Anda di halaman 1dari 24

Apa itu Bronkoskopi: Gambaran Umum,

Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan


Apa itu Bronkoskopi?
Bronkoskopi adalah prosedur kesehatan yang dilakukan
dengan memasukkan alat bernama bronkoskop melalui
tenggorokan, laring, trakea ke dalam bronkus untuk melihat
bagian toraks (dada). Tindakan ini dapat dilakukan untuk
mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit serta mengambil
sampel jaringan atau mukus melalui tindakan yang
disebut biopsi.
Bronkoskop dimasukkan melalui mulut atau hidung. Alat ini
dilengkapi dengan cahaya untuk menerangi jalan masuk,
menunjukkan bronkus paru-paru, dan memperjelas gambar
yang terlihat. Bronkoskop juga dilengkapi dengan kamera yang
mengambil gambar organ tubuh, yang nantinya digunakan
untuk evaluasi.
Ada dua jenis bronkoskop yang digunakan untuk bronkoskopi:
kaku atau lentur. Bronkoskop yang lentur akan menyebabkan
sedikit atau tidak ada ketidaknyamanan. Pasien dapat
menjalani bronkoskopi dengan hanya sedikit obat penenang
atau bius lokal. Sedangkan bronkoskop yang kaku
membutuhkan bius total. Namun, bronkoskop yang kaku
dibutuhkan ketika pasien mengalami batuk yang disertai
banyak darah.
Beberapa rumah sakit menyediakan bronkoskopi virtual, yaitu
CT scan yang juga diarahkan pada bronkus. Pasien akan
berbaring di meja pemeriksaan saat alat pemindai bergerak di
sekitar tubuh untuk mengambil gambar dari dada dan trakea
secara rinci. Walaupun pemindaian ini memberikan hasil yang
baik, namun informasi yang rinci tentang saluran udara dan
paru-paru hanya bisa didapatkan melalui bronkoskopi biasa.
Bronkoskopi dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik rawat
jalan. Tindakan ini tetap dapat dilakukan walaupun pasien
menggunakan tabung makanan.

Siapa yang Perlu Menjalani Bronkoskopi dan Hasil yang


Diharapkan
Bronkoskopi disarankan bagi pasien yang memiliki gangguan
paru-paru yang tak kunjung hilang, seperti peradangan tabung
bronkus, batuk kronis, atau kesulitan bernapas. Bronkoskopi
dapat dilakukan setelah pemeriksaan paru-paru lainnya, seperti
sinar X atau pemeriksaan fisik, memberikan hasil yang tidak
normal atau mencurigakan. Saat ini, beberapa rumah sakit
menggunakan sinar laser dan bronkoskop untuk
menghancurkan tumor.
Bronkoskopi juga dapat dilakukan untuk menghancurkan tumor
atau mengambil sampel jaringan untuk biopsi, yang dapat
menunjukkan apakah masa atau sel di jaringan bersifat jinak
atau ganas (kanker). Pada kasus di mana ada benda asing di
saluran udara, bronkoskopi dapat digunakan untuk mengetahui
letak benda asing tersebut sehingga dapat diangkat dengan
mudah.
Bronkoskopi juga dibutuhkan ketika paru-paru pasien telah
berhenti bekerja, sebuah kondisi yang dikenal sebagai
pneumotoraks. Pneumotoraks terjadi ketika udara yang keluar
dari paru-paru berkumpul di sekitar paru-paru dan memberikan
tekanan yang besar. Hal ini dapat menyebabkan penyempitan
rongga paru-paru, sehingga pasien mengalami kesulitan
bernapas.
Gangguan berupa kesulitan bernapas juga dapat
membutuhkan bronkoskopi, terutama apabila pernapasan
sangat sulit dilakukan atau terlalu nyaring (misalnya, apnea
tidur obstruktif).
Setelah bronkoskopi selesai, pasien dapat diminta tinggal di
ruang pengawasan setidaknya selama satu jam atau sampai
obat-obatan, seperti obat bius, telah hilang pengaruhnya.
Kemudian, pasien akan disarankan untuk tidak minum dan
melakukan kegiatan yang berat selama 24-48 jam berikutnya.

Cara Kerja Bronkoskopi


Pasien yang telah dijadwalkan menjalani bronkoskopi harus
melakukan puasa setelah tengah malam, kecuali mereka harus
mengonsumsi obat-obatan yang harus diminum. Terkadang
dokter akan menyarankan pasien untuk berhenti mengonsumsi
obat-obatan mulai beberapa hari sebelum bronkoskopi.
Langkah pertama tindakan ini bergantung pada jenis
bronkoskop yang digunakan. Kedua jenis bronkoskopi akan
membutuhkan infus (kateter yang dimasukkan ke pembuluh
darah) untuk memberikan obat-obatan, seperti obat bius, untuk
kenyamanan pasien. Apabila menggunakan bronkoskop yang
kaku, selama tindakan harus ada ahli obat bius untuk
melakukan pengawasan.
Karena tindakan ini dapat menghambat proses pernapasan,
pasien akan dihubungkan dengan sebuah alat yang
mengawasi tanda vital tubuh, seperti detak jantung dan
tekanan darah. Oksigen dapat diberikan ke pasien melalui
hidung atau mulut dengan menggunakan tabung atau kanula
(tabung kecil yang lentur).
Obat bius lokal akan diberikan di bagian belakang tenggorokan
dan hidung, yang akan dilewati oleh bronkoskop. Kemudian,
bronkoskop akan dimasukkan melalui mulut atau hidung,
melewati pita suara, saluran udara, dan paru-paru.
Setelah itu, kamera akan mulai mengambil gambar. Dokter
spesialis juga dapat memilih untuk melakukan aspirasi jarum
atau biopsi dengan forcep (alat penjepit) untuk mengambil
sampel jaringan, cairan, atau mukus.
Bronkoskopi membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Bronkoskopi
Walaupun dapat menyebabkan sedikit ketidaknyamanan bagi
pasien, namun secara umum bronkoskopi adalah tindakan
yang sangat aman. Setelah bronkoskopi selesai, ada
kemungkinan pasien mengalami pendarahan ringan sampai 2
hari. Suara pasien dapat terdengar serak dan tenggorokan
dapat terkena radang akibat pemasukan tabung. Namun,
semua hal tersebut akan berhenti setelah beberapa hari dan
dapat diobati oleh ahli paru-paru dengan mudah.
Risiko dan komplikasi yang lebih serius adalah berkurangnya
kadar oksigen, cedera pada pita suara, kerobekan paru-paru,
dan pendarahan yang parah. 

Rujukan:

 Kraft M. Approach to the patient with respiratory disease.


In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman’s Cecil Medicine.
24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011:chap 83.

 Kupeli E, Karnac D, Mehta AC. Flexible bronchoscopy. In:


Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR, et al., eds. Textbook of
Respiratory Medicine. 5th ed. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders; 2010:chap 22.

 Reynolds HY. Respiratory structure and function:


mechanisms and testing. In: Goldman L, Schafer AI, eds.
Goldman’‘ Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders; 2011:chap 85.
PERAN BRONKOSKOPI PADA PENYAKIT PARU

Paru adalah organ tubuh yang sangat vital karena berfungsi


untuk pertukaran oksigen dan pengeluaran karbondioksida
dalam proses pernapasan sehingga kebutuhan tubuh akan
oksigen terpenuhi. Namun bagaimana bila terjadi gangguan
pada paru? Bagaimana cara mengetahuinya? Kini sudah
terdapat teknologi yang bernama bronkoskopi.

Pemeriksaan Bronkoskopi adalah suatu pemeriksaan yang


dilakukan oleh dokter paru untuk melihat langsung kelainan pada
saluran pernapasan mulai dari laring, sampai ke cabang-cabang
bronkus dengan mengambil bilasan bronkial, kerokan, sikatan
maupun biopsi dengan menggunakan alat
bronkoskop. Bronkoskop adalah sebuah selang kecil yang terdiri
dari banyak serat optik yang memiliki kamera dan berfungsi mirip
dengan teropong. Alat tersebut terhubung ke alat pantau (monitor).
Melalui monitor dapat terlihat bronkoskop melewati saluran
pernapasan. 

Pemeriksaan bronkoskopi ini dilakukan pada kondisi kecurigaan


adanya benda asing di saluran napas, batuk berdarah, infeksi paru
yang berat, gambaran kelainan di foto rontgen paru seperti
kecurigaan adanya sumbatan saluran napas (atelektasis paru),
pengambilan cairan saluran napas bawah untuk dibiakkan (dikultur)
di laboratorium, dan sebagainya.

Tujuan dilakukannya pemeriksaan bronkoskopi ini anatara lain


untuk keperluan diagnostik (menegakkan diagnosis) dan terapeutik
(pengobatan), diantaranya:

Tujuan diagnostik:

 mengambil bahan/sampel untuk pemeriksaan patologi


anatomi. Dari proses ini dapat diketahui kelainan paru
misalnya tumor paru, infeksi paru dll.
 pada batuk yang sulit sembuh
 batuk darah yang berulang sehingga dapat diketahui sumber
perdarahan

Tujuan terapetik:

 untuk membersihkan slem, misalnya pada pasien-pasien ICU


yang tidak sadar, pasien stroke yang disertai infeksi paru
 untuk mengambil benda asing yang masuk ke saluran napas,
misalnya jarum pentul, pecahan kacang, gigi dll
 untuk menunjang tindakan operasi paru

Tindakan bronkoskopi ini dilakukan di ruangan khusus atau di


kamar operasi dengan bius lokal maupun total (ditidurkan). Sebagai
persiapan, pasien akan dievaluasi kondisi dan toleransi terhadap
tindakan tersebut dengan dilakukan pemeriksaan penunjang
terlebih dahulu. Pasien juga dipuasakan minimal 6-8 jam sebelum
tindakan Bronkoskopi.

Bronkoskop dimasukkan melalui hidung atau mulut menuju saluran


napas bawah hingga cabang-cabang bronkus. Bronkoskop
melewati saluran pernapasan dengan cara yang sama seperti yang
dilakukan udara. Kamera pada bronkoskop memperlihatkan kondisi
saluran napas yang diperiksa pada layar monitor. Jika terdapat
kelainan pada saluran tersebut dapat dilakukan biopsi, sikatan,
bilasan dll. Selama prosedur bronkoskopi, kondisi pasien diperiksa
secara ketat sehingga diharapkan selalu dalam kondisi yang
optimal. Segera setelah tindakan selesai pasien dipindahkan ke
ruang pemulihan untuk diobservasi lebih lanjut selama beberapa
saat. Pasien kemudian dipindahkan ke ruang rawat biasa atau ICU
bila perlu perhatian khusus.

Dua jam setelah tindakan selesai dilakukan dan kondisi pasien


sudah sadar,  pasien boleh minum air hangat secara bertahap,
kemudian dilanjutkan observasi kembali hingga pasien benar –
benar sadar dan tidak ada keluhan apapun, pasien dapat diberikan
makan.

Apakah efek samping tindakan bronkoskopi?


Pada umumnya tindakan bronkoskopi adalah aman karena
dilakukan sesuai prosedur dan dengan hati-hati. Efek samping atau
komplikasi yang mungkin terjadi adalah pembengkakan dinding
saluran napas pasca tindakan, produksi lendir yang relatif
bertambah, mengi, atau perdarahan di saluran napas. Namun efek
samping itu amatlah jarang terjadi.

Efek samping lainnya yang dapat terjadi biasanya tidak


berhubungan dengan prosedur ini, yaitu alergi terhadap obat-
obatan anestesi dan sebagainya. Dengan pengamatan dan
pengenalan dini terhadap reaksi efek samping yang terjadi disertai
dengan penanganan yang tepat dan cepat, maka biasanya efek
samping tersebut dapat diatasi dengan baik.
Prosedur Diagnostik
Instalasi Prosedur Diagnostik memberi pelayanan kepada pasien yang
dirujuk untuk tindakan  prosedur diagnostik dan terapeutik, serta pasien
yang belum terdiagnosis kanker. Baik pasien  yang datang sendiri atau
dikirim oleh institusi kesehatan lain.
Pelayanan pada instalasi ini, antara lain: 1) Pemeriksaan/tindakan
prosedur diagnostik dan terapeutik oleh dokter spesialis (Biopsi, FNAB,
Eksterpasi, Cryo-surgery, Kauterisasi, Punksi,  WSD, Pleurodesis,
Intratekal kemoterapi, Ekokardiograf (EKG), Elektroencephalograf (EEG);
2) Konsultasi dan pemeriksaan fsik oleh dokter spesialis tertentu. 
 
Unit Endoskopi
Untuk mendukung diagnosis ini, Rumah Sakit Kanker "Dharmais"
mengembangkan layanan  Endoskopi untuk mengamati saluran cerna
(Gastroskopi), usus besar (Kolonoskopi), dan  saluran napas (Bronkoskopi).
Selain untuk tindakan diagnosis, prosedur endoskopi juga  bermanfaat
untuk tindakan pengobatan seperti dilatasi esofagus, ligasi varises,
polipektomi,  pemasangan stent esophagus maupun saluran bilier, dll. 
 
Bronkoskopi
Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan Bronkoskopi?
Pemeriksaan Bronkoskopi adalah suatu pemeriksaan untuk melihat
langsung kelainan pada saluran pernapasan mulai dari laring, sampai ke
bronkus dengan mengambil bilasan bronchial, kerokan, sikatan maupun
biopsi dengan menggunakan alat endoskopi.
Apakah tujuan pemeriksaan bronkoskopi?
Tujuan pemeriksaan bronkoskopi adalah:
 Untuk membersihkan slem
 Untuk mengambil benda asing yang masuk ke saluran napas
 Untuk menentukan diagnosa kelainan pada paru dengan mengambil
bahan pemeriksaan patologi anatomi
 Untuk menilai keberhasilan suatu terapi
 Untuk menentukn operabilitas pelaksanaan tindakan operasi paru

Apa saja persiapan pasien yang akan dilakukan pemeriksaan bronkoskopi?


 Satu hari sebelum tindakan pada pkl. 20.00 WIB minum 1 tabler (10
mg) obat ekstra beladon dan codein 1 tablet (10 mg)
 Pasien puasa makan 6 - 8 jam sebelum tindakan bronkoskopi
dilakukan (tindakan jam 8 pagi mulai puasa pkl. 24.00 WIB)
 Pkl. 05.00 WIB minum ekstra beladon 1 tablet lagi (10 mg) dan
codein 10 mg (1 tablet)
 Sehari sebelum tindakan dilakukan cek ulang HB, leukosit,
trombosit, dan masa perdarahan serta masa pembekuan (BT, CT)
 Pada hari pemeriksaan, bawa hasil laboratorium yang dianjurkan
dan hasil pemeriksaan foto rontgent. 30 menit sebelum tindakan
psa sudah sampai di ruang tindakan

Sampai berapa lama pasien harus puasa?


Dua jam setelah tindakan selesai dilakukan dan kondisi pasien sudah
sadar betul, pasien boleh minum air hangat secara bertahap, kemudian di
observasi pasien sudah sadar betul dan tidak ada keluhan dapat diberikan
makan.
 
Kolonoskopi
Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Kolonoskopi?
Pemeriksaan kolonoskopi adalah suatu jenis pemeriksaan kolon atau usus
besar (rektum, sigmoid, kolon desendens, kolon transversum, kolon
asendens, dan ileum cecum) dengan memasukkan alat kolonoskopi ke
dalam usus besar melalui anus.
Apakah tujuan pemeriksaan Kolonoskopi?
Tujuan pemeriksaan kolonoskopi adalah 
 Untuk mengevaluasi adanya kelainan pada saluran cerna bagian
bawah
 Untuk pemeriksaan lebih lanjut adanya perdarahan yang cukup
lama dari anus
 Untuk menegakkan diagnosa adanya penyakit keganasan pada usus
besar
 Evaluasi setelah pengangkatan polip di usus besar atau untuk
evaluasi setalah dilakukan operasi atau terapi tertentu

Apa saja persiapan yang harus dilakukan oleh pasien?


 Malam hari sebelum tindakan, makan malam terakhir jam 19.00 WIB
(6 - 8 jam sebelum tindakan dilakukan)
 Jam 24.00 WIB minum Dulcolax 4 tablet
 Pasien puasa, pada pagi hari sebelum tindakan, hanya boleh minum
air putih saja atau air manis
 Tidak diperbolehkan minum air susu
 Pagi hari buang air besar terlebih dahulu sebelum datang ke
ruangan pemeriksaan
 Sesuai jam perjanjian pasien datang ke Unit Endoskopi untuk minum
cairan PEG sebanyak 1 liter untuk membersihkan sisa kotoran yang
masih ada di usus besar
 Setelah minum cairan PEG pasien akan buang air besar, tunggu
sampai 2 jam atau sampai cairan feses berwarna sama dengan
cairan PEG yang diminum. Untuk menunjukkan daerah usus sudah
bersih dari sisa-sisa kotoran
Sampai kapan pasien harus puasa?
Setelah tindakan selesai dilakukan dan pasien sudah kooperatif pasien
boleh langsung makan.
Prosedur bronkoskopi

Bronkoskopi merupakan salah satu jenis


pemeriksaan endoskopi, berguna untuk memeriksa
trakea, bronkus dan cabang-cabangnya secara
visual. Alat untuk memeriksa bronkoskopi (disebut
bronkoskop), secara teknis mirip dengan alat
endoskopi lainnya seperti gastroskopi, kolonoskopi,
laringoskopi dan lain-lain. Bronkoskopi bisa
digunakan untukdiagnosis, terapi, dan kadang untuk
keduanya.

Ada dua tipe bronkoskop yaitu kaku (rigid) dan lentur


(fleksibel). Penggunaan bronkoskop kaku hanya bisa
dilakukan di ruang operasi dalam anestesi umum,
sedang bronkoskop lentur bisa juga di kerjakan di
ICU atau ruangan endoskopi, dan memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan bronkoskop kaku. Tulisan ini
akan membahas bronkoskop lentur
Bronkoskop terdiri atas bagian kaku untuk dipegang
dan bagian lentur sepanjang 50-60 cm. Pada bagian
kaku terdapat lensa atau monitor untuk melihat
gambar, tuas jempol untuk mengubah ujung lentur
menjadi fleksi atau ekstensi, katup penghisap yang
diaktifkan dengan jari, pintu untuk memasukkan
instrumen, dan tempat untuk menyambung selang
penghisap. Visualisasi saluran napas ke monitor
melalui serat optik. Agar lampu di ujung bagian lentur
bisa menyala, bronkoskop harus dihubungkan
dengan sumber cahaya.

Prosedur bronkoskopi bisa dilakukan melalui hidung,


mulut, melalui saluran endotrakeal atau lubang
trakeostomi. Skop fleksibel bisa memperlihatkan
visualisasi saluran napas lebih jauh dibandingkan
skop kaku karena skop lentur bisa masuk ke
percabangan bronkus ketiga atau keempat. Alat
bronkoskopi mudah dipindahkan (portabel), bisa
dilakukan ditempat tidur pasien sehingga bisa
meminimalkan risiko pasien yang berisiko bila
dipindahkan.

Selama prosedur bronkoskopi semua anggota tim


mengenakan masker, pelindung mata dan sarung
tangan. Baju pelindung sebaiknya juga dikenakan.
Pasien disiapkan dengan puasa 6 jam. Jika pasien
mendapatkan nutrisi enteral dengan NGT
nasogastric tube, duodenal atau jejunal, tahan nutrisi
enteral satu jam sebelumnya. Untuk kehati-hatian,
bisa dilakukan aspirasi lambung (pada pasien
dengan NGT) sebelum prosedur bronkoskopi
dilakukan. Informasikan kepada pasien langkah-
langkah prosedur yang akan dilakukan sehingga
pasien akan kooperatif selama prosedur
bronkoskopi. Pemeriksaan laboratorium tentunya
sudah dilakukan, termasuk studi koagulasi bila
direncanakan biopsi. 

Sebelum prosedur dimulai, pastikan semua alat dan


material pendukung telah siap, termasuk obat-
obatan. Diazepam dan midazolam mempunyai
keuntungan tambahan, membuat pasien amnesia
terhadap kejadian yang dialaminya. Pastikan pasien
terpasang akses intravena untuk pemberian obat dan
cairan bila diperlukan.

Pasien harus dipantau selama dan setelah prosedur


bronkoskopi untuk mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi seawal mungkin. Pemantauan
setidaknya meliputi pulse oximetry, EKG,
pemantauan denyut jantung dan tekanan darah.
Operator bronkoskopi tentu perhatiannya tertuju
pada prosedur, karena itu asisten operator
bertanggung jawab memantau keadaan pasien dan
menginformasikan bila terjadi masalah pada pasien.
Setelah prosedur, pasien harus dipantau sampai
pengaruh obat biusnya hilang baik itu anestesi umum
maupun anestesi lokal. Bila dilakukan biopsi,
munculnya darah dalam dahak yang makin banyak
menandakan timbulnya perdarahan.

Sumber: lung expantion therapy and bronchial


hygiene. In: Pierce LNB. Guide to mechanical
ventilation and intensive respiratory care. WB
Saunders Co. 1995.p. 143-46
SPIROMETRI
Spirometri merupakan suatu alat sederhana yang
digunakan untuk mengukur volume udara dalam
paru. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur
volume statik dan volume dinamik paru. Volume
statik terdiri atas volume tidal (VT), volume cadangan
inspirasi (VCI), volume cadangan ekspirasi
(VCE), volume residu (VR), kapasitas  vital (KV),
kapasitas vital paksa (KVP), kapasitas residu
fungsional (KRF) dan kapasitas paru total (KPT).
Contoh volume dinamik adalah volume ekspirasi
paksa detik pertama (VEP1) dan maximum voluntary
ventilation (MVV). Nilai normal setiap volume atau
kapasitas paru dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
tinggi badan, berat badan, ras dan bentuk tubuh.
Spiromet
ri  dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
memonitor penyakit yang berhubungan dengan
penyakit paru dan jantung sehingga pemeriksaan
spirometri rutin digunakan di rumah sakit dengan
pasien penyakit paru dan atau jantung. Spirometri
merupakan pemeriksaan gold standard untuk
diagnosis dan monitor penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK) dan asma. Selain itu juga digunakan
sebagai screening awal untuk mendeteksi PPOK
pada perokok.

Pemeriksaan spirometri sering dianggap sebagai


pemeriksaan sederhana namun sebenarnya
merupakan pemeriksaan yang sangat kompleks.
Variabilitas hasil pemeriksaan spirometri lebih besar
daripada pemeriksaan lain karena tidak konsistennya
usaha subjek. Karena itu sangat diperlukan
pemahaman, koordinasi dan kerjasama yang baik
antara teknisi dan subjek agar didapatkan hasil yang
optimal. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
hasil  pemeriksaan spirometri adalah peralatan yang
akurat, prosedur pemeriksaan yang baik, program
pengendalian mutu berkelanjutan, nilai acuan yang
tepat, dan algoritma interpretasi hasil yang baik.

INDIKASI SPIROMETRI
Diagnostik
  - mengevaluasi hasil pemeriksaan yang abnormal
  - mengukur efek penyakit terhadap fungsi paru
  - menyaring individu dengan risiko penyakit paru
  - menilai risiko prabedah
  - menilai prognosis
  - menilai status kesehatan sebelum masuk program
dengan aktivitas fisik berat
Memantau
- Menilai hasil pengobatan
- Menjelaskan perjalanan penyakit yang
mempengaruhi fungsi paru
- Memonitor individu yang pekerjaannya terpajan zat
berbahaya
- Memonitor reaksi obat yang mempunyai efek toksis
terhadap paru
Evaluasi gangguan / ketidakmampuan
- Menilai pasien sebagai bagian program rehabilitasi
- Menilai risiko sebagai bagian evaluasi asuransi
- Menilai individu untuk alasan legal
Kesehatan masyarakat
- Survey epidemiologi
- Penelitian klinis.

PERSIAPAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI


Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative
mudah namun sering kali hasilnya tidak dapat
digunakan. Karena itu perlu beberapa persiapan
sebagai berikut:
1. Operator, harus memiliki pengetahuan yang
memadai , tahu tujuan pemeriksaan dan mampu melakukan
instruksi kepada subjek dengan manuver yang benar
2. Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi
untuk volume dan arus udara minimal 1 kali seminggu
3. Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus
merasa nyaman. Sebelum pemeriksaan subjek sudah tahu
tentang tujuan pemeriksaan dan  manuver yang akan
dilakukan. Subjek bebas rokok minimal 2 jam sebelumnya,
tidak makan terlalu kenyang, tidak berpakaian terlalu ketat,
penggunaan obat pelega napas terakhir 8 jam sebelumnya
untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi panjang.
4. Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus
mempunyai sistem ventilasi yang baik dan suhu udara
berkisar antara 17 – 40 0C

MANUVER SPIROMETRI
Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume
paru terhadap waktu akibat manuver yang dilakukan
subjek. Usaha subjek diobservasi di layar monitor
untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan
subjek benar dan maksimal.
1. Manuver KV, subjek menghirup udara sebanyak
mungkin dan kemudian udara dikeluarkan sebanyak
mungkin tanpa manuver paksa.
2. Manuver KVP, subjek menghirup udara sebanyak
mungkin dan kemudian udara dikeluarkan dengan
dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi
maksimal. Apabila subjek merasa pusing maka manuver 
segera dihentikan karena dapat menyebabkan subjek
pingsan. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan venous
return ke rongga dada.
3. Manuver VEP1 (volume ekspirasi paksa detik
pertama). Nilai VEP1 adalah volume udara yang dikeluarkan
selama 1 detik pertama pemeriksaan KVP. Manuver
VEP1 seperti manuver KVP.
4. Manuver APE (arus puncak ekspirasi). APE adalah
kecepatan arus ekpirasi maksimal yang dapat dicapai saat
ekspirasi paksa. Tarik napas semaksimal mungkin,
hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah
kedua bibir dirapatkan pada mouthpiece.
5. Manuver MVV (maximum voluntary ventilation). MVV
adalah volume udara maksimal yang dapat dihirup subjek.
Subjek bernapas melalui spirometri dengan sangat cepat,
kuat dan sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik

HASIL SPIROMETRI

Minimal terdapat 3 hasil acceptable


 Inspirasi penuh sebelum pemeriksaan dimulai
 Memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha
maksimal dan tidak ragu-ragu
 Tidak batuk atau glottis menutup selama detik pertama
 Memenuhi lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau
sampai 15 detik pada subjek dengan kelainan obstruksi
 Tidak terjadi kebocoran
 Tidak terjadi obstruksi pada mouthpiece
Hasil yang reproducible
 Nilai KVP dan VEP1, diambil dua nilai terbesar dengan
perbedaan diantaranya kurang dari 5% atau 0,1 liter
 Jika tidak memenuhi kriteria ulangi pemeriksaan
 Jika tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka
pemeriksaan dihentikan dan interpretasi hasil yang didapat
dengan menggunakan 3 hasil terbaik yang acceptable
Seleksi nilai untuk interpretasi
 Pilih hasil yang acceptable dan reproducible
 Pilih nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa
memperhatikan pemeriksaan yang digunakan
 Untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai
pemeriksaan dengan nilai terbesar kombinasi KVP dan VEP1
ANALISIS CAIRAN PLEURA
Dalam keadaan normal, pembentukan lapisan tipis
cairan antara pleura parietal dan pleura viseral
(disebut cairan pleura) merupakan ultrafiltrasi
plasma. Kedua pleura bekerja seperti membran
semipermiabel, sehingga kadar molekul kecil
(misalnya glukosa) sama dengan plasma, sedangkan
kadar molekul besar (seperti albumin) kadarnya
sangat rendah bila dibandingkan dengan kadar
dalam plasma. 

Perbedaan transudat & eksudat

Cairan pleura normal tampak seperti air jernih dan


tidak berbau. Cairan normal ini mengandung sekitar
1000 sel per mililiter, sebagian besar sel mesotelial
kemudian sel-sel lainnya adalah monosit dan limfosit.
Komposisi normal cairan pleura bisa dilihat di sini.
Abnormalitas cairan pleura, dengan dukungan
pemeriksaan lain, biasanya berhasil untuk
menentukan atau konfirmasi penyebab efusi pleura. 

Chilotoraks

Berbagai uji pemeriksaan bisa dilakukan, namun


pemeriksaan  gross dan mikroskopik, dan
perbedaan kadar protein total dan LDH cairan pleura
dibandingkan dengan plasma, biasanya cukup untuk
menentukan apakah cairan tersebut transudat atau
eksudat. Hasil pemeriksaan tersebut biasanya bisa
didapatkan dalam beberapa jam. Bila hasilnya
eksudat, perlu dipertimbangkan pemeriksaan kimia,
bakteriologi dan sitologi.

Gambaran makroskopis
Transudat biasanya jernih, kadang warnanya sedikit
kuning. Eksudat biasanya mengandung lebih banyak
sel dan protein, warnanya lebih gelap, lebih keruh.
Eksudat, berisi sejumlah besar sel, berhubungan
dengan pneumonia, biasanya tampak seperti awan,
sedangtkan cairan empiema tampak opak dan
kental. Cairan pleura yang kaya dengan kolesterol
mempunyai ciri khas tampak kemilau seperti satin.
Efusi kilous (chilotoraks) warnanya putih seperti
susu.

Gambaran mikroskopis
Informasi penting berkaitan dengan etiologi efusibisa didapatkan dari
pemeriksaan komposisi selular cairan pleura. Efusi pleura disertai darah yang
tampak dengan mata telanjang (kadar eritrosit >100.000/mm3 disebabkan oleh
trauma, infark pulmonal atau keganasan. Pemeriksaan lain bisa dilihat pada tabel
di bawah ini.

Pemeriksaan Nilai Kondisi yang


abnormal biasanya
berkaitan
Jumlah > 100.000 Malignansi,
Eritrosit trauma, emboli
(/mm3) pulmonary
Jumlah > 10.000 Infeksi pyogenik
Leukosit
(/mm3)
       Neutrofil (%) > 50 Pleuritis akut
       Limfosit > 90 Tuberkulosis,
keganasan
       Eosinofilia > 10 Asbestos effusion,
pneumotoraks,
sembuh dari
infeksi
       Sel Nihil Tuberkulosis
mesotelial
Protein > 0,5 Eksudat
(CP/S)*
LDH  (CP/S) > 0,6 Eksudat
LDH (IU)** > 200 Eksudat
Glukosa < 60 Empyema,
(mg/dl) Tuberkulosis,
malignansi,
rheumatoid
arthritis
pH < 7,20 Efusi
parapneumonik
dengan
komplikasi,
empyena, ruptur 
oesofagus,
tuberculosis,
kganasan,
rheumatoid
arthritis
Amilase >  1 Pankreatitis
(CP/S)
Bakteriologik Positif Disebabkan infeksi
Sitologi Positif Diagnosis
malignansi

*CP/P = rasio kadar dalam cairan pleura


dibandingkan dengan dalam serum
**IU = kadar dalam International Units

Sumber: Fishman's, Pulmonary diseases and


disorder

Anda mungkin juga menyukai