ِم‬

Kemudian Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan, maka aku tidak melihat, bisa dibaca ‫ َفَال أَر اُه‬atau ‫َفَال‬
‫ ُأَر اُه‬kalau ‫ ُأَر اُه‬berarti maka aku tidak berpandangan atau berpendapat, menyangka,
bahwasanya tidak selamat diantara mereka kecuali ‫َهَم ِل الَّنَع ِم‬, kecuali seperti ternak yang
tersia-sia. ‫ َهَم ِل‬maksudnya adalah mu’mal yaitu tersia-sia. ‫ الَّنَع ِم‬artinya adalah ternak seperti
unta dan lain-lain, sebagian mengatakan ‫ ِم ْث ُل َهَم ِل الَّنَع ِم‬maksudnya adalah sedikit sekali.
Beliau ‫ ﷺ‬mengabarkan bahwasanya tidak selamat di antara mereka dari neraka
kecuali sangat sedikit, jadi dari zumroh-zumroh tadi yang selamat dari neraka itu hanya
sedikit.

‫»َفَال ُأَر اُه َيْخ ُلُص ِم ْن ُهْم ِإاَّل ِم ْث ُل َهَم ِل الَّنَع ِم‬

Aku menganggap, memandang, bahwasanya tidak selamat di antara mereka dari neraka
kecuali seperti ternak yang tersia-siakan, dan ternak yang tersia-sia ini sedikit
dibandingkan ternak yang terlihat.

Allāhu a’lam bahwasanya disini orang-orang yang bid’ah tadi, yang mereka melakukan
sesuatu yang baru setelah Nabi ‫ﷺ‬, tentunya mereka masuk di dalam hadits ini
sebagaimana hadits-hadits yang sebelumnya, bahwasanya yang selamat dari neraka di
antara mereka ini sedikit, kebanyakan masuk kedalam neraka dan ini kembali seperti
yang sudah pernah kita jelaskan bahwasanya orang yang mengikuti aliran-aliran itu
mereka tahta masyiatillah, kalau Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki maka Allāh ‫ ﷻ‬akan siksa
dengan sebab bid’ah yang mereka lakukan, kalau Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki maka Allāh
‫ ﷻ‬ampuni bid’ah tadi dan disini Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan

‫»َفَال ُأَر اُه َيْخ ُلُص ِم ْن ُهْم ِإاَّل ِم ْث ُل َهَم ِل الَّنَع ِم‬

Tidak selamat kecuali sedikit, berarti banyak diantara mereka yang masuk ke dalam
neraka tapi ada diantara mereka yang Allāh ‫ ﷻ‬menghendaki untuk diampuni.
Halaqah yang ke-94 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis
oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.

Beliau mengatakan

‫ ِفي ِحِد يِث اْب ِن َع َّباٍس‬:‫َو َلُهَما‬

Dan didalam shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah ibn Abbas

‫َفَأُقوُل َك َما َقاَل الَعْبُد الَّص اِلُح‬

Maka aku akan mengatakan seperti yang dilakukan oleh hamba Allāh ‫ ﷻ‬yang sholeh
maksudnya adalah Nabi ‘Isa. Apa yang dilakukan oleh Nabi Isa ketika dihari kiamat
Beliau ditanya oleh Allāh ‫ﷻ‬

‫َء َأنَت ُقۡل َت ِللَّناِس ٱَّتِخ ُذوِني َو ُأِّمَي ِإَٰل َهۡي ِن ِم ن ُدوِن ٱلَّلِۖه‬
[Al Ma”idah:116]

Ada manusia yang menyembah kepadamu, menjadikan kamu sebagai sesembahan


selain Allāh ‫ﷻ‬, apakah kamu dahulu mengatakan kepada orang-orang untuk
menyembah dirimu dan juga ibumu maka diantara ucapan Beliau

‫َتُه َتۡع َلُم َما ِفي َنۡف ِس ي َو ٓاَل َأۡع َلُم َما ِفي َنۡف ِس َۚك ِإَّنَك َأنَت‬
‫َقاَل ُسۡب َٰح َنَك َما َيُك وُن ِلٓي َأۡن َأُقوَل َما َلۡي َس ِلي ِبَح ٍّۚق ِإن ُكنُت ُقۡل ُتُهۥ َفَقۡد َع ِلۡم ۚۥ‬
‫َع َّٰل ُم ٱۡل ُغُيوِب‬
‫َما ُقۡل ُت َلُهۡم ِإاَّل َمٓا َأَمۡر َتِني ِبِهٓۦ َأِن ٱۡع ُبُدوْا ٱلَّلَه َر ِّبي َو َر َّبُك ۚۡم َو ُكنُت َع َلۡي ِهۡم َش ِهيٗد ا َّما ُدۡم ُت ِفيِهۖۡم‬
[ 117-116:‫]المائدة‬

Beliau tidak mengetahui, aku melihat mereka selama aku bersama mereka

‫َفَلَّما َتَو َّفۡي َتِني‬

Ketika Engkau sudah mematikan aku, maksudnya adalah menidurkan Beliau dan
mengangkat Beliau keatas

‫ُكنَت َأنَت ٱلَّر ِقيَب َع َلۡي ِهۚۡم‬

Engkau-lah yang melihat keadaan mereka, ini yang diucapkan oleh Nabi Isa. Aku melihat
ketika aku masih bersama mereka setelah aku tidak bersama mereka maka aku tidak
melihat keadaan mereka, tidak tahu bahwasanya ternyata ada manusia yang
menyembah Beliau. Ada yang menyembah Beliau, Beliau tidak tahu, yang Beliau tahu
ketika Beliau bersama mereka yaitu belum ada orang yang menyembah kepada Beliau,
maka Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬mengingat ucapan Nabi Isa ini dan Beliau ‫ﷺ‬
mengatakan

‫َفَأُقوُل َك َما َقاَل الَعْبُد الَّص اِلُح‬

Aku akan berucap seperti yang diucapkan oleh hamba yang sholeh, yaitu apa?

‫َو ُكنُت َع َلۡي ِهۡم َش ِهيٗد ا َّما ُدۡم ُت ِفيِهۖۡم‬

Aku melihat mereka menyaksikan mereka selama aku bersama mereka tapi setelah
Beliau ‫ ﷺ‬meninggal dunia maka Beliau ‫ ﷺ‬tidak tahu apa yang terjadi, apa yang
mereka ihdats setelah Beliau ‫ ﷺ‬meninggal dunia, ternyata ada yang membuat bid’ah
didalam agama ternyata ada yang melakukan pemurtadan, ini haditsnya

‫َو ِإَّن ُأَناًسا ِمْن َأْص َح اِبي ُيْؤ َخ ُذ ِبِهْم َذاَت الِّش َماِل‬

Ada sebagian orang diantara sahabatku ternyata mereka masuk di dalam ‫َذاَت الِّش َماِل‬
maksudnya adalah dimasukkan ke dalam Jahannam

‫َفَأُقوُل َأْص َح اِبي َأْص َح اِبي‬

Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan sahabatku-sahabatku

‫َفَيُقوُل ِإَّنُهْم َلْم َيَز اُلوا ُمْر َتِّديَن َع َلى َأْع َقاِبِهْم ُم ْن ُذ َفاَر ْق َتُهْم‬

Mereka senantiasa murtad setelah engkau berpisah dengan mereka, yaitu setelah
meninggal Nabi ‫ ﷺ‬disana ada orang-orang yang murtad

‫َفَأُقوُل َك َما َقاَل اْل َعْبُد الَّص اِلُح‬

maka saat itu Beliau ‫ ﷺ‬akan mengucapkan seperti yang diucapkan oleh hamba yang
sholeh

‫َو ُكْنُت َع َلْي ِهْم َش ِهيًدا َما ُدْم ُت ِفيِهْم َفَلَّما َتَو َّفْي َتِني ِإَلى َقْو ِلِه اْلَع ِز يُز اْل َح ِك يُم‬

Ini menunjukkan bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬berlepas diri dari orang-orang yang murtad
setelah Nabi ‫ ﷺ‬atau merubah agamanya setelah Nabi ‫ ﷺ‬dan ini menunjukkan
tentang bahaya meninggalkan Islam. Dan sebab meninggalkan Islam diantaranya adalah
karena sering melakukan bid’ah, sebab meninggalkan Islam dan Nabi ‫ ﷺ‬berlepas diri
dari mereka, orang-orang yang murtad dari agama Islam maka Beliau ‫ ﷺ‬berlepas diri
dari mereka, di antara sebab murtad adalah karena melakukan bid’ah di dalam agama,
karena terus melakukan bid’ah akhirnya lama kelamaan setan menghiasi-hiasi bid’ah
tersebut dan membisiki bahwasanya tidak perlu dengan islam lagi tidak perlu dengan
sunnah lagi dan akhirnya keluar dari agama Islam.

Kemudia setelah itu beliau mengatakan

‫ َع ْنُه َمْر ُفوًع ا‬:‫َو َلُهَما‬

dan bagi keduanya maksudnya adalah Bukhori dan juga Muslim, diangkat sampai Nabi
‫ﷺ‬

‫َما ِمْن َمْو ُلوٍد ِإاَّل ُيوَلُد َع َلى الِفْطَر ِة‬

Tidak ada seorang anak yang dilahirkan kecuali di atas fitrah, dan yang dimaksud dengan
fitrah di sini adalah Al-Islam. Anak yang dilahirkan oleh ibunya maka pertama dia
dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dalam keadaan Islam, seandainya dia tumbuh dan
berkembang bersih tidak ada pengaruh dari luar, tidak ada pengaruh dari orang tua,
tidak ada pengaruh dari setan maka akan tumbuh di atas fitrah, maka dia akan menjadi
seorang muslim.

Namun apakah demikian, tidak, ternyata di sana ada pengaruh-pengaruh dari luar
sehingga fitrah tersebut terkadang berubah, terkadang berasal dari orang tua, terkadang
dari setan. Adapun dari orang tua maka disebutkan dalam hadits ini

‫َفَأَبَو اُه ُيَهِّو َداِنِه‬

Maka kedua orang tuanya menjadikan dia Yahudi

‫َأْو ُيَنِّص َر اِنِه‬

Atau menjadikan dia Nasrani

‫َأْو ُيَم ِّج َساِنِه‬

Atau menjadikan dia majusi.

Penyebutan menjadikan yahudi, menjadikan nasrani, menjadikan majusi menunjukkan


bahwasanya yang dimaksud dengan fitrah tadi adalah Islam, buktinya apa, karena
setelahnya disebutkan hal-hal yang bertentangan dengan Islam dan ini menunjukkan
bahwasanya Yahudiyyah, Nasraniyyah dan juga Majusiyyah ini bertentangan dengan
Islam.
Sebagaimana sudah berlalu, meskipun orang Yahudi menyandarkan mereka kepada
seorang Nabi ‫ﷺ‬, orang Nasrani juga demikian namun setelah kedatangan Nabi
‫ ﷺ‬kalau mereka tidak mengikuti Nabi ‫ ﷺ‬maka mereka telah keluar dari Islam dan
agama mereka adalah agama yang bathil.

Dan sudah disebutkan bahwasanya agama yang bathil terbagi menjadi dua, pertama
adalah agama yang memang ajarannya bertentangan dengan agama Islam seperti
majusiyyah, watsaniyyah, dan ada diantaranya agama yang dia asalnya adalah agama
para Nabi dan juga para Rasul, mereka mengikuti kitab mengikuti Nabi cuma menjadi
bathil setelah kedatangan Rasulullah ‫ﷺ‬. Karena setelah kedatangan Islam yang
dibawa oleh Nabi ‫ ﷺ‬tidak boleh bagi seseorang yang telah mendengar kedatangan
Beliau ‫ ﷺ‬kecuali mengikuti Beliau ‫ﷺ‬.

‫َك َما ُتْنَتُج الَبِهيَم ُة َبِهيَم ًة َج ْم َعاَء‬

Sebagaimana seekor binatang ternak dia melahirkan, memproduksi binatang ternak


yang sempurna. Unta atau sapi atau kambing misalnya, ketika dia melahirkan maka dia
mengeluarkan anak yang sempurna tidak ada kekurangan, ‫ َج ْم َعاَء‬berasal dari kata ‫َج ْم ع‬
maksudnya menyeluruh, sempurna, tidak ada yang terpotong, kakinya sempurna,
telinganya sempurna, matanya sempurna dan seterusnya.

Disini Beliau ‫ ﷺ‬karena berbicara dengan orang-orang Arab yang mereka mengenal
hewan-hewan ternak tersebut ingin memudahkan pemahaman bagi mereka dan sekali
lagi menggunakan perumpamaan ini di gunakan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dengan tujuan untuk
memudahkan memahami apa yang Beliau ‫ ﷺ‬sampaikan, tidak masalah demikian dan
ini adalah termasuk uslub didalam berdakwah namun yang perlu diperhatikan jangan
sampai kita membuat permisalan yang bertentangan dengan syariat.

‫َهْل ُتِحُّسوَن ِفيَها ِمْن َج ْدَع اَء؟‬

Apakah kalian merasakan didalam anak hewan ternak tadi ‫ ِمْن َج ْدَع اَء‬ada sesuatu yang
terpotong atau apakah telinganya terpotong, karena kebiasaan mereka menandai
dengan memotong sebagian anggota badan hewan ternak tersebut. Sebelum dipotong
apakah kalian melihat di dalam anak hewan ternak tersebut cacat atau terpotong
telinganya misalnya, di sini Beliau ‫ ﷺ‬ingin memudahkan pemahaman bagi mereka
bahwasanya asalnya seorang anak manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan dia di
atas Islam menyerahkan diri kepada Allāh ‫ ﷻ‬dan ini menunjukkan tentang keutamaan
Islam

‫َح َّتى َتُك وُنوا َأْنُتْم َتْج َدُع وَنَها؟‬

Sehingga kalianlah yang akhirnya menjadikan dia terpotong, asalnya dalam keadaan
sempurna kemudian kalian yang memotongnya.
Demikian pula manusia yang dilahirkan oleh ibunya maka dia dalam keadaan fitrah di
atas Islam dan kemudian yang merubah adalah orang itu sendiri atau dari orang tuanya
atau dari syaithan sehingga berubah dari awalnya adalah Islam menundukan diri kepada
Allāh ‫ ﷻ‬akhirnya dia menjadi orang yang membangkang, membangkangnya sampai
keluar dari hakikat atau dari pondasi Islam menjadi orang yang kafir atau
membangkangnya adalah dengan cara melakukan bid’ah atau melakukan dosa besar
karena ini semua tentunya bertentangan dengan Islam.

‫ُثَّم َيُقوُل َأُبو ُهَر ْيَر َة‬

Kemudian Abu Hurairah ‫ َر ِض َي الَّلُه َع ْنُه‬membaca firman Allāh ‫ﷻ‬

]30 :‫ِفْطَر َة الَّلِه اَّلِتي َفَطَر الَّناَس َع َلْي َها﴾ [الروم‬

Ini adalah fitrah Allāh ‫ ﷻ‬yang Allāh ‫ ﷻ‬fitrahkan manusia di atasnya. Hadits ini
muttafaqun ‘alaih diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah ‫َر ِض َي الَّلُه َع ْنُه‬

Maka beliau mendatangkan hadits ini untuk menunjukkan kepada kita bahwasanya Islam
ini adalah fitrah manusia dan bahwasanya bid’ah, kesirikan maka ini adalah sesuatu yang
menyelisihi fitrah. Kalau ini adalah fitrah yang sudah Allāh ‫ ﷻ‬fitrahkan di atasnya
manusia maka hendaklah kita menjaga fitrah ini dan istiqomah di atas fitrah ini, tidak
keluar dari fitrah ini baik dalam artian keluar dari agama Islam atau dalam artian
membuat perkara yang baru di dalam agama karena membuat perkara yang baru di
dalam agama ini juga termasuk sesuatu yang bertentangan dengan Islam, bertentangan
dengan penyerahan diri maka tentunya ini adalah dorongan dan perintah bagi kita
semua untuk Istiqomah di atas Islam yaitu Istiqomah di atas fitrah.

Halaqah yang ke-95 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis
oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.

Beliau mengatakan

‫َأ َأ‬ ‫َأ‬


‫ َو ُكْنُت ْس ُلُه َع ِن الَّش ِّر‬، ‫ َك اَن الَّناُس َيْس ُلوَن َر ُسوَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ِن الَخ ْي ِر‬:‫َو َع ْن ُح َذْي َفَة َر ِض َي الَّلُه َع ْنُه َقاَل‬
:‫ َفَهْل َبْعَد َهَذا الَخ ْي ِر ِمْن َش ٍّر ؟ َقاَل‬، ‫ َفَج اَءَنا الَّلُه ِبَهَذا الَخ ْي ِر‬، ‫ َيا َر ُسوَل الَّلِه ! ِإَّنا ُكَّنا ِفي َج اِهِلَّيٍة َو َش ٍّر‬: ‫ َفُقْلُت‬،‫َمَخ اَفَة َأْن ُيْد ِر َك ِني‬
‫ َتْع ِر ُف ِم ْن ُهْم‬،‫ «َقْو ٌم َيْه ُدوَن ِبَغ ْي ِر َهْد ِيي‬:‫ َو َما َدَخ ُنُه؟ َقاَل‬: ‫ َو ِفيِه َدَخ ٌن » ُقْل ُت‬، ‫ «َنَع ْم‬:‫ َو َهْل َبْعَد َذِلَك الَّش ِّر ِمْن َخ ْي ٍر ؟ َقاَل‬: ‫«َنَع ْم » ُقْل ُت‬
‫ َيا َر ُسوَل‬: ‫ َمْن َأَج اَبُهْم ِإَلْي َها َقَذُفوُه ِفيَها» ُقْلُت‬، ‫ ُدَع اٌة ِإَلى َأْبَو اِب َج َهَّنَم‬، ‫ «َنَع ْم‬:‫ َفَهْل َبْعَد َذِلَك الَخ ْي ِر ِمْن َش ٍّر ؟ َقاَل‬: ‫َو ُتْن ِك ُر» ُقْل ُت‬
‫ «َتْل َز ُم َج َماَع َة الُمْسِلِميَن‬:‫ َفَما َتْأ ُمُر ِني ِإْن َأْدَر َك ِني َذِلَك ؟ َقاَل‬: ‫ َو َيَتَك َّلُموَن ِبَأْل ِس َنِتَنا» ُقْلُت‬،‫ «ُهْم ِمْن ِج ْل َدِتَنا‬:‫الَّلِه ! ِص ْف ُهْم َلَنا؟ َفَقاَل‬
‫ َح َّتى ُيْد ِر َك َك‬،‫ َو َلْو َأْن َتَعَّض ِبَأْص ِل َش َج َر ٍة‬،‫ َفِإْن َلْم َيُك ْن َلُهْم َج َماَع ٌة َو َال ِإَماٌم ؟ َقاَل «َفاْع َتِز ْل ِتْل َك الِفَر َق ُك َّلَها‬: ‫ ُقْل ُت‬،» ‫َو ِإَماَم ُهْم‬
‫الَمْو ُت َو َأْنَت َع َلى َذِلَك » َأْخ َر َج اُه‬
‫ َو َمْن َو َقَع‬،‫ َو ُح َّط ِو ْز ُر ُه‬،‫ َفَمْن َو َقَع ِفي َناِر ِه؛ َو َج َب َأْج ُر ُه‬، ‫ «ُثَّم َيْخ ُر ُج الَّدَّج اُل َمَعُه َنْه ٌر َو َناٌر‬:‫ ُثَّم َماَذا؟ َقاَل‬: ‫ ُقْلُت‬:‫َو َز اَد َأُبو َداُو َد‬
‫ «ُثَّم ِهَي ِقَياُم الَّساَع ِة‬:‫ ُثَّم َماَذا؟ َقاَل‬: ‫ ُقْل ُت‬:‫ َقاَل‬،»‫ َو ُح َّط َأْج ُر ُه‬،‫»ِفي َنْه ِر ِه؛ َو َج َب ِو ْز ُر ُه‬
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman; Dahulu manusia mereka bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬
tentang kebaikan dan aku bertanya kepada Beliau ‫ ﷺ‬tentang kejelekan karena aku
takut kejelekan tersebut menemui diriku. Aku bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, wahai
Rasulullah ‫ ﷺ‬dahulu kami berada di dalam jahiliyah dan juga kejelekan kemudian
akhirnya Allāh ‫ ﷻ‬datang kepada kami dengan kebaikan ini, apakah setelah kebaikan
ini ada kejelekan lagi?, Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan iya ada kejelekan, apakah setelah
kejelekan ini setelah fitnah ini akan ada kebaikan lagi? Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan ya ada
kebaikan lagi, tetapi di sana ada ‫َدَخ ٌن‬, ada kotorannya.

Hudzaifah bertanya lagi kepada Nabi ‫ ﷺ‬apakah kotoran tersebut yang menyelinap,
menyelip di dalam kebaikan tadi?, Beliau ‫ ﷺ‬mengatakan yang menjadikan, yang
mengotori kebaikan tadi adalah sebuah kaum yang mereka tidak melakukan sunnah
Nabi ‫ﷺ‬, mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk Nabi ‫ﷺ‬, mengamalkan
bukan dengan amalan Nabi ‫ ﷺ‬dan mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk
Nabi ‫ﷺ‬.

Engkau mengenal dari mereka dan engkau mengingkari. Setelahnya aku mengatakan
apakah setelah kebaikan yang ada ‫ َدَخ ٌن‬nya tadi kemudian datang lagi kejelekan? maka
Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan ya, fitnah yang buta, dan di sana ada dai-dai tapi ternyata
mereka adalah ‫ ُدَع اٌة ِإَلى َأْبَو اِب َج َهَّنَم‬mereka berdiri di depan pintu-pintu tersebut dan ini
adalah perumpamaan maksudnya mereka ‫ ُدَع اٌة‬mengajak manusia berada di atas jahanam
barang siapa yang menjawab ajakan dari da’i-da’i tadi maka langsung oleh da’i tadi
langsung dilemparkan ke dalam jahanam.

Maka Hudzaifah bertanya ya Rasulullah ‫ ﷺ‬sifatkan kepada kami orang-orang


tersebut, maka Beliau ‫ ﷺ‬mengabarkan mereka adalah kaum dari ‫ ِج ْل َدة‬kita dan mereka
berbicara dengan lisan kita, maka Hudzaifah bertanya ya Rasulullah ‫ ﷺ‬apa yang
engkau perintahkan kepadaku ketika aku menemui zaman tersebut? Beliau ‫ﷺ‬
mengatakan kepada Hudzaifah kalau dalam keadaan demikian maka hendaklah engkau
melazimi ‫ َج َماَع َة الُمْسِلِميَن‬jangan engkau tinggalkan jama’ahnya kaum muslimin dan
hendaklah engkau melazimi imamnya kaum muslimin.

Maka Hudzaifah bertanya lagi bagaimana seandainya saat itu tidak ada jama’ah, tidak
ada kaum muslimin, tidak ada orang-orang yang mendengar dan taat kepada imam dan
tidak ada imamnya, maka Nabi ‫ ﷺ‬memberikan petunjuk yang lain. Nabi ‫ﷺ‬
mengatakan kamu tinggalkan firqoh-firqoh itu semuanya meskipun engkau harus
menggigit akar pohon, yaitu pohon yang besar, sampai datang kepadamu kematian dan
engkau dalam keadaan menggigit akar pohon tadi.

Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim dari Hudzaifah bin Al-Yaman.

Al-Imam Muslim ada ziyadah, bahwasanya Hudzaifah bertanya lagi; setelah itu apalagi ya
Rasulullah ‫ ?ﷺ‬Kemudian setelah itu, yaitu di akhir zaman, akan keluar fitnah yang
paling besar di akhir zaman yaitu keluarnya dajjal, dia membawa sungai dan juga
membawa api, barang siapa yang masuk kedalam apinya dajjal ini maka dia akan
mendapatkan pahala dan akan dihilangkan darinya dosa dan barangsiapa yang lebih
memilih masuk ke dalam sungai tadi maka dia berdosa dan akan dihilangkan pahalanya.
Kemudian aku bertanya lagi kemudian setelah itu apa ya Rasulullah ‫ﷺ‬, yang terjadi
setelah itu adalah terjadinya ‫ِقَياُم الَّساَع ِة‬

‫َو َع ْن ُح َذْي َفَة َر ِض َي الَّلُه َع ْنُه‬

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman

‫َأ‬
‫َك اَن الَّناُس َيْس ُلوَن َر ُسوَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ِن الَخ ْي ِر‬

Dahulu manusia, maksudnya adalah para sahabat Nabi ‫ﷺ‬, mereka bertanya kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang kebaikan, tentang besarnya keutamaan amal, bagaimana cara
melakukan amalan ini dan seterusnya, dan maksudnya di sini adalah aghlab, sebagian
besar, ada juga di antara para sahabat selain Hudzaifah yang dia bertanya tentang ‫الَّش ِّر‬,
di sini Hudzaifah berbicara tentang aghlab yaitu kebanyakan manusia mereka bertanya
tentang kebaikan

‫َأ َأ‬
‫َو ُكْنُت ْس ُلُه َع ِن الَّش ِّر‬

Dan aku bertanya kepada Beliau ‫ ﷺ‬tentang kejelekan, tentang fitnah yang terjadi,
tentang kejelekan yang terjadi, dan maksudnya disini adalah aghlab juga, jadi sebagian
besar pertanyaan Hudzaifah adalah tentang kejelekan bukan berarti beliau sama sekali
tidak bertanya tentang kebaikan, disana ada beberapa riwayat, ada beberapa hadits,
beliau juga bertanya tentang kebaikan, jadi baik yang pertama ‫ َك اَن الَّناُس َيْس َأُلوَن‬atau yang
kedua ‫ َو ُكْنُت َأْس َأُلُه‬maksudnya disini adalah sebagian besarnya, bukan berarti beliau sama
sekali tidak bertanya tentang kebaikan dan bukan berarti para sahabat sama sekali tidak
bertanya tentang kejelekan.

Kenapa beliau bertanya tentang kejelekan padahal kebanyakan para sahabat mereka
bertanya tentang kebaikan, ini ada maksudnya, beliau mengatakan

‫َمَخ اَفَة َأْن ُيْد ِر َك ِني‬

Karena aku takut kejelekan tersebut menemui diriku, artinya bertemu dengan kejelekan
kalau dia tidak tahu dan tidak punya ilmu tentang kejelekan tadi maka dikhawatirkan dia
terjerumus karena dia tidak mengetahui. Berbeda kalau sebelumnya dia sudah diberitahu
tentang ilmu dan dikabarkan tentang kejelekan ini maka ketika datang biidznillah, kalau
Allāh ‫ ﷻ‬memberikan taufik kepadanya dengan ilmu tadi dia akan selamat. Ini adalah
kejelekan yang kemarin dikabarkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dan petunjuk Beliau ‫ ﷺ‬aku
harus demikian dan yakin bahwasanya di dalam petunjuk Beliau ‫ ﷺ‬ada keselamatan
di dunia dan juga di akhirat maka dia lakukan.
Inilah yang dimaksudkan oleh Hudzaifah ibnu yaman ‫ َر ِض َي الَّلُه َع ْنُه‬dan ini menunjukkan
tentang fiqihnya dan pemahaman beliau. Dan demikian seorang muslim di dalam
kehidupan beragama dia mempelajari al-khair wa syarr, dia mempelajari kebaikan dan
juga mempelajari kejelekan. Mempelajari apa itu amal saleh apa itu tauhid dan juga
mempelajari tentang yang bertentangan dengan kebaikan tersebut, belajar tentang
macam-macam syirik dan harus di atas ilmu diatas cahaya mengetahui tentang macam-
macam syirik.

Kita harus mempelajari nawaqidhul Islam, sesuatu yang membatalkan keislaman kita, kita
harus mempelajari sesuatu yang membatalkan

‫اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا ُمَح َّمًدا َر ُسْو ُل ِهللا‬

Dikarang di sana Al-Bida’wan Nahyu ‘Anha, macam-macam bid’ah dan juga larangannya,
di sana ada yang mengarang tentang Al-Kabair dosa-dosa besar dan tujuannya adalah
supaya kita tidak melakukan atau terjerumus ke dalam kejelekan tadi maka harus
seimbang.

Anda mungkin juga menyukai