Anda di halaman 1dari 7

A.

Rontgen Thorax (Rontgen Dada)


Rontgen thorax merupakan salah satu pemeriksaan sinar-X yang sering dilakukan untuk
menunjang diagnosis. Rontgen thorax digunakan untuk mendiagnosisi banyak kondisi yang
meilbatkan dinding thorax/ dada, tulang dada, dan struktur yang berada dalam rongga dada
termasuk paru-paru, jantung, dan lainnya.

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax
untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di
dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray.

B. Prinsip Pemeriksaan
X-ray merupakan bentuk radiasi seperti gelombang cahaya atau gelombang radio yang dapat
menembus objek, termasuk tubuh manusia.
Ketika X-ray ditujukan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, mesin X-ray akan menghasilkan
radiasi yang dapat menembus tubuh, menghasilkan citra/ gambaran yang terprangkap pada film
rontgen.

C. Prosedur Rontgen Thorax


1) Mengenakan pakaian khusus yang disediakan
2) Meninggalkan perhiasan dan seputar dada
3) Menginformasikan ke petugas bila dalam 3 bulan terakhir pernah melakukan rontgen atau
bagi pasien wanita, informasikan kepada petugas radiologi jika ada kemungkinan hamil
4) Ada kedua posisi pengambilan foto rontgen, yakni: posisi belakang dan posisi samping.
Petugas radiologi akan mengarahkan posisi Anda
5) Saat pemeriksaan, Anda akan diminta untuk menahan nafas selama beberapa detik ketik
gambaran X-ray akan diambil untuk mengurangi kemungkinan mendapatkan gambaran film
yang blur (kabur)
6) Dokter spesialis radiologi akan menginterprestasi hasil pemeriksaan radiologi pasien.
POSISI PEMERIKSAAN

1. Posisi PA (Postero Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula tidak
menutupi parenkim paru.

2. Posisi AP (Antero Posterior)

Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif. Film diletakkan
dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat
lebih besar dari posisi PA.

3. Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri
kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat
proyeksi lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat
dalam posisi berdiri.

4. Posisi Lateral Dekubitus

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada cairan
bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita
berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan di muka dada penderita
dan diberikan sinar dari belakang arah horizontal.

5. Posisi Apikal (Lordotik)

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya


kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya
dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan
suatu lesi di apex.

6. Posisi Oblique Iga

Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan lokal) atau
bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan sebabnya, dan
hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto oblique yang bagus
pun, fraktur iga bisa tidak terlihat.

7. Posisi Ekspirasi

Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya
pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi
D. Keuntungan dan Keterbatasan

1) Keuntungan:
Biasanya tidak memiliki efek samping pemeriksaan mudah, cepat, dan relative murah bila
dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya (CTScan, MRI)

2) Keterbatasan:
Beberapa kondisi pada dada tidak dapat dideteksi melalui rontgen thorax (misalnya kanker
yang tidak terdeteksi pada rontgen thorax, sumbatan/ plak pada pembuluh darah di
jantung), terkadang membutuhkan pemeriksaan imaging lainnyya untuk mengklarifikasi
hasil foto rontgen atau untuk mengevaluasi lebih lanjut kelainan yang tidak tampak pada
hasil rontgen.

PROSEDUR TINDAKAN BRONKOSKOPI

 Peermintaan tindakan dokter yang merawat


 Buat status bronkoskoi
 Pasien dipersiapkan di ruang pemeriksaan dengan memeriksa tanda tanda vital, status paru-
paru jantung
 Premedikasi dengan SA 0,25 mg IM dan atau diazepam 5 mg. Dosis tergantung umur dan
kondisi pasien
 Anestesi lokal dengan kumur tenggorokan menggunakan lidokain 2% sebanyak 5 ml selama 5
menit dalam posisi duduk
 Anestesi lokal lanjutan didaerah laring dan faring serta pita suara dengan bantuan kaca laring
menggunakan xylocain spray (5-7 semprot) dilanjutkan dengan instilasi lidokain 2% sebanyak 5
ml ke dalam trakea melalui pita suara
 Pasien siap diperiksa dalam posisi telentang dengan kepala ekstensi maksimal (posisi duduk
bila tidak bisa telentang) dengan operator berdiri di belakang pasien
 Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk (pasien, kanul hidung di pasang dan oksigen
diberikan sebesar 3-4 x/menit dan kedua mata di tutup dengan kain penutup untuk mencegah
terkena larutan liddokain/pembilasan
 Mouth piece diletakan di antara gigi atas dan bawah untuk mencegah tergigitnya bronkoskop
(jika bronkoskopi melalui mulut)
 Bila telah sampai pita suara dan pasien terbatuk selama melakukan tindakan, dapat diberi
instilasi lidokain 1-2 ml bronkoskop (dosis aksimal lidocain 400 mg)
 Nilai keadaan pita suara, trakea dan kanina, bronkus kanan dan kiri beserta cabang cabangnya
sampai bronkus subsegmen
 Membuat laporan bronkoskopi
PERSIAPAN BRONKOSKOPI

A. Bahan dan alat


 1 set peralatan bronkoskopi
 Sumber oksigen dengan aparatusnya
 Sulfas atropine (SA) 0,25 mg (1 ampul)
 Diazepam 5 mg
 Semprit 5 cc, 3 buah
 Kain penutup mata penderita
 Mouth piece
 Betadin yang diencerkan (untuk mencuci bronkoskopi)
 Kasa
 Cairan NACL 0,9%
 1 Set kedaruratan (Adrenalin deksametason, sulfas atropine, bikarbonat) dan alat-alat infus/ iv
(venocath, cairan infus dan ditambah semprit)
 Formulir status bronkoskopi

B. Penderita

 Codein 10 mg dengan ekstra belaona 2 tablet/ kali yang di minum 12 jam dan 6 jam sebelum
tindakan
 Foto toraks PA dan lateral terbaru, CT scan toraks bila ada
 Puasa sekurang-kurangnya 4 jam sebelum tindakan

JENIS BRONKOSKOPI

Berdasarkan bentuk dan sifat alat bronkoskopi, saat ini dikenal dua macam bronkoskopi , yaitu
Bronkoskopi Kaku (Rigid) dan Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL).

A. BRONKOSKOPI KAKU (RIGID)

Bronkoskopi rigid merupakan alat yang berbentuk tabung lurus terbuat dari bahan stainless steel.
Panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi untuk dewasa biasanya berukuran panjang 40 cm
dan diameter berkisar 9-13,5 mm, tebal dindinng bronkoskopi berkisar 2-3 mm.
Bronkoskopi rigid biasanya dilakukan dengan penderita di bawah anestesi umum. Tindakan ini
harus dilakukan oleh bronchoscopist yang berpengalaman di ruang operasi. Bronkoskopi rigid
diindikasikan pada penderita dengan obstruksi saluran nafas besar dimana dengan FOB tidak dapat
diilakukan. Indikasi umum lainnya adalah:
 Mengontrol dan penanganan batuk darah massif
 Mengeluarkan benda asing dari saluran trakeobronkial
 Penanganan stenosis saluran nafas
 Penanganan obstruksi saluran nafas akibat neoplasma
 Pemasangan stem bronkus
 Laser bronkoskopi
B. BRONKOSKOPI SERAT OPTIK LENTUR (BSOL)

Bronkoskopi serat optik lentur (BSOL) juga dikenal sebagai Fiber Optic Bronchoscopy (FOB), sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis pada kelainan yang di jumpai di paru-paru, dan
berkembang sebagai suatu prosedur diagnostik invasif paru.

INDIKASI

Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan diagnostik, sebagai
terapeutik serta pre operatif/ post operasi.

Yang termasuk indikasi diagnostik bronkoskopi antara lain:

 Batuk
 Batuk darah
 Mengi dan stridor
 Gambaran foto thoraks yang abnormal
 Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)
 Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks
 Karsinoma bronkus
 Ada bukti sitologi atau masih tersangka
 Penentuan derajat karsinoma bronkus

Yang termasuk indikasi terapeutik bronkoskopi antara lain:

 Dahak yang tertahan, gumpalan mukus


 Benda asing pada trakeobronkial
 Pemasangan stent pada trakeobronkial
 Dilatasi bronkus dengan menggunakan balon
 Kista pada mediastinum
 Kista pada bronkus
 Mengeluarkan sesuatu dengan bronkoskopi
 Brachytherapy
 Laser therapy

KONTRA INDIKASI

Kontra indikasi tindakan bronkoskopi terdiri dari kontra indikasi absolut dan relatif.

Yang termasuk kontra indikasi absolut:

 Penderita kurang kooperatif


 Keterampilan operator kurang
 Fasilitas kurang memadai
 Angina yang tidak stabil
 Aritmia yang tidak terkontrol
 Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen
Yang termasuk kontra indikasi relatif antara lain:

 Asma berat
 Hiperkarbia berat
 Koagulopati yang serius
 Bulla emfisema berat
 Obstruksi trakea
 High Positive end-expiratory pressure

Persiapan Bronkoskopi

Dalam survey yang dilakukan American College of Chest Physician (ACCP) pada umumnya
dilakukan prosedur sebelum tindakan bronkoskopi berupa foto toraks, faal hemostatis, juga dilakukan
EKG (Ecocardiography), analisa gas darah, elektrolit dan spirometri. Evaluasi jantung dilakukan pada
penderita dengan penyakit koroner yang akan dilakukan bronkokopi, karena penyakit ini dapat
meningkatkan resiko pada saat bronkoskopi.

Disamping pemeriksaan tersebut yang juga penting untuk dipersiapkan adalah yang berkaitan
dengan penderita. Persiapan yang harus dilakukan terhadap penderita adalah:

1. Informasi yang berkaitan dengan riwayat penyakit sebelumnya, penyakit sekarang, kondisi fisik
dan mental penderita dan riwayat reaksi alergi terhadap obat yang akan digunakan untuk
tindakan bronkoskopi.
2. Memberikan informasi kepada penderita tentang tahapan yang akan dilakukan mulai darri
persiapan bronkoskopi sampai pasca bronkoskopi, termasuk puasa sebagai persiapan sebelum
bronkoskopi yang di lakukan sekitar 8 jam untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung,
penjelasan tentang tindakan anestesi yang dilakukan dan efek anestesi yang dirasakan
penderita, puasa setelah menjalani tindakan bronkoskopi.
3. Menandatangani informed consent untuk tindakan yang akan dilakukan.
4. Melakukan evaluasi sebelum bronkoskopi untuk mengklasifikasikan berdasarkan kondisi fisik
penderita.

Anda mungkin juga menyukai