Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KESELAMATAN PASIEN DAN K3

“Budaya dalam lingkup kerja perawat dalam peningkatan keselamatan


pasien dan penyebab terjadinya adverse events terkait prosedut invasif”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
1. Ayu Putri Ananda 142011003
2. Ghina Kalbiah 142011011
3. M. Jamis Misbah 142011016
4. Rafiah ( Non Reg ) 152112013

Dosen Pengampu : Wiwiek Liestyaningrum,S.Kep,Ns,M.Kep


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNG PINANG
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
mencurahkan karunianya serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah bejudul “Budaya dalam lingkup kerja perawat
dalam peningkatan keselamatan pasien dan penyebab terjadinya adverse
events terkait prosedut invasif “ ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta
salam kita kirimkan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad saw karena
beliaulah yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah hingga zaman
yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih


yang sebesar-besarnya kepada guru pembimbing, Kolonel Laut Wiwiek
Liestyaningrum S.Kep, M.Kep yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini dengan memberikan masukan dan saran yang
tentunya sangat bermanfaat bagi penulis dari awal pembuatan hingga dapat
menyelesaikannya.

Makalah ini dibuat salah satunya adalah untuk memenuhi tugas


keselamatan pasien dan k3. Untuk itu, penulis mengharapkan Makalah ini
nantinya dapat diterima dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan.
Selain itu, makalah ini juga untuk mengetahui bagaimana Konsep Kesehatan
Spiritual agar dapat menjadi pelajaran bagi penulis pribadi khususnya untuk
mengintropeksi diri sehingga lebih baik kedepannya.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah


ini dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun agar lebih baik. Akhir kata, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan semoga makalah ini dapat
diterima serta bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Budaya Dalam Lingkup Kerja Perawat Dalam Peningkatan Keselamatan Pasien......6
2.1.1. Budaya Keselamatan Dalam Berorganisasi..........................................................6
2.1.2. Budaya Patient Safety...........................................................................................7
2.1.3. Mengukur Maturitas Budaya Patient Safety............................................................8
2.1.4. Level kematangan budaya patient safety..............................................................9
2.1.5. Menilai Budaya Patient Safety.............................................................................9
2.1.6. Pengembangan Budaya Pasien Safety..................................................................9
2.2 Penyebab Terjadinya Adverse Events Terkait Prosedur Invasif.....................................10
2.2.1. Jenis-Jenis Adverse Events.....................................................................................10
2.2.1 Jenis-Jenis Tindakan Invasif..................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................13
A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Budaya Keselamatan pasien merupakan hal yang mendasar di dalam


pelaksanaan keselamatan di rumah sakit. Rumah sakit harus menjamin
penerapan keselamatan pasien pada pelayanan kesehatan yang diberikannya
kepada pasien (Fleming & Wentzel, 2008). Upaya dalam pelaksanaan
keselamatan pasien diawali dengan penerapan budaya keselamatan pasien
(KKP-RS, 2008). Hal tersebut dikarenakan berfokus pada budaya keselamatan
akan menghasilkan penerapan keselamatan pasien yang lebih baik
dibandingkan hanya berfokus pada program keselamatan pasien saja (El-
Jardali, Dimassi, Jamal, Jaafar, & Hemadeh, 2011). Budaya keselamatan
pasien merupakan pondasi dalam usaha penerapan keselamatan pasien yang
merupakan prioritas utama dalam pemberian layanan kesehatan (Disch,
Dreher, Davidson, Sinioris, & Wainio, 2011; NPSA, 2009). Pondasi
keselamatan pasien yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya asuhan keperawatan.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah sutu sistem dalam membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi pengkajian resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhunungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisi insiden. Adverse events merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu budaya dalam lingkup kerja perawat dalam peningkatan


keselamatan pasien?
2. Apa itu budaya keselamatan dalam berorganisasi?
3. Bagaimana penyebab terjadinya adverse events?
4. Bagaimana jenis-jenis adverse event?
5. Bagaimana jenis-jenis tindakan invasif?

C. Tujuan

4
1. Untuk dapat mengetahui budaya dalam lingkup kerja perawat dalam
peningkatan keselamatan pasien
2. Untuk dapat mengetahui budaya keselamatan dalam berorganisasi
3. Untuk dapat mengetahui penyebab terjadinya adverse events
4. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis adverse event
5. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis tindakan invasif

BAB II

5
PEMBAHASAN

2.1 Budaya Dalam Lingkup Kerja Perawat Dalam Peningkatan Keselamatan Pasien

Schein (1992) mendefinisikan budaya kerja sebagai kebiasaan orang


bekerja dalam suatu kelompok, nilai, filosofi dan aturan-aturan dalam kelompok
yang membuat mereka bisa bekerjasama. Karakteristiknya antara lain: budaya
kerja sebagai suatu pola yang dibentuk berdasarkan asumsi-asumsi dasar;
dibentuk oleh kelompok sebagai upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang
muncul dalam lingkungan kerja dan untuk beradaptasi dengan lingkungan
eksternal mencerminkan tradisi yang dianggap berjalan dengan baik, diajarkan
kepada anggota-anggota baru dalam organisasi, dianggap sebagai cara terbaik
untuk berfikir, berperilaku dan berfikir.Secara singkat budaya kerja adalah
bagaimana kita menyelesaikan pekerjaan ditempat kerja. Budaya kerja berperan
penting dalam keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi pelayanan kesehatan
dan juga dalam konteks patient safety.

2.1.1. Budaya Keselamatan Dalam Berorganisasi

Berbagai penelitian pada berbagai industri yang membutuhkan ketepatan


tinggi(high reliability organization), seperti industri pesawat terbang, atau instalasi
pembangkit tenaga nuklir menunjukkan bahwa safety culture merupakan prioritas
pertama dalam industri tersebut. Industri-industri semacam ini mempunyai
beberapa karakteristik:

a. Mempunyai otonomi yang tinggi, tetapi tetap ada saling


ketergantungan. Setiap individu dalam organisasi mempunyai
otonomi sebagai pekerja yang independen, tetapi tetap
membutuhkan pekerja yang lain untuk menyelesaikan
pekerjaannya.
b. Mempunyai beberapa tim dengan budaya kerja yang berbeda-beda
yang juga saling membutuhkan. Misalnya seorang dokter
merupakan bagian dari tim dokter dan seorang perawat merupakan

6
bagian dari tim perawat. Tetapi dokter membutuhkan perawat
dalam prakteknya dan demikian pula sebaliknya.
c. Selalu waspada terhadap semua resiko yang mengancam
keselamatan (safety). Untuk menciptakan budaya ini biasanya
organisasi sudah mempunyai aturan-aturan dan prosedur formal,
tetapi yang lebih penting adalah adanya perhatian khusus terhadap
situasi-situasi yang beresiko tinggi dan tidak hanya sekedar
mematuhi aturan dan prosedur secara rutin. Untuk itu, biasanya ada
satu petugas yang secara rutin mensupervisi dan memonitor respon
terhadap situasi yang beresiko.
d. Training mendapatkan prioritas yang tinggi. Kompetensi staf
secara rutin dievaluasi , seringkali dengan melakukan
simulasisimulasi.
e. Untuk situasi beresiko tinggi digunakan pendekatan kolaborasi.
Pada situasi yang beresiko tinggi, garis hirarki formal ditinggalkan
dahulu, semua anggota tim meningkatkan kewaspadaan, dan
masing-masing anggota tim ikut memonitor perkembangan situasi
dan aktifitas anggota tim yang lain. Umpan balik terhadap
performa setiap anggota timdiberikan secara langsung dan bebas.
Tujuan utamanya adalah keselamatan.

2.1.2. Budaya Patient Safety

Pentingnya mengembangkan budaya patient safety juga ditekankan dalam


salahvsatu laporan Institute of Medicine “To Err Is Human” yang menyebutkan
bahwa organisasi pelayanan kesehatan harus mengembangkan budaya
keselamatanvsedemikian sehingga organisasi tersebut berfokus pada peningkatan
reliabilitasvdan keselamatan pelayanan pasien”. Hal ini ditekankan lagi oleh
Nieva dan Sorra dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa budaya
keselamatan yang buruk merupakan faktor resiko penting yang bisa mengancam
keselamatan pasien.

Vincent (2005) dalam bukunya bahkan menyebutkan bahwa ancamanterhadap


keselamatan pasien tersebut tidak dapat diubah, jika budaya patientsafety dalam

7
organisasi tidak diubah. Budaya patient safety adalah produk dari nilai, sikap,
kompetensi, dan pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan
komitmen, style dan kemampuan suatu organisasi pelayanan kesehatan terhadap
program patient safety. Jika suatu organisasi pelayanan kesehatan tidak
mempunyai budaya patient safety maka kecelakaan bisa terjadi akibat dari
kesalahan laten,gangguan psikologis dan physiologis pada staf, penurunan
produktifitas, berkurangnya kepuasan pasien, dan bisa menimbulkan konflik
interpersonal.

2.1.3. Mengukur Maturitas Budaya Patient Safety

Maturitas budaya patient safety dalam organisasi diklasifikasikan oleh


Ashcroft et.al. (2005) menjadi lima tingkat maturitas: patologis, reaktif, kalkulatif,
proaktif dan generatif. Di tingkat patologis, organisasi melihat keselamatan pasien
sebagai masalah, akibatnya informasi-iinformasi terkait patient safety akanditekan
dan lebih berfokus pada menyalahkan individu demi menunjukkan kekuasaan
pihak tertentu. Di tingkat reaktif, organisasi sudah menyadari bahwa keselamatan
pasien adalah hal penting, tetapi hanya berespon ketika terjadi insiden yang
signifikan. Di tingkat kalkulatif, organisasi cenderung berpaku pada aturah-aturan
dan jabatan dan kewenangan dalam organisasi. Setelah insiden terjadi, informasi
tidak diteruskan atau bahkan diabaikan, kesalahan segera dibenarkan atau
dijelaskan penyebabnya, tanpa analisis yang lebih mendalam lagi. Organisasi ya
ngproaktif berfokus pada upaya-upaya untuk mengantisipasi masalah-masalah
patient safety dengan melibatkan banyak stakeholders terkait patient safety.
Sementara organisasi yang generatif secara aktif mencari informasi untuk
mengetahui apakah tindakan-tindakan yang dilakukan dalam organisasi ini sudah
aman atan belum.

2.1.4. Level kematangan budaya patient safety

8
Patologis Tidak ada sistem untuk pengembangan budaya patient safety
Reaktif Sistemnya masih terpecah-pecah, dikembangkan sebagai bagian dari
regulasi atau permintaan akreditasi atau untuk merespon insiden yang terjadi.
Kalkulatif Terdapat pendekatan sistematis terhadap patient safety, tetapi
implementasinya masih terkotak-kotak, dan analisis terhadap insiden masih
terbatas pada situasi ketika insiden terjadi. Proaktif Terdapat pendekatan
komprehensif terhadap budaya patient safety, intervensi yang evidence-based
sudah diimplementasikan.Generative Pembentukan dan maintenance budaya
patient safety adalah bagian sentral dari misi organisasi, efektifitas intervensi
selalu dievaluasi, selalu belajar daripengalaman yang salah maupun yang berhasil,
danmengambil tindakan-tindakan yang berarti untukmemperbaiki situasi.

2.1.5. Menilai Budaya Patient Safety

Saat ini, budaya patient safety biasanya dinilai dengan self-completion


questionnaires. Biasanya dilakukan dengan cara mengirimkan kuesioner kepada
semua staff, untuk kemudian dihitung nilai rata-rata respon terhadap
masingmasing item atau faktor. Langkah pertama dalam proses pengembangan
budaya patient safety adalah dengan menilai budaya yang ada. Tidak banyak alat
yang tersedia untuk menilai budaya patient safety, salah satunya adalah
‘Manchester Patient Safety Framework’ . Biasanya ada jenis pernyataan yang
digunakan untuk menilai dimensi budaya patient safety, pertama adalah
pernyataan-pernyataan untuk mengukur nilai, pemahaman dan sikap dan kedua
adalah pernyataan-pernyataan untuk mengukur aktifitas atau perilaku yang
bertujuan untuk pengembangan budaya patient safety, seperti kepemimpinan,
kebijakan dan prosedur.

2.1.6. Pengembangan Budaya Pasien Safety

Salah satu tantangan dalam pengembangan patient safety adalah


bagaimana mengubah budaya yang ada menuju budaya patient safety. Langkah
penting pertama adalah dengan menempatkan patient safety sebagai salah satu
prioritas utama dalam organisasi pelayanan kesehatan, yang didukung oleh
eksekutif, timklinik, dan staf di semua level organisasi dengan pertanggung
jawaban yang jelas. Beberapa contoh langkah-langkah lainnya disajikan dalam

9
Perubahan budaya sangat terkait dengan pendapat dan perasaan individuindividu
dalam organisasi. Kesempatan untuk mengutarakan opini secara terbuka, dan
keterbukaan ini harus diakomodasi oleh sistem sehingga memungkinkan semua
individu untuk melaporkan dan mendiskusikan terjadinya adverse events. Budaya
tidak saling menyalahkan memungkin individu untuk melaporkan dan
mendiskusikan adverse events tanpa khawatir akan dihukum.Aspek lain yang
penting adalah memastikan bahwa masing-masing individu bertanggung jawab
secara personal dan kolektif terhadap patient safety dan bahwa keselamatan
adalah kepentingan semua pihak.

2.2 Penyebab Terjadinya Adverse Events Terkait Prosedur


Invasif

Advers event atau yang disebut juga kejadian tidak diinginkan adala suatu
kejadian yang mengkibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission). Tindakan invasif adala tindakan medik langsung yang
dipengaruhi oleh keutuhan tubuh yang memiliki banyak resiko yang
membahayakan pasien salah satunya infeksi yang disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu petugas kesehatan, alat-alat kesehatan, kondisi pasien, dan lingkungan.
(Komalawati, Veronica. 2010)

2.2.1. Jenis-Jenis Adverse Events

Jenis-Jenis Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Menurut


Departemen Kesehatan RI, 2008 menyatakan Insiden keselamatan pasien/ patient
safety incident merupakan kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi (dapat dicegah).
Adapun beberapa jenis insiden adalah sebagai berikut :
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena

10
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.
2. Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang
tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dapat terjadi karena:

a. "keberuntungan" (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra


indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat).

b. "pencegahan" (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan


suatu obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan).

c. "peringanan" (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan


suatu obat dengan dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan cidera yang berarti). Kejadian
Nyaris Cedera mengacu pada salah satu definisi dalam literatur safety
management sebagai suatu kejadian yang berhubungan dengan keamanan
pasien yang berpotensi atau mengakibatkan efek diakhir pelayanan, yang
dapat dicegah sebelum konsekuensi aktual terjadi atau berkembang
(Aspden, 2004). KNC juga diungkapkan sebagai kejadian yang berpotensi
menimbulkan cedera atau kesalahan, yang dapat dicegah karena tindakan
segera atau karena kebetulanm dimana hasil akhir pasien tidak cedera
(Medical Human Reseources, 2008). KNC lebih sering terjadi
dibandingkan dengan kejadian tidak diharapkan, frekuensi kejadian ini
tujuh sampai seratus kali lebih sering terjadi. Data KNC harus dianalisis
agar pencegahan dana pembentukan sistem dapat dibuat sehingga cedera
aktual tidak terjadi. Sebagian besar kasus KNC memberi dampak pada
pada penyebab insiden atau proses hingga kejadian nyaris cedera itu
terjadi (Mustikawati,2011). Terciptanya keselamatan pasien sangat
didukung oleh sistem pelaporan yang baik setiap kali inisiden terjadi.
Faktor penyebab kejadian nyaris cedera sulit didapatkan jika tidak
didukung oleh dokumentasi yang baik (sistem pelaporan). Hal ini dapat

11
mengakibatkan langkah pencegahan dan implementasi untuk perbaikan
sulit dilakukan (Cahyono,2008)

3. kejadian sentinel
kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cidera serus biasanya dipakai untuk kejadian yang tidak diharapkan seperti
operasi pada bagian tubuh yang salah.
4. Kondisi potensial cidera
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum
terjadi insiden.

2.2.1 Jenis-Jenis Tindakan Invasif

Tindakan invasif sebenarnya merupakan bagian dari terapi. Menurut


KBBI adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu teknik
yang dimasukkan di dalam tubuh melalui kebocoran atau pengirisan.
Adverse event berdampak secara langsuang pada pasien. KTD disebabkan
oleh beberapa faktor ketidaktahuan pengetahuan pasien safety, tidak
menerapkan prosedur secara tepat, fasilitas kesehatan kurang memadai,
dan kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu. Kejadian tidak diharapkan
perlu ditangani dsan diselesaikan untuk tercapainya keamanan pada
pasien. Upaya yang diterapkan sebagai solusi untuk mengurangi KTD di
RS, yaitu diperluakan pendidikan khususnya kepada tenaga medis dalam
melakukan tindakan invasif kepada pasien serta melakukan tindakan
sesuai dengan prosedur yang ada.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Budaya Keselamatan pasien merupakan fondasi keselamatan pasien.


Membangun budaya keselamatan pasien merupakan kata kunci terwujudnya
pelayanan yang bermutu dan aman. Budaya keselamatan pasien (KP)
merupakan hal pokok dan mendasar dalam pelaksanaan KP di rumah sakit (RS).
Setiap RS harus menjamin penerapan KP pada pelayanan kesehatan yang
diberikannya kepada pasien. Penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat
yang mencerminkan perilaku kinerja dipengaruhi motivasi dan kepemimpinan,
salah satunya kepemimpinan kepala ruang. Membangun budaya keselamatan
pasien di rumah sakit merupakan kewajiban dan tanggung jawab seluruh staf
terutama yang berhubungan langsung dengan pasien yaitu dokter dan perawat.
2. Adverse event diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan atau
memiliki potensi yang dapat menyebabkan hal tidak terduga sehingga
membahayakan keselamatan pengguna alat (termasuk pasien) atau orang lain.
KTD dapat terjadi karena bebrapa penyebab yaitu, hasil dari suatu perjalanan
penyakitnya senddiri, hasil dari suatu kelalaian medis ataupun hsil hari suatu
kesengajaan.

A. Saran

Sebagai tenaga kesehatan kita harus mempelajari tentang budaya dalam peningkatan
keselamatan pasien dan adverse event serta cara pencegahannya agar dapat
melakukan tindakan dengan baik dan benar sesuai standar pelayanan kesehatan pada
pasien supaya terjaminnya keselamatan pasien dari semua tindakan yang diberikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono JBS. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran.


Jakarta: Kanisius; 2008.
Departemen Kesehatan RI. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit
(patient safety). Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.
Vincent C. Patient safety. Philadelphia: Elsevier; 2006.
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan.
Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of
National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara,
Bandung 14-15 November 2006.

14

Anda mungkin juga menyukai