Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax
untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di
dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray.
B. Prinsip Pemeriksaan
X-ray merupakan bentuk radiasi seperti gelombang cahaya atau gelombang radio yang dapat
menembus objek, termasuk tubuh manusia.
Ketika X-ray ditujukan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, mesin X-ray akan menghasilkan
radiasi yang dapat menembus tubuh, menghasilkan citra/ gambaran yang terprangkap pada film
rontgen.
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula tidak
menutupi parenkim paru.
Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif. Film diletakkan
dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat
lebih besar dari posisi PA.
Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri
kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat
proyeksi lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat
dalam posisi berdiri.
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada cairan
bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita
berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan di muka dada penderita
dan diberikan sinar dari belakang arah horizontal.
Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan lokal) atau
bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan sebabnya, dan
hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto oblique yang bagus
pun, fraktur iga bisa tidak terlihat.
7. Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya
pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi
D. Keuntungan dan Keterbatasan
1) Keuntungan:
Biasanya tidak memiliki efek samping pemeriksaan mudah, cepat, dan relative murah bila
dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya (CTScan, MRI)
2) Keterbatasan:
Beberapa kondisi pada dada tidak dapat dideteksi melalui rontgen thorax (misalnya kanker
yang tidak terdeteksi pada rontgen thorax, sumbatan/ plak pada pembuluh darah di
jantung), terkadang membutuhkan pemeriksaan imaging lainnyya untuk mengklarifikasi
hasil foto rontgen atau untuk mengevaluasi lebih lanjut kelainan yang tidak tampak pada
hasil rontgen.
B. Penderita
Codein 10 mg dengan ekstra belaona 2 tablet/ kali yang di minum 12 jam dan 6 jam sebelum
tindakan
Foto toraks PA dan lateral terbaru, CT scan toraks bila ada
Puasa sekurang-kurangnya 4 jam sebelum tindakan
JENIS BRONKOSKOPI
Berdasarkan bentuk dan sifat alat bronkoskopi, saat ini dikenal dua macam bronkoskopi , yaitu
Bronkoskopi Kaku (Rigid) dan Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL).
Bronkoskopi rigid merupakan alat yang berbentuk tabung lurus terbuat dari bahan stainless steel.
Panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi untuk dewasa biasanya berukuran panjang 40 cm
dan diameter berkisar 9-13,5 mm, tebal dindinng bronkoskopi berkisar 2-3 mm.
Bronkoskopi rigid biasanya dilakukan dengan penderita di bawah anestesi umum. Tindakan ini
harus dilakukan oleh bronchoscopist yang berpengalaman di ruang operasi. Bronkoskopi rigid
diindikasikan pada penderita dengan obstruksi saluran nafas besar dimana dengan FOB tidak dapat
diilakukan. Indikasi umum lainnya adalah:
Mengontrol dan penanganan batuk darah massif
Mengeluarkan benda asing dari saluran trakeobronkial
Penanganan stenosis saluran nafas
Penanganan obstruksi saluran nafas akibat neoplasma
Pemasangan stem bronkus
Laser bronkoskopi
B. BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR (BSOL)
Bronkoskopi serat optik lentur (BSOL) juga dikenal sebagai Fiber Optic Bronchoscopy (FOB), sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis pada kelainan yang di jumpai di paru-paru, dan
berkembang sebagai suatu prosedur diagnostik invasif paru.
INDIKASI
Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan diagnostik, sebagai
terapeutik serta pre operatif/ post operasi.
Batuk
Batuk darah
Mengi dan stridor
Gambaran foto thoraks yang abnormal
Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)
Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks
Karsinoma bronkus
Ada bukti sitologi atau masih tersangka
Penentuan derajat karsinoma bronkus
KONTRA INDIKASI
Kontra indikasi tindakan bronkoskopi terdiri dari kontra indikasi absolut dan relatif.
Asma berat
Hiperkarbia berat
Koagulopati yang serius
Bulla emfisema berat
Obstruksi trakea
High Positive end-expiratory pressure
Persiapan Bronkoskopi
Dalam survey yang dilakukan American College of Chest Physician (ACCP) pada umumnya
dilakukan prosedur sebelum tindakan bronkoskopi berupa foto toraks, faal hemostatis, juga dilakukan
EKG (Ecocardiography), analisa gas darah, elektrolit dan spirometri. Evaluasi jantung dilakukan pada
penderita dengan penyakit koroner yang akan dilakukan bronkokopi, karena penyakit ini dapat
meningkatkan resiko pada saat bronkoskopi.
Disamping pemeriksaan tersebut yang juga penting untuk dipersiapkan adalah yang berkaitan
dengan penderita. Persiapan yang harus dilakukan terhadap penderita adalah:
1. Informasi yang berkaitan dengan riwayat penyakit sebelumnya, penyakit sekarang, kondisi fisik
dan mental penderita dan riwayat reaksi alergi terhadap obat yang akan digunakan untuk
tindakan bronkoskopi.
2. Memberikan informasi kepada penderita tentang tahapan yang akan dilakukan mulai darri
persiapan bronkoskopi sampai pasca bronkoskopi, termasuk puasa sebagai persiapan sebelum
bronkoskopi yang di lakukan sekitar 8 jam untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung,
penjelasan tentang tindakan anestesi yang dilakukan dan efek anestesi yang dirasakan
penderita, puasa setelah menjalani tindakan bronkoskopi.
3. Menandatangani informed consent untuk tindakan yang akan dilakukan.
4. Melakukan evaluasi sebelum bronkoskopi untuk mengklasifikasikan berdasarkan kondisi fisik
penderita.