Anda di halaman 1dari 25

PEMERIKSAAN

RADIOLOGI

KELOMPOK 8 :

MARIA ROSALIA R. (1814314201014)

EKA NATA LINTANG (1914314201041)

YOLANDA HARVINA P. (1914314201071)


DEFINISI RADIOLOGI

Radiologi/Radioskopi/Radiologi Klinis adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan


dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.
Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, Positron Emission Tomography (PET) dan MRI,
menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan
menggunakan energi radiasi.
Radiologi Intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan medis biasanya
dilakukan oleh ahli radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian
membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa serius cedera
tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Spesialis radiologi juga harus
menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk menegakkan diagnosis yang
akurat.
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN RADIOLOGI

 Rontgen Thorax : Merupakan metode awal dari dunia radiologi dan masih menggunakan Sinar X-ray,
sering digunakan karena lebih murah serta kecepatan hasil yang diperoleh. Namun hasil pemeriksaan
hanya terbatas pada bagian struktur padat dari tubuh yaitu tulang, tulang rongga dada, paru-paru dan
jantung.
 CT Scan : Suatu pemeriksaan diagnostik non invasif lapis organ dengan menggunakan X-rays; komputer
menggunakan informasi yang diperoleh untuk menyusun gambar dari struktur internal organ. Terkadang
pemeriksan ini menggunakan medium kontras. CT Scan thorax dengan biopsi pada kasus massa di
rongga thorax.
 Endoskopi : Tindakan medis non-bedah yang digunakan untuk pemeriksaan saluran pencernaan.
Pemeriksaan akan disertai juga dengan pengobatan pada beberapa kasus. Penggunaan endoskop yang
utama, yakni sebuah alat tabung fleksibel yang lentur dilengkapi kamera melekat di salah satu ujungnya
yang berfungsi sebagai pengambil gambar pada saluran pencernaan. Endoskopi merupakan proses untuk
mendeteksi dan menyelidiki saluran pencernaan.
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 Ultrasonografi (USG) : Pemeriksaan dalam bidang penunjang diagnostic yang memanfaatkan gelombang
ultrasonic dengan frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan imajing tanpa menggunakan radiasi, tidak
menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping (non invasive), relative murah,
pemeriksaannya relative cepat, dan persiapan pasien serta peralatannya relative mudah. Gelombang suara
ultrasonic memiliki frekuensi lebih dari 20.000 Hz.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) : Pemeriksaan organ tubuh yang dilakukan dengan menggunakan
teknologi magnet dan gelombang radio untuk mendapatkan hasil gambar organ, tulang, dan jaringan di
dalam tubuh secara rinci dan mendalam. Digunakan sebagai alat bantu diagnosis untuk dokter, bertujuan
mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan, dll) dari keadaan patologinya.
 Positron Emission Tomography (PET) Scan : Merupakan salah satu modilitas kedokteran nuklir, metode
visualisasi metabolism tumbuh menggunakan radiosotop pemancar positron. Citra (image) yang diperoleh
adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. SPET Scan atau SPECT Scan adalah pencitraan
fungsional otak dengan tomografiemisi foton tunggal (single photon emission tomography/SPET) juga
dikenal sebagai tomografi emisi foton tunggal terkomputerisasi (single photon emisio computed
tomography/SPECT) yang memungkinkan gambar tiga dimensi dari aliran darah serebral yang berasal
dari data dua dimensi. Tomografi emisi positron ini dapat digunakan untuk mengukur metabolism serebral
regional dan karakteristik neurotransmitter reseptor lain.
DEFINISI BRONKOSKOPI

Kata bronskoskopi berasal dari bahasa Yunani: “broncho” yang berarti batang tenggorokan dan
“scopos” yang berarti melihat atau menonton.
Bronskoskopi merupakan pemeriksaan visual pada pohon trakeobronkial melalui bronskop serat optic
fleksibel dan sempit, yang dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan sampel sputum untuk
mengangkat plak lender atau benda asing yang menghambat jalan napas.
JENIS-JENIS BRONKOSKOPI

 Rigid Bronkoskopi (Pipa Kaku)


Selang logam berongga dengan cahaya pada ujungnya, untuk dewasa biasanya berukuran panjang 40 cm
dan diameter berkisar 9-13,5 mm, tebal dinding bronkoskopi berkisar 2-3 mm. Biasanya dilakukan dengan
penderita dibawah anastesi umum. Diindikasikan pada penderita dengan obstruksi saluran nafas besar
dimana dengan FOB tidak dapat dilakukan. Keuntungannya adalah lebih mudah untuk menilai dan
mendiagnosis pita suara, kelainan saluran pernafasan atas/trachea. Indikasi umum lainnya adalah :
• Mengontrol dan penanganan batuk darah massif
• Mengeluarkan benda asing dari saluran trakeobronkial
• Penanganan stenosis saluran nafas
• Penannganan obstruksi saluran nafas akibat neoplasma
• Pemasangan sten bronkus
• Laser bronkoskopi
JENIS-JENIS BRONKOSKOPI

 Fiber Optik Bronkoskopi (Serat Optic)

Bronkos yang tipis dan fleksibel dapat diarahkan ke dalam bronchial segmental (smeltzer;2001). FOB
berupa tabung tipis panjang dengan diameter 5-6 mm, merupakan saluran untuk tempat penyisipan peralatan
tambahan yang digunakan untuk mendapatkan sampel dahak ataupun jaringan. Biasanya 55 cm dari total
panjang tabung FOB mengandung serat optic yang memancarkan cahaya. Ujung distal FOB memiliki sumber
cahaya yang dapat memperbesar 120º dari 100º lapang pandang yang diproyeksikan ke layar video atau
kamera. Tabungnya sangat fleksibel sehingga memungkinkan operator untuk melihat sudut 160º -180º keatas
dan 100º-130º kebawah. Memungkinkan bronchioscopist FOB untuk melihat ke segmen yang lebih kecil dari
segmen subcabang bronkus ke atas dan ke bawah dari bronkus utama, dan juga ke depan belakang (anterior
dan superior).
TEKNIK BRONKOSKOPI

1. Trans Nasal
2. Trans Oral (yang sering dilakukan)
3. Melalui Rigid atau Endotrakeal
INDIKASI BRONKOSKOPI
 Indikasi diagnostic

• Batuk berdarah yang tidak diketahui penyebabnya

• Wheezing local atau stridor

• Gambaran foto thorak yang abnormal

• Obstruksi dan atelectasis

• Adanya benda asing dalam saluran nafas

• Pemeriksaan bronchoalveolar lavage (BAL)

• Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada toraks

• Karsinoma bronchus

• Ada bukti sitology atau masih tersangka

• Penentuan derajat karsinoma bronkus

• Follow up karsinoma bronkus


INDIKASI BRONKOSKOPI
 Indikasi Terapi

• Mengeluarkan secret/gumpalan mukus yang tertahan penyebab atelectasis pneumonia dan abses paru

• Mengeluarkan benda asing pada trakeobronkial

• Pemasangan stent pada trakeobronkial

• Dilatasi bronkus dengan menggunakan balon

• Kista pada mediastinum

• Kista pada bronkus

• Mengeluarkan sesuatu dengan bronkoskopi

• Brachytherapy

• Laser therapy

• Trauma dada

• Therapeutic lavage (pulmonary alveolar proteinosis)


KONTRA INDIKASI TINDAKAN BRONKOSKOPI
 Kontra indikasi absolut  Kontra Indikasi Relatif
• Penderita kurang kooperatif • Asma berat
• Keterampilan operator kurang • Hiperkarbia berat
• Fasilitas kurang memadai • Koogulopati yang serius
• Angina yang tidak stabil • Bulla emfisema berat
• Aritmia yang tidak terkontrol • Obstruksi trakea
• Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian • High positive end expiratory pressure
oksigen
KOMPLIKASI BRONKOSKOPI
 Komplikasi Akibat Premedikasi Komplikasi akibat tindakan bronkoskopi
• Depresi pernafasan • Spasme laring
• Hypotensi • Gagal nafas
• Sinkope • Pneumonia
• Henti napas • Pneumothorak
 Komplikasi Akibat Anastesi Local • Perdarahan
• Spasme laring • Henti jantung (cardiac arrest)
• Methemoglobinemia • Takikardi
KRITERIA GAMBARAN KRONKOSKOPI
 Normal : Dimana pada saat dilakukan bronkoskopi  Inflamasi : Gambaran inflamasi dapat menyeluruh
tidak dijumpai kelainan pada mukosa ataupun (misalnya bronchitis kronis) ataupun local (akibat
cabang cabang bronkus. benda asing). Inflamasi dapat terjadi secara akut
(misalnya radang paru yang berhubungan dengan
segmental) maupun kronis (misalnya tuberculosis).
KRITERIA GAMBARAN KRONKOSKOPI
 Tumor : Gambaran bronkoskopi pada • Pertumbuhan intraluminer merupakan awal dari
tumor,pembesaran kelenjar getah bening atau intralumen itu sendiri, dijumpai pelebaran atau
metastatis dapat dijumpai 3 perubahan utama rupture dari kelenjar sekunder melalui dinding
yaitu : bronkial. Pertumbuhan intralumen bisa menutup
lumen secara total atau parsial. Jika terdapat
• Distorsi anatomi karena adanya tekanan eksternal karsinoma maka karakteristiknya
pada tracheaobronkial, biasanya disebabkan oleh berlobus/nekrotik,berwarna putih/krem, permukaan
limfanodenopati sekunder berupa pelebaran sudut mucus tampak penonjolan pembuluh darah
karina, pembengkakan pada dinding (engorged), karsinoid tampak berwarna merah
trakea/bronkus utama. cherry, bulat mudah berdarah dan jika terdapat
kondromata tampak halus, permukaan pucat,
• Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi konsistensi kasar.
local atau ulserasi dari mukosa pada sebagian atau
seluruh lumina.
KRITERIA GAMBARAN BRONKOSKOPI
 Miscellaneous • Perubahan Radiasi : Perubahan mengikuti pola
umum; segera reaksi peradangan akut, selanjutnya
• Perdarahan Bronchial : Dalam beberapa kasus batuk penyusutan atau hilangnya tumor dengan
darah (hemoptysis), pemeriksaan bronkoskopi berkurangnya peradangan, mukosa pucat dan
memberikan gambaran normal. Pada perdarahan kontraktif jaringan parut setelah beberapa bulan dan
yang massif dilakukan pembersihan dari terjadi fibrosis pada daerah yang terkena.
trakeobronkial dengan normal salin untuk
membantu menemukan sumber perdarahan. • Trauma Trachea : Dijumpai fraktur pada
dindingtrakea atau bronkus.
• Benda Asing : Benda asing sering menyebabkan
peradangan local bahkan menyebabkan infeksi yang • Fistula Bronkopleura : Merupakan sekunder dari
luas dan kerusakan pada bronkial dan jaringan paru empisema, abses paru, pecahnya kista paru,
distal serta dapat menghasilkan sekresi purulent. pneumothoraks, trauma/pasca operasi. Pada
gambaran bronkoskopi tampak gelembung udara,
• Sarcoidosis : Tampak gambaran utam pembesaran waktu sekresi tampak gerakan pernafasan .
kelenjar getah bening, karina, subkarina melebar
dan distorsi trakeobronkial serta perubahan bentuk • Amilodosis : Jarang terjadi, dinding bronkial
mukosa trakeobronkial, hyperemesis dan sekresi berwarna kuning/abu abu yang menyerupai
yang meningkat. gambaran carsinomatous infiltrative.
PERAN PERAWAT PRE & POST TINDAKAN
BRONKOSKOPI
 Tindakan Pre bronkoskopi

• Melakukan pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan darah rutin,faktor pembekuan darah,dan waktu perdarahan  Tindakan Post Bronkoskopia.

• Pemeriksaan rontgen X thorax AP dan Lateral atau CT Scan atas indikasi • Observasi gejala cardinal, tekanan darah/nadi, apakah ada tanda tanda :
dari medis Aritmia, Bradikardi, Takikardi.

• Pemeriksaan EKG • Tanda tanda lain seperti : pusing, mual, muntah, keringat dingin dan
adanya bronkhopasme, catat semua tanda tersebut pada lembar observasi.
• Pemeriksaan lain atas indikasi medis
• Observasi pernafasan dan pendarahan : Bila terjadi sesak nafas berikan
• Pasien akan dilakukan bronkoskopi dianjurkan harus puasa selama 6 jam oksigen 3 lpm atau masker oksigen 6 lpm, pemberian bisa ditambah
sebelum tindakan pemeriksaan. sesuai petunjuk dokter.

• Pendarahan bisa terjadi setelah dilakukan biopsi dan bila terjadi


perdarahan : catat warna dan jumlahnya. Perlu dijelaskan pada penderita
bahwa perdarahan tersebut merupakan sisa dari tindakan bronkoskopi
dan penderita tidak perlu takut, nanti akan berhenti sendiri karena sudah
diberikan obat. Apabila pasien ingin batuk maka jangan ditahan, agar sisa
perdarahan keluar semua, atur posisi tidur pasien dengan posisi
trendelenberg.

• Pasien puasa minimal 2 jam sesudah tindakan bronkoskopi dengan


tujuan agar sisa efek obat anastesi hilang dan fungsi menelan kembali
normal.
DEFINISI SPIROMETRI

Pemeriksaan faal paru merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah fungsi paru dalam keadaan
normal atau tidak normal. Pengujian dengan spirometri penting untuk mendeteksi beberapa kelainan yang
berhubungan dengan gangguan pernafasan. Spirometri merupakan metode untuk screening penyakit paru.
Selain itu, spirometri juga digunakan untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai
penyakit saluran pernafasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap rokok. Pemeriksaan spirometri
adalah pemeriksaan untuk mengukur volume paru stastik dan dinamik seseorang dengan alat spirometeter.
FAAL PARU STATIS
 Faal paru statis adalah volume udara pada keadaan statis • Inspiratory capacity/kapasitas inspirasi (IC/IK) yaitu
yang tidak terkait dengan dimensi waktu, terdiri atas: jumlah dari volume cadangan inspirasi ditambah volume
tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah
• Tidal Volume (TV) yaitu jumlah volume udara yang udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari
diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernafas paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
normal,besarnya kira kira 500 ml pada laki laki dewasa. maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak
banyaknya (4600 ml).
• Inspiratory Reserve Volume/Volume Cadangan Inspirasi
(IRV/VCI) adalah volume udara ekstra yang dapat • Functional Residual Capacity/Kapasitas Residu
diinspirasi setelah dan diatas volume tidal normal bila Fungsional (FRC/KRF) yaitu pengukuran kapasitas vital
dilakukan inspirasi kuat, biasanya mencapai 3000 ml. yang didapat pada ekspirasi yamg dilakukan secepat dan
sekuat mungkin. Volume udara ini sangat penting dan
• Expiratory Reserve Volume/Volume Cadangan Ekspirasi dalam keadaan normal nilainya kurang lebih sama dengan
(ERV/VCE) adalah volume udara ekstra maksimal yang VC, tetapi mungkin sangat berkurang pada pasien
dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir obstruksi saluran napas.
ekspirasi tidal normal, jumlah normalnya adalah sekitar
1100 ml. • Total Lung Capacity/Kapasitas Paru Total (TLC/KPT)
adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan
• Residual Volume (RV) yaitu volume udara yang masih paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin
tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat, (5800 ml) jumlah ini sama dengan kapasitas vital
volume ini besarnya kira kira 1200 ml ditambah volume.
FAAL PARU DINAMIK
• Forced Expiratory Volume (FEVT) adalah volume udara yang didapat diekspirasi dalam waktu standar
selama tindakan FVC. Biasanya FEV diukur selama detik pertama ekspirasi yang paksa (FEV1) dan detik
ketiga (FEV3). Pada keadaan normal, besar FEV1 adalah 83% (70-80%) dari VC dan FEV3= 97% (85-
100%) dari VC. FEV merupakan petunjuk penting untuk mengetahui adanya gangguan kapasitas ventilasi
• Forced Expiratory Flow 200-1200/FEF 200-1200, Forced Expiratory Flow 200-1200/FEF 200-1200, Forced
Expiratory Flow 25%-75%/FEF 25%-75%, Peak Expiratory Rlow Rate/PEFR,
• Maksimal Voluntary Ventilation/MVN/MBC yaitu volume udara terbesar yang dapat dimasukkan dan
dikeluarkan dari paru selama 1 menit oleh usaha volunter. Nilai normal MVV adalah 125-170L/Menit.
INDIKASI SPIROMETRI
• Menilai status faal paru yaitu menentukan apakah • Menentukan apakah dapat dilakukan tindakan
seseorang mempunyai faal paru normal, reseksi paru.
hiperinflasi, obstruktsi, restriksi atau bentuk
campuran. • PPOK adalah penyakit paru akibat peradangan
kronis yang menyebabkan aliran darah terhambat
• Menilai manfaat pengobatan yaitu menentukan pada paru sehingga menimbulkan batuk, sesak
apakah suatu pengobatan memberikan perubahan nafas, dan mengi. Tes spirometri biasanya dilakukan
terhadap nilai faal paru. tiap 1-2 tahun untuk menilai fungsi pernafasan pada
orang yang mengalami PPOK.Adapun kondisi
• Evaluasi penyakit yaitu menilai laju perkembangan lainnya yang memerlukan spirometri adalah :
penyakit terhadap perbaikan atau perubahan nilai  Asma
faal paru.
 Fibrosis Kristik
• Menentukan prognosis yaitu meramalkan kondisi  Fibrosis Paru
penderita selanjutnya dengan melihat nilai faal paru
yang ada.
• Menentukan toleransi tindakan bedah
• Menentukan apakah seseorang mempunyai resiko
ringansedang atau berat pada tindakan bedah.
FUNGSI SPIROMETRI
 Diagnostik
• Mengevaluasi hasil pemeriksaan yang abnormal  Memantau
• Mengukur efek penyakit terhadap fungsi paru • Menilai hasil pengobatan
• Menyaring individu dengan resiko penyakit paru • Menjelaskan perjalanan penyakit yang
mempengaruhi fungsi paru
• Menilai resiko prabedah
• Memonitor individu yang pekerjaannya terpapar zat
• Menilai prognosis berbahaya
• Menilai status kesehatan sebelum masuk progam • Memonitor reaksi obat yang mempunyai efek toksis
dengan aktivitas fisik berat. terhadap paru.
FUNGSI SPIROMETRI
 Evaluasi gangguan/ketidakmampuan
• Menilai pasien sebagai bagian program rehabilitasi
• Menilai resiko sebagai bagian evaluasi asuransi
• Menilai individu untuk alasan legal
 Kesehatan masyarakat
• Survey epidemiologi
• Penelitian klinis
TINDAKAN PRE, INTRA, & POST TINDAKAN SPIROMETRI

 Tindakan Pre : • Dokter/tenaga medis akan memasang klip penjepit dihidung


untuk menutup kedua lubang hidung
• Pasien dianjurkan mengikuti instruksi dokter terkait penggunaan
obat yang perlu dihindari sebelum tes fungsi paru • Dokter akan memasang sungkup/masker pernafasan disekitar
mulut pasien
• Pasien dianjurkan menggunakan pakaian yang longgar agar
dapat menarik nafas dalam dengan leluasa • Pasien diminta menarik nafas dalam, menahan nafas selama
beberapa detik, lalu menghembuskan sekuat mungkin kedalam
• Pasien dianjurkan menghindari konsumsi makanan dalam porsi sungkup/masker pernafasan tersebut
besar agar tidak kekenyangan dan dapat bernafas dengan lebih
mudah • Proses menarik dan hembuskan nafas tersebut dilakukan
setidaknya 3x untuk memastikan hasil yang konsisten,
 Tindakan Intra : spirometri akan diulang beberapa kali apabila hasilnya bervariasi

• Pasien diminta duduk ditempat yang telah disediakan  Tindakan Post :

• Tidak ada tindakan khusus setelah dilakukan prosedur


pemeriksaan, pasien bisa langsung pulang setelah melakukan
pemeriksaan tersebut.
PROSEDUR PEMERIKSAAN SPIROMETRI
 Persiapan alat • Pasien harus mengerti tujuan dan cara pemeriksaan
sebelum dilakukan pemeriksaan, operator harus
• Alat harus dikalibrasi minimal 1 kali seminggu, memberikan petunjuk yang tepat dan benar serta
penyimpangan tidak boleh melebihi 1 ½% kalibrator. memberikan contoh cara melakukan pemeriksaan
spirometri. Selama pemeriksan pasien harus merasa
• Mouth piece sekali pakai atau penggunaan berulang 1 nyaman. Syarat sebelum melakukan pemeriksaan
buah. spirometri antara lain : harus bebas rokok minimal 2 jam
sebelum pemeriksaan, tidak boleh makan terlalu kenyang
• Sediakan wadah berisi savlon yang telah diencerkan sebelum pemeriksaan, tidak boleh berpakaian ketat,
dengan air untuk merendam mouth piece yang digunakan penggunaan bronkodilator terakhir minimal 8 jam
berulang sebelum pemeriksaan untuk aksi singkat dan 24 jam
untuk aksi panjang.
 Persiapan Pasien
 Persiapan ruang dan fasilitas
• Ruang yang digunakan harus mempunyai system
ventilasi yang baik. Suhu udara tempat pemeriksaan
tidak boleh <17ºC atau <40ºC.Pemeriksaan terhadap
pasien yang dicurigai menderita penyakit infeksi saluran
napas dilakukan pada urutan terakhir dan setelah itu
harus dilakukan tindakan antiseptic pada alat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai