Anda di halaman 1dari 29

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT DEGENERATIF


DI RT 01 - 12 RW 06 DESA MRANGGEN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10 - 11

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
PRE PLANNING
(PENDIDIKAN PENYAKIT DEGENERATIF)

A. PENDAHULUAN
Proses menua adalah penurunan kemampuan fungsi tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan dan sistem regulasi tubuh (Dewi dkk, 2021).
Penurunan kemampuan fungsi tubuh tersebut mempunyai potensi timbulnya masalah
baru dalam kelompok masyarakat ini. Organisasi Kesehatan Dunia yaitu World
Health Organization (WHO) mengatakan bahwa masalah kesehatan dunia bergeser
dari penyakit menular menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit tidak
menular dikenal juga sebagai penyakit degeneratif (Trisnowati, 2018).
Penyakit degenerative adalah masalah kesehetan yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia . Penyakit degeneratif merupakan masalah terbesar pada lansia.
Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita penyakit degeneratif tidak
dapat beraktifitas (Arofiati dkk, 2021).
Penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia
yaitu 64%. Sebagian besar penyakit degeneratif disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler (30%), selanjutnya kanker (13%), penyakit pernafasan (7%), diabetes
(3%) dan yang 10 % disebabkan penyakit PTM lain-nya. (Trisnowati, 2018). Ini
menunjukkan bahwa penyakit tidak menular menjadi ancaman yang harus
diwaspadai terutama dalam melaksanakan upaya promotif dalam melaksanakan
hidup sehat agar masyarakat dapat mengurangi faktor risiko PTM (Trisnowati, 2018).
Pencegahan penyakit degeneratif dapat dilakukan dengan meningkatkan
kesadaran atas faktor - faktor resiko. Peningkatan kesadaran dapat dilakukan dengan
edukasi atau penyuluhan kesehatan baik secara langsung maupu menggunakan
teknologi. (Dewi dkk, 2021). Persepsi individu dalam memandang penyakit dipengaruhi
oleh tindakan yang dilakukan seperti adanya penyuluhan kesehatan melalui media
massa, koran, majalah ceramah, nasehat dari orang terdekat, adanya kartu pengingat,
faktor penyakit yang dialami oleh anggota keluarga juga dapat memengaruhi persepsi
individu dalam memandang penyakitnya sebagai ancaman (Dewi dkk, 2021). Menurut
Kemenkes RI (2011) penyuluhan kesehatan bertujuan dalam peningkatan kemampuan
dan pengetahuan masyarakat melalui pembelajaran dari oleh dan untuk masyarakat yang
berwawasan kesehatan. Media promosi kesehatan yang dapat digunakan dapat
berbasis kertas (print out) seperti brosur, poster, atau leaflet kemudian media dengan
audio visual berupa film pendek dan power point.

B. TUJUAN
1. Tujuan Intrusksional Umum
Melalui pendidikan kesehatan mengenai tumbung kembang diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan serta kesehatan masyarakat RT 01 – 12 RW 06 Desa
Mranggen.
2. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai penyakit degenerative (hipertensi,
diabetes melitus, dan reumatik) diharapkan dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat RT 01 - 12 RW 06 Desa Mranggen.
a. Mampu menyebutkan pengertian hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik
b. Mampu menyebutkan penyebab hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik.
c. Mampu menyebutkan tanda dan gejala hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik
d. Mampu menyebutkan cara mencegah dan mengobati hipertensi, diabetes melitus,
dan reumatik
e. Mampu menyebutkan dan mengaplikasikan cara membuat obat tradisional untuk
hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik

C. NAMA KEGIATAN
Pendidikan kesehatan mengenai penyakit degenerative (hipertensi, diabetes melitus, dan
reumatik) di RT 01 - 12 RW 06 Desa Mranggen

D. TEMPAT DAN TANGGAL KEGIATAN


Hari/tanggal : 17 Juli 2022
Waktu : 13. 00 - selesai.
Tempat : Rumah warga (Ibu Darmi) RT 10 RW 06 Desa Mranggen
E. SETTING TEMPAT :
Penyuluh
Fasilitator
Audiens

F. SASARAN
Masyarakat di RT 01 – 12 RW 06 Desa Mranggen

G. METODE PELAKSANA
Metode yang digunakan yaitu ceramah dan diskusi / tanya jawab.

H. ALAT DAN MEDIA


Leflet
Lembar balik
E-book

I. MATERI
Terlampir

J. STARTEGI PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan mulai jam 14:30 WIB s/d selesai

No Tahap Metode pembelajaran Aktivitas Waktu

1 Pembukaan Ceramah 1. Salam 3 menit


(5 menit) 2. Perkenalan
3. Menyampian topik
4. Menjelaskan tujuan
5. Melakukan kontrak
waktu
2 Penyaji Ceramah 1. Menjelaskan 10 menit
(10 menit) pengertian dari
penyakit
degenerative
(hipertensi, diabetes
melitus, dan
reumatik).
2. Menjelaskan
penyebab hipertensi,
diabetes melitus, dan
reumatik.
3. Menjelaskan tanda
dan gejala hipertensi,
diabetes melitus, dan
reumatik
4. Menjelaskan cara
mencegah dan
mengobati hipertensi,
diabetes melitus, dan
reumatik
5. Menjelaskan cara
membuat obat
tradisional untuk
hipertensi, diabetes
melitus, dan reumatik

3 Penutup Cermah dan Tanya 1. Membuka Tanya 10 menit


jawab jawab 10 menit
2. Meberikan evalusai 2 menit
3. Menyampaikan
kesimpulan
4. Mengucapkan salam
penutup

K. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi struktur
1) Masyarakat bersedia mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
2) Kegiatan pendidikan kesehatan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
3) Penyaji dapat menyediakan media leaflet, lembar balik, dan e-book yang
diperlukan saat melakukan pendidikan kesehatan
b. Evaluasi proses
1) Masyarakat memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan
2) Masyarakat terlibat aktif saat berlangusng nya pendidikan kesehatan dengan
mengajukan pertanyaan
c. Evaluasi hasil
Memberikan kuesioner pertanyaan pre test dan post test kepada masyarakat

L. REFERENSI
Arofiati dkk, (2021). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Dewi dkk, (2021). Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Lanjut Usia Tentang
Penyakit Degeneratif Di Wilayah Kerja Puskesmas Baranti. Sidrap : Jurnal Inovasi
Pengabdian Masyarakat, 01(1),2021, 8 - 13
Trisnowati, H. (2018). Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencegahan Faktor Risiko
Penyakit Tidak Menular (Studi Pada Pedesaan Di Yogyakarta). Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia,14(1),17.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3710
LAMPIRAN

HIPERTENSI
A. Pengertian
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi
(Soeparman, 2009). Misalnya, jika tekanan darah Anda adalah 160/95 maka, sistoliknya:
160 mmHg dan diastoliknya: 95 mmHg.

B. Penyebab
1. Stress
2. Merokok
3. Obesitas (kegemukan)
4. Alkohol
5. Faktor keturunan
6. Faktor lingkungan

C. Tanda dan Gejala


1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Lemas
4. Sesak nafas
5. Kesemutan
6. Kelelahan
7. Rasa berat di tengkuk

D. Pencegahan
1. Kontrol teratur
2. Minum obat teratur
3. Diit: rendah garam dan rendah lemak
E. Makanan yang Dianjurkan
1. Sayur-sayuran hijau
2. Buah-buahan
3. Ikan laut
4. Telur maksiaml 2 butir dalam seminggu
5. Daging ayam (jangan dengan kulitnya)

F. Makanan yang Dihindari


1. Makanan yang diawetkan: Chiken Nuggets, mie, minuman kaleng
2. Daging-daging warna merah segar seperti: hati ayam, sosis sapi, daging sapi, daging
kambing.

G. Pengobatan Tradisional untuk Hipertensi


1. Buah Mentimun
2. Buah Belimbing
3. Daun Seledri

H. Cara Membuat Obat Tradisonal dari Bahan Ketimun


1. ½ kg buah ketimun cuci hingga bersih
2. Kupas kulitnya kemudian diparut
3. Saring airnya kemudian diminum
4. Lakukan setiap hari kurang lebih 1kg untuk 2 minum sekali perhari
REFERENSI
Infodantin. Hipertensi. Jakarta Selatan : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI ;
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi.pdf
Kemkes. (2016). Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta :
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-Hipertensi.pdf
DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN
Penyakit Diabetes Melilitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme
dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurangnya produksi
hormon insulin yang diperlukan tubuh. Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah. (Susanti, 2019).
Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan 3 cara yaitu jika terdapat keluhan klasik,
pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM, yang kedua bila pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL dengan
adanya keluhan klasik dan yang ketiga tes toleransi glukosa oral (TTGO) >200mg/dL.
(American Diabetes Association. Diabetes Guidelines. Diabetes Care, 2016).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit diabetes melitus (Susanti, 2019)
a. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit Diabetes Melitus.
b. Ras atau etnis
Ras Indian di Amerika, Hispanik dan orang Amerika Afrika, mempunyai risiko lebih
besar untuk terkena diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan karena ras-ras tersebut
kebanyakan mengalami obesitas sampai diabetes dan tekanan darah tinggi.
c. Obesitas
Hal ini disebabkan karena semakin banyak jaringan lemak, maka jaringan tubuh dan
otot akan semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama jika lemak tubuh terkumpul
di daerah perut. Lemak ini akan menghambat kerja insulin sehingga gula tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
d. Metabolic syndrome
Metabolic syndrome adalah suatu keadaan seseorang menderita tekanan darah tinggi,
dan mempunyai kandungan gula dan lemak yang tinggi dalam darahnya.
e. Pola makan dan pola hidup
Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung lemak dan kalori
tinggi meningkatkan resiko terkena diabetes. Adapun pola hidup buruk adalah pola
hidup yang tidak teratur seperti stres yang berkepanjangan, perasaan khawatir dan takut
yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai spiritual.
f. Usia
Pada diabetes melitus tipe 2, usia yang berisiko ialah usia diatas 40 tahun. Tingginya
usia seiring dengan banyaknya paparan yang mengenai seseorang dari unsur-unsur di
lingkungannya terutama makanan.
g. Konsumsi obat
Konsumsi obat yang dimaksud ialah riwayat mengonsumsi obat-obatan dalam waktu
yang lama seperti adrenalin, diuretika, kortokosteroid, ekstrak tiroid dan obat
kontrasepsi.

C. PENCEGAHAN
Pencegahan diabetes mellitus pada prinsipnya adalah dengan mengubah gaya hidup
yang meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola makan. Dianjurkan
pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks,
mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal.
Akitivitas fisik ditingkatkan dengan berolahraga rutin, minimal 150 menit perminggu,
dibagi 3-4 kali seminggu. Olahraga dapat memperbaiki resistensi insulin yang terjadi pada
pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai
berat badan ideal. Selain olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari hari,
misalnya dengan memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar
daripada menggunakan mobil, dll.
Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa, dapat
memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM. Oleh karena itu,
dianjurkan juga untuk berhenti merokok (Kemenkes P2PTM, 2020).

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala diabetes melitus Menurut (Mughfuri, 2016) antara lain:
1. Banyak kencing (polyuria). Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi
akan menyebabkan banyak kencing.
2. Banyak minum (polidipsia). Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering
haus banyak minum.
3. Banyak makan (polifagia). Penderita diabetes militus mengalami keseimbangan
kalori negative, sehingga timbul rasa lapar yang besar.
4. Penurunan berat badan dan lemah. Hal ini disebabkan dalam darah tidak dapat masuk
ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain.yaitu
sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan dan otot
sehingga menjadi kurus.

E. KLASIFIKASI
Diabetes Melitus diklasifikasikan dalam 2 kategori Klinis (Walker, 2020) yaitu:
1. Diabetes Melitus tipe 1. Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin
karena sel-sel penghasil insulin di pankreas telah dihancurkan. Hal ini disebabkan oleh
respons autoimun di mana sistem kekebalan secara keliru menyerang sel-sel yang
mensekresi insulin. Diabetes tipe 1 hanya terjadi pada mereka yang memiliki
kecenderungan genetik.
2. Diabetes Melitus tipe 2. Diabetes tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin, yaitu ketika sel
tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin. Pada jenis diabetes ini,
pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau sel kurang dapat meresponsnya.
Ini berarti glukosa tetap berada di dalam darah dan tidak dapat digunakan untuk
energi. Inilah sebabnya mengapa pengobatan diabetes tipe 2 sering berubah seiring
waktu dan pada akhirnya cenderung membutuhkan insulin.

F. KOMPLIKASI
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan menyebabkan
berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya
yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik (PERKERNI, 2015)
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetik (KAD). KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), Gejalanya
meliputi rasa haus, sering buang air kecil, mual, nyeri perut, lemas, napas beraroma
buah, dan kebingungan. disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan
plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan
terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
b. Hiperosmolar non ketotik (HNK). Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa
darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas
plasma sangat meningkat (330 - 380 mOs/mL), plasma keton (+), anion gap normal
atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
c. Hipoglikemia. Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,
gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma
(PERKENI, 2015).
2. Komplkasi Kronik
Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya komplikasi kronik.
a. Penyakit jantung dan pembuluh darah. : aterosklerosis adalah sebuah kondisi
dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian
dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki bisa mempengaruhi otot-otot
kaki karena berkurangnya suplai darah yang mengakibatkan kram, rasa tidak
nyaman atau lemas saat berjalan. Jika suplai darah pada kaki sangat kurang atau
terputus dalam waktu lama bisa terjadi kematian pada jaringan.
b. Kerusakan pada mata (Retinopati) : Lesi paling awal yang timbul adalah
mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina
akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah
pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh
sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan
ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan
permanen.
c. Kerusakan pada ginjal (Nefropati) : Di ginjal yang paling parah mengalami
kerusakan adalah glomerulus, walaupun arteriol dan nefron juga terkena akibat
hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang glomerulus seperti
sebagian besar kapiler lainnya menebal.
d. Kerusakan saraf (Neuropati)
System saraf perifer termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatic dan
otonom, mengalami kerusakan pada DM kronik. Penyakit saraf yang disebabkan
oleh diabetes mellitus disebut neuropati diabetes, terganggunya aliran darah atau
timbul kerusakan langsung pada saraf yang disebut disebut neuropati diabetes.
Neuropati diabetes disebabkan hipoksis kronik sel-sel saraf. (PERKENI, 2015).

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada
Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosas darah,
sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi.
Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4 pilar pengendalian diabetes. Empat pilar
pengendalian diabetes, yaitu :
1. Edukasi: Dengan mengetahui faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes,
gejala diabetes, komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita
diharapkan dapat lebih menyadari pentingnya pengendalian diabetes,
meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan diabetes.
2. Pengaturan makan (Diit) : bertujuan untuk mengendalikan gula darah, tekanan
darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Pada prinsipnya, makanan perlu
dikonsumsi teratur dan disebar merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat
umum, makanan untuk penderita diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak
jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah
dalam porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan
untuk aktivitas sehari-hari penderita.
3. Olahraga / Latihan Jasmani. Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat
badan juga membutuhkan aktivitas fisik teratur. Guna meningkatkan sensitivitas
insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah dicapai.
Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga
tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam
sehari yang dimulai secara bertahap. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah
olahraga aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun, dll.
Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari,
seperti lebih memilih naik tangga ketimbang lift, dll. Sebelum olahraga, sebaiknya
penderita diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi
dapat diatasi sebelum olahraga dimulai.
4. Obat / Terapi Farmakologi. Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter
apabila gula darah tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba
menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat juga digunakan atas pertimbangan
dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada komplikasi akut diabetes, atau
pada keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi.
REFERENSI

American Diabetes Association. Diabetes guidelines. Diabetes Care. (2016). S1–106.


KEMENKES P2PTM. (2020). Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf. 
Mughfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Salemba Medika: 
Jakarta. 
PERKERNI. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2di 
Indonesia (PERKERNI). 
Susanti, N. (2019). Bahan Ajar Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Uin Sumatra Utara 
Medan. http://repository.uinsu.ac.id/8753/1/DIKTAT EPTM dr.NOFI SUSANTI%2C
M.Kes.pdf. 
Walker, R. (2020). The Diabetes Handbook.
ARTHRITIS RHEUMATOID (REMATIK)

A. DEFINISI ARTRITIS RHEUMATOID


Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada
sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 tahun keatas, lebih sering pada wanita daripada
pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan,
pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan.
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya
mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi.
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi.
B. PENYEBAB ARTRITIS RHEUMATOID
1. Umur, sering terjadi pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin, Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi lebih banyak pada wanita dari pada pria
hal ini menunjukkan adanya peran hormon.
3. Autoimun.
4. Endokrin

C. TANDA DAN GEJALA ARTRITIS RHEUMATOID


1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Rheumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemis

D. KOMPLIKASI ARTRITIS RHEUMATOID


1. Kelainan bentuk tulang
2. Kelumpuhan
3. Rasa nyeri
4. Deformitas sendi

E. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi
nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian
corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive
terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi.
Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic (untuk
mengurangi nyeri) dan relaksasi otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive
daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah beri
untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi. Hindari makanan yang
banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden,
herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan
kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian. Banyak
minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam darah
sehingga tidak tertimbun di sendi.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap
akhir.Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi. (Nanda, 2011)

F. PENGOBATAN TRADISIONAL ARTRITIS RHEUMATOID


Ramuan tradisional untuk mengatasi rematikdan cara pengolahannya :
1. Ramuan I (Jahe)
Jahe dipotong kecil-kecil kemudian di rebus sampai mendidih 2. Sesudah mendidih
baskom atau ember tersebut diisi dengan jahe yang telah di rebus tersebut 3. Kemudian
rendam kain bersih pada air tersebut lalu peras dan letakan pada bagian yang terasa sakit
atau terinfeksi sampai air dingin atau sampai darah terasa panas
2. Ramuan III (Daun Singkong)
Sebanyak 5 lembar daun singkong, 15 gram jahe dan kapur sirih secukupnya, dihaluskan
dan ditambahkan air secukupnya. Setelah diaduk, ramuan tersebut dioleskan pada bagian
tubuh yang sakit.

G. PENCEGAHAN ARTRITIS RHEUMATOID


1. Mengurangi konsumsi garam
2. Menghindari kegemukan
3. Olah raga teratur
4. Makan buah dan sayuran segar
5. Tidak merokok dan minum alkohol
6. Berusaha dan membina hidup yang positif
7. Istirahat yang cukup

REFERENSI
Kalim, Handono. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Kowalak , jennifer P. 2011. Buku ajar patofisiologi . Jakarta : EGC .
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculaapius FKUI
Prince, Sylvia Anderson. (1999). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Ed. 4.
Jakarta : EGC
http://angga9060.blogspot.com/2012/06/satuan-acara-penyuluhan-mata- ajar.html. Diakses pada
tanggal 6 Agustus 2012
http://triohardinsaputradinata.blogspot.com/2011/08/satuan-acara- penyuluhan-rhematoid.html.
Diakses pada tanggal 6 Agustus 2012
LAPORAN HASIL KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT
DEGENERATIF (HIPERTENSI, DIABETES MELITUS, DAN REUMATIK) DI RT 10
RW 06 DESA MRANGGEN

TEMPAT WAKTU/TANGGAL KEGIATAN JUMLAH HADIR

Rumah 17 Juli 2022 Pendidikan 28 Orang


warga (Ibu Jam 13.00 WIB kesehatan penyakit
Darmi) di degenerative
RT 10 RW (hipertensi, diabetes
06 Desa melitus, dan
Mranggen reumatik)

A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan pendidikan kesehatan tentang
penyakit degenerative (hipertensi, diabetes melitus, dan reumatik) diawali sesuai dengan
perjanjian yang sudah disepakati pada saat lokmin (lokakarya mini) bahwa akan diadakan
penyuluhan kesehatan yang akan dilakukan di RT 10 RW 06 Desa Mranggen. Perizinan
dilakukan dengan pak RT pada hari sabtu tanggal 16 Juli 2022 melalui pesan whatsapp.
Perlengkapan yang digunakan untuk mendukung acara dipersiapkan satu jam sebelum acara
dimulai. Peralatan yang digunakan adalah lembar balik.
B. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan pendidikan kesehatan tentang penyakit degenerative (hipertensi, diabetes
melitus, dan reumatik) diadakan pada tanggal 17 Juli 2022 di rumah salah satu warga di RT
10 pukul 13.00 - 15.30 WIB.
Adapun susunan acara pendidikan kesehatan tentang penyakit degenerative ini meliputi :
1. Pembukaan
Pembukaan kegiatan penyuluhan dibuka oleh modetaror saudari Nia Larasati pukul 14:30
WIB. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan mundur 90 menit karena menunggu peserta hadir
dalam kegiatan dan melakukan pengajian bersama

2. Acara inti
Acara inti yang dilaksanakan tanggal 17 Juli 2022 pukul 14:30 WIB di rumah salah satu
warga RT.10, Kegiatan penyuluhan dibuka oleh moderator yaitu Nia Larasati, dan
dilanjutkan pemberian kuesioner pretest kepada peserta, kemudian dilanjutkan oleh Yuni
Norkhalifah dan Pratiwi Rahayu sebagai penyaji. Setelah penyaji selesai menyampaikan
materi, kemudian moderator memberikan kesempatan kepada Ibu-Ibu untuk bertanya,
Pertanyaan yang ditanyakan diantaranya seputar keluhan yang dirasakan oleh ibu-ibu
seperti leher yang terasa pegal, kepala terasa pusing, sakit, badan yang gampang lelah,
dan sebagainya. Tanya jawab dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan tekanan darah
pada masyarakat yang ingin dilakukan pemeriksaan. Pertanyaan dapat dijawab dengan
baik oleh penyaji. Kemudian setelah selesai peserta melanjutkan pengisian lembar
kuesioner post test.
3. Penutup
Pada acara penutup dipimpin oleh pembawa acara dengan membaca Alhamdulillahi
Roball’alamin.
C. Tahap Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Masyarakat mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
b. Kegiatan pendidikan kesehatan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
c. Penyaji dapat menyediakan media lembar balik dan e-book yang diperlukan saat
melakukan pendidikan kesehatan
2. Evaluasi proses
a. Masyarakat memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan
b. Masyarakat terlibat aktif saat berlangusng nya pendidikan kesehatan dengan
mengajukan pertanyaan
3. Evaluasi hasil
Tabel 1.1
Pre – post test pendkes degeneratif

Pre - Post Test


80
78
76
74
72
70
68
66
64
62
1 2

Berdasarkan hasil rata – rata nilai pre – post pendkes pada tabel 1.1 didapatkan hasil yaitu
nilai rata – rata untuk pre test adalah 68,2 dan nilai rata – rata untuk post test adalah 78,3.
Jadi, terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat setelah dilakukan Pendidikan
Kesehatan.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai