Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN BATU SALURAN KEMIH

DISUSUN OLEH :

Chantika Keisa Denaya Imanina ( 21009 )

Rina Kusumaningrum ( 21023 )

Yustina Widuri ( 21030 )

AKADEMI KEPERAWATAN
GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu ureter adalah proses terbentuknya kristal-kristal batu pada
saluran perkemihan (Mulyanti, 2019). Batu ureter merupakan suatu keadaan terdapatnya
batu (kalkuli) di saluran kemih. Kondisi adanya batu pada saluran kemih memberikan
gangguan pada sistem perkemihan dan memberikan berbagai masalah keperawatan pada
pasien (Harmilah, 2020). Batu ureter merupakan suatu keadaan terjadinya terjadinya
penumpukan oksalat, kalkuli (batu ginjal)pada ureter, kandung kemih, atau pada daerah
ginjal. Batu ureter merupakan obstruksi benda padat pada saluran kemih yang terbentuk
karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu (Silalahi, 2020).
Batu Saluran Kemih (BSK) dianggap sebagai masalah kesehatan
yang penting dengan beban substansial pada kesehatan manusia. Prevalensi, insiden dan
komposisiBSK di seluruh dunia bervariasi dan telah berubah dalam beberapa dekade
terakhir, dengan prevalensi berkisar antara 7%–13% di Amerika Utara, 5% – 9% di
Eropa, dan 1% – 5% di Asia. Di Indonesia, masalah BSK masih menduduki kasus
tersering di antara seluruh kasus Urologi. Namun, hingga saat ini, belum terdapat data
angka prevalensi BSK nasional di Indonesia (Nugroho B,2018).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit batu saluran kemih
2. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit batu saluran kemih
3. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada penderta batu saluran kemih

1.3 Manfaat
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam menambah ilmu mengenai keperawatan
BAB II

A. KONSEP MEDIS

1.1 Definisi

Batu Saluran Kemih (BSK) didefinisikan sebagai pembentukan


batu dalam sistem kemih, yaitu di ginjal, ureter, dan kandung kemih atau di
uretra.’Urolithiasis' berasal dari kata ‘ouron’ yang berarti urin dan ‘lithos’ yang berarti batu
(Vijaya T et al,2013).

Batu Saluran Kemih merupakan penyakit multifaktorial yang


dihasilkan dari interaksi kompleks antara faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan,
seperti gaya hidup, obesitas, kebiasaan diet dan dehidrasi, ditemukan terlibat dalam
pengembangan Batu Saluran Kemih. Selain itu, patogenesisnya dapat dipengaruhi oleh faktor
hormonal, genetik dan anatomi (Yasui T et al,2017).

1.2 Etiologi
Menurut Zamzami (2018) terdapat beberapa faktor yang
mendorong pembentukan batu ureter yaitu:
1. Peningkatan kadar kristaloid pembentuk batu dalam urine
2. pH urine abnormal rendah atau tinggi
3. Berkurangnya zat-zat pelindung dalam urin
4. Sumbatan saluran kencing dengan stasis urine

Disamping itu, terdapat pula tiga faktor utama yang harus


dipertimbangkan untuk terjadinya batu ureter yaitu: Retensi partikel urin, supersaturasi
urine, dan kekurangan inhibitor kristalisasi urin. Kelebihan salah satu faktor ini
menyebabkan batu saluran kemih.

Penyebab utama dan faktor kontribusi BSK hanya dapat


ditentukan setelah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan paraklinikal seperti: analisis urin,
mikroskopik dan kultur urin, analisis batu, bentuk, radiodensitas / radiopasitas, ukuran,
jumlah, dan lokasi, penentuan dismetabolisme terkait, dan pencitraan anatomi ginjal dan
saluran kemih. Penting untuk diingat bahwa pemeriksaan klinis lengkap merupakan hal
yang sangat penting sebagai langkah pertama dalam mendefinisikan etiologi Batu Saluran
Kemih (Turk C et al,2018).
1.3 Tanda dan Gejala
Menurut Brunner & Suddarth (2016) batu saluran kemih dapat
menmbulkan berbagai gejala tergantung pada letak batu, tingkat infeksi, dan adanya
obstruksi saluran kemih. Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien batu
saluran kemih :
1. Nyeri/kolik
Nyeri hebat atau kolik pada sekitar pinggang merupakan penanda penting
dan paling sering ditemukan. Nyeri biasanya muncul jika pasien kekurangan
cairan tubuh entah itu karena faktor masukan cairan yang kurang atau
pengeluaran yang berlebihan. Nyeri yang dirasakan rata-rata mencapai skala
9 atau 10 diikuti keluhan mual, wajah pucat, dan keringat dingin. Kondisi
terjadi akibat batu mengiritasi saluran kemih atau obstruksi batu yang
menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal
serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
2. Gangguan pola berkemih
Pasien merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu (Harmilah, 2020). Disuria,
hematuria, dan pancaran urine yang menurun merupakan gejala yang sering
mengikuti nyeri. Terkadang urine yang keluar tampak keruh dan berbau.
3. Demam
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap didalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi (Harmilah, 2020). Sumbatan adalah batu yang menutup
aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih yang ditandai dengan
demam dan menggigil.
4. Gejala gastrointestinal
Respon dari rasa nyeri biasanya didapatkan keluhan gastrointestinal, meliputi keluhan
anoreksia, mual, dan muntah yang memberikan manifestasi penurunan asupan nutrisi
umum. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
retrointestinal dan proksimitas anatomis ureter ke lambung, pankreas, dan usus besar
(Harmilah, 2020). Meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak mual diperut
berhubungan dengan refluks reointestinal dan penyebaran saraf (ganglion coeliac)
antara ureter dan intestinal.
1.4 Klasifikasi
1) Berdasarkan Jenis Batunya
Komposisi batu saluran kemih pada umumnya mengandung
kalsium oksalat monohidrat dan dihidrat, asam urat, ammonium,
fosfat, sistin, xantin, dan 2,8-dihidroxyadenin. Kandungan beberapa
senyawa ini bisa mengindikasikan adanya pembentukan batu jika
ditemukan peningkatannnya. Kemudian, jenis-jenis batu yang sering
ditemukan pada pasien batu saluran kemih terbagi secara umum atas
4 jenis, yaitu:
- batu kalsium,
- batu asam urat
- batu struvit
- batu sistin
Batu kalsium terbagi lagi menjadi batu kalsium oksalat dan
batu kalsium fosfat. Batu yang paling sering ditemukan ialah batu kalsium oksalat,
Kaslium oksalat merupakan senyawa yang sukar larut dalam air dapat dihasilkan
akibat terhambatnya pengeluaran urin. Hal tersebut dilakukan dengan cara
supersaturasi urin. Supersaturasi urin merupakan adanya kelebihan suatu bahan
dalam urin hingga melebihi batas kelarutan dalam urin, bahan- bahan
tersebut adalah kalsium oksalat. Dalam konsenterasi tinggi, terutama jika
ditambah dengan pengurangan volume urin, memudahkan terjadinya kristalisasi.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya supersaturasi adalah pH urin. Sedangkan
Kristal kalsium oksalat, yang mempengaruhi adalah rendahnya pH urin, volume
urin berkurang (Hawariy and Rodjani 2013).
2) Berdasarkan lokasinya
Batu ginjal dapat diklasifikasikan menurut posisi anatomi:
Upper urinary tract calculi untuk batu pada ginjal dan ureter, sedangkan lower urinary
tract calculi untuk batu pada kandung kemih dan uretra (Partin, AW. Et al. 2020).
1.5 Komplikasi
1. Obstruksi aliran urine yang menimbulkan penimbunan urine pada ureter
(Mulyanti, 2019) dan refluks kebagian ginjal sehingga menyebabkan gagal
ginjal (Harmilah, 2020).
2. Penurunan sampai kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama
sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal (Harmilah, 2020).
Gangguan fungsi ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin
darah, gangguan tersebut bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya
sindroma uremia dan gagal ginjal, bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan
bisa mengakibatkan kematian (Haryadi, 2020).
3. Infeksi akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
(Harmilah, 2020).
4. Bakteriuria asimptomatik, ISK, serta sepsis (Ruckle, Maulana, &
Ghinowara, 2020).
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan teori Harmilah (2020), pemeriksaan penunjang gangguan
urolithiasis antara lain:
1. Urinalisis: warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih, dan kristal (sistin,
asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pH urine asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam): kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3. Kulture urine: menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus
aureus, proteus, klebsiela, pseudomonas).
4. Survei biokimia: peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
1.7 Penatalaksanaan Medis
1. Observasi Konservatif
Kebanyakan batu saluran kemih akan keluar sendiri tanpa pemberian intervensi.
Keluarnya batu secara spontan tergantung pada ukuran, bentuk, lokasi, dan edema ureter
terkait. Batu dengan ukuran 4-5mm mempunyai 40-50% kemungkinan keluar secara spontan
sedangkan batu dengan ukuran lebih dari 6 mm mempunyai kemungkinan kurang dari 5%
untuk bisa keluar secara spontan. Tetapi tidak menjamin bahwa batu dengan ukuran 1 cm
tidak mungkin untuk keluar spontan atau batu dengan ukuran 1-2 mm dapat pasti keluar
secara spontan.
2. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu kurang dari
5 mm, dengan harapan batu dapat keluar tanpa intervensi medis (Tjokronegoro & Utama,
2003). Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat
keluar sendiri secara spontan (Sloane,2003).
3. Extracorporeal Shockwave Lithotripsy( ESWL)
Tindakan ESWL menggunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui
tubuh untuk memecah batu. Kesuksesan ESWL memecah batu bervariasi tergantung dari
komposisi batu. Cystine dan brushite merupakan batu yang paling resisten terhadat ESWL,
diikuti dengan tingkat resistensi yang menurun yaitu kalsium oksalat monohidrat, struvite,
kalsium oksalat dihidrat, dan batu asam urat. Walaupun kandungan batu tidak dapat diketahui
sebelum pelaksanaan terapi, tetapi faktor ini harus menjadi pertimbangan untuk pengambilan
keputusan pada pasien yang sudah pernah dianalisis batunya (Pearle, 2012).
4. Tindakan operasi
Tindakan bedah biasanya dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk
penanganan lain
5. BUN/kreatinin serum dan urine: abnormal (tinggi pada serum/ rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum: peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung darah lengkap: sel darah putih mungkin meningkat, menunjukkan
infeksi/septikemia.
8. Sel darah merah: biasanya normal
9. Hb, Ht: abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
(mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (pendarahan, disfungsi
ginjal)
10. Hormon paratiroid: meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
rabsorpsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium
urine).
11. Foto rontgen: menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomis pada
area ginjal dan sepanjang ureter
12. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abdomen pada struktur anatomis
(distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
13. Sistoureteroskopi: visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu dan efek obstruksi.
14. CT Scan: mengidentifikasi/menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal,
ureter, dan distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
B. PATHWAY
C. KONSEP KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
1. Identitas
Secara otomatis, faktor jenis kelamin dan usia sangat signifikan dalam proses
pembentukan batu. Namun, angka kejadian batu ureter dilapangan sering kali
terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini karena pola hidup,
aktivitas, dan geografis.
2. Keluhan utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit skunder yang
menyertai. Keluhan utama biasanya yang sering muncul pada pasien dengan
batu ureter adalah nyeri pada perut yang menjalar sampai ke pinggang dan
nyeri saat berkemih.
3. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada pasien batu ureter ialah nyeri pada saluran
kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya
batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal. Pasien juga mengalami gangguan
gastrointestinal.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kemungkinan adanya riwayat gangguan pola berkemih.
5. Riwayat penyakit keluarga
Batu ureter bukan merupakan penyakit menular dan menurun, sehingga
silsilah keluarga tidak terlalu berpengaruh pada penyakit ini.
6. Pola fungsi kesehatan
- Pola aktivitas
Penurunan aktivitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot,
tetapi dikarenakan gangguan rasa nyaman (nyeri).
- Pola nutrisi
Biasanya pasien dengan batu ureter terjadi mual muntah karena
peningkatan tingkat stres akibat nyeri hebat. Anoreksia sering kali
terjadi karena kondisi pH pencernaan yang asam akibat sekresi HCL
berlebihan.
- Pola eliminasi
Biasanya pada eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun
pola, kecuali diikuti oleh penyakit-penyakit penyerta lainnya.
- Pola istirahat tidur
Biasanya pasien dengan batu ureter mengalami gangguan pola tidur,
sulit tidur dan kadang sering terbangun dikarenakan nyeri yang
dirasakan.
- Pola Kognitif perseptual
Biasanya pasien dengan batu ureter memiliki komunikasi yang baik
dengan orang lain, pendengaran dan penglihatan baik, dan tidak
menggunakan alat bantu.
- Pola toleransi-koping stress
Biasanya pasien dengan batu ureter, dapat menerima keadaan
penyakitnya.
- Persepsi diri atau konsep diri
Biasanya pasien dengan batu ureter tidak mengalami gangguan konsep diri.
- Pola seksual reproduksi
Biasanya pasien dengan batu ureter mengalami gangguan ini sehubungan dengan
rasa tidak nyaman.
- Pola hubungan dan peran
Biasanya pasien dengan batu ureter, memiliki komunikasi yang baik dengan
keluarga, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.
- Pola nilai dan keyakinan
Biasanya pasien dengan batu ureter tidak mengalami gangguan dalam
pola nilai dan keyakinan.
1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin akan muncul pada penderita gagal ginjal
antara lain :
NO SDKI
1. Nyeri Akut ( D.0077)

Definisi :

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.

Penyebab

1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma)


2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor

- Subjektif
(tidak tersedia)
- Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor

- Subjektif
(tidak tersedia)
- Objektif

1. Tekanan darah meningkat


2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

Kondisi Klinis Terkait

1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma

2. Gangguan Eliminasi Urine (D.0040)

Definisi :

Disfungsi eliminasi urin

Penyebab :

1. Penurunan kapasitas kandung kemih


2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal , operasi
saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilitas)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomali saluran kemih
kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)

Gejala dan Tanda Mayor


- Subjektif

1. Desekan berkemih (Urgensi)


2. Urin menetas (dribbling)
3. Sering buang air kecil
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis

- Objektif

1. Distensi kandung kemih


2. Berkemih tidak tuntas (Hesitancy)
3. Volume residu urin meingkat

Gejala dan Tanda Minor

- Subjektif : (tidak tersedia)


- Objektif : (tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait

1. Infeksi ginjal dan saluran kemih


2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Skeloris multipel
11. Obat alpha adrenergik

3. Penurunan curah jantung


Definisi
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Penyebab :
1. Perubahan irama jantung.
2. Perubahan frekuensi jantung.
3. Perubahan kontraktilitas.
4. Perubahan preload.
5. Perubahan afterload.
Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif :
- Perubahan irama jantung : Palpitasi.
- Perubahan preload : lelah.
- Perubahan afterload : Dispnea.
- Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND); Ortopnea; Batuk.
b. Objektif :
- Perubahan irama jantung :
– Bradikardial / Takikardia.
– Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi.
- Perubahan preload :
– Edema,
– Distensi vena jugularis,
– Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun,
– Hepatomegali.

c. Perubahan afterload.
– Tekanan darah meningkat / menurun.
– Nadi perifer teraba lemah.
– Capillary refill time > 3 detik
– Oliguria.
– Warna kulit pucat dan / atau sianosis.
d. Perubahan kontraktilitas 
– Terdengar suara jantung S3 dan /atau S4.
– Ejection fraction (EF) menurun.
Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif :
- Perubahan preload : -
- Perubahan afterload : -
- Perubahan kontraktilitas : -
- Perilaku/emosional : cemas dan gelisah
b. Objektif :
1. Perubahan preload :
– Murmur jantung
– Berat badan bertambah
– Pulmonary Artery Wedge Pressure menurun
2. Perubahan afterload.
– Pulmonary Vascular resistence menurun/meningkat
– Systemic Vascular resistence menurun/meningkat
3. Perubahan kontarktilitas.
– Cardiac Index menurun
– Left Ventricular stroke work index menurun
- Stroke volume index menurun
4. Perlaku / emosional : -
Kondisi Klinis Terkait :
1. Gagal jantung kongestif.
2. Sindrom koroner akut.
3. Stenosis mitral.
4. Regurgitasi mitral.
5. Stenosis aorta.
6. Regurgitasi aorta.
7.  Stenosis pulmonal.
8. Regurgitasi trikuspidal.
9. Stenosis pulmonal.
10. REgurgitasi pulmonal.
11. Aritmia.
12. Penyakit jantung bawaan

Anda mungkin juga menyukai