Anda di halaman 1dari 19

SAP DIABETES MELITUS (DM)

DI RUANGAN INTERNE LANTAI 4


RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
SIKLUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Disusun Oleh : Kelompok 3


1. Albi Saputra
2. Rohadhatul Atika
3. Tesa Apriyanti
4. Zenita Zaskia

CI Klinik Dosen Pembimbing

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FALKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIABETES MELLITUS

Topik : Penyuluhantentangpencegahan Diabetes Mellitus (DM)


Sasaran : Pasiendankeluarga yang dirawat di interne lt.4 RSAM
Hari/Tanggal : Jum’at / 29 Desember 2023
Jam : 14.00 WIB
Waktu : 25menit
Tempat : Interne lt.4 RSAM

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus ataupun DM merupakan penyakit kronis yang ditandai
dengan hiperglikemia serta intoleransi glukosa yang terjadi sebab minimnya
produksi insulin atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara efisien (Ente
dkk., 2020). Ada dua jenis utama diabetes mellitus ialah diabetes tipe 1 serta
diabetes tipe 2, diabetes tipe 1 terjadi disebabkan oleh pankreas yang memecah
sel-sel untuk produksi insulin. Akibatnya, insulin tidak dapat diproduksi, sehingga
memerlukan asupan dari luar semacam suntik insulin. Serta diabetes tipe 2 terjadi
sebab kelenjar pankreas yang tidak dapat memadai kebutuhan insulin dalam tubuh
(Richardo dkk., 2021).
Kasus diabetes melitus tipe 2 lebih banyak terjadi total kasus mencapai
90% dari pada kasus diabetes mellitus tipe 1 (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia., 2018). Menurut Kemenkes RI (2019), diabetes melitus terdapat faktor
yang bisa diubah dan faktor yang meningkatkan kadar gula darah, untuk faktor
yang bisa diubah diantaranya obesitas serta lingkar perut, minimnya kegiatan
aktivitas fisik, dislipidemia, riwayat penyakit jantung, hipertensi (tekanan darah
tinggi), diet tidak teratur, sedangkan untuk faktor yang dapat meningkatkan kadar
gula darah adalah umur, hormon insulin, emosi, asupan makan yang dikonsumsi,
dan aktivitas fisik (R. Kemenkes., 2019). Terapi farmakologi baik obat oral
ataupun injeksi, obat anti diabetik juga menjadi faktor langsung terhadap
kestabilan kadar gula darah (Nanda dkk., 2018).
Diabetes melitus tipe 2 ialah tipe gangguan metabolisme yang diarahkan
dengan hiperglikemia yang menuju pada komplikasi serius. Bila pengidap tidak
mengatur kadar gula darah dengan baik, sehingga bisa terjadi peningkatan serta
penurunan kadar gula darah secara tidak normal sehingga dapat terjadi komplikasi
(Shen dkk., 2020). Komplikasi yang dapat timbul secara kronis ketoasidosis
diabetic (KAD), hipoglikemia dan hyperglycemic hypersosmolar state (HHS),
sedangkan komplikasi kronis meliputi mikroangiopati dan makroangiopati.
Terdapat, komplikasi makrovaskuler diantaranya adalah pembekuan darah diotak,
penyakit jantung coroner, gagal jantung kongestif dan stroke, dan untuk
mikrovaskuler diataranya adalah nefropati, retinopati, dan amputasi (Setiyorini
dan Wulandari., 2017). Komplikasi ini dapat dicegah dengan rajin memperiksakan
diri dan juga melakukan pengendalian metabolisme yang baik dengan menjaga
kadar gula darah dalam kategori normal (Trisnadewi dkk., 2022).
Menurut penelitian (Bulu dkk., 2019). dari menyatakan bahwa penurunan
kadar gula darah pada diabetes mellitus tipe 2 minum obat teratur sesuai anjuran
dokter tepat waktu, dosis dan frekuensi, jenis obat pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 diketahui bahwa tingkat kepatuhan minum obat sedang bisa
berpengaruh pada kadar gula darah menjadi tidak normal, sedangkan penderita
yang melakukan kepatuhan minum obat tinggi akan mampu menjaga kadar gula
darah dalam tubuh tetap normal sehingga mempermudah penyembuhan diabetes
mellitus tipe 2.
Menurut penelitian dari (Silalahi., 2019) menyebutkan bahwa kebiasaan
yang dilakukan pola hidup pada penderita DM tipe 2 dapat berpengaruh pada
kesehatan. Pada penderita DM tipe 2 sangat disarankan melakukan kegiatan
fisik30 menit dalam sehari sebanyak 3-4 kali dalam seminggu misalnya seperti
berjalan kaki serta berlari ringan. Khasiat dari mengkonsumsi sayur serta buah
yaitu dapat menurunkan absorsi kolesterol dan lemak, mengkonsumsi buah dan
sayur juga dapat mengurangi risiko Diabetes Mellitus tipe 2.
Menurut penelitian Rudi dan Kwureh (2017), dalam penelitiannya
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kadar gula darah secara tidak
langsung meliputi faktor jenis kelamin, faktor usia, faktor riwayat keturunan,
faktor pola makan. Sedangkan, menurut penelitian Sry, (2020) faktor yang
mempengaruhi adalah usia, aktivitas fisik, terpapar asap, obesitas, indeks masa
tubuh (IMT), pola makan, stres, gaya hidup, riwayat keturunan.
Menurut WHO (2018), sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia
adalah penyakit tidak menular yang membunuh sekitar 36 juta jiwa per tahun,
jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki keempat terbesar di
dunia yaitu 8,4 juta orang dan diprediksi pada tahun 2030 akan naik menjadi 21,3
juta orang. Sekitar 80 persen kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan
menengah dan rendah (Kemenkes 2019). Menurut data dari Riskesdas (2018),
didapatkan hasil prevalensi Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk umur >15 tahun menurut provinsi pada tahun 2013-2018 provinsi NTT
(0,9%) menempati posisi paling rendah dan DKI (3,4%) menempati posisi
tertinggi dan untuk rata-rata yang menderita diabetes mellitus di Indonesia adalah
2,0% (Riskesdas 2018a).
Upaya atau pecegahan pada DM tipe 2 pada prinsipnya adalah dengan
mengubah gaya hidup yang meliputi olahraga, penurunan berat badan, dan
pengaturan pola makan. Dianjurkan untuk melakukan pola makan sehat, terdiri
dari karbohidrat kompleks, mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut.
Olahraga memperbaiki resistensi insulin, meningkatkan kadar HDL dan
membantu mencapai berat badan ideal (Omeoo., 2013).
Dari hasil data yang didapakan rata-rata diruangan interne ambun suri
lantai 4 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittnggi kasus dibetes mellius (DM)
selama 1 tahun yaitu ± 90 pasien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelahdiberikanpenyuluhan,sasaranmampumemahami tentang diabetes
mellitus (DM) dan pencegahannya.
2. Tujuan Khusus
Setelahdiberikanpenjelasanselama25 menitdiharapkansasarandapat :
a. Menjelasakan pengertian diabetes melitus (DM)
b. Menyebutkan penyebab diabetes melitus(DM)
c. Menyebutkan gejala diabetes melitus (DM)
d. Menyebutkan 5 pilar diabetes melitus (DM)
e. Menyebutkan pencegahan diabetes melitus (DM) dengan latihan fisik
BBTT
f. Melakukan intervensi senam kaki diabetes melitus (DM)

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Penyuluhan tentang pencegahan Diabetes Mellitus (DM)
2. Sasaran / Target
Pasien dan keluarga yang dirawat diruangan interne ambun suri lantai 4
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittnggi
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
4. Alat
a. Leaflet
b. Infocus
5. Waktu dan tempat
a. Hari / tanggal : Jum’at, 29 Desember 2023
b. Waktu : 14.00 WIB
c. Tempat : Interne lt.4 RSAM

D. KEGIATAN
No Tahap kegiatan Kegiatan pemateri Kegiatan peserta Waktu
1. Fase Orientasi 1. Memberikan salam dan 1. Menjawab 5 menit
(Pembukaan) memperkenalkan salam
semua anggota 2. Mendengarkan
kelompok dan
2. Menjelaskan topik memperhatikan
penyuluhan
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
4. Menyepakati kontrak
waktu yang akan
dihabiskan
5. Kontrak bahasa yang
akan digunakan sat
menyampaikan materi
2. Fase Kerja 1. Menjelasakan 1) Menjawab 15
(Pelaksanaan) pengertian diabetes pertanyaan menit
melitus (DM) 2) Mendengar dan
2. Menyebutkan menyimak
penyebab diabetes 3) Bertanya
melitus (DM) mengenai hal
3. Menyebutkangejala hal yang belum
diabetes melitus (DM) jelas dan
4. Menyebutkan 5 pilar dimengerti
diabetes melitus (DM) 4) Mengulang cara
5. Menyebutkan teknik bantu
pencegahan diabetes jalan
melitus (DM) dengan
latihan fisik BBTT
6. Melakukan intervensi
senam kaki diabetes
melitus (DM)
3. Penutup 1. Mengevaluasi 1. Peserta dapat 5 menit
materi yang menjawabpertanya
disampaikan an yang diajukan
2. Memberikan 2. Menerima
reinforment positif reinfororcement
kepada lansia positif
3. Menyimpulkan 3. Menjawab salam
materi penyuluhan
4. Menutup
pertemuan,
mengucapkan
terimakasih dan
memberi salam

E. SETTING TEMPAT

Ket :
: Moderator
: Fasilitator & observer
: Pasien dan keluarga pasien
: Presentator

F. PENGORGANISASIAN
a. Pembagian tugas
1. Presentator :Rohadhatul Atika
2. Moderator : Tesa Apriyanti
3. Fasilitator& Observer :Zenita Zaskia
4. Dokumentasi : Albi Saputra

b. Rincian tugas
1. Peran Moderator
a. Membuka menutup acara
b. Memeperkenalkan diri
c. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
d. Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
e. Menjaga kelancaran acara
f. Memimpin jalannya penyuluhan
g. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara
penyuluhan
2. Peran Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang yang akan
dilakukan
3. Peran Fasilitator
a. Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan
kegiatan penyuluhan
b. Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
c. Menjadi contoh dalam kegiatan
4. Peran Observer
a. Mengalami jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan
5. Peran Dokumentasi
a. Alat untuk membantu evaluasi
b. Merekam berbagai jenis kegiatan

G. KRITERIA EVALUASI
1. Pasien dan keluarga mampu memahamipengertianDiabetes
Melitus (DM)
2. Pasien dan keluarga mampu memahami penyebab Diabetes
Melitus (DM)
3. Pasien dan keluarga mampu memahami tanda dan gejala Diabetes
Melitus (DM)
4. Pasien dan keluarga mampu memahami 5 pilar Diabetes Melitus
(DM)
5. Pasien dan keluarga mampu memahamibagaimana pencegahan
Diabetes Melitus (DM) dengan latihan fisik BBTT
6. Melakukan intervensi senam kaki diabetes melitus (DM)
Lampiran Materi
A. Pengertian DM
Diabetes melitus adalah sebagai suatu kelompokpenyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
karena insulin atau keduanya American Diabetes Association (ADA, 2010).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit menahun yng ditandai oleh kadar
glukosa darah yang melebihi nilai normal secara menahun, glukosa darah
sering diikenal oleh masyarakat dengan gula darah. Diabetes melitus adalah
gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler dan neoropati (Yuda Handaya, 2016).

Tipe-tipe panyakit DM
1. Diabetes Melitus yang tergantung insulin (DM tipe 1) desebabkan
kekurangan produksi insulin. DM ini dapat terjadi karena kerusakan
sel beta lagerhans dekelenjer pankreas akibat proses kekebalan tubuh
(autoimun) terjadi pelisisan (pembunuhan) sel tubuh oleh sistem
imunitasnya sendiri.
2. Diabetes Melitus yang tidak tergantung pada insulin (DM tipe 2)
akibat kegagalan relatif sel beta lagerhans dikelenjar pankreas
sehingga produk insulin yang terjadi dengan kualitas rendah tidak
mampu merangsang sel tubuh agar menyerap gula darah. Misalnya
karena obesitas, pola makan yang tidak benar.
a. Biasanya terdiagnosis diatas umur 40 tahun
b. Biasanya gemuk
c. Gejala timbul perlahan-lahan (kronis)
3. Diabetes melitus desebabkan penyakit lain misalnya : sirosis hati,
penyakit kelenjar pankreas, infeksi, obat-obatan.
4. Diabetes melitus gastrointestinal, gejala-gejala yang muncul
menyertai penyakit ini adalah polifagia (makan banyak), poliuria
(kencing banyak) dan polidipsi (minum banyak). Kondisi lain lain
yang yang muncul biasanya dapat berupa penurunan berat badan,
gatal, kesemutan, mata kabur, mudah lelah, luka yang tidak sembuh,
dan sering timbul infeksi kulit.

B. Penyebab penyakit diabetes melitus


Diabetes melitus tipe 1
1. Faktor genetik / keturunan
2. Imunologi
3. Lingkungan
Diabetes melitus tipe 2
1. Usia
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga

C. Gejala penyakit Diabetes Melitus


1. Gejala utama
a) Sering kencing
b) Cepat lapar
c) Sering haus
2. Gejala tambahan
a) Berat badan menurun cepat
b) Kesemutan
c) Gatal didaerah kemaluan wanita
d) Bisul yang hilang timbul
e) Penglihatan kabur
f) Cepat lelah
g) Keputihan pada wanita
h) Luka sulit sembuh
i) Mudah ngantuk
j) Impotensi pada pria
D. 5 Pilar Diabetes Melitus
Menurut PERKENI (2021) menjelaskan bahwa ada lima pilar
penatalaksanaan pada penderita diabetes melitus yaitu :
1) Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu
dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan
bagian yang sangat penting dari pengelolaan diabetes melitus secara
holistik.Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan
materi edukasi tingkat lanjut.
2) Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Terapi nutrisi medis adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien
dan keluarganya) yang gunanya untuk mencapai sasaran terapi nutrisi
medis sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap pasien
diabetes melitus.
3) Latihan Fisik
Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
diabetes melitus. Kegiatan latihan fisik dilakukan secara teratur
sebanyak 3-5 kali per minggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total
150 menit per minggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
berturut-turut. Sebelum melakukan latihan fisik, pasien diabetes
melitus dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah.
Pasien dengan kadar glukosa darah < 100 mg/dL harus mengonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu dan apabila > 250 mg/dL pasien diabetes
melitus dianjurkan untuk menunda latihan fisik.
4) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis
terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
a) Obat antihiperglikemia oral
b) Obat antihiperglikemia suntik

5) Pemantauan glukosa darah


Pemeriksaan glukosa darah merupakan suatu pengukuran
langsung terhadap keadaan pengendalian kadar glukosa darah pasien
pada waktu terntu saat dilakukan pengujian (Aryati, 2021).

E. Pencegahan Diabetes Melitus Dengan Latihan Fisik Prinsip Baik,


Benar, Terukur dan Teratur (BBTT)
Latihan fisik adalah suatu bentuk aktivitas yang terencana,
terstruktur dan berkesinambungan dengan melibatkan gerakan tubuh
berulang-ulang guna meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani.
Latihan fisik dapat mengurangi penyakit berbahaya seperti mencegah
penyakit jantung dan stroke, mengendalikan diabetes, menangkal obesitas,
menekan risiko osteoporosis, menurunkan tekanan darah dan mencegah
nyeri punggung (Kemenkes, 2019).
Menurut Kemenkes (2019) secara umum aktivitas fisik dibagi
menjadi 3 (tiga) kategori berdasarkan intensitas dan besaran kalori yang
digunakan, yaitu aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas
fisik berat.
a) Aktivitas fisik ringan
Contoh aktivitas fisik yang masuk dalam kategori ringan adalah:
1) Berjalan santai di rumah, kantor, atau pusat perbelanjaan.
2) Duduk bekerja di depan komputer, membaca, menulis, menyetir,
mengoperasikan mesin dengan posisi duduk atau berdiri.
3) Berdiri melakukan pekerjaan rumah tangga ringan seperti mencuci
piring, setrika, memasak, menyapu, mengepel lantai. Menjahit.
4) Latihan peregangan dan pemanasan dengan lambat.
5) Membuat prakarya, bermain kartu, bermain video game,
menggambar, melukis, bermain music.
6) Bermain bilyar, memancing, memanah, menembak, golf, naik kuda
b) Aktivitas fisik sedang
Contoh aktivitas yang masuk dalam kategori sedang adalah
1) Berjalan cepat (kecepatan 5 km/jam) pada permukaan rata di dalam
atau di luar rumah, di kelas, ke tempat kerja atau ke toko, jalan
santai atau jalan waktu istirahat kerja.
2) Pekerjaan tukang kayu, membawa dan menyusun balok kayu,
membersihkan rumput dengan mesin pemotong rumput.
3) Pekerjaan rumah seperti mengepel lantai, membersihkan rumah.
4) Bulu tangkis rekreasional, bermain tangkap bola, dansa, tenis meja,
boling, bersepeda pada lintasan datar, voli nonkompetitif, bermain
skate board, ski air, berlayar.
c) Aktivitas fisik berat
Contoh aktivitas yang masuk dalam kategori berat adalah:
1) Berjalan sangat cepat (kecepatan lebih dari 5 km/jam), berjalan
mendaki bukit, berjalan dengan membawa beban di punggung, naik
gunung, joging (kecepatan 8 km/jam) dan berlari.
2) Pekerjaan seperti mengangkut beban berat, menyekop pasir.
memindahkan batu bata, menggali selokan, mencangkul.
3) Pekerjaan rumah seperti memindahkan perabot yang berat,
menggendong anak, bermain aktif dengan anak.
4) Bersepeda lebih dari 15 km per jam dengan lintasan mendaki,
bermain basket, cross country, badminton kompetitif, voli
kompetitif, sepak bola, tenis, tinju.
Rekomendasi aktivitas fisik yang disarankan untuk mendapatkan manfaat
kesehatan adalah 150 menit per minggu untuk aktivitas fisik sedang atau 75
menit per minggu untuk aktivitas fisik berat (atau kombinasi keduanya). Upaya
mencegah adanya risiko cedera dan mendapatkan hasil yang optimal dengan
melakukan aktivitas dalam hal ini yaitu olahraga, sebaiknya dilakukan dengan
prinsip Baik, Benar, Terukur dan Teratur (BBTT) (Kemenkes, 2019) yaitu :
1) Baik : Baik: Latihan fisik disesuaikan dengan kondisi fisik dan kemampuan
masing-masing individu agar tidak menyebabkan dampak yang merugikan
(misalnya cedera) akibat aktivitas fisik berlebihan. Aktivitas juga
dilaksanakan di lingkungan yang sehat, aman, nyaman, tidak rawan cedera
serta dengan peralatan olahraga yang nyaman untuk digunakan. Kementrian
Kesehatan RI merekomendasikan untuk melakukan pengukuran nadi setiap
akhir Latihan untuk menilai target denyut nadi apakah sudah tercapai atau
belum.
2) Benar: Latihan fisik yang digemari, mudah dan tidak dilakukan secara
terburu-buru hendaknya dilakukan secara bertahap (intensitas dinaikkan
perlahan) dengan urutan yang benar dan memenuhi urutan dari pemanasan
(termasuk peregangan otot), latihan inti serta diikuti dengan pendinginan
pascakegiatan (juga termasuk peregangngan).
3) Terukur: Latihan fisik dilakukan dengan mengukur intensitas dan waktu
Latihan harus disesuaikan dengan kondisi tubuh dan ditingkatkan secara
bertahap untuk mencegah risiko tejadinya cedera (jangan berlebihan).
4) Teratur: Latihan dilaksanakan sekitar 3-5 kali dalam seminggu, teratur dan
diselingi istirahat antarsesi. Selain itu, luangkan waktu yang cukup untuk
mengistirahatkan tubuh, memulihkan otot untuk mengembalikan energi
yang hilang ketika beraktivitas.
Dalam menjalankan aktivitas fisik untuk penatalaksanaan obesitas,
terdapat empat aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
a) Frekuensi: Latihan sebanyak 3-5 kali dalam satu minggu, yang dapat
ditingkatkan bertahap hingga 5-7 kali seminggu
b) Intensitas: Latihan dengan intensitas sedang, yaitu 50-70% denyut
nadi maksimal.
c) Denyut nadi maksimal dapat dinilaidengan rumus: 220 umur. Denyut
nadi dihitung pada awallatihan saat latihan serta 5-10 menit
pascalatihan.
d) Sebagai alternatif dapat dilakukan tes bicara, yaitu pada saat intensitas
sedang, peserta masih dapat berbicara namun tidak dapat ber- nyanyi,
disertai peningkatan denyut jantung, frekuensi napas, dan curah
keringat.
5) Bentuk latihan: Latihan aerobik seperti jalan cepat, bersepeda, berenang,
atau berjalan di kolam renang merupakan latihan terpilih. Senam aerobik
berimpak rendah juga dapat dilakukan karena risiko cedera minimal.
6) Waktu latihan: Latihan dinaikkan bertahap sesuai kemampuan individu,
hingga mencapai target pelaksanaan 30 menit per hari (150 menit
seminggu). Target dapat ditingkatkan hingga 150-300 menit per minggu.

Latihan Fisik Dengan Prinsip BBTT Agar Terhindar Dari Komplikasi Diabetes
Melitus.
Menurut P2PTM KEMENKES RI latihan fisik ini ditujukan untuk membantu
menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan sensitivitas insulin.
1. Sebelum berlatih melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah & jika
hasilnya < 70 mg/dl maka tidak boleh berlatih dan > 250 mg/dL latihan fisik
ditunda.
2. Tidak melakukan latihan fisik sebelum sarapan.
3. Latihan fisik sebaiknya 1 jam setelah makan.
4. Apabila menggunakan insulin maka tidak boleh disuntikkan pada bagian
tubuh yang bergerak lebih banyak.
5. Latihan fisik dengan pakaian yang sesuai dan lengkap seperti menggunakan
alas kaki yang nyaman.
6. Melakukan latihan fisik pada tempat yang aman seperti tempat berpijak yang
rata dan tidak berbatu-batu.
7. Latihan fisik terdiri dari pemanasan (10 menit), latihan inti (30 menit) &
pendinginan (10 menit).
Prinsip Terukur yaitu:
a. Intensitas sedang
b. Durasi minimal 150 menit perminggu

F. Melakukan intervensi senam kaki diabetes melitus (DM)


a. Definisi senam kaki diabetes
Senam kaki diabetes adalah latihan fisik yang dimana gerakannya
dilakukan dengan menggerakkan otot dan sendi kaki (Sanjaya et al.,
2019). Salah satu latihan fisik bagi pnderita diabetes guna melancarkan
peredaran darah dan mencegah luka pada kaki yaitu dengan senam
kaki (Wahyuni, 2019).
Senam kaki diabetes adalah salah satu penatalaksanaan
diabetes melitus yang masuk kedalam latihan fisik dimana
penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari terapi nutrisi medis,
edukasi, farmakologis, dan latihan fisik (Perkeni, 2019).
b. Manfaat senam kaki diabetes
Senam kaki diabetes dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi
darah, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, memperkuat
otot-otot kecil, mengatasi keterbatsan gerak sendi, dan mencegah
terjadinya kelainan bentuk kaki (Sanjaya et al., 2019). Senam kaki
memberikan efek rileks pada tubuh dan membuat peredaran darah
lancar terutama pada bagian kaki, peredaran darah yang lancar,
menstimulasi darah mengantar oksigen dan zat-zat gizi lebih banyak
kedalam sel, selain itu juga memaksimalkan pengeluaran racun oleh
tubuh Natalia et.al (dalam Megawati et al., 2020). Neuropati perifer
merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi ulkus diabetikum
pada penderita diabetes melitus, salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko ulkus diabetikum adalah dengan
melakukan senam kaki diabetes, senam kaki diabetes terbukti
berpengaruh terhadap neuropati perifer dimana skor hasil
pengukuran sesudah pemberikan senam kaki lebih tinggi dibanding
sebelum perlakuan (Yulendasari et al., 2020).
Senam kaki diabetes dapat membantu penderita diabetes untuk
melancarkan kembali peredaran darah pada daerah kaki, mencegah
luka, memperkuat otot-otot kecil pada kaki, dan mencegah
terjadinya kelainan bentuk pada kaki Rohana (dalam Wardani et al.,
2020). Senam kaki ini memiliki manfaat untuk meningkatkan
sirkulsi darah, memungkinkan nutrisi sampai ke jaringan dengan
lancar, memperkuat otot kecil, betis, dan otot hamstring, serta
mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami penderita
diabetes (Suhertini & Subandi, 2016). Manfaat latihan fisik
termasuk senam adalah menurunan gula darah, melancarkan
peredaran darah, meningkatkan asupan glukosa oleh otot, dan
meningkatkan penggunaan insulin Smeltzer dan Bare (dalam
Pratomo & Apriyani, 2018). Untuk meningkatkan vaskularisasi
perawatan kaki dapat juga dilakukan dengan gerakan-gerakan kaki
yang sering disebut senam kaki diabetes (Saputra, 2019)
c. Indikasi dan kontraindikasi senam kaki diabetes
Indikasi senam diabetes ini diberikan kepada penderita diabetes
melitus baik tipe 1 maupun tipe 2, baiknya senam kaki diabetes ini
diberikan sejak pasien didiagnosa menderita diabetes guna
mencegah komplikasi perfusi arteri perifer sejak dini. Penderita
diabetes yang mengalami dyspnea atau nyeri dada menjadi
kontraindikasi untuk diberikan senam ini. Penderita diabetes yang
cema atau khawatir, depresi, pada keadaan tersebut perlu dilakukan
perhatian sebelum dilakukan tindakan senam kaki diabetes (Hidayat
& Nurhayati, 2014). Penderita diabetes yang mengalami ganggun
sirkulasi darah dan neuropati di kaki sangat dianjurkan untuk
melakukan senam kaki, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan tubuh penderita (Suhertini & Subandi, 2016). Menurut
Wahyuni (2019) tindakan nonfarmakologis seperti senam kaki ini
dapat diberikan kepada penderita diabetes melitus yang mengalami
iskemia ringan pada kaki, sedangkan untuk iskemia sedang bisa
dilakukan tindakan senam kaki dan farmakologis untuk mengurangi
aterosklerosis pada pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA

ADA, (American Diabetes Association), (2011). Standards For Medikal Care In


Diabetes, Diabetes Care.
Ernawati, (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta. Mitra Wacana Media
Hasdianah, (2014). Mengenal Diabetes Melitus pada orang dewasa dan Anak-
Anak, Jogyakarta, Nuha Medika
Parkeni, (2019). Pengelolaan dan Pencegahan diabetes melitus tipe 2 di indonesia.
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai