Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI

Disusun oleh :
Kelompok XV
Bambang Riyanto B2001005
Fenti Okta M B2001014
Dian Ayu Minadi B2001010

PROGRAM STUDI ALIH JALUR S1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Jiwa yang membahas
tentang “Defisit Perawatan Diri” tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis
hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak hal
yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar penulis dapat memperbaikinya. Harapan penulis, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

Klaten, 15 November 2021

Kelompok XV

ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................iv
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Definisi.....................................................................................................................................3
B. Etiologi.....................................................................................................................................3
C. Tanda dan Gejala......................................................................................................................4
D. Jenis-Jenis.................................................................................................................................5
E. Rentang Respon........................................................................................................................5
F. Proses Terjadinya Masalah.......................................................................................................5
G. Pohon Masalah..........................................................................................................................7
H. Mekanisme Koping...................................................................................................................7
I. Penatalaksanaan........................................................................................................................7
J. Akibat.......................................................................................................................................8
K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul..........................................................................8
BAB III.................................................................................................................................................9
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................................................9
A. Pengkajian................................................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................................12
C. Rencana Tindakan...................................................................................................................12
D. Tindakan Keperawatan...........................................................................................................14
E. Evaluasi..................................................................................................................................16
BAB IV...............................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
A. Kesimpulan.............................................................................................................................19
B. Saran.......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan situasi individu baik
yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan
sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi menyadari kemampuan dirinya secara
penuh. Mampu menghadapi problem maupun situasi yang berat dan mampu berada
dengan orang lain (Keliat,dkk.2007).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa
sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa.
Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh
peneliti di Harvard University dan University College London, mengatakan penyakit
kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia.
Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya(VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita
gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6%
penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. (Riskesdas 2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri
akibatadanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat
memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor
pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan
klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan
hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu
penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan
mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri
2. Tujuan Khusus

1
a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Perawatan Diri.
f. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
g. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
h. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri.
i. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
j. Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
k. Untuk mengetahui Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul.
l. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit PerawatanDiri.
m. Untuk mengetahui Evaluasi dari Defisit Perawatan Diri

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara
mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam
melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya. (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatandiri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000:59) Faktor-faktor yang mempengaruhi personalhygiene
adalah:
a. Body Image

3
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihandiri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur.
e. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

4
D. Jenis-Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendirii.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

E. Rentang Respon
Adaptif Maladaptive

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri, Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan diri pada saat
stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).

F. Proses Terjadinya Masalah


Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan
diri yang signifikan. Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi
terutama selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-
ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari(stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan
dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya
gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien (Townsend, 2005). Secara biologi
riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan perilaku agresi yaitu sistemlimbik, lobus frontalis dan hypothalamus.

5
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial
masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum.Fungsinya adalah
mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al,2002: Struat & Laraia,
2005). Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat
penyimpanan memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan
menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan
kebribadian (Kaplan, Saddock &Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berartidalam
perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan system limbik
(Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi
serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan
serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak
mau merawat diri: mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini
menunjukkan gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum
yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan
motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi
sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering
kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak
motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart &
Laraia,2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan
dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine fungsinya mencakup regulasi
gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd
& Nihart,1998 ; Suliswati, 2002).Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab
gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi
kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini
pada klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti
tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari, 2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif
(alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)(Hawari, 2001). Jika
terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah
maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat
terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi,
berganti pakaian, makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian danorientasi; proses
pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan dapat
mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien cendrung negatif
seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau berhias dan toileting
(Boyd & Nihart, 1998; Suliswati,2002).

6
G. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah Kronis Effect

Defisit Perawatan Diri: Mandi, berdandan Core Problem

Isolasi Sosial: Menarik Diri Causa

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut
Damaiyanti 2012 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri.

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat anti ansietas : Diasepam, bromozepam, clobazam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan

7
keadaan klien karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah
laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien. Penatalaksanaan menurut herman (Ade, 2011) adalah
sebagai berikut.
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung.

J. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
tidakterpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik
yangseering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksisosial

K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuanmerawat kebersihan diri, makan,
berhias diri, dan eliminasi ( buang air besardan buang air kecil) secara mandiri.
Berikut petunjuk teknis pengisian format pengkajian keperawatankesehatan jiwa.
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilanklien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan. Kemudian usia dan
No RM.
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini ?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
c. Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa dimasa lalu.
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami atau
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga lainnya
yang mengalami gangguan jiwa.
d. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma selama
tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yangdirasakn oleh
klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhanyang
ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a. Genogram

9
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. Spiritual
6. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motoric
d. Alam perasaan
e. Afek.
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan didalam rumah
i. Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item yang
dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medic
Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat.
Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako, dan terapi
lainnya.
12. Daftar masalah
a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif dan data
objektif.
b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.

10
13. Daftar diagnosis keperawatan
a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi)
berdasarkan pohon masalah.
b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas

Masalah Keperawatan Data yang perlu diuji


Defisit Perawatan Diri Subjektif :
1. Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri ( mandi,
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak ingin
makan.

Objektif :
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kotor.
5. Gigi kotor dan aroma mulut
tidaksedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat mandi
Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Berikut ini format dokumentasi keperawatan pengkajian pada pasien yang


mengalami defisit perawatan diri.

1. Status Mental
a. Penampilan
[ ] Tidak Rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
b. Jelaskan .............................................................
c. Masalah Keperawatan.........................................
2. Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebersihan Diri
[ ] Bantuan Minimal
[ ] Bantuan Total
b. Makan
[ ] Bantuan Minimal
[ ] Bantuan Total
c. BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal
[ ] Bantuan Total
d. Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal

11
[ ] Bantuan Total
e. Jelaskan.............................................................
f. Masalah keperawatan........................................

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah defisit perawatn diri :
higiene diri, berhias, makan dan eliminasi.

C. Rencana Tindakan

No Diagnosa Rencana Keperawatan Intervensi


. Keperawatan TUM TUK
1 Defisit Pasien tidak 1. Klien dapat mebina Bina hubungan saling
perawatan mengalami hubungan saling percaya dgn
diri : defisit percaya. menggunakan prinsip
kebersihan perawatan Kriteria Evaluasi : komunikasi
diri, diri. Dalam berinteraksi terapeutik:
berdandan, klien menunjukan 1. Sapa pasien
makan, tanda-tanda percaya dengan ramah,
BAB/BAK. pada perawat: baik verbal
a. Wajah cerah, maupun non
tersenyum. verbal.
b. Mau berkenalan. 2. Perkenalkan diri
c. Ada kontak dengan sopan.
mata. 3. Tanyakan nama
d. Menerima lengkap dan
kehadiran nama panggilan
perawat. yang disukai
e. Bersedia pasien.
menceritakan 4. Jelaskan tujuan
perasaannya. pertemuan. Jujur
dan menepati
janji.
5. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya.
6. Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
pasien.
2. Klien mampu Melatih pasien
melakukan dengan cara
kebersihan diri perawatan kebersihan
secara mandiri diri :
1. Menjelasan
pentingnya
menjaga
kebersihan diri.

12
2. Menjelaskan
alat-alat untuk
menjaga
kebersihan diri.
3. Menjelaskan
cara-cara
melakukan
kebersihan diri.
4. Melatih pasien
mempraktekkan
cara menjaga
kebersihan diri
3. Klien mampu Melatih pasien
melakukan berdan dan/berhias :
berhias/berdandan 1. Untuk pasien
secara baik laki-laki latihan
meliputi:
a. Berpakaia
b. Menyisirram
but
c. Bercukur
2. Untuk pasien
wanita,
latihannya
meliputi :
a. Berpakaia
b. Menyisir
rambut
c. Berhias
4. Pasien mampu Melatih pasien
melakukan makan makan secara
dengan baik. mandiri:
1. Menjelaskan cara
mempersiapkan
makan.
2. Menjelaskan cara
makan yang tertib.
3. Menjelaskan cara
merapihkan
peralatan makan
setelah makan.
4. Praktek makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik
5. Pasien mampu Mengajarkan pasien
melakukan melakukan
BAB/BAK secara BAB/BAK secara
mandiri. mandiri :
1. Menjelaskan

13
tempat BAB/BAK
yang sesuai.
2. Menjelaskan cara
membersihkan
diri setelah BAB
dan BAK.
3. Menjelaskan cara
membersihkan
tempat BAB dan
BAK

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan Keperawatan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
b. Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
d) Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhiasLatihan berhias pada pria harus
dibedakan dengan wanita. Pada pasien laki-laki, latihan meliputi latihan
berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur, sedangkan pada pasien
perempuan, latihanmeliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makam setelah makan.
d) Mempraktikan cara makan yang baik.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengancara :
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri


dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
SP 2 pasien : melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut,dan
bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).
SP 3 pasien : mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri(menjeaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjeaskan cara

14
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara membersihkan
tempat BAB dan BAK).
SP 4 pasien : melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara
mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjeaskan cara
merapikan peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan
makan yang baik).
2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
a. Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit
perawatan diri.
b. Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan
melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien dalam perawatan
diri meningkat. Tindakan yang dapat perawat lakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien danmembantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwalyang telah
disepakati).
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian ats keberhasilan pasien
dalam merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri.

SP 1 Keluarga memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga


tentangmasalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah defisit perawatan diri.

SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien.

SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

15
E. Evaluasi

EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI DAN


KELUARGANYA

Nama :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :
Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawahini.
Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.

No Kemampuan Tanggal
.
A. Pasien
1. Menyebutkan pentingnya kebersihan
diri
2. Menyebutkan cara membersihkan diri
3. Mempraktikkan cara membersihkan diri
dan memasukkan dalam jadwal
4. Menyebutkan makan yang baik
5. Mempraktikkan cara makan yang baik
dan memasukkan dalam jadwal
6. Menyebutkan cara BAB/BAK yang
baik
7. Mempraktikkan cara BAB/BAK yang
baik dam memasukkan dalam jadwal
8. Menyebutkan cara berdandan
9. Mempraktikkan cara berdandan dan
memasukkan dalam jadwal
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian perawatan diri
dan proses terjadinya masalah defisit
perawatan diri
2. Menyebutkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri
3. Mempraktikkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri
4. Membuat jadwal aktivitas dan
meminum obat pasien di rumah
(perencanaan pulang)

16
EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DEFISIT
PERAWATAN DIRI

Nama Pasien :

Ruangan :

Nama perawat :

Petunjuk :

a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.


b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan instrumen
Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP.
c. Masukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai
SP

No. Kemampuan Tanggal

A. Pasien
SP 1 Pasien
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
3. Membantu pasien mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP 1 Pasien
SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3. Membantu pasien mempraktikkan cara
eliminasi yang baik dan memasukkan dalam
jadwal
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktikkan cara
berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP 4 Pasien
B. Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala

17
defisit perawatan diri, dan jenis defisit
perawatan diri yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien deficit
perawatan diri
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
langsung pasien dengan deficit perawatan diri
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung pasien dengan deficit perawatan diri
Nilai SP 2 Keluarga
SP 3 Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah
pulang
Nilai SP 3 Kelarga
Total Nilai: SP Pasien + SP Keluarga
Nilai Rata-rata

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan
perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatankebersihan klien
dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko
menjadi isolasi sosial maka komunikasiterapeutik yang di gunakan sebagai landasan
untuk membina saling percaya sehingga dapat menggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di
libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih. Identifikasi diri
mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi focus perhatian
pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan
diri membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan klien.

B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang direncanakan
oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna kesembuhan klien.
Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan semangat kepada klien untuk
mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah maupun di rumah sakit

19
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :Buku
Kedokteran EGC.

Faisal, Deny. 2014. “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.J dengan Gangguan Defisit
Perawatan diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias di RuanganAbimanyu RSJ
Daerah Surakarta”.Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan,Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Ellya. 2014. Keperawatan Jiwa: Landasan Teori Defisit Perawatan Diri.


https://ellya70.wordpress.com/2014/04/21/keperawatan-jiwa.Diakses pada tanggal09
Oktober 2017.

20

Anda mungkin juga menyukai