Anda di halaman 1dari 8

UPDATE KNOWLEDGE IN RESPIROLOGY

Pulmonologi Intervensi (1)


Eric Daniel Tenda2, Ceva W.Pitoyo2, Feisal Thufeilsyah1, Zulkifli Amin2
1Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

2Divisi Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Korespondensi: ericdanieltenda@yahoo.com

FLEXIBLE BRONCHOSCOPY pasien diberikan anestesi topikal kembali. Operator


memeriksa abduksi dan adduksi korda vokalis.
Bronkoskop melewati korda vokalis dan inspeksi
Definisi terhadap saluran pernafasan secara keseluruhan
Flexible bronchoscopy merupakan suatu dapat dilakukan.
prosedur invasif untuk memvisualisasikan nasal, Terapi dan diagnostik dapat dilakukan selama
faring, laring, korda vokalis, dan percabangan trakea- prosedur flexible bronchoscopy. Prosedur diagnostik
bronkial untuk keperluan diagnosis serta pengobatan berdasarkan indikasi yang dapat dilakukan antara lain:
pada kelainan paru. Prosedur ini dapat dilakukan di bronchoalveolar lavage (BAL), biopsi endobronkial
ruang bronkoskopi, ruang endoskopi, kamar operasi, atau transbronkial, pencucian atau penyikatan sitologi,
instalasi gawat darurat, ruang radiologi, dan di unit transbronchial needle aspiration (TBNA), EBUS dan
perawatan intensif autofluoresence bronchoscopy. Prosedur terapi yang
dapat dilakukan menggunakan flexible bronchoscopy
Peralatan seperti: dilatasi balon, ablasi laser endoronkial,
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan elektrokauter, terapi fotodinamik, brakiterapi, dan
prosedur adalah bronkoskop, lampu, sikat sitologi, pemasangan stent.
forsep biopsi, needle aspiration catheter, suction,
oksigen, fluoroskopi (C-arm), pulse oxymetry, Indikasi
sphygmomanometer dan peralatan resusitasi yang Indikasi meliputi infiltrat pada paru yang tidak
meliputi endotracheal tube serta monitor video. terdiagnosa, massa di paru, limfadenopati mediastinal,
hemoptisis, kelainan saluran pernafasan, lesi
Anestesi endobronkial, therapeutic suctioning, dan bronkoskopi
Flexible bronchoscopy dapat dilakukan pediatrik.
menggunakan anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi,
atau dengan anestesi umum. Kontraindikasi
Sebagian besar kontraindikasi bersifat relatif.
Teknik Perhatian khusus harus diberikan terhadap status
Pasien harus berada dalam posisi setengah pernafasan dan perdarahan. Pada pasien yang tidak
berbaring atau supinasi setelah diberikan obat melalui stabil
jalur intravena. Pasien diharuskan puasa minimal atau prosedur membutuhkan waktu yang lebih lama,
empat jam sebelum prosedur. Jika operator memilih dapat dipilih untuk menggunakan rigid bronchoscopy.
hidung sebagai jalur masuk bronkoskop, pasien harus
diberikan anestesi topikal di sekitar jalur hidung dan Risiko
faring. Setelah anestesi topikal bekerja, bronkoskop Prosedur ini termasuk salah satu tindakan yang
dimasukkan melalui hidung atau mulut serta aman. Komplikasi yang paling banyak terjadi adalah
pelindung gigi telah terpasang. Operator kemudian perdarahan, depresi napas, henti napas, henti jantung,
memeriksa orofaring. Ketika mencapai korda vokalis, aritmia, dan pneumotoraks dengan prevalensi <1%
dari tiap kasus. Mortalitas jarang terjadi, namun

77
Eric Daniel Tenda, Ceva W.Pitoyo,Feisal Thufeilsyah, Zulkifli Amin

terdapat laporan angka kematian sebesar 0-0.04% di terlihat dan tampak korda vokalis, bronkoskop diputar
lebih dari 68.000 prosedur. 90 derajat ke arah vertikal agar dapat melewati
korda vokalis. Cara ini merupakan tindakan dengan
Pelatihan resistensi minimal dan dapat menghindari kerusakan
Operator yang sedang dalam tahap latihan pada korda vokalis. Setelah memasuki trakea bagian
harus didampingi oleh operator yang sudah mahir atas, bronkoskop dikembalikan ke posisi semula.
dan melakukan sedikitnya 100 kali prosedur dalam Ventilasi dihubungkan melalui port samping.
pengawasan sesuai standar kompetensi. Untuk Bronkoskop secara perlahan dimasukkan melalui
mempertahankan kompetensi, operator harus karina lalu ke bronkus. Anatomi, kondisi saluran
melakukan sedikitnya 25 kali prosedur per tahun dan napas, dan ketidaknormalan mukosa harus dicatat.
memiliki sertifikat. Teleskop dapat dimasukkan ke rigid bronchoscope
untuk memvisualisasikan segmen bagian distal, dan
dibutuhkan teleskop dengan sudut 30 dan 90 derajat
RIGID BRONCHOSCOPY untuk melihat bagian tertentu pada lobus kanan bawah
paru. Kepala pasien biasanya diputar ke arah kiri
Definisi untuk memasuki bronkus bagian kanan dan diputar
Rigid bronchoscopy adalah suatu prosedur invasif ke arah kanan untuk memasuki bronkus bagian kiri.
yang digunakan untuk memvisualisasikan orofaring, Setelah pemeriksaan awal selesai, tujuan dari
faring, korda vokalis, dan percabangan trakeo- prosedur dapat dilakukan (dilatasi, pemasangan stent,
bronkial. Prosedur ini digunakan untuk diagnosis ablasi laser, pengambilan corpus alienum). Selama
dan pengobatan pada kelainan paru. Prosedur ini melakukan prosedur, harus tersedia kauter, forsep, dan
dilakukan di ruang endoskopi dengan menggunakan suction. Jika diperlukan pemeriksaan lebih seperti,
anestesi, tetapi akan lebih baik jika dilakukan di pencucian, ablasi laser/fotodinamik, atau pemasangan
kamar operasi, dan sangat jarang dilakukan di unit stent, maka flexible bronchoscope dapat dimasukkan
perawatan intensif. Prosedur ini sering dikombinasi melalui rigid bronchoscope.
dengan flexible bronchoscopy untuk mendapatkan dan
mempertahankan visualisasi serta melakukan suction Indikasi
pada saluran napas bagian distal. Terdapat banyak indikasi untuk rigid bronchocopy
meliputi perdarahan (pengelolaan hemoptisis masif),
Peralatan reseksi tumor, ektraksi corpus alienum, pengambilan
Satu set alat bronkoskop ventilasi harus tersedia biopsi untuk bagian yang lebih dalam, dilatasi striktur
dalam berbagai ukuran. Lampu halogen untuk trakea atau bronkus, membebaskan obstruksi saluran
pencahayaan; teleskop 0, 30, 90 dapat dipasang pada napas, pemasangan stent, dan bronkoskopi pediatrik.
laras untuk meningkatkan gambaran visualisasi dan Prosedur ini juga dapat dilakukan untuk terapi laser
monitor video. Instrumen seperti grasper, forsep trakeo-bronkial atau ablasi mekanik tumor.
biopsi, dan suction harus selalu tersedia. Hal-hal lain
yang harus tersedia diantaranya larutan normal salin, Kontraindikasi
jel lubrikan, syringe, dan suction tubing. Kontraindikasi relatif meliputi koagulopati
yang tidak terkontrol, pemakaian ventilator dan
Anestesi oksigenasi yang ekstrim, serta obstruksi trakeal bagi
Prosedur ini biasanya dilakukan dengan anestesi operator pemula. Kontraindikasi khusus meliputi
umum untuk mencapai sedasi yang adekuat, serta ketidakstabilan tulang servikal, trauma maksilofasial
menggunakan pelemas otot. parah (deformitas), penyakit atau kelainan mulut yang
menghalangi.
Teknik
Pasien dalam posisi supinasi. Kepala diletakkan Risiko
di atas bantal kecil dan tempat tidur yang dapat diatur Komplikasi terbanyak yang paling potensial
derajat kemiringannya. Ujung epiglotis diangkat terjadi dan tidak dapat dihindari meliputi: cedera gigi
secara perlahan dengan ujung bronkoskop, saat laring atau gusi, kerusakan pada trakea atau bronkus dan

78 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014
Pulmonologi Intervensi (1)

perdarahan berat. Angka kejadian komplikasi <0,1% Anestesi


dan angka kejadian mortalitas sangat jarang. Prosedur ini dapat dilakukan menggunakan
anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi, atau dengan
Pelatihan anestesi umum.
Operator harus melakukan sedikitnya 20 kali
prosedur di bawah pengawasan sesuai standar Teknik
kompetensi pada pasien dengan saluran napas normal. TBNA biasanya dimulai dengan melakukan
Untuk mempertahankan kompetensi, operator harus penilaian dari hasil rontgen dada, dan CT scan.
melakukan minimal 10-15 kali prosedur per tahun. Pengetahuan tentang anatomi sangat penting dalam
menentukan lokasi anatomis yang tepat untuk
melakukan aspirasi jarum atau biopsi. Kelenjar limfe
TRANSBRONCHIAL NEEDLE ASPIRATION (TBNA) paratrakea atau subkarina merupakan lokasi yang
tepat untuk pengambilan sampel terutama jika lesi
Definisi terdapat di perifer.
TBNA adalah prosedur minimal invasif yang Secara umum, ketika dilakukan aspirasi kelenjar
dapat digunakan untuk diagnosis dan menilai stadium limfe mediastinum untuk penilaian stadium karsinoma
pada karsinoma bronkogenik tanpa pembedahan bronkogenik (baik sudah diketahui ataupun masih
dengan mengambil sampel dari kelenjar getah dicurigai), sangat penting untuk melakukan aspirasi
bening mediastinum. Aspirasi dengan menggunakan jarum berdasarkan pengamatan/inspeksi umum. Hal
jarum bronkoskop saat ini tidak hanya dapat ini akan mengurangi kemungkinan tercemarnya sampel
mengambil sampel dari paratrakea atau kelenjar limfe oleh sekresi jalan napas dan menghindari hasil positif
mediastinum saja, tetapi juga perifer, submukosa, palsu. Jarum TBNA harus diseleksi menurut ukurannya
dan lesi endobronkial. Prosedur ini memungkinkan dan lokasi dari lesinya.
pengambil sampel melalui trakea atau dinding Teknik yang berbeda dapat digunakan secara
bronkus, dan pada jaringan yang tidak terlihat secara tunggal atau dikombinasi untuk memastikan penetrasi
visual oleh operator. sempurna dari jarum ke dalam dinding trakeobronkial.
Saat menggunakan suction, kateter (dan ujung jarum)
Peralatan akan terganggu dan selanjutnya menggeser sel-sel dari
Alat-alat yang diperlukan sama dengan nodus atau massa dengan hati-hati agar ujung jarum
peralatan bronkoskopi dengan tambahan alat yang tidak terlepas dari dinding trakeobronkial. Gangguan
diperlukan untuk TBNA diantaranya adalah jarum ini terjadi selama beberapa detik. Jika kateter telah
TBNA, yang didesain untuk melewati bronkoskop dipindahkan dari bronkoskop, preparat hapus segera
tanpa membahayakan dan cukup fleksibel untuk disiapkan.
membantu dalam memposisikan bronkoskop, namun Untuk lesi submukosa, terapkan teknik yang
juga harus cukup keras agar dapat penetrasi ke sama, Jika tujuannya adalah untuk mendapatkan
dinding saluran napas. Dua tipe jarum TBNA yaitu spesimen dari mukosa, jarum dan kateter disimpan
jarum sitologi dan jarum histologi, harus tersedia saat dalam posisi membentuk sudut yang kecil
dilakukannya prosedur. Pemilihan jarum yang tepat dibandingkan jika untuk mengaspirasi kelenjar
tergantung pada indikasi, kecuali bila sampel lesi limfe yaitu 90o. Untuk lesi endobronkial yang sudah
submukosa, semua jarum diagnostik harus >13 mm. terdapat jaringan nekrotik atau hipervaskular, TBNA
Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan histologis, dapat digunakan untuk mengambil sampel dengan
harus menggunakan jarum 19G atau lebih besar. mengubah teknik penempatan jarum secara langsung
Spesimen untuk pemeriksaan sitologi dapat diperoleh ke dalam lesi endobronkial.
dengan menggunakan 22G atau jarum besar. Untuk Untuk lesi perifer, fluoroskopi digunakan untuk
lesi mediastinum dan hilus, diperlukan jarum dengan melokalisasi lesi. Jika lesi telah terlokalisasi, jarum
kateter rigid. Untuk lesi perifer, digunakan jarum dikunci pada posisinya, dan digunakan untuk
dengan menggeser sel dari lesi perifer sementara dilakukan
kateter flexible Untuk aspirasi kista mediastinum atau suction.
abses, digunakan jarum 21G, jarum panjang 15 mm Persiapan spesimen sama halnya dengan
dengan kateter yang lebih luas dan kaku. persiapan pembuatan spesimen dengan aspirasi

Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014 79
Eric Daniel Tenda, Ceva W.Pitoyo,Feisal Thufeilsyah, Zulkifli Amin

nodus pada lesi submukosa, endobronkial, atau lesi Peserta juga harus mendapat pengalaman berupa
perifer. Aspirasi kelenjar yang berulang kali dapat keterampilan dalam melakukan aspirasi jarum pada
meningkatkan hasil yang didapatkan. kelenjar limfe terutama pada regio paratrakea dan
subkarina. Untuk mempertahankan kompetensi,
Indikasi operator yang terlatih harus sedikitnya melakukan 10
Untuk mendiagnostik dan menilai stadium prosedur per tahun.
pada kasus keganasan kelenjar limfe mediastinum,
submukosa, endobronkial, dan massa parenkim.
Informasi diagnosis juga dapat diperoleh di lokasi BIOPSI PLEURA PERKUTAN
yang sama untuk kasus yang jinak, termasuk
sarkoidosis dan penyakit akibat jamur. Definisi
Biopsi pleura perkutan adalah prosedur minimal
Kontraindikasi invasif yang dilakukan untuk mendapatkan jaringan
Kontraindikasi TBNA kebanyakan adalah bersifat pleura dengan menggunakan jarum biopsi pleura.
relatif. Perhatian khusus diberikan kepada status Prosedur ini dapat dilakukan tanpa bimbingan alat pada
pernapasan dan perdarahan. efusi pleura, atau menggunakan alat pembimbing pada
massa pleura.
Hasil
Hasil diagnostik TBNA untuk pementasan Peralatan
kanker paru-paru bervariasi antara 15-83%, dengan Peralatan yang dibutuhkan untuk biopsi pleura
nilai prediksi positif sekitar 90-100%. TBNA lebih perkutan diantaranya jarum biopsi pleura dan fasilitas
mungkin berhasil jika: menggunakan jarum histologi, untuk melakukan prosedur aseptik dengan anestesi
sel kanker kecil, karina tidak normal, gambaran lokal.
radiografi menunjukkan penyakit mediastinum, lesi
sisi kanan, kelenjar getah bening yang besar, atau lesi Anestesi
berada di lokasi paratrakeal atau subkarina. Dalam Anestesi lokal cukup untuk melakukan biopsi
mengevaluasi nodul paru perifer, TBNA meningkatkan pleura perkutan dan tidak berbeda dengan yang
hasil diagnostik bronkoskopi fleksibel hingga 20-25% dilakukan pada torakosintesis standar. Tanda vital awal
dengan memfasilitasi pengambilan sampel pada lesi harus diperoleh, tetapi monitoring yang berkelanjutan
yang tidak dapat diakses dengan forsep atau sikat. tidak diperlukan.
TBNA
juga telah ditunjukkan untuk meningkatkan hasil Teknik
dalam Pada kebanyakan pasien, biasanya tidak terdapat
evaluasi penyakit submukosa, sarkoid, dan kelainan fokal pleura; pada pasien dengan kelainan
limfadenopati fokal pleura, lokasi abnormalitas harus ditandai
mediastinum pada pasien acquired immune deficiency dengan menggunakan CT atau USG (terutama pada
syndrome ( AIDS). daerah yang sama dengan yang akan dilakukan
biopsi). Setelah memilih lokasi untuk biopsi, dengan
Risiko menggunakan teknik asepsis, berikan anestesi lokal
TBNA merupakan prosedur yang sangat aman pada tingkat pleura yang akan di biopsi. Insisi kecil
dan memiliki insiden komplikasi yang rendah. dibuat untuk mengakomodasi jarum biopsi, yang
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan, dimasukkan ke kavum pleura melalui bagian bawah
pneumotoraks, dan pneumomediastinum. Perdarahan dari spatium interkosta yang ditentukan (untuk
yang nyata jarang terjadi. meminimalisir risiko cedera pada saraf dan pembuluh
darah interkosta). Ujung dari jarum diletakkan
Pelatihan dalam pleura dan biopsi dilakukan. Diagnosis hasil
Peserta pada pelatihan untuk mencapai biopsi akan meningkat jika dilakukan berulang kali.
kompetensi dasar harus melakukan minimal 25 Penyikatan pleura dapat juga dilakukan melalui jarum
prosedur aspirasi jarum sitologi dan harus pleura.
memperoleh
10 spesimen positif sebelum menggunakan jarum
histologi, serta dalam pengawasan selama tindakan.
80 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014
Pulmonologi Intervensi (1)

Indikasi aspirasi atau jarum core biopsy. Sebagai tambahan,


Indikasi untuk biopsi pleura perkutan disediakan pistol biopsy yang dapat menembak
diantaranya efusi pleura yang tidak terdiagnosis dan secara otomatis. Ultrasonografi, fluoroskopi, atau
penebalan pleura atau massa pleura. Dignosis dengan CT diperlukan untuk melokalisir lesi yang tidak
torakosintesis harus mendahului biopsi pleura untuk terpalpasi dan mengkonfirmasi ketepatan peletakan
kasus efusi pleura. Peran dan hasil dari torakoskopi jarum biopsi. Preparat sitologi dan pemfiksasi serta
diagnosis harus dipertimbangkan ketika memilih wadah spesimen untuk core biopsy dan sampel untuk
biopsi pleura tertutup. kultur jelas diperlukan, begitu juga dengan small-bore
(8F-12F) kateter atau chest tube untuk mengelola
Kontraindikasi pneumotoraks yang luas atau simptomatis.
Koagulopati tidak terkoreksi adalah salah satu
kontraindikasi. Risiko pneumotoraks dapat meningkat Anestesi dan Monitoring
jika tidak terdapatmya aliran bebas dari cairan pleura Prosedur ini dapat dilakukan menggunakan
yang ada. anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi, atau dengan
anestesi umum.
Risiko
Komplikasi terjadi <1%, diantaranya Teknik
pneumotoraks, hemorotaks, dan laserasi diafragma, Posisikan pasien sehingga dapat mendapatkan
paru, hepar, dan lien. Benih tumor sepanjang jalur dari visualisasi yang cukup, lalu melakukan penilaian
jarum biopsi sangat jarang dilaporkan. ulang terhadap hasil pencitraan pasien, tentukan sisi,
sudut, dan kedalaman yang tepat untuk penetrasi
Pelatihan jarum. Sebelum menginsersi jarum biopsi, berikan
Dokter yang melakukan biopsi pleura perkutan anestesi lokal yang memadai. Pada kasus yang lesinya
harus kompeten melakukan torakosintesis, terbiasa tidak dapat dipalpasi, alur perjalanan jarum biopsi
dengan mekanisme dan teknik biopsi dengan jarum, diarahkan oleh ultrasonografi, fluoroskop, atau CT.
dan kompeten dalam mengenali dan mengatasi Melakukan aspirasi sel atau core biopsy seperti yang
komplikasi yang umum terjadi. Peserta pelatihan telah ditentukan sebelumnya, lalu dipindahkan ke
harus melakukan minimal 5 prosedur dalam slide atau media lainnya. Ulangi biopsi pada tempat
pengawasan untuk mencapai kompetensi dasar. Untuk yang berbeda jika material yang didapatkan tidak
mempertahankan kompetensi, operator yang terlatih cukup atau inadekuat. Rontgen dada harus dilakukan
harus sedikitnya melakukan 5 prosedur per tahun. untuk memeriksa adanya pneumotoraks.

Indikasi
TRANSTHORACAL NEEDLE ASPIRATION (TTNA) Indikasi meliputi adanya lesi pada dinding dada
DAN CORE BIOPSY
yang tidak terdiagnosis seperti massa pleura nodul
paru perifer, infiltrat, lesi kavitas, massa mediastinum,
Definisi dan lesi toraks lainnya yang dapat diakses secara
Transthoracal Needle Aspiration (TTNA) dan core perkutan. Lesi paru yang tidak terdiagnosis juga
biopsy adalah prosedur minimal invasif dimana sampel dapat menjadi indikasi; namun kebanyakan pada lesi
didapatkan melewati kulit dengan menggunakan fine- paru sentral akan dilakukan bronkoskopi sebagai
bore hollow needle atau coring needle. Sampel yang lini pertama penegakkan diagnosis. Pasien yang
diambil didapatkan dari lesi pada parenkim paru, memenuhi persyaratan dengan kemungkinan risiko
pleura, dinding dada, atau mediastinum, biasanya yang signifikan pada pasien kanker paru dan lesi paru
dengan menggunakan pencitraan, seperti CT atau perifer, seringkali langsung melanjutkan ke terapi
ultrasonografi sebagai penuntun. pembedahan. Adanya dugaan metastatis dari massa
mediastinum sangat tepat untuk dilakukan TTNA.
Peralatan Untuk timoma, limfoma, dan tumor sel benih memiliki
Jarum biopsi dengan panjang 15 cm dan keakuratan diagnosis yang rendah. Beberapa penulis
diameter 18-25G. Jarum ini dapat berupa jarum melaporkan diagnosis jarum core biopsy ukuran

Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014 81
Eric Daniel Tenda, Ceva W.Pitoyo,Feisal Thufeilsyah, Zulkifli Amin

16-20G digunakan untuk mendapatkan jaringan


yang
adekuat dari massa mediastinum non metastatik.

Kontraindikasi
Kelainan perdarahan yang tidak terkontrol dan
koagulopati, hipoksemia tak terkoreksi, ketidakstabilan
hemodinamis, hipertensi paru, emfisema bulosa, lesi
terlalu dekat pembuluh darah, serta ketidakmampuan
untuk mentoleransi pneumotoraks. Kontraindikasi
relatif yaitu volume ekspirasi paksa <1L.

Hasil
TTNA/B memiliki sensitivitas diagnostik 68-
96% secara keseluruhan, spesifisitas <100%, dan
akurasi 74-96 % pada lesi dari semua ukuran. Pada
lesi yang lebih kecil, akurasi diagnostik lebih
rendah.

Risiko
Banyak laporan menjelaskan bahwa 20-25%
insiden pneumotoraks terjadi setelah TTNA pada
paru, dan angka ini lebih tinggi pada pasien dengan
emfisema sedang-berat atau core biopsy. Sedikit pasien,
2-5%, akan membutuhkan chest tube atau kateter
untuk drainase pneumotoraks. Hemoptisis dilaporkan
terjadi pada 5-15% kasus, dimana pasien paling
banyak mengalami hemoptisis yang minimal. Kurang
dari 1% pasien yang mengalami hemoptisis signifikan
(30-50 ml). Nyeri dada pleuritis tanpa pneumotoraks
dapat terjadi pada 2-5% dari pasien, Kurang dari 1%
pasien akan mengalami reaksi vasovagal. Tension
pneumotoraks dan kematian merupakan komplikasi
yang jarang terjadi.

Syarat Pelatihan
Peserta pelatihan harus melakukan 10
prosedur
TTNA dan 10 core biopsy dibawah pengawasan
untuk
mencapai kompetensi dasar. Untuk
mempertahankan
kompetensi, operator harus melakukan minimal 10
prosedur TTNA per tahun.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ernst A,Silvestri GA, Johnstone D. Interventional Pulmonary
Procedures* Guidelines from the American College of Chest
Physicians. CHEST 2003; 123:1693-1717
2. Bolliger CT, et al. ERS/ATS statement on interventional
pulmonology. Eur Respir J 2002; 19: 356-3

82 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014

Anda mungkin juga menyukai