Anda di halaman 1dari 103

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENEMUAN

SUSPEK TUBERKULOSIS OLEH KADER DI ERA PANDEMI


COVID-19 DI KOTA BANDAR LAMPUNG

TESIS

DISUSUN OLEH:

YULIA MAR’ATUZZAKIYAH
NPM: 206131028

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2022
Prodi Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan
Universitas Mitra Indonesia
Tesis, Agustus 2022

Yulia Mar’atuzzakiyah

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENEMUAN SUSPEK


TUBERKULOSIS OLEH KADER DI ERA PANDEMI COVID-19 DI KOTA
BANDAR LAMPUNG

xiii+V BAB+ 113 Halaman+ 21 Tabel+ 2 Gambar + 7 Lampiran

ABSTRAK

Tuberkulosis (TB) ialah pemicu kematian penting dengan cara garis besar sebab
peradangan dengan nyaris 4000 kematian tiap hari (World Health Organization, 2019).
Kejadian Tuberkulosis di Provinsi Lampung diperkirakan sebesar 24. 000 ataupun 8, 8
atau 100. 000 masyarakat tahun 2020 dengan kebiasaan sebesar 7, 872 permasalahan.
Kota Bandar Lampung hadapi penyusutan dalam temuan permasalahan TB dari 2, 346
permasalahan pada tahun 2020 jadi 1, 038 permasalahan pada tahun 2021. Tujuan Riset
ini merupakan Buat mengenali faktor- faktor yang berkaitan dengan temuan suspek TB
oleh kandidat di masa endemi covid- 19 di Kota Bandar Lampung Tahun 2022.
Tipe riset kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi riset ini merupakan
57 kandidat TB ILS dengan ilustrasi 54 kandidat. Pengumpulan informasi memakai
angket. Analisa memakai analisa univariat, bivariat (chi square) multivariat (regresi
logistic berganda).
Hasil riset membuktikan penyaluran gelombang Pembelajaran besar (55, 6%),
Wawasan bagus (55, 6%), Dorongan Kurang (63, 0%), Tindakan Minus (59, 3%) serta
penyusutan temuan suspek TB sepanjang era endemi. (68. 5%). Hasil percobaan
membuktikan terdapat ikatan motivasi (p value 0, 000, OR 24, 111), Terdapat ikatan
tindakan (p value 0, 000. OR 32, 143), Tidak terdapat ikatan Tingkatan pembelajaran (p
value 0, 1000) serta Tidak terdapat ikatan wawasan (p value 0, 1000) dengan temuan
suspek TB oleh kandidat di masa endemi Covid- 19 di Kota Bandar Lampung dengan
Tindakan ialah aspek yang sangat berkuasa, dimana mempunyai angka OR ialah 24, 293.
Anjuran riset ini membuat novel bimbingan penatalaksanaan TB di masa Covid- 19
kandidat yang didalamnya ada bimbingan aturan kesehatan pada suasana serta situasi
Covid- 19, sosialisasikan pada kandidat TB ILS serta monitoring valuasi hasil novel
bimbingan serta membagikan reward pada kandidat yang aktif serta senantiasa menjajaki
aturan kesehatan.

Kata kunci : Tuberkulosis, Covid-19, Kader, Sikap


Kepustakaan : 48 (2003-2022)

1
2

Master Degree of Public Health


Faculty of Health
University of Mitra Indonesia
Thesis

Yulia Mar’atuzzakiyah

FACTORS RELATED TO THE DISCOVERY OF SUSPECTED TUBERCULOSIS


BY CADRES IN THE COVID-19 PANDEMIC ERA IN BANDAR LAMPUNG CITY

xiii+V Chapter+ 113 Pages+ 21 Tables+ 2 Pictures + 7 Appendics

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is the leading cause of death globally due to infection with nearly
4000 deaths every day (WHO, 2019). The incidence of tuberculosis in Lampung Province
is estimated at 24,000 or 8.8/100,000 population in 2020 with a prevalence of 7,872
cases. The city of Bandar Lampung experienced a decrease in TB case finding from
2,346 cases in 2020 to 1,038 cases in 2021. The purpose of this study was to determine
the factors associated with the discovery of suspected TB by cadres in the era of the
covid-19 pandemic in Bandar Lampung City in 2022.
This research used to quantitative research with a cross sectional approach. The
population of this study was 57 TB ILS cadres and sample 54 cadres. Collecting data
using a questionnaire. The analysis used univariate analysis, bivariate (chi square)
multivariate (multiple logistic regression).
The results showed the distribution of the frequency of higher education (55.6%),
good knowledge (55.6%), lack of motivation (63.0%), negative attitude (59.3%) and a
decrease in the discovery of TB suspects during the pandemic. (68.5%). The analysis
results showed that there is a relationship between motivation (p value 0.000, OR
24.111), there is a relationship between attitudes (p value 0.000. OR 32.143), there is no
relationship between the level of education (p value 0.1000) and there is no relationship
between the level of knowledge (p value 0, 1000) with the discovery of TB suspects by
cadres in the era of the Covid-19 pandemic in Bandar Lampung City with Attitude being
the most dominant factor, which has an OR value of 24,293. The suggestion of this
research is to make a guidebook for TB management in the Covid-19 era for cadres
which includes guidelines for health protocols on the Covid-19 situation and condition,
socialize it to ILS TB cadres and monitor the valuation of the results of the guidebook
and give rewards to cadres who are active and still follow the health protocol.

Keywords : Tuberculosis, Covid-19, Cadre, Attitude


Library Research: 48 (2003-2022)
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) ialah pemicu kematian penting dengan cara garis besar
sebab peradangan dengan nyaris 4000 kematian tiap hari (World Health
Organization, 2019). Nilai insidensi menggapai 312 per 100, 000 masyarakat
tahun 2020 dengan jumlah case notification rate sebesar 5, 8 juta permasalahan
pertahun di tahun 2020 (World Health Organization, 2021).
Indonesia jadi negeri dengan bobot paling tinggi kedua sehabis India
dengan penurunan dalam pemberitahuan temuan permasalahan diantara 25% serta
30% alhasil bisa menimbulkan kenaikan dalam kematian TB. Kebiasaan
permasalahan TB menggapai 1. 600. 000 permasalahan dengan jumlah kejadian
316 per 100. 000 masyarakat tahun 2018. Kejadian Tuberkulosis di Provinsi
Lampung diperkirakan sebesar 24. 000 ataupun 8, 8 atau 100. 000 masyarakat
tahun 2020 dengan kebiasaan sebesar 7, 872 permasalahan. Temuan permasalahan
TB di Kota Bandar Lampung hadapi penyusutan dari 2, 346 permasalahan pada
tahun 2020 jadi 1, 038 permasalahan pada tahun 2021.
Pengaturan endemi TB buat End TB dengan terdapatnya inisiatif kosong
yang dikeluarkan pada oktober 2015 bermaksud buat menghasilkan serta
menggapai sasaran penyisihan TB dengan melaksanakan bermacam pendekatan
dengan cara menyeluruh mulai dari temuan, penyembuhan serta penangkalan,
tetapi dengan terdapatnya endemi Covid- 19 mengganti banyak perihal yang
berakibat pada aktivitas pengaturan TB. Akibat Covid- 19 kepada layanan TB
yang sangat nyata merupakan dengan terdapatnya penyusutan garis besar yang
besar dalam jumlah orang yang terkini di penaksiran TB yang di laporkan dari 7,
1 juta pada tahun 2019 jadi 5, 8 juta pada tahun 2020, penyusutan 18% balik ke
tingkat 2012 serta jauh dari tahun 2020 (World Health Organization, 2021).
Indonesia jadi salah satu negeri dengan mengamalkan 93% dari penurunan
informasi jumlah orang terdiagnosis serta jadi negeri yang sangat akut terserang
4

akibat endemi. Penyusutan ini diperkirakan hendak berakibat jauh lebih kurang
baik pada tahun 2021 serta 2022 (World Health Organization, 2021).
Salah satu wujud pembaruan sistem kesehatan nasional berbentuk
pengaturan penyakit dengan melaksanakan ekspansi temuan permasalahan serta
kenaikan kesuksesan penyembuhan (Bappenas, 2020). Sasaran penyelesaian TB
tahun 2025 ialah Penyusutan nilai kesakitan sebab TB sebesar 50% dengan
mempraktikkan salah satu strategi penyelesaian dalam pendapatan penyisihan
nasional TB pada tahun 2035 serta Indonesia leluasa dari TB pada tahun 2050
ialah dengan mengoptimalkan temuan TB dengan cara dini (Kemenkes, 2017).
Kelakuan analitis yang sudah direncanakan pada strategi pengaturan TB di
Indonesia 2020- 2024 ada 6 strategi yang mana salah satu strategi dalam
penyelesaian TB ialah dengan optimalisasi usaha advertensi serta penangkalan,
pemberian penyembuhan, penangkalan TB dan pengaturan peradangan. Salah satu
aksi dalam pengaturan peradangan ialah dengan usaha temuan permasalahan
secepat bisa jadi, perihal ini bisa berhasil bila di bawa dengan strategi
penyelesaian TB ialah kenaikan kedudukan dan komunitas, kawan kerja, serta
multisektor yang lain dalam penyisihan TB (Kemenkes, 2020).
Usaha temuan permasalahan TB dicoba dengan 2 metode ialah dengan
cara aktif yang mana dicoba oleh aparat serta dengan cara adem ayem dicoba oleh
pengidap ataupun keluarga periksakan diri (Kemenkes, 2016). Temuan suspek
Tuberkulosis merupakan tahap dini dalam aktivitas penyelesaian tuberkulosis
sebab dengan terdapatnya temuan suspek TB dengan cara dini bisa merendahkan
nilai kematian dampak TB. Salah satu aktivitas yang mensupport kesuksesan dari
strategi temuan aktif TB ialah dikerjakannya pencarian serta analitis kontak dalam
perihal ini kedudukan kandidat dibutuhkan. Kandidat TB ILS ialah salah satu
wujud turut dan zona lain dalam penyelesaian TB (Depkes, 2009). Kandidat TB
ILS berfungsi dalam analitis kontak ialah dengan membagikan informasi kontak
dari permasalahan indikator, melaksanakan skrining pertanda serta aspek resiko
TB pada tiap kontak, membagikan Komunikasi, Data serta Bimbingan (KIE) pada
kontak dengan hasil skrining positif ke puskesmas serta pula membagikan KIE
mengenai TB dengan berartinya penyembuhan berakhir, penangkalan serta
pengaturan peradangan di rumah serta yang terakhir membenarkan analitis kontak
5

sudah diperikasa seluruh. Pada era endemi Covid- 19 aktivitas itu jadi terbatas
sebab lalu melonjaknya permasalahan Covid- 19 serta mewajibkan buat
menghalangi aktivasi serta mempraktikkan social distancing.
Kandidat Kesehatan berfungsi selaku perantara antara daya kesehatan serta
warga dalam membagikan data terpaut wawasan mengenai kesehatan serta pula
dapat berdampingan langsung dengan warga selaku perantara penyampaian
permasalahan kesehatan paling utama pada era endemi ini. Riset yang dicoba oleh
Ari Probandari (2020), kalau warga khawatir buat berobat ke jasa kesehatan bila
hadapi batu berdahak sebab khawatir hendak di analisis Covid- 19. Kandidat TB
bekerja dalam Analitis kontak, komunikasi, data serta Bimbingan (KIE) serta pula
pendampingan minum obat, namun di era endemi Covid- 19 pula analitis kontak
yang dicoba kandidat terhambat sebesar 65%, 47% kandidat menyudahi dalam
pemberian KIE di Komunitas serta monitoring penyembuhan senantiasa berjalan
48% serta 70% aparat TB memakai mobile phone (Probandari A, 2020).
Filosofi prilaku serta kemampuan Gibson (1997) melaporkan kalau yang
pengaruhi kemampuan terdiri dari 3 elastis ialah elastis orang, elastis badan serta
elastis intelektual yang mana tiap variabelnya silih terikat alhasil dari sub-
variabel itu membuktikan kemampuan seseorang orang dalam menggapai hasil
yang diharapkan serta dalam riset ini berbentuk terdapatnya kenaikan dalam
temuan suspek TB alhasil bisa dikerjakannya penyelesaian TB dengan cara dini.
Ketiga elastis ini terdiri dari elastis orang berbentuk wawasan, tingkatan
pembelajaran serta penataran pembibitan, elastis badan berbentuk temuan suspek
serta era kegiatan serta elastis intelektual ialah dorongan serta tindakan. Pada
suasana endemi ini pasti saja kandidat TB pula hadapi kesusahan dalam
melaksanakan program TB salah satunya dalam temuan permasalahan suspek TB.
Bersumber pada hasil tanya jawab oleh sebagian kandidat kesehatan di area
kegiatan puskesmas di Bandar Lampung berkata sedang senantiasa melaksanakan
tugasnya dengan senantiasa menjajaki aturan kesehatan, tetapi senantiasa merasa
tertahan dengan terdapatnya endemi serta terdapat pula yang tidak aktif gampang
berserah sebab khawatir hendak terjangkit virus Covid- 19.
6

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan tuberkulosis pada tahun 2019 dini covid- 19 dalam temuan


permasalahan TB sebesar 543. 874, setelah itu pada tahun 2021 temuan
permasalahan jadi 385. 295 permasalahan (Kemenkes, 2021). Partisipasi TB ILS
(Inisiatif Lampung Segar) serta biro kesehatan dalam penyelesaian program P2TB
di Kota Bandar Lampung lumayan besar menggapai sampai 82% pada tahun 2021
(Dinkes Balam, 2021). Terdapatnya kenaikan permasalahan Covid- 19 berakibat
pada seluruh program dalam tingkatkan pengaturan TB, perihal ini pasti saja jadi
salah satu tantangan kader- kader TB dalam melaksanakan tugasnya buat
senantiasa melaksanakan program pengaturan TB salah satunya dengan analitis
kontak yang bermaksud buat menciptakan suspek TB dengan senantiasa menaati
peraturan penguasa ialah aturan kesehatan penangkalan Covid- 19 semacam
melindungi jarak, menghalangi aktivasi serta menjauhi kemeriahan. Bersumber
pada kerangka balik diatas hingga bisa diformulasikan permasalahan riset selaku
selanjutnya: “Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan penemuan suspek
TB Oleh kader di era pandemi Covid-19 di Kota Bandar Lampung?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan penelitian ini adalah diketahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan penemuan suspek TB oleh kader di era pandemi covid-19 di Kota Bandar
Lampung Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Diketahui penyaluran gelombang aspek Tingkatan pembelajaran,
dorongan, wawasan, serta tindakan kandidat tuberkulosis dalam temuan
suspek TB di masa endemi covid- 19 di Kota Bandar Lampung Tahun
2022
1.3.2.2 Diketahui ikatan Tingkatan pembelajaran dengan temuan suspek TB oleh
kandidat di masa endemi covid- 19 di Kota Bandar Lampung Tahun 2022.
7

1.3.2.3 Diketahui ikatan dorongan dengan temuan suspek TB oleh kandidat di


masa endemi covid- 19 di Kota Bandar Lampung Tahun 2022
1.3.2.4 Diketahui ikatan wawasan dengan temuan suspek TB oleh kandidat di
masa endemi covid- 19 di Kota Bandar Lampung Tahun 2022
1.3.2.5 Diketahui ikatan tindakan dengan temuan suspek TB oleh kandidat di
masa endemi covid- 19 di Kota Bandar Lampung. Tahun 2022
1.3.2.6 Diketahui aspek yang berkuasa kepada temuan suspek TB oleh kandidat di
masa endemi covid- 19 di Kota Bandar Lampung Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang
epidemiologi dalam memaksimalkan program penanggulangan tuberkulosis.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
Riset ini bisa dijadikan selaku aturan referensi bersumber pada aspek yang
memiliki ikatan pada temuan suspek tuberkulosis. Alhasil bisa dijadikan
rujukan dalam pengumpulan kebijaksanaan, pemograman serta koreksi
program TB pada temuan suspek TB di kota Bandar Lampung alhasil
dapat menggapai sasaran yang diharapkan.
1.4.2.2 Puskesmas Kota Bandar Lampung
Riset ini bisa membagikan data, masukan serta anjuran dalam
mengoptimalkan temuan suspek tuberkulosis di puskesmas spesialnya di
era endemi covid- 19 dalam melakukan penyelesaian TB.
1.4.2.2 Peneliti
Riset ini bisa menaikkan wawasan serta masukan riset mengenai faktor-
faktor yang berkaitan dengan temuan suspek TB oleh kandidat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Riset ini mengenai Faktor- faktor yang berkaitan dengan temuan suspek
TB oleh kandidat di masa endemi Covid- 19 di Kota Bandar Lampung. Subyek
8

riset ini merupakan Kandidat Tuberkulosis ILS di Area Puskesmas Kota Bandar
Lampung, populasi sebesar 57 kandidat serta ilustrasi pada riset ini merupakan 54
kandidat. Elastis bebas pada riset ini merupakan tingkatan pembelajaran,
wawasan, dorongan serta tindakan serta elastis terbatas pada riset ini merupakan
temuan suspek tuberkulosis. Tata cara riset ini merupakan observasional dengan
pendekatan cross- sectional. Riset ini di jalani pada bulan Mei 2022 di Kota
Bandar Lampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tuberkulosis (TB)


2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular disebabkan oleh bakteri i i i i i i i i

mycrobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru-


i i i i i i i i i

paru (Kemenkes, 2015). Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan
i i i i i i i i i i

pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet, Bakteri ini dapat masuk melalui
i i i i i i i i i i i

saluran pernapasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. (Nurarif dan
i i i i i i i i i i i

Kusuma, 2015). Menurut Lina Marlinae dkk (2019) Tuberkulosis merupakan


i i i i i i i i i

penyakit menular yang disebabkan Mycrobacterium Tuberculosis dan sebagian


i i i i i i i i

besar menyerang paru, dan dapat mengenai organ tubuh lainnya.


i i i i i i i i i i

2.1.2 Tanda dan Gejala


i i i

Adapun tanda dan gejala Tuberkulosis menurut Nurarif dan Kusuma, (2015)
i i i i i i i i i

adalah sebagai berikut:


i i i

1) Demam 40-41o C, serta ada batuk dan darah i i i i i i i

2) Sesak napas dan nyeri dada i i i i

3) Malaise (lemas), keringat malam i i i

4) Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada i i i i i i

5) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit i i i i i i

6) Pada anak: i

a) Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau i i i i i i i i i

i gagal tumbuh i

b) Demam tanpa sebab yang jelas, terutama jika berlanjut hingga 2 minggu.
i i i i i i i i i i

c) Batuk kronik ≥3 minggu, dengan atau tanpa wheezing.


i i i i i i i

d) Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa. i i i i i i

2.1.3 Cara Penularan


i i

Adapun cara penularan TB menurut Kemenkes RI tahun 2014 adalah


i i i i i i i i i

sebagai berikut:
i i

1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA Positif melalui percik renik dahak
i i i i i i i i i i

yang dikeluarkan.
i i i

6
7

2) Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan


i i i i i i i i

menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah


i i i i i i i i i i

65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26%
i i i i i i i i i i i

sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif
i i i i i i i i i i i

adalah 17%.
i i

3) Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
i i i i i i i i i

percik renik dahak yang infeksius tersebut.


i i i i i i

4) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
i i i i i i i i i i

bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
i i i i i i i i i i i

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.


i i i i i

2.1.4 Pengobatan dan Jenis-Jenis Obat


i i i i

Adapun pengobatan TB menurut Kemenkes RI tahun 2014, meliputi


i i i i i i i i

pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan tujuan:


i i i i i i i i

1) Tahap Awal: pengobatan diberikan setiap hari. Pengobatan pada tahap ini
i i i i i i i i i

bertujuan agar secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam
i i i i i i i i i i

tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang
i i i i i i i i i i

mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.


i i i i i i i i

Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2
i i i i i i i i i i i

bulan. Umumnya, pengobatan dengan teratur tanpa adanya hambatan


i i i i i i i i

setelah pengobatan 2 minggu dapat menurunkan daya penularan.


i i i i i i i i i

2) Tahap Lanjutan: pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting


i i i i i i i i

untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
i i i i i i i i i i

kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya


i i i i i i i i i

kekambuhan.
i

Berikut ini adalah Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


i i i i i i

Tabel 2.1 i

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) i i i i

Jenis i Sifat i Efek samping i

Isoniazid (H) i Bakterisidal i Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi hati, i i i i i i

kejang
i

Rifampisin (R) i Bakterisidal Flu Syndrom, gangguan gastrointestinal, urine berwarna


i i i i i

merah, gangguan fungsi hati, trombandaritopeni, demam.


i i i i i i

Skin rash, sesak nafas, anemia hemolitik


i i i i i i

Pirazinamid (Z) i Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati, gout i i i i i


8

artritis
i

Streptomisin (S) i Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, gangguang keseimbanagn dan


i i i i i

pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia,


i i i i

agranulositosis, trombandaritopeni
i i

Etambutol (E) i Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer i i i i i

Sumber: Kemenkes,2014 i

2.1.5 Hasil Pengobatan TB


i i i

Tabel 2.2 i i

Hasil Pengobatan Tuberkulosis i i

Hasil Pengobatan i Definisi


Sembuh Pasien TB Paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada
i i i i i i i i

awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir


i i i i i i i i

pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan


i i i i i i i i

sebelumnya.
i

Pengobatan lengkap i Pasien TB yang telah menyelesaikann pengobatan secara lengkap


i i i i i i i

dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan


i i i i i i i i

hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan


i i i i i i i i

bakteriologis pada akhir pengobatan.


i i i i

Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
i i i i i i i i

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan


i i i i i i i i i

atau kapan saja apabila selama dalam pengobatan diperoleh hasil


i i i i i i i i i

laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi OAT


i i i i i i

Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai


i i i i i i i i

atau sedang dalam pengobatan.


i i i i

Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang


i i i i i i i

Putus berobat (loss to


i i i pengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus atau lebih.
i i i i i i i i i

follow-up)
i

Tidak dievaluasi i Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.


i i i i i i i

Termasuk dalam kriteria ini adalah ”pasien pindah (transfer out)”


i i i i i i i i i

ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhir pengobatannya tidak


i i i i i i i i

diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan.


i i i i i

Sumber: Kemenkes, 2014 i i

2.1.6 Pencegahan
i

Adapun upaya pencegahan penyakit TB dalam epidemiologi menurut Victor


i i i i i i i i

dkk (2020) dibagi menjadi 3 tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit adalah
i i i i i i i i i i i

sebagai berikut:
i i

1) Primer
a. Tersedianya sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan dan pengobatan
i i i i i

dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.


i i i i i i
9

b. Penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang penyakiti i i i i i i

TB yang meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkan.


i i i i i i i i i

c. Menutup mulut, tidak membuang dahak sembarangan dan memakai


i i i i i i i

masker merupakan pencegahan yang dilakukan penderita


i i i i i i

d. Mencuci tangan dan menjaga kebersihan rumah. Ventilasi yang baik


i i i i i i i i

dan bisa ditambahkan dengan sinar UV untuk mencegah infeksi


i i i i i i i i i

e. Imunisasi orang-orang kontak. Pencegahan bagi orang-orang sangat


i i i i i i

dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan yang


i i i i i i i i i

terindikasi dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif
i i i i i i i i i i

tertular.
i

2) Sekunder
a. Pengobatan preventif, sebagai tindakan keperawatan terhadap i i i i i

penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai


i i i i i i i

pencegahan.
i

b. Isolasi, pemeriksaan
i kepada
i orang-orang
i i yang terinfeksi,
i

pengobatan khusus TB.


i i i i

c. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TB paru. i i i i i i i i

d. Pemeriksaan skrining dengan tuberkulin test pada kelompok i i i i i i

berisiko tinggi, seperti para imigran, orang-orang kontak dengan


i i i i i i i i

penderita, petugas di rumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas


i i i i i i i i

foto rontgen.
i i

e. Pemeriksaan foto rontgen dari hasil test tuberkulin positif pada i i i i i i i i

orang-orang yang telah diperiksa tuberkulin positif.


i i i i i i

f. Penderita dengan TB aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-obat


i i i i i i i i

kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan


i i i i i i i i

teratur, waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Dicurigai adanya kebal


i i i i i i i i i i i

terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.


i i i i i i i

3) Tersier
a) Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup
i i i i i i i

udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan
i i i i i i i i i i

sebagainya
i

b) Rehabilitasi
10

Pencegahan penularan TB dalam kategori lingkungan misalnya dalam i i i i i i i

bentuk konstruksi rumah, pencahayaan yang cukup, adanya ventilasi agar


i i i i i i i i i

tidak adanya peningkatan kelembaban ruangan.


i i i i i

2.1.7 Diagnosa Tuberkulosis


i i

Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa


i i i i i i i

pada penderita TB dewasa yaitu pemeriksaan sputum, X-ray dan Tes Tuberkulin.
i i i i i i i i i i i

Pemeriksaan sputum dilakukan 3 kali yang dikenal dengan sewaktu (pengumpulan


i i i i i i i i i i

dahak pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali), Pagi (pengumpulan
i i i i i i i i i i i

dahak di rumah pad apagi hari kedua segera setelah bangun tidur) dan Sewaktu
i i i i i i i i i i i i i

(Pengumpulan dahak di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi) atau
i i i i i i i i i i i i

SPS.
i

2.1.8 Pilar dan Komponen Penanggulangan TB


i i i i i

Adapun Pilar dan komponen penanggulangan TB menurut Kemenkes RI


i i i i i i i i

(2018) adalah sebagai berikut:


i i i i

a. Integrasi layanan TB berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TB


i i i i i i i i i

1) Diagnosis TB sedini mungkin, Termasuk uji kepekaan OAT dan i i i i i i i i

penjaringan TB secara sistematis bagi kontak dan kelompok berisiko


i i i i i i i i i

2) Pengobatan pasien TB termasuk pasien dengan resistensi obat i i i i i i i

dengan memberikan dukungan yang berpusat pada kebutuhan


i i i i i i i

pasien
i

3) Adanya tatalaksana komorbid TB dan kegiatan kolaborasi TB/HIV i i i i i i i

ataupun dengan TB yang lain.


i i i i i

4) Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan i i i i i i

dan berisiko tinggi juga pemberian vaksinasi dalam upaya


i i i i i i i i

pencegahan TB
i i i

b. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas i i i i i i i

1) Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan i i i i i i

layanan dan pencegahan TB


i i i i

2) Keikutsertaan masyarakat, organisasi sosial masyarakat, dan i i i i i

pemberi layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta


i i i i i i i
11

3) penerapan layanan kesehatan semesta dan kerangka kebijakan lain


i i i i i i i

yang mendukung pengendalian TB seperti wajib lapor, registrasi


i i i i i i i i

vital, tata kelola dan penggunaan obat serta pengendalian infeksi


i i i i i i i i i

4) jaminan sosial, penanggulangan kemiskinan dan kegiatan lain yang


i i i i i i i

dapat mengurangi dampak determinan sosial terhadap penyakit TB


i i i i i i i i

c. Integrasi riset dan inovasi i i i

1) Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode


i i i i i i i

intervensi dan strategi bari pengendalian TB


i i i i i i

2) Pengembangan riset untuk mengoptimalisasikan pelaksanaan i i i i

kegiatan
i i dan mengembangkan
i i inovasi-inovasi i baruuntuk
mempercepat peningkatan program pengendalian TB.
i i i i i

2.1.9 Peran dan Kegiatan Masyarakat dalam Pengendalian TB


i i i i i i i

Adapun peran masyarakat dalam pengendalian TB menurut Kemenkes


i i i i i i i

(2014) adalah:
i i

Tabel 2.3 i

Peran dan Kegiatan Masyarakat i i i

Peran Kegiatan i

Pencegahan TB i Pengembangan KIE, penyuluhan, pelatihan i i i

i Kader
Deteksi dini terduga TB
i i i Investigasi kontak pasien dengan gejala TB, i i i i i

i pengumpulan dahak terduga TB, pelatihan i i i i

i Kader
Melakukan rujukan i Dukungan motivasi kepada terduga TB untuk i i i i i

i ke Fasyankes, dukungan transport


i i i

Dukungan/motivasi kepatuhan berobat pasien i i i Pengawas menelan minum obat (PMO) i i i i

TB
i

Dukungan Sosial ekonomi


i i Dukungan nutrisi, transport pasien TB dan i i i i i

i suplemen, peningkatan ketrampilan untuk i i i

i meningkatkan penghasilan,
i menyediakan
i

i pekerja sosial,
i memotivasi
i i dan terus
i

i mendampingi pasien TB i i

Advokasi Membantu penyusunan bahan advokasi dan i i i i

i memberikan masukan kepada pemerintah i i i

Mengurangi stigma i Sosialisasi informasi tentang TB, membuat i i i i


12

kelompok pendidik sebaya, testimoni pasien


i i i i i

TB
i

Sumber: Kemenkes, 2014 i i

2.1.10 Penemuan Suspek Tuberkulosis


i i i

Suspek TB adalah seorang penderita batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
i i i i i i i i i i

lebih dan dapat diikuti gejala tambahan seperti batuk bercampur darah, sesak nafas,
i i i i i i i i i i i i

nafsu makan turun, berkeringat pada malam hari, penurunan berat badan, demam
i i i i i i i i i i i

lebih dari satu bulan. Pasien TB didapatkan dengan serangkaian kegiatan


i i i i i i i i i i

penjaringan mulai dari terduga pasien TB, laboratoris, menentukan diagnosis,


i i i i i i i i i

menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB dan pemeriksaan fisik yang
i i i i i i i i i i i

dilakukan pada kegiatan penemuan pasien sehingga pengobatan dapat dilakukan


i i i i i i i i i

agar sembuh dan tidak menularkan penyakit pada orang lain. Kegiatan penemuan
i i i i i i i i i i i

suspek TB merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB dan


i i i i i i i i i i i

membutuhkan adanya pasien yang sadar akan keluhan gejala TB, akses terhadap
i i i i i i i i i i i

fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan yang kompeten dalam pemeriksaan
i i i i i i i i i i

gejala dan keluhan tersebut (Kemenkes, 2014).


i i i i i i

2.1.11 Strategi Penemuan


i i

Adapun strategi penemuan pasien TB menurut Kemenkes, 2019 adalah


i i i i i i i i

sebagai berikut:
i i

a. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok populasi i i i i i i i i

i terdampak TB dan populasi rentan i i i i

b. Upaya penemuan harus didukung dengan kegiatan promosi aktif, sehingga


i i i i i i i i

i terduga TB dapat ditemukan secara dini i i i i i

c. Petugas kesehatan bersama masyarakat melakukan penjaringan terduga i i i i i i

i pasien TB di fasilitas kesehatan didukung dengan promosi aktif.


i i i i i i i i

d. Mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan dengan i i i i i i

i melibatkan semua fasilitas kesehatan. i i i

e. penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap: i i i i i

1) kelompok khusus yang berisiko sakit TB dan rentan seperti pasien i i i i i i i i i

i HIV, Diabetes melitus dan malnutrisii i i i


13

2) kelompok yang rentan berada dilingkungan yang berisiko tinggi i i i i i i i

i terjadi penularan TB seperti Lapas, Penampungan pengungsi, i i i i i i

i daerah kumuh, tempat kerja, asrama dan panti jompo.


i i i i i i i

3) anak dibawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB


i i i i i i i i i

4) Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resistan obat. i i i i i i i i i

f. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengan gejala dan


i i i i i i i i

tanda yang sama dengan gejala TB dapat membantu meningkatkan


i i i i i i i i i

penemuan pasien TB di faskes, mengurangi terjadinya misopportunity dan


i i i i i i i i i

sekaligus meningkatkan mutu pelayanan.


i i i i

g. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring yang memiliki gejala


i i i i i i i i

seperti batuk lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan, demam, nafsu
i i i i i i i i i i i

makan menurut, sesak nafas dan batuk darah.


i i i i i i i

2.2 Tatalaksana Tuberkulosis di Era Pandemi


i i i i i

Tatalaksana TB di era pandemi menurut Kemenkes RI (2020) meliputi:


i i i i i i i i i

a. Tindakan Pencegahan i

Pasien TB tetap menjalani pengobatan sesuai anjuran dan mendapatkan


i i i i i i i i

masker bedah yang harus digunakan saat pasien kontrol ataupun menjalani
i i i i i i i i i i

aktivitas di luar agar tetap terlindungi dari paparan Covid-19.


i i i i i i i i i

b. Manajemen dan Perencanaan i i

Pemberian pelayanan TB meliputi pencegahan, diagnosis dan perawatan


i i i i i i i

yang berpusat pada pasien harus dipastikan terselenggara bersama dengan


i i i i i i i i i

upaya penanggulangan Covid-19.


i i i

Perencanaan dan pemantauan ketersediaan logistik untuk memastikan i i i i i i

pengadaan dan penyediaan obat-obatan TB dengan rantai distribusi obat-


i i i i i i i i i

obat harus dipastikan stok obat tercukupi sesuai kebutuhan dan dengan
i i i i i i i i i

penyesuaian jadwal pengobatan pasien.


i i i i

Penundaan kegiatan pengumpulan massa dan keterlibatan komunitas dalam


i i i i i i i

jumlah yang banyak seperti investigasi kontak, pelacakan kasus, grebek TB,
i i i i i i i i i i

dll dalam rangka penerapan social distancing.


i i i i i i

Perencanaan dalam pengelolaan program TB untuk penanganan TB dengan


i i i i i i i i

membuat:
i
14

1) Perencanaan kebutuhan obat dan logistik lainnya termasuk masker i i i i i i i

dengan mempertimbangkan kondisi yang terjadi


i i i i i

2) Penunjukan fasyankes rujukan TB RO sementara dan mapping yang i i i i i i i i

berbeda dengan fasyankes Covid-19


i i i i i

3) Mapping dan penunjukan faskes lain untuk layanan laboratorium i i i i i i i

dalam rangka diagnosis TB, jika jejaring yang lama harus dilakukan
i i i i i i i i i i

maka perlu adanya penyesuaian akibat penanganan Covid-19 di


i i i i i i i i

wilayah tersebut
i i

4) Rencana pemantauan
i i pengawas minum
i i obat pasien
i TB
i

menggunakan teknologi digital atau nomer WA, hotline sesuai


i i i i i i i i

dnegan kemampuan setempat


i i i i

5) Mapping dalam ikut serta komunitas setempat dalam pendampingan i i i i i i i

pasien.
i

c. Sumber Daya Manusia i i

Dokter spesialis dan dokter yang sudah terlatih TB serta petugas lainnya
i i i i i i i i i i

menjadi tenaga kesehatan yang memberikan tatalaksana bagi pasien dengan


i i i i i i i i i

komplikasi paru akibat Covid-19 dan harus mengikuti pedoman pencegahan


i i i i i i i i i

dan pengendalian infeksi dari kemenkes tentang pengobatan suportif dan


i i i i i i i i i

upaya mengurangi penyebaran Covid-19.


i i i i i

d. Perawatan dan Pengobatan i i

Pemberian OAT pada pasien TB dapat diberikan untuk periode tertentu


i i i i i i i i i

sehingga stok OAT yang disediakan harus memadai. Prinsip yang


i i i i i i i i i

dianjurkan adalah Pengobatan TB tetap berjalan tanpa pasien harus sering


i i i i i i i i i i

ke fasyankes TB untuk mengambil obat.


i i i i i i

Pemantauan pengobatan dilakukan dengan media elektronik dengan metode


i i i i i i i

non tatap muka dna pemanfaatan teknologi dapat digunakan untuk kegiatan
i i i i i i i i i i

dukungan pasien, pemberian KIE, perawatan, manajemen informasi,


i i i i i i i

pengingat jadwal kontrol/lab follow up dan manfaat lainnya.


i i i i i i i i

Pembuatan Hotline pelayanan TB untuk tetap menjaga Social Distancing


i i i i i i i i

dan menghindari tempat yang dikunjungi banyak orang.


i i i i i i i
15

2.2.1 Penemuan Kasus Selama Pandemi Covid-19


i i i i i i

Kegiatan penemuan kasus dan investigasi kontak selama pandemi berbeda


i i i i i i i i

dengan penemuan kasus seperti sebelum pandemi. Adapun kegiatan yang dilakukan
i i i i i i i i i i

selama pandemi menurut Kemenkes RI (2020), yaitu sebagai berikut:


i i i i i i i i i

a. Melakukan sosialisasi terkait TB dan skrining TB dengan berbasis online i i i i i i i i i

i yang dibantu oleh kader komunitas


i i i i i

b. Edukasi serta informasi mengenai TB berbasis online dengan menggunakan


i i i i i i i i

i Handphone tanpa harus bertemu langsung dengan masyarakat, bahan i i i i i i i

i sosialisai berbentuk media KIE dengan media sosial seperti WhatsApp,i i i i i i i i

i Facebook, Youtube, Instagram, dll. i i i

c. Menyediakan form skrining. Masyarakat melakukan skrining mandiri i i i i i i

i (TBC) dengan mengisi link skrining online (google form), setelah diisi oleh
i i i i i i i i i i

i masyarakat kemudian data dikelola oleh tim implementer untuk proses i i i i i i i i

i tindaklanjut rujukan hingga pemeriksaan dari orang yang bergejala TB. i i i i i i i i

2.3 Kader TB ILS (Inisiatif Lampung Sehat)


i i i i i i

2.3.1 Definisi i

ILS (Inisiatif Lampung Sehat) adalah komunitas yang fokus untuk


i i i i i i i i

membantu pencegahan dan pengendalian angka penderita penyakit menular,


i i i i i i i i

khususnya Tuberkulosis. Kegiatan ILS seperti penyuluhan, penemuan kasus,


i i i i i i i i

pendampingan pasien, dan investigasi kontak. ILS sendiri secara resmi berdiri sejak
i i i i i i i i i i i

2 september 2020, yang sebelumnya merupakan TB Aisyiyah.


i i i i i i i i i

Kader kesehatan menurut WHO yaitu laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
i i i i i i i i i i

masyarakat dengan tempat-tempat memberi pelayanan kesehatan. Kader


i i i i i i i

merupakan anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat yang mampu
i i i i i i i i i i i

bekerja dalam kegiatan kemasyarakatan secara sukarela (Kemenkes, 2018). Kader


i i i i i i i i i

TB yaitu warga setempat yang secara sukarela bersedia bekerja dan ikut serta dalam
i i i i i i i i i i i i i

pelatihan dan mengikuti kegiatan yang mendukung penanggulangan TB.


i i i i i i i i

2.3.2 Peran Kader TB ILS


i i i i

Kader TB ILS memiliki peran sangat penting dalam memberikan


i i i i i i i i

pendampingan di masyarakat. pendampingan yang dilakukan kader TB bertujuan


i i i i i i i i i
16

menurunkan angka pasien yang mangkir atau putus berobat, meningkatkan


i i i i i i i i i

kesembuhan dan penemuan kasus TB di wilayah kota Bandar Lampung juga


i i i i i i i i i i i

menghilangkan
i asumsi
i i negatif masyarakat
i yang
i menghambat
i i proses
penanggulangan TB.
i i

Menurut buku pedoman pelatihan kader TB, adapun peran kader dalm
i i i i i i i i i

penanggulangan TB adalah mengatasi masalah TB diwilayahnya, dengan upaya-


i i i i i i i i i

upaya sebagai berikut:


i i

a. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dalam program i i i i i i i

i TB
b. Pembinaan masyarakat
i mengenai
i bahaya
i TB
i dan
i i pentingnya
i penanggulangan TB secara bersama, serta menghilangkan stigma i i i i i i

i diskriminasi akibat TB i i

c. Membantu menemukan kasus TB dan mendampingi pasien TB


i i i i i i i

d. Membentuk dan mengelola komunitas masyarakat peduli TB i i i i i i

e. Ikut serta dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam rangka


i i i i i i i i

i memberikan ususlan program dan penganggaran TB dari dana pemerintah


i i i i i i i i

i (Kemenkes RI, 2018) i i

Adapun peran kader dalam mendukung penemuan kasus adalah


i i i i i i i

melakukan kegiatan dalam penyuluhan dan investigasi kontak. Penyuluhan


i i i i i i i i

yang dimaksud yaitu:


i i i i

a. Sosialisasi, edukasi, dan penyuluhan terkait TB di masyarakat


i i i i i i i

b. Melakukan skrining gejala TB di masyarakat i i i i i

c. Merujuk terduga TB ke fasilitas kesehatan


i i i i i i

d. Memotivasi terduga TB untuk melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan


i i i i i i i i

(Kemenkes RI, 2018)


i i i

Kegiatan dalam investigasi kontak yang dapat dilakukan yaitu sebagai


i i i i i i i i

berikut:
i

a. Melakukan skrining terhadpa kontak sekitar kasus indeks


i i i i i i

b. Menemukan terduga TB disekitar kasus indeks i i i i i

c. Memberikan edukasi tentang TB secara komprehensif ke semua kontak


i i i i i i i i
17

d. Merujuk terduga TB ke fasyankes


i i i i

e. Merujuk kontak anak 5 tahun


i i i i

f. Mendampingi kontak lansia terduga TB i i i i

g. Melaporkan kegiatan investigasi kontak sesuai dengan formulir yang


i i i i i i i

tersedia ke petugas kesehatan (Kemenkes RI, 2018)


i i i i i i i

Peran Kader dlaam melakukan pendampingan pasien TB yaitu sebagai


i i i i i i i i

berikut:
i

a. Memastikan adanya Pengawas Minum Obat (PMO) bagi pasien TB


i i i i i i i i

b. Melakukan edukasi TB kepada pasien TB


i i i i i

c. Memantau kepatuhan berobat berkoordinasi dnegan PMO


i i i i i

d. Memotivasi pasien TB untuk menjalani pengobatan


i i i i i

e. Mengingatkan pasien TB untuk pengambilan obat dan pemeriksaan dahak


i i i i i i i i

sesuai jadwal ke fasyankes


i i i i

f. Memfasilitasi pasien yang mengalami keluhan efek samping obat ke


i i i i i i i i

fasyankes
i

g. Memantau perkembangan pengobatan pada pasien TB


i i i i i

h. Memantau pemberian pengobatan pencegahan pada anak balita (Kemenkes,


i i i i i i i

2018).
i

2.4 Epidemiologi Tuberkulosis


i i

Tuberkulosis menjadi penyakit pertama dengan rata-rata kematian 4000


i i i i i i i

perhari (WHO, 2020). Ketidakseimbangan antara Agen, Pejamu dan Lingkungan


i i i i i i i i i

dapat digambarkan sebagai berikut:


i i i i

Gambar 2.1 i

Ketidakseimbangan Agen, Pejamu dan Lingkungan i i i i i

Sumber: Irwan (2017)


i i
18

Keadaan yang saling mempengaruhi antara agen penyakit, manusia dan


i i i i i i i i

lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain
i i i i i i i i i i

sehingga memudahkan agen penyakit secara tidak langsung maupun langsung ke


i i i i i i i i i i

dalam tubuh manusia.


i i i

a. Agen i

Penyebab utama terjadinya penyakit TB yaitu:


i i i i i

a) Kuman TB yang dorman i i i

b) Infeksi laten kuman TB i i i

c) TB yang aktif i i

d) Kuman yang resisten obat TB i i i i

e) Vaksinasi BCG bukan jaminan (faktor daya tahan tubuh dan i i i i i i i i

penyimpanan vaksin)
i i

b. Host
Faktor penunjang terjadinya penyakit yaitu:
i i i i

a) Daya tahan tubuh i i

b) Gaya hidup (perilaku) i i

c) Tidak patuh minum obat i i i

d) Psikis/stress
c. Environment (Lingkungan) i

Lingkungan internal berasal dari tubuh manusia sendiri dan bersifat


i i i i i i i i

dinamis dan homeostatis, sedangkan eksternal berpengaruh


i i i i i i

terjadinya penyakit TB
i i i

a) Lingkungan fisik (kondisi rumah, lembab, kurang cahaya i i i i i i

matahari)
i

b) Lingkungan sosial i i (stigma masyarakat, i i mengucilkan


penderita TB, ketidakpedulian lingkungan sekitar, peran
i i i i i i

kader)
i

c) Kepedulian pemerintah (ketersediaan obat yang gratis, alat- i i i i i i

alat diagnosis, penemuan kasus TB dan asuransi kesehatan)


i i i i i i i

d) Pengawas minum obat (keluarga, tetangga, kader) i i i i i

e) Kelompok saling mendukung. i i


19

2.5 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan penemuan suspek TB


i i i i i i i

2.5.1 Teori Prilaku


i i

Prilaku merupakan aktivitas yang muncul karena adanya dorongan atau


i i i i i i i i

tujuan yang merupakan fungsi dari interaksi individu dengan lingkungannya yang
i i i i i i i i i i

dapat mempengaruhi kinerja. Peran dan dampak dari apa yang telah dilakukan
i i i i i i i i i i i

sebagai anggota organisasi jika prilaku organisasi baik akan meningkatkan kinerja
i i i i i i i i i i

dimana kinerja merupakan hasil pencapaian dari tujuan yang telah direncanakan.
i i i i i i i i i i

Menurut Gibson (1997) ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan
i i i i i i i i i i i

kinerja yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.


i i i i i i i i i i

a. Variabel Individu i

Menurut Robbins dan Judge (2013) Perilaku Individu meliputi


i i i i i i i

i karakteristik biografis, kemampuan, kepribadian dan pembelajaran. i i i i i

i Karakteristik biografis seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan


i i i i i i i i

i masa kerja juga kemampuan, pembelajaran, persepsi dan lain-lain. Sub


i i i i i i i i

i variabel kemampuan dan ketrampilan adalah faktor yang paling


i i i i i i i

i mempengaruhi kinerja individu. i i

1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah seseorang i i i i i i

melakukan suatu penginderaan terhadap suatu objek tertentu dari


i i i i i i i i

pengalaman. perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan


i i i i i i i

akan lebih berkualitas (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan pada


i i i i i i i

kader didapatkan dari pelatihan dan pengalaman masa kerja.


i i i i i i i i

Pengetahuan yang didapatkan dipengaruhi oleh faktor internal dan


i i i i i i i i

faktor eksternal. Faktor internal seperti pendidikan, pekerjaan dan


i i i i i i i i

umur. sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan, sosial


i i i i i i i i

budaya dan ekonomi.


i i i

Pengetahuan memiliki enam tingkatan dalam cakupan i i i i i

domain kognitif menurut Notoatmodjo, 2008 yaitu sebagai berikut:


i i ii i i i i i

1. Tahu (Know) : Mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari


i i i i i i i i

keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah


i i i i i i i i

diterima.
i i
20

2. Memahami (Comprehension): Mampu menjelaskan secara benar i i i i i

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan


i i i i i i i

materi tersebut secara benar.


i i i i

3. Aplikasi ( application): Kemampuan untuk menggunakan materi i i i i i

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).


i i i i i i i i i

4. Analisis ( analysis): Mampu untuk menjabarkan materi atau suatu


i i i i i i i

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu


i i i i i i i i i

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


i i i i i i i i i

5. Sintesis ( syntesis): Menunjukkan kepada suatu kemampuan i i i i i

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam


i i i i i i i

suatu bentuk keseluruhan yang baru.


i i i i i

6. Evaluasi ( evaluation): Kemampuan untuk melakukan justifikasii i i i i

atau terhadap suatu materi atau obyek.


i i i i i i

Menurut Penelitian Ida, Lintang dan Mateus (2018), i i i i i i

Pengetahuan petugas P2TB kurang baik mengenai metode promosi


i i i i i i i i

kesehatan, sebagian besar hanya mengetahui beberapa promosi


i i i i i i i

kesehatan seperti ceramah, diskusi, wawancara, penyuluhan,


i i i i i i

bincang bersama dan metode papan. sedangkan pengetahuan


i i i i i i i

mengenai metode permainan simulasi (3,3%) dan bola salju (6,7%).


i i i i i i i i i i

2) Tingkat Pendidikan i

Pendidikan merupakan salah satu unsur yang menentukan i i i i i i

pengalaman seseorang baik dalam ilmu pengetahuan maupun


i i i i i i i

kehidupan sosial (Notoatmodjo, 2003). Menurut Penelitian Prihati GS,


i i i i i i i i

dkk (2020).
i i i i kader yang memiliki pendidikan tinggi (universitas /
i i i i i i

perguruan tinggi) memiliki motivasi yang lebih baik (OR = 36.957; 95%
i i i i i i i i i i i

CI: 2.389-571.805; p=0.010).


i i i

3) Pelatihan
Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan i i i i i i

pengetahuan , sikap dan keterampilan petugas dalam pengembangan


i i i i i i i i

mutu dan kinerja petugas. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan


i i i i i i i i

kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok.


i i i i i i i

Menurut Depkes RI (2008), Konsep pelatihan dalam program TB


i i i i i i i i i
21

terdiri dari pendidikan/ pelatihan sebelum bertugas (Pre-service


i i i i i i i

training) dengan memasukkan materi program penanggulangan TB


i i i i i i i

strategi DOTS dalam kurikulum instansi pendidikan tenaga


i i i i i i i

kesehatan, lalu pelatihan dalam menjalankan tugasnya (in service


i i i i i i i i

training) berupa pelatihan dasar. Sedangkan pelatihan ulangan


i i i i i i i

(retraining), merupakan pelatihan formal yang dilakukan pada


i i i i i i i

peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya tetapi masih


i i i i i i i i

ditemukan banyak masalah dalam kinerjanya, dan tidak cukup hanya


i i i i i i i i i

dilakukan melalui supervisi. Pelatihan di tempat tugas/refresher (on


i i i i i i i i

the job training), dimana telah mengikuti pelatihan sebelumnya


i i i i i i i i

tetapi masih ditemukan masalah dalam kinerjanya, dan cukup diatasi


i i i i i i i i i

dengan supervisi. Pelatihan lanjutan (Advance training) merupakan


i i i i i i i

pelatihan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan


i i i i i i

program yang lebih tinggi dengan materi berbeda dari pelatihan


i i i i i i i i i

dasar.
i i

Berdasarkan penelitian Aprilia, Afnal dan Budi (2019) i i i i i i

Proses keterampilan seseorang yang telah dilalui dengan pendidikan


i i i i i i i i

formal agar dapat sesuai dengan tugasnya sehingga adanya


i i i i i i i i

peningkatan kualitas kerja disebut pelatihan. Dari penelitian ini


i i i i i i i i

didapatkan dari 26 responden yang baik dalam mengikuti pelatihan


i i i i i i i i i

TB terdapat 1 responden yang sudah mencapai target dan 25


i i i i i i i i i i

responden belum mencapai target dan 14 responden yang kurang


i i i i i i i i i

mengikuti pelatihan terdapat 6 yang sudah tercapai target penemuan


i i i i i i i i i

kasus TB dan 8 responden yang tidak mencapai target penemuan


i i i i i i i i i i

kasus sehingga terdapat pengaruh pelatihan dengan penemuan


i i i i i i i

kasus.
i

b. Variabel Organisasi
i

Variabel i organisasi i terdiri i dari sub


i i variabel sumber
i daya,
i

kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.


i i i i i i

1) Masa Kerja i

Masa kerja dalam penemuan kasus ini juga berhubungan


i i i i i i i

dengan pengalaman dan keterampilan kader dalam melakukan


i i i i i i i
22

tugasnya dan juga masa kerja ikut menentukan hasil kerja seseorang
i i i i i i i i i i

ketika menghadapi suatu pekerjaan atau persoalan yang dihadapi


i i i i i i i i

dengan percaya diri maka kualitas kerja akan semakin baik


i i i i i i i i i

(Ratnasari D, 2015).
i i i i

2) Penemuan Suspek TB i i

Penemuan penderita TB merupakan langkah awal dalam i i i i i i

kegiatan program penanggulangan TB. Penjaringan suspek TB


i i i i i i i

dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Penemuan Suspek TB


i i i i i i i i i

didukung dengan penyuluhan secara aktif di pelayanan kesehatan


i i i i i i i i

melalui pemeriksaan terhadap kontak pasien TB yang serumah dan


i i i i i i i i i

menunjukkan gejala yang sama dengan pemeriksaan dahak (Depkes,


i i i i i i i i

2008).
i

Penelitian yang dilakukan Nuraisya, Mateus dan Lintang i i i i i i

(2018) tentang gambaran faktor yang terkait dengan penemuan


i i i i i i i i

kasus TB paru di Kabupaten Batang berdasarkan karakteristik,


i i i i i i i i

kinerja petugas dan fasilitas laboratorium puskesmas, yang


i i i i i i i

menentukan adanya penemuan kasus TB adalah dengan adanya


i i i i i i i i

penjaringan suspek TB.


i i i

c. Variabel Psikologi
i

Variabel psikologi terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian,


i i i i i i i i

belajar dan motivasi. variabel ini lebih banyak dipengaruhi oleh


i i i i i i i i i

demografis, sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, dn belajar sangat


i i i i i i i i i

sulit untuk di ukur.


i i i i

1) Motivasi
Motivasi merupakan sebuah proses yang menjelaskan i i i i i

intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan


i i i i i i i i i

dan motivasi dalam perilaku dengan tujuan organisasi untuk


i i i i i i i i

mencerminkan suatu hubungan dengan pekerjaan (Robbins S,


i i i i i i i

2013).
i i

Menurut Herzberg mengembangkan teori hierarki kebutuhan i i i i i

Maslow menjadi dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu


i i i i i i i i i

dinamakan sebagai berikut :


i i i i
23

1. Faktor pemuas (motivation factor): Faktor ini disebut dengan


i i i i i i i

i satisfier atau intrinsic motivation yang berarti bersumber dari


i i i i i i i

i dalam diri seseorang. Faktor ini juga sebagai pendorong


i i i i i i i

i seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri


i i i i i i i

i seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain seperti :


i i i i i i i

a) Prestasi yang diraih (achievement): Merupakan dayai i i i i

penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang,


i i i i i i

karena
i ini
i akan
i mendorong
i i seseorang untuk
i

mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua


i i i i i

kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai


i i i i i i i

prestasi tinggi, asalkan diberikan kesempatan


i i i i i

b) Tanggung i jawab (responbility):


i Merupakan
i i daya
penggerak yang memotivasi sehingga bekerja hati-hati
i i i i i i

untuk bisa menghasilkan produk dengan kualitas istimewa


i i i i i i i

c) Kepuasan kerja itu sendiri (the work it self): Merupakan i i i i i i i i

teori yang disebut teori tingkat persamaan kepuasan (the


i i i i i i i i

stady-state theory of job statisfation) mengemukakan


i i i i i i

bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor penentu


i i i i i i i

stabilitas kepuasan kerja.


i i i

2. Faktor pemelihara (maintenance factor): Faktor ini disebut


i i i i i i

i dengan disatisfier atau extrinsic motivation. Faktor ini juga


i i i i i i i

i disebut dengan hygene factor merupakan faktor-faktor yang


i i i i i i

i sifatnya eksintrik yang berarti bersumber dari luar diri


i i i i i i i

i seseorang.
Penelitian Ita dan Auly (2019) bahwa dari 47 orang kader
i i i i i i i i i

menunjukkan adanya hubungan faktor motivasi dengan peran kader.


i i i i i i i i

2) Sikap
Sikap adalah kondisi mental yang dipelajari dan diorganisasi melalui
i i i i i i i i

pengalaman, menghasilkan pengaruh spesifik pada reaksi atau


i i i i i i i

respon seseorang terhadap orang lain, objek, situasi yang


i i i i i i i i

berhubungan sikap juga merupakan penentu dari sebuah perilaku


i i i i i i i i
24

karena keduanya berhubungan dengan kepribadian, perasaan, dan


i i i i i i i

motivasi (Ivancevish J, 2006).


i i i i i

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2008):


i i i i i i i

1. Menerima (receiving): Menerima bisa berarti bahwa orang i i i i i i

(subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan


i i i i i i i

(obyek). Terdiri dari :


i i i i

a) Awareness : mengamati, menyadari dan merasakan yang diartikani i i i i i i

sebagai mengindra.
i i

b) Willingness to Receive : bersedia menerima dan bertoleransi. i i i i i i i

c) Controlled or Sellected attention : membedakan, menyisihkan, i i i i i i

memisah, memilih, mengeksklusifkan dari yang lain.


i i i i i i

2. Merespon (responding): Memberikan jawaban apabila ditanya,


i i i i i

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah


i i i i i i i

suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab


i i i i i i i i i

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas


i i i i i i i

pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima
i i i i i i i i i i

ide tersebut. Terdiri dari:


i i i i

a) Aquiescence in responding : tunduk, menurut, mengikuti langkah. i i i i i i i

b) Willingness to respond: memberikan respon dengan sukarela i i i i i i

tanpa merasa dipaksa.


i i i

c) Satisfaction in Response : melakukan kegiatan sebagai respon i i i i i i i

disertai dengan senang hati.


i i i i

3. Menghargai (valuing): Mengajak orang lain untuk mengerjakan i i i i i i

atau mendiskusikan dengan orang lain pada suatu masalah


i i i i i i i i

merupakan indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang kader


i i i i i i i i

mengajak masyarakat yang mengalami batuk lebih dari 3 minggu


i i i i i i i i i

dan mendiskusikan tentang gejala tuberkulosis adalah suatu bukti


i i i i i i i i

bahwa kader telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan


i i i i i i i i

masyarakat dalam penanggulangan TB, yang terdiri dari :


i i i i i i i i

a) Acceptance of a value : mengikat diri dengan suatu keyakinan i i i i i i i i i

(beliefs), banyak bertanya tentang keyakinan, mengidentifikasi


i i i i i i

keyakinan tersebut.
i i
25

b) Preference for a value : keyakinannya dengan aktif, i i i i i i i

i mendambakan keyakinan, bersedia mengorbankan waktu dan i i i i i

i tenaga, melakukan tindakan dengan sukarela.


i i i i

c) Commitment : menerima dengan penuh tanggung jawab serta i i i i i i i

i keyakinan yang benar, setia pada pilihannya, mau bekerja keras


i i i i i i i i

i untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dirinya.


i i i i i i

4. Organization
a) Conceptualization of a value : melakukan klarifikasi mengenai i i i i i i i

i makna dari keyakinannya, melihat hubungan dan membuat


i i i i i i

i generalisasi.
b) Organization i of i a value
i system
i i : mengurutkan
i dan
i

i mengorganisasikan keyakinannya sehingga menjadi sesuatu yang i i i i i

i konsisten dan harmonis. i i

5) Characterization By A Value Or Value Complex: Bertanggung


i i i i i i i i

i jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala


i i i i i i i i

i resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.


i i i i i i i

a) Generalized set : merespon sesuai dengan sistem nilai yang sudah i i i i i i i i i

i digeneralisasikan dan dijadikan landasan dalam berperilaku. i i i i i

b) Characterization : merespon secara konsisten sesuai dengan i i i i i i

i filsafat hidupnya yang telah dijadikan pegangan.


i i i i i

Berdasarkan penelitian Raissa RP tahun 2020 terdapat hubungan


i i i i i i i

antara sikap kader dalam penemuan kasus TB di Kabupaten Jember. Selain


i i i i i i i i i i i

itu juga Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Lite menyatakan ada


i i i i i i i i i i

hubungan yang signifikan antara sikap (p= 0,036) dengan peran kader dalam
i i i i i i i i i i i

penemuan kasus tuberkulosis (Hoko et al., 2019).


i i i i i i i
26

2.6 Penelitian Terkait

Tabel 2.4
Penelitian Terkait
No Judul Jurnal/penulis/tahun Metode Penelitian/populasi sampel/variabel, Hasil penelitian
desain
1 Faktor – Faktor Yang Berhubungan Deskriptif analitik, cross sectional, chi square 1. Ada Ikatan Antara Penataran pembibitan Aparat
Dengan Penemuan Kasus Tuberkulosis 40 Orang, Pemegang Program Tb, Petugas Tb Dengan Temuan Permasalahan Tb Paru Di
Paru Di Kota Bitung Surveilans, Petugas Laboratorium Dan Kader Puskesmas Area Kegiatan Biro Kesehatan Kota
Tb. Bitung.
Aprilia Tahumile, Afnal Asrifuddin, Pelatihan Tb, Pelacakan Suspek, Lama Bekerja,
Budi T Ratag Ketersediaan Laboratorium, Capaian Target 2. Ada Ikatan Antara Pencarian Suspek Tb Dengan
Jurnal Kesmas, Vol. 8, No. 7, Temuan Permasalahan Tb Paru Di Puskesmas Area
November 2019 Kegiatan Biro Kesehatan Kota Bitung.
3. Tidak Ada Ikatan Antara Ketersediaan Makmal Tb
Dengan Temuan Permasalahan Tb Paru Di
Puskesmas Area Kegiatan Biro Kesehatan Kota
Bitung

2 Knowledge, Behavior, and Role of Deskriptif dengan desain cross sectional, Sikap kandidat kesehatan Ditemui dengan cara
Health Cadres in The Early Detection menggunakan purpossive sampling 465 kader penting berkorelasi dengan kedudukan kandidat
of New Tuberculosis Case in Wonogiri dari 9 desa jumlah sampel 202 dalam penemuan dini TB terkini. permasalahan
Sosiodemografi, Pengetahuan, Perilaku, Peran dengan angka p 0, 039 (Ataupun 0, 121- 0, 946).
Nita Yunianti Ratnasari, Marni, Putri kader Kandidat kesehatan memainkan kedudukan berarti,
Halimu Husna Serta skrining aktif buat penemuan TB lebih efisien
KEMAS 15 (2) (2019) 235-240 dari skrining adem ayem. Penaksiran dini hendak
Jurnal Kesehatan Masyarakat pengaruhi kesuksesan program penyembuhan TB.
3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan observational analitik dengan metode Hasil riset dengan percobaan statistik membuktikan
Dengan Peran Kader Dalam Penemuan kuantitatif, chi square terdapat ikatan antara aspek wawasan dengan
Kasus Tuberkulosis Bta Positif Di Kader, 47 orang kedudukan kandidat (p=0, 042), terdapat ikatan
Kabupaten Magelang Pengetahuan, motivasi, sarana prasarana, sikap antara aspek dorongan dengan kedudukan kandidat
27

badan pelaksana, pengawasan dan bimbingan (p=0, 0001), tidak terdapat ikatan antara aspek
Ita Puji Lestari, Auly Tarmali tindakan tubuh eksekutif dengan kedudukan kandidat
Journal of Healthcare Technology and (p=0, 442), terdapat ikatan antara alat serta
Medicine Vol. 5 No. 1 April 2019 infrastruktur dengan kedudukan kandidat (p=0, 013),
Universitas Ubudiyah Indonesia e- terdapat ikatan antara aspek pengawasan serta
ISSN : 2615-109X pembinaan dari Puskesmas dengan kedudukan
kandidat (p=0, 001).
4 Factors affecting tuberculosis cadres’ Studi analitik observasional dengan cross Dari 59 kandidat, 37 (67, 2%) mempunyai dorongan
motivation in the detection of sectional. yang bagus. Penemuan permasalahan TB. Hasil
tuberculosis cases in Kediri City, 59 kader menggunakan total sampling analisa multivariat membuktikan kalau Terdapat 4
Indonesia Sosiodemografi (usia, gender, tingkat elastis bebas yang mempunyai federasi dengan
pendidikan) dorongan kandidat TB, tercantum umur,
Gita Sekar Prihanti, Eko Setyo Lama bekerja pembelajaran, profesi serta insentif. Kandidat yang
Herwanto, Galih Bayu Prakoso, Gusti Pekerjaan berumur 41- 60 tahun mempunyai Dorongan yang
Gandha Pandya, Pelatihan lebih bagus dibanding dengan 25- 40 tahun (OR= 31,
Cha Cha Astrid Ghesa, Hiolda insentif 49; 95% CI: 2. 373- 417. 907; p=0. 009), kandidat
Lubvianda Oktavin, Yulanda Fitriana Sikap yang mempunyai pembelajaran besar (universitas
Public Health and Preventive Pengetahuan atau akademi besar) mempunyai dorongan yang lebih
Medicine Archive (PHPMA) 2020, Motivasi bagus (OR= 36. 957; 95% CI: 2. 389- 571. 805; p=0.
Volume 8, Number 2: 134-139 010). Sebaliknya mereka yang tidak memperoleh
E-ISSN: 2503-2356 pengumpulan data menggunakan kuesioner insentif (OR=0. 100; 95% CI: 0. 013- 0. 758; p=0.
dengan 39 pertanyaan 026) serta mempunyai profesi (OR=0. 120; 95% CI:
0. 021- 0. 670; p=0. 016) mengarah tidak mempunyai
Dorongan yang baik
5 Kajian Literatur Faktor-Faktor yang Penelitian cross sectional Hasil amatan kesusastraan jurnal melaporkan kalau
Berhubungan dengan Peranan populasi dan sampelnya adalah kader kesehatan, ada ikatan yang penting antara wawasan, tindakan,
Kader Kesehatan dalam Penemuan dengan artikel kajian tidak lebih dari 10 tahun dorongan, pemberian insentif, pemberian penataran
Kasus TBC dan terdapat 6 artikel yang dikaji pembibitan serta sokongan petugas kesehatan dengan
andil kandidat dalam temuan permasalahan TB.
Aisyah Farrah Yusri Pratama
Journal of Health and Therapy,Volume
1 No. 1, 2021, 1-14
6 Faktor – faktor yang mempengaruhi Jenis penelitian ini merupakan penelitian Hasil dari riset menciptakan kalau 20 aparat (54, 1%)
pencapaian target CDR (case detection kuantitatif analitik dengan rancangan penelitian mempunyai sasaran CDR besar serta 17 aparat (45,
28

rate) oleh koordinator p2tb dalam cross sectional. 37 orang koordinator pemegang 9%) mempunyai sasaran CDR yang kecil. Hasil riset
Penemuan kasus di puskesmas kota program TB di puskesmas Kota Semarang. membuktikan kalau ada elastis terikat yang berkaitan
semarang pertanyaan (kuesioner), yaitu: dengan Wawasan (p= 0, 015), Dorongan (p= 0, 037),
pengetahuan, motivasi, Penataran pembibitan (p= 0, 014), Profesi Stress (p=
Yuniar syahrin vidyastari, dra. Emmy pelatihan,kepemimpinan, stress kerja, 0, 006).
riyanti, kusyogo cahyo komunikasi dan nilai komparatif.
Jurnal kesehatan masyarakat (e-
journal) Volume 7, nomor 1, januari
2019 (issn: 2356-3346)
Http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/
jkm
7 Impact of covid-19 on tb active case studi cross-sectional menggunakan program de- Terdapat penyusutan liberal tiap- tiap 63%, 64%,
finding in nigeria identified data yang diekstraksi dari aplikasi 73% serta 72% dalam kedatangan klinik, dugaan
CommCare untuk intervensi ini Pengenalan TB, permasalahan TB yang ditemukan
B. Odume, V. Falokun, O. Diadaptasi dan digunakan dalam pelatihan serta pengobatan penobatan buat campur tangan TB
Chukwuogo, C. Ogbudebe, S. Useni, petugas kesehatan. Surge ACF semenjak timbulnya virus corona;
N. Nwokoye, E. Aniwada, B. Olusola penyusutan seragam dicatat buat campur tangan
Faleye, I. Okekearu, D. Nongo,T. WoW. Analisa gaya membuktikan signifikan
Odusote,A. Lawanson penyusutan gaya buat kedua campur tangan buat
Public health action international seluruh variabel (P<0, 001)
union vol 10 no 4 publised 21
december 2020
8 Factors affecting tuberculosis case Metode kuantitatif berdasarkan hasil rekam Aspek yang mempengaruhinya semacam sarana yang
detection in Kersa District, South West medis dan kualitatif berdasarkan eksplorasi. 384 tidak mencukupi, minimnya SDM, perlengkapan lab,
Ethiopia sampel kualitatif dengan 18 deep interview, 4 penataran pembibitan, agunan kualitas lab. Jumlah
kepala HCS, 4 dokter, 4 petugas lab, 4 prtugas yang penting, 135 (35, 2%) suspek TB tidak dimohon
Desalegn Dabaro tb, 1 koordinator dan 1 kepala bidang kesehatan buat pengecekan mikroskopis pengecekan lendir,
J Clin Tuberc Other Mycobact Dis 9 hasil makmal 21 (8, 4%) penderita yang dimohon
(2017) 1–4 tidak terdaftar di kedua berkas penderita serta register
makmal. Cuma 10 (4, 4%) dari mereka yang ditilik
serta dicatat BTA positif. Partisipan melukiskan
kalau kekurangan serta bekal reagen kuat asam yang
tidak tertib serta prasarana yang tidak mencukupi,
seringnya kendala listrik, kekurangan fasilitator
29

layanan berpengalaman, kelengahan fasilitator


layanan, kelemahan sistem penjaminan kualitas
makmal serta adat pemakaian data kesehatan yang
kurang baik ialah aspek penting buat pengenalan
permasalahan kecil.
9 Pengembangan Kapasitas Kader Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan Melaksanakan pembelajaran kesehatan serta
Kesehatan dalam Penemuan Kasus kapasitas kader kesehatan dalam penemuan menolong kandidat kesehatan dalam mengonsep serta
Tuberkulosis pada Anak di Tengah kasus TB pada anak di tengah pandemi COVID- melaksanakan skrining TB dengan cara online buat
Pandemi Covid-19 19. menciptakan permasalahan TB pada anak.
Keseluruhan anak yang menjajaki skrining TB di 12
Windy Rakhmawati, Siti Yuyun area di Indonesia ialah sebesar 269 orang. Dari 269
Rahayu Fitri, Aat Sriati, Sri orang anak itu, ditemui 257 orang tidak beresiko TB,
Hendrawati 10 orang beresiko TB, serta 2 orang diklaim suspek
Media Karya Kesehatan: Volume 4 No TB.
1 Mei 2021
10 Implementasi Penemuan Kasus TB Penelitian ini menggunakan desain kualitatif Hasil riset membuktikan kalau standar serta target
Paru dalam Penanggulangan dengan jenis penelitian studi kasus. Informan kebijaksanaan nyata, kes¬iapan sumberdaya bagus,
Tuberkulosis di Puskesmas dipilih secara purposive sampling yang terdiri jumlah kandidat TB kurang, komunikasi serta
Karangmalang Kota Semarang dari 5 informan utama dan 4 informan koordinasi dampingi badan bagus, penyebaran data
triangulasi. Pengambilan data menggunakan terpaut Tuberkulosis pada warga kurang, belum
Siti Lutfiyah Ulfa, Mardiana wawancara mendalam kemudian data dianalisis terdapatnya SOP temuan permasalahan TB Paru,
IJPHN 1 (1) (2021) 31-41Indonesian data dan disajikan dalam bentuk narasi. uraian serta kemampuan para eksekutif sedang
Journal of Public Health and Nutrition kurang, serta kedudukan dan warga butuh
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ ditingkatkan.
IJPHN
11 Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Rancangan penelitian menggunakan Beberapa besar kandidat di Karang Mengembang
Kader sebagai Determinan Penemuan survei analitik dengan pendekatan Puskesmas mempunyai wawasan bagus ialah 19 (39,
Suspek crosssectional. 6%), mempunyai tindakan positif ialah 32 (66, 7%),
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Populasi dalam penelitian ini serta dorongan kecil sebesar 31 (64, 6%). Terdapat
Puskesmas Karang Mekar Kota adalah semua kader TB Paru di Wilayah ikatan antara wawasan kandidat (p- value= 0, 019 0,
Banjarmasin Tahun 2019 Kerja Puskesmas Karang Mekar Kota 05), dorongan (p- value= 0, 04 0, 05) buat temuan
Banjarmasin yang berjumlah 48 kader. suspek TB paru di area kegiatan warga Karang
Agatha Kusuma Wardani, Asrinawaty, Pengambilan sampel menggunakan total Mengembang Puskesmas Banjarmasin. Tidak
Norfai sampling. Instrumen menggunakan
30

Jurnal Kesehatan Indonesia (The kuesioner dengan teknik wawancara. terdapat ikatan antara tindakan kepada temuan suspek
Indonesian Journal of Health), Vol. X, Analisis data menggunakan uji statistik TB paru di area kegiatan Puskesmas Karang
No. 3, Juli 2020 chisquare Mengembang Center di Banjarmasin (p- value= 0,
473 < 0, 05).
12 Hambatan penemuan suspek TB Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif Hasil riset membuktikan kalau hambatan dalam
ditinjau dari faktor personal di dengan menggunakan pendekatan menciptakan terdakwa badan Federasi TB dari
kabupaten probolinggo Jawa Timur fenomenology. metode wawancara terstruktur bidang wawasan ditemui kalau pada biasanya
pada 20 partisipan kader TB wawancara kandidat telah mengenali mengenai TB namun
Ro’isah Ayu, Anies, M. Sakundarno berlangsung selama 50-60 menit. Analisis wawasan mengenai metode pengeluaran lendir
Adi, Nurjazuli dilakukan secara manual dengan menggunakan sedang kurang. Dari bidang karakter, telah terdapat
Jurnal kesehatan analisis konten. Transkripsi dibaca 2-3 kali komunikasi terbuka yang menarangkan mengenai TB
https://jurkes.polije.ac.id Vol. 8 No. 2 untuk mengidentifikasi data fokus pada pada warga, tetapi TB sedang dikira selaku perihal
Agustus 2020 Hal 118-123 P-ISSN : penelitian ini yaitu hambatan dalam penemuan yang seram buat dideklarasikan. Warga tidak
2354-5852 | E-ISSN 2579-5783 suspek TB oleh kader yaitu dari faktor mempunyai pemahaman serta merasa malu buat
pengetahuan, kepribadian, self efficacy, periksakan penyakitnya.
komunikasi dan insentif motivation.
13 A Description of Cadre Motivation of Jenis penelitian ini adalah observasional analitik Hasil riset membuktikan kalau kandidat mengarah
Community TB-HIV Care Aisyiyah in dengan pendekatan cross sectional. Objek dari melaksanakan profesi dengan ikhlas. Tetapi, terdapat
Sukoharjo and Sragen District Penelitian ini adalah seluruh kader Komunitas ikatan antara opini mengenai reward yang menarik
TB-HIV Care Aisyiyah di Sragen dan dengan pendapatan sasaran temuan suspek TB.
Mitoriana Porusia, Desy Aulia Abshor Sukoharjo. Datanya adalah Reward berbentuk duit mengarah jadi dorongan buat
In Proceedings of the 1st International dianalisis melalui deskripsi dan uji Exact Fisher. menggapai sasaran TB penemuan terdakwa. Oleh
Conference on Social Determinants of Dengan menggunakan metode total sampling, sebab itu, dianjurkan supaya badan penting warga
Health (ICSDH 2018), pages 20-23 penelitian ini mengambil 77 responden. bisa melangsungkan aktivitas rutin pertemuan
ISBN: 978-989-758-362-9 pengukuran instrumen yang digunakan adalah pengajian buat menyehatkan dorongan kandidat serta
angket yang berisi alasan, motivasi masing- memikirkan buat tingkatkan apresiasi buat
masing kader, dan target tersangka TBC. menghormati kandidat menggapai sasaran temuan
suspek TB.
14 Faktor Yang Berperan Terhadap Desain ini Penelitian ini merupakan penelitian Analisa informasi dicoba oleh analisa univariat,
Keaktifan Kader Kesehatan Dalam survei analitik dengan desain cross sectional. bivariat, serta multivariat. Percobaan statistik yang
Penemuan Kasus Terduga Penderita Tb Penelitian ini adalah dilakukan di Wilayah dipakai merupakan chi- square percobaan serta
Paru Kerja Puskesmas Siatas Barita Kabupaten regresi peralatan. Hasil percobaan chi- square
31

Tapanuli Utara dari bulan Mei sampai Juni 2021 membuktikan kalau elastis wawasan, tindakan,
Rosinta MM Hutabarat, Achmad Rifai, dengan sampel sebanyak 80 orang. dorongan, serta monitoring p- value= 0, 000&lt; 0,
Tengku Moriza 05, maksudnya terdapat akibat antara wawasan,
tindakan, dorongan, serta pengontrolan kandidat
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 5, kegiatan. mempengaruhi dalam riset ini merupakan
No. 2, Juli 2022 elastis dorongan. Akhirnya merupakan terdapat ialah
ISSN 2614-4719 akibat perantara. terdapat akibat antara wawasan,
tindakan, dorongan, serta pengawasan kepada
aktivitas kandidat, sebaliknya analisa multivariat
membuktikan bahwa Aspek yang sangat berkuasa
merupakan elastis dorongan kepada kegiatan
kandidat. Direkomendasikan pada Biro Kesehatan
Kabupaten buat tingkatkan gelombang pengawasan
serta pemantauan penerapan program pengaturan TB
paru di area puskesmas, spesialnya kandidat
kesehatan yang aktif serta berkepanjangan. 66.
15 Tuberculosis Case Finding Practice: Penelitian cross sectional melibatkan kader yang Hasil riset membuktikan kalau 3 aspek ialah
The Intention Of Cadres aktif bertugas di komunitasnya di wilayah tindakan, norma individual, serta pengawasan sikap
yurisdiksi Puskesmas di salah satu kabupaten di yang dialami mempengaruhi kepada hasrat aplikasi
Agnes Pude Lepuen, Cicilia Nony Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Sampel temuan permasalahan TB oleh kandidat. Fasilitator
Ayuningsih Bratajaya, Sada Rasmada potensial dihitung dengan menggunakan tabel layanan kesehatan warga wajib mendesak kandidat
Krejcie dari 283 populasi kader. Sehingga total buat mempraktekkan temuan permasalahan TB aktif
Jurnal Keperawatan Indonesia, 2020, sampel dalam penelitian ini sebanyak 162 serta menguasai khasiat serta bobot yang dialami
23 (2), 128–135 © Jki 2020 Doi: partisipan. kandidat sepanjang temuan permasalahan TB.
10.7454/Jki.V23i2.1050 Pissn 1410-
4490; Eissn 2354-9203 Received Pengumpulan data dilakukan dengan
August 2019; Accepted April 2020
menggunakan Intention of TB Case Finding
Questionnaire yang dikembangkan berdasarkan
Theory of Planned Behavior
16 The factors that related to the success Penelitian ini menggunakan desain deskriptif- Terdapat ikatan wawasan dengan temuan
of Tuberculosis cadres in tuberculosis analitik dengan pendekatan cross sectional. permasalahan TB (p= 0, 027), konseling (p= 0, 001),
case finding Sampel yang digunakan adalah 30 kader TB. serta penataran pembibitan (p= 0, 001), ketersediaan
32

Variabel bebas adalah faktor predisposisi: sarana kesehatan (p= 0, 004), apresiasi (p= 0, 001),
Tintin sukartini, sri wahyuni, pengetahuan dan sikap, faktor pendukung: serta warga sokongan (p= 0, 002). Tidak terdapat
makhfudli penyuluhan, pelatihan, dan ketersediaan fasilitas ikatan yang ditemui antara tindakan serta temuan
Systematic review in pharmacy vol 11 kesehatan, faktor penguat: manfaat dan permasalahan (p= 0, 400). Beberapa besar kandidat
issue 5, May-June 2020 dukungan masyarakat, dan variabel terikat berpendidikan mempunyai wawasan yang besar kalau
adalah penemuan kasus TB. Instrumen yang kedudukan kandidat dalam temuan permasalahan bisa
digunakan adalah angket dan dianalisis tingkatkan kesuksesan program TB serta tingkatkan
menggunakan uji regresi logistik. wawasan warga buat independensi dalam pengaturan
TB.
17 Analisis Faktor yang berhubungan Desain Penelitian Ini Adalah Observasional Hasil riset membuktikan bahwa
dengan kinerja kader kesehatan Cross-Sectional Deskriptif. Sampel Dalam Sebesar 64. 6% kandidat mempunyai kemampuan
tuberkulosis di kabupaten kuningan Penelitian Ini Adalah 65. Data Diperoleh yang kurang bagus. Hasil percobaan anggapan
pada saat pandemi Covid-19 tahun Dengan Teknik pengambilan data total membuktikan ada ikatan antara kemampuan dengan
2020 sampling, Instrumen menggunakan kuesioner. baya (P=0. 003), era kegiatan (P=0. 001), dorongan
(P=0. 010) serta tindakan (P=0. 001). Setelah itu
Sultonnur Rosid, Fitri Kurnia, Fuad tidak ada ikatan yang penting antara kemampuan
Hilmi dengan status profesi (P=0. 375) serta pembelajaran
(P=0. 098). Tidak terdapat ikatan antara baya,
pembelajaran serta status profesi dengan Kemampuan
Journal Of Public Health Inovation
kandidat. Terdapatnya ikatan antara era kegiatan,
Vol. 02. No. 01, Desember 2021
dorongan serta tindakan dengan kemampuan kandidat
kesehatan. Butuh dicoba perawatan serta memotivasi
kandidat kesehatan supaya bisa tingkatkan
kinerjanya, semacam penyegaran wawasan kandidat.
18 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian Analitik Observasional Menggunakan Hasil riset ini merupakan: ada ikatan yang positif
Keaktifan Kader Kesehatan Dalam Desain Korelasional. Penelitian Dilaksanakan serta penting antara tindakan dengan aktivitas
Penemuan Kasus Tuberkulosis Di Bulan Mei – Juni 2018 Di Kelurahan Sonorejo kandidat kesehatan dalam temuan permasalahan TB
Kelurahan Sonorejo Sukoharjo Sukoharjo. Jumlah Subjek Penelitian Yang (p= 0. 05, OR= 4. 5), ada ikatan antara area keluarga
Digunakan Sejumlah 66 Subjek Dengan Teknik dengan aktivitas kandidat kesehatan dalam temuan
Novi Indah Aderita, Erna Zakiyah Pengambilan Subjek Fixed Disease Sampling. permasalahan TB (p= 0. 00, OR= 27. 2). Hasil
Teknik Pengumpulan Data Menggunakan membuktikan kalau tindakan yang positif serta area
Ijms – Indonesian Journal On Medical Kuesioner. Analisis Data Menggunakan Uji keluarga yang bagus tingkatkan aktivitas kandidat
Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019
33

Regresi Logistic Ganda. dalam usaha temuan permasalahan TB. Kerjasama


antara kandidat kesehatan dengan daya kesehatan
dibutuhkan dalam temuan permasalahan TB di
masyarakat
19 Gambaran Penemuan Kasus Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif Dari 35 aparat kesehatan ada 1 aparat P2TB (8, 3%)
Tuberkulosis Paru Oleh dengan desain cross sectional. Penelitian ini serta 1 aparat makmal (8, 3%) yang mempunyai
Petugas Puskesmas Di Kabupaten dilaksanakan di 12 Puskesmas se-Kabupaten tingkatan pembelajaran SMA. Beberapa besar aparat
Sukoharjo Sukoharjo. Populasi penelitian ini adalah P2TB (91, 7%), aparat makmal (16, 7%) serta dokter
seluruh petugas P2TB, petugas laboratorium (100, 0%) memiliki riwayat penataran pembibitan
Wana Wandhana Putri, Martini, dan dokter BP puskesmas se-Kabupaten kurang dari 2 kali. Anggapan insentif aparat P2TB
Mateus Sakundarno Adi, Lintang Dian Sukoharjo. Sampel pada penelitian ini sebanyak (33, 3%), aparat makmal (58, 3%) serta dokter dalam
Saraswati 35 responden dengan penarikan sampel jenis kurang (45, 5%). beberapa besar aparat
Jurnal Kesehatan Masyarakat (E- menggunakan metode total sampling. Analisis mempunyai anggapan bobot kegiatan berat ialah 41,
Journal) data yang dilakukan yaitu analisis univariat dan 7% pada P2TB, 63, 6% pada dokter serta 50, 0%
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 berupa tabel distribusi frekuensi. pada aparat makmal. Aplikasi temuan permasalahan
(Issn: 2356-3346) yang mencakup penjaringan suspek (58, 3% serta 63,
Http://Ejournal3.Undip.Ac.Id/ 6%), pencarian kontak (66, 7%), aplikasi pengecekan
Index.Php/Jkm mikroskopis (66, 7%) sangat banyak dalam jenis
bagus. Dalam aplikasi temuan permasalahan ialah
pencarian kontak, aparat terkendala dengan durasi
senggang ataupun bobot kegiatan yang terdapat dan
tidak seluruh orang yang kontak dengan pengidap
bisa ditemui disebabkan lagi bertugas ataupun lagi
tidak terletak di rumah.
20 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Jenis penelitian ini merupakan penelitian Hasil:
Dengan Keaktifan observasional analitik dengan rancangan Percobaan statistik memakai chi square dengan
Kader Communty Tb Care ‘Aisyiyah penelitian cross sectional. Populasi dalam derajat keyakinan 95%. Hasil riset membuktikan
Surakarta penelitian ini adalah seluruh kader Community kalau tidak terdapat ikatan antara wawasan dengan
TB Care ‘Aisyiyah Surakarta. Pengambilan aktivitas kandidat (p=1, 000), terdapat ikatan antara
Ika Arni Anisah, Yuli Kusumawati, sampel menggunakan teknik exhaustive kesertaan di‘ Aisyiyah dengan aktivitas kandidat
Badar Kirwono sampling yaitu dengan mengambil semua objek (p=0, 040), tidak terdapat ikatan status sosial
dari populasi sebanyak 46 kader. ekonomi dengan aktivitas kandidat (p=0, 155), tidak
JURNAL KESEHATAN, ISSN 1979- terdapat ikatan antara area keluarga dengan aktivitas
7621, Vol. 10, No. 2, Desember 2017
34

kandidat (p=1, 000), serta tidak terdapat ikatan antara


area kegiatan dengan aktivitas kandidat Community
TB Care‘ Aisyiyah Surakarta (p=1, 000).
21 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Jenis penelitian cross-sectional dengan Hasil riset membuktikan kalau tidak terdapat akibat
Capaian Kinerja Kader pendekatan analitik, Sampel yang diambil antara wawasan p=3, 429, ganti rugi p=0, 077,
Surveilans Berbasis Masyarakat Di adalah seluruh populasi yang ditugaskan di kepemimpinan p=3, 009 kepada kemampuan
Wilayah Kerja wilayah kerja di Puskesmas Pancana sebanyak kandidat surveilans berplatform warga di area
Puskesmas Pancana Kabupaten Barru 36 responden. Penelitian ini menggunakan kegiatan Puskesmas Pancana Kabupaten Barru Tahun
teknik sampling jenuh karena semua populasi 2021. akibat antara pengalaman p=0, 000, tindakan
Nursakiah dijadikan sampel (Sugiyono, 2001:61), Teknik p=0, 037, dorongan p=0, 000 kepada kemampuan
pengumpulan data dalam penelitian ini dengan kandidat surveilans berplatform warga di area
Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan Observasi, Penyebaran kuesioner, Wawancara, kegiatan Puskesmas Pancana Kabupaten Barru tahun
Edisi 13 Volume (2) 2022 dan Telaah dokumen yaitu dengan 2021. Hasil multivariat elastis yang sangat
P- Issn : 1979-150x ; E- Issn: 2621-
mengumpulkan dan mengolah data yang ada di mempengaruhi merupakan pengalaman serta ganti
2919
Puskesmas Pancana yang berkaitan dan rugi kemampuan kandidat surveilans berplatform
diperlukan dalam penelitian ini. warga di area kegiatan Puskesmas Pancana
Kabupaten Barru.
Anjuran: Puskesmas serta Biro Kesehatan Kabupaten
yang terkini butuh melaksanakan refresh data serta
pembaharuan informasi mengenai kandidat
surveilans yang aktif dalam temuan kasus
35

2.7 Kerangka Teori

Variabel individu Variabel organisasi


 Pengetahuan  Masa Kerja
 Tingkat Pendidikan  Penjaringan Suspek
 Pelatihan Tuberkulosis

Penemuan Suspek
Tuberkulosis

Variabel Psikologi

 Motivasi
 Sikap

Gambar 2.2: Kerangka Teori


Sumber: (Gibson,1997; Robbins, 2013; Ivancevish J, 2006; Kemenkes, 2018)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Pada penelitian ini variabel yang tidak diteliti yaitu masa kerja dan
pelatihan, alasan tidak diteliti karena kader yang diteliti telah menjadi kader TB
ILS sebelum adanya pandemi Covid-19 dan telah mengikuti pelatihan TB
sebelumnya dan telah menjadi kader lebih dari 3 tahun yaitu sebelum adanya
pandemi Covid-19. Adapun kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Independen

Variabel individu

 Pengetahuan
 Tingkat Pendidikan

Variabel dependen
Penemuan suspek TB

Variabel Psikologi

 Motivasi
 Sikap

Gambar 3.1: Konsep Penelitian

36
37

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur skala
operasional
1. Tingkat Tingkat kuesioner kuesioner 0: Pendidikan Ordinal
Pendidikan pendidikan dasar (SD,
formal terakhir SMP)
yang telah 1: Pendidikan
ditempuh oleh tinggi
kader (SMA/SMK,D
3)

2. Motivasi Dorongan kerja Kuesioner Mengisi 0: Motivasi Ordinal


yang muncul Kuesioner kurang jika
pada kader TB
skor ≤50%
dalam
1: Motivasi
melakukan
baik jika skor
kegiatan
penemuan kasus >50%
TB
3. Pengetahua Hasil tahu kader Kuesioner Mengisi 0:Pengetahuan Ordinal
n TB terhadap Kuesioner kurang jika
penyakit TB
skor ≤50%
dicakup dalam
1:Pengetahuan
domain kognitif
baik jika skor
>50%
4. Sikap Reaksi atau Kuesioner Mengisi 0: negatif jika Ordinal
respon kader Kuesioner
skor ≤ 50
TB terkait
1: Positif jika
tugasnya
terhadap
skor >50
kegiatan
program TB
5. Penemuan Suatu kegiatan Data Perhitungan 0: menurun nominal
suspek TB penemuan jumlah dengan jika jumlah
38

suspek TB yang penemuan menggunak penemuan


dilakukan kader suspek TB an jumlah suspek TB
TB berupa 3 bulan penemuan yang
penjaringan, sebelum suspek TB didapatkan
investigasi dan saat 3bulan menurun saat
kontak untuk pandemi dengan pandemi
menemukan membandin Covid-19
terduga TB gkan 1: meningkat
pada saat sebelum jika jumlah
sebelum dan dan saat penemuan
saat pandemi pandemi suspek TB
yang
didapatkan
meningkat saat
pandemi
Covid-19.

3.3 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Ada hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan penemuan suspek TB


oleh kader di era pandemi Covid-19 Di Kota Bandar Lampung
b. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan penemuan suspek TB oleh
kader di era pandemi Covid-19 Di Kota Bandar Lampung
c. Ada hubungan antara Motivasi dengan penemuan suspek TB oleh kader di
era pandemi Covid-19 Di Kota Bandar Lampung
d. Ada hubungan antara Sikap dengan penemuan suspek TB oleh kader di era
pandemi Covid-19 Di Kota Bandar Lampung.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Konsep riset ini memakai riset Kuantitatif Analitik dengan konsep riset
observasional dengan Cross Sectional. Riset Cross Sectional ialah riset non
eksperimental dalam bagan menekuni gairah hubungan antara faktor- faktor resiko
dengan dampak yang berbentuk penyakit ataupun status kesehatan khusus, dengan
bentuk pendekatan Poin time (Sumantri, 2015).
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini di laksanakan di seluruh wilayah kerja Puskesmas
i i i i i i i i i

Kota Bandar Lampung. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2022.
i i i i i i i i i i i

4.3 Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel)


4.3.1 Populasi
Populasi merupakan sekumpulan poin, elastis, rancangan serta kejadian
(Morissan, 2012). Pada riset ini Populasi yang dipakai ialah Kandidat TB ILS di
area puskesmas Kota Bandar Lampung sebesar 57 kandidat.
4.3.2 Sampel
Ilustrasi merupakan bagian dari populasi yang menggantikan totalitas badan
populasi yang bertabiat representatif (Morissan, 2012). Ilustrasi pada riset ini
merupakan Kandidat TB ILS di Kota Bandar Lampung. Penentuan ilustrasi pada
riset ini merupakan dengan memakai Keseluruhan sampling ialah tehnik
pengumpulan jumlah ilustrasi cocok dengan jumlah populasi yang terdapat. Buat
penuhi ilustrasi pada riset ini hingga periset memutuskan patokan inklusi serta
eksklusi. Ada pula patokan inklusi serta eksklusi pada riset ini merupakan selaku
selanjutnya:

a. Kriteria Inklusi:
1. Kader yang menangani TB di wilayah kota Bandar Lampung
2. Telah menjadi kader TB ILS selama >2 tahun atau sebelum
pandemi Covid-19
3. Bersedia menjadi responden penelitian

39
40

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan Rumus Slovin sebagai berikut:

N 57
n = n =
1+Ne2 1+ 0,142

57
n =
1,1425

n = 49, 8
Keterangan:
n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan


pengambilan sampel yang ditolerir, misalnya 5%

Jumlah sampel minimal yaitu sebanyak 50 sampel. Adapun jumlah


populasi pada penelitian ini 57 kader TB, namun dalam penelitian ini pada saat
pengambilan sampel, kader yang hadir berjumlah 54 kader sehinggal sampel yang
digunakan yaitu sebanyak 54 Kader TB.

4.4 Variabel
Elastis pada riset ini terdiri dari elastis terbatas serta elastis bebas. Elastis
terbatas (terikat) pada riset ini merupakan Temuan Suspek TB serta elastis bebas
(leluasa) merupakan Tingkatan pembelajaran, dorongan, wawasan serta tindakan.

4.5 Etika Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan laik etik oleh komisi etik penelitian
universitas umitra indonesia No. 8.25/007/FKES10/2022 berdasarkan 7 (tujuh)
standar WHO, 2011, yaitu: 1)Nilai sosial, 2) Nilai Ilmiah, 3) Pemerataan beban
dan manfaat, 4) Risiko, 5) Bujukan/eksploitasi, 6) Kerahasiaan dan Privasi, dan 7)
41

persetujuan sebelum pelaksanaan yang merujuk pada pedoman CIOMS 2016.


Adapun prinsip utama dalam etika penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.5.1 Informed consent ialah wujud persetujuan antara periset dengan poin riset
dengan membagikan lembar persetujuan. Informed consent itu diserahkan
saat sebelum riset dicoba dengan membagikan lembar persetujuan buat
jadi poin riset. Dalam riset ini, periset membagikan data terlebih dulu
mengenai metode serta khasiat dari riset ini, sehabis itu bertanya pada poin
riset apakah mau ataupun tidak. Bila mau hingga poin riset hendak
diserahkan lembar persetujuan yang telah dilampirkan.
4.5.2 Justice
Prinsip kelangsungan serta seimbang wajib dilindungi oleh periset dengan
kejujuran, kelangsungan serta kehati- hatian. Prinsip etik ini dijalani
dengan metode menganggap seluruh responden dengan metode yang
serupa serta tidak diskriminatif.
4.5.3 Autonomy
Pada riset ini poin riset bisa memastikan opsi apakah ingin buat dijadikan
selaku poin riset serta bila telah jadi poin riset setelah itu tidak ingin
meneruskan selaku poin riset, hingga periset mengakhiri aksi serta
mengeluarkannya selaku poin riset.
4.5.4 Beneficient
Beneficient merupakan berguna Dalam riset ini periset dalam
melaksanakan penelitiannya tidak melaksanakan keadaan yang bisa
mudarat responden.
4.6 Pengumpulan data (Instrumen dan Teknik)
Pada riset ini periset memakai perlengkapan berbentuk angket buat
memperoleh informasi mengenai karakter responden.
4.6.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
42

Informasi pokok merupakan informasi yang diperoleh oleh periset


pada dikala riset. Pada riset ini informasi pokok berbentuk
informasi hasil angket.
b. Data Sekunder
Informasi Inferior merupakan informasi yang diperoleh dari ILS
(inisiatif lampung segar) berbentuk informasi jumlah kandidat TB
serta jumlah temuan suspek TB.
4.6.2 Teknik Pengumpulan data
Pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pencarian pustaka buat mendapatkan prespektif
objektif dari riset.
b. Melaksanakan pra- survey informasi di Biro Kesehatan Kota Bandar
Lampung serta di kantor ILS (Inisiatif Lampung Segar)
c. Mengajukan pesan permisi riset ke rektor Universitas Kawan kerja
Indonesia buat berikutnya diteruskan pada bagian Diklat biro
kesehatan Kota Bandar Lampung serta ILS
d. Sehabis memperoleh pesan permisi, periset bisa membuat akad buat
berjumpa kandidat TB
e. Periset menarangkan hal informed consent pada subyek riset, bila
subyek riset mau jadi responden periset, hingga responden dimohon
buat memuat informed cosent.
f. Periset memberikan angket serta bila telah diisi oleh responden riset,
periset memeriksa balik.

Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner


yaitu pengetahuan, motivasi dan sikap kader TB.
a. Angket wawasan terdiri dari 14 persoalan dengan kalkulasi
memakai rasio Guttman. Rasio dalam riset ini, hendak diterima
dari balasan“ Betul” serta“ Salah”. Metode yang dipakai buat
mengukur persentase wawasan bagi Arikunto (2013), ialah:

Persentase = Jumlai nilai yang benar x 100%


43

Jumlah soal (jumlah maksimum)

kategori pengetahuan yaitu:


a) Pengetahuan kurang jika skor ≤ 50%
b) Pengetahuan baik jika skor >50%
Adapun kisi-kisi kuesioner pengetahuan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan
Skor

Variabel Favourabel unfavourabel


No Jumlah No Jumlah
3,4,5,6,7,10,12, 9 1,2,8, 9,11, 5
pengetahuan
13,14
Jumlah 9 5

Kuesioner pengetahuan, motivasi dan sikap telah dilakukan uji validitas


dan reliabilitas pada kader TB ILS sebanyak 30 kader di Kabupaten Pringsewu
yang mana kabupaten pringsewu secara sosiodemografi terdiri dari kawasan
perkotaan dan desa memiliki persamaan dengan kota Bandar lampung. Adapun
hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan kader
No soalm r hitung r tabel Keterangan
1 0,441 valid Reliabel
2 0,441 valid Reliabel
3 0,441 valid Reliabel
4 0,721 valid Reliabel
5 0,405 valid Reliabel
0,361
6 0,405 valid Reliabel
7 0,846 valid Reliabel
8 0,441 valid Reliabel
9 0,763 valid Reliabel
10 0,763 valid Reliabel
11 0,721 valid Reliabel
12 0,667 valid Reliabel
13 0,763 valid Reliabel
14 0,763 valid Reliabel
44

b. Kuesioner Motivasi terdiri dari 14 pernyataan dengan perhitungan


menggunakan skala likert menggunakan 4 jawaban yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Skala Penilaian Skala likert Motivasi
Skor
No Kategori Favourabel Unfavourabel

1 Sangat Setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4

Adapun kisi-kisi pertanyaan tentang motivasi kader adalah sebagai


berikut:
Tabel 4.4
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Kader
Skor
Variabel Indikator Favourabel unfavourabel
No Jumlah No Jumlah
Penghargaan 1,2,3 3
Tanggung Jawab 5,6 2 4 1
Motivasi Imbalan/balas jasa 7,8,9,10 4
Kondisi kerja 11,12 2 13 1
Kebijakan 14 1
Jumlah 13 2

Perhitungan persentase motivasi menggunakan rumus sebagai berikut:


Skor benar
Persentase = x 100%
Skor total (jumlah maksimum)

kategori motivasi yaitu:


a) Motivasi kurang jika skor ≤50%
b) Motivasi baik jika skor >50%

Kuesioner Motivasi telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan hasil
sebagai berikut:
45

Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi kader

No soalm r hitung r tabel Keterangan


1 0,759 valid Reliabel
2 0,759 valid Reliabel
3 0,759 valid Reliabel
4 0,822 valid Reliabel
5 0,759 valid Reliabel
0,361
6 0,822 valid Reliabel
7 0,82 valid Reliabel
8 0,82 valid Reliabel
9 0,822 valid Reliabel
10 0,822 valid Reliabel
11 0,82 valid Reliabel
12 0,759 valid Reliabel
13 0,822 valid Reliabel
14 0,82 valid Reliabel

b. Kuesioner Sikap terdiri 9 pernyataan dengan perhitungan menggunakan


skala likert yang terdiri dari 4 tingkatan SS: Sangat setuju, S: Setuju, TS:
Tidak setuju dan STS: Sangat tidak setuju. Adapun penilain skala likert
yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Skala Penilaian Skala likert Sikap

Skor
No Kategori Favourabel Unfavourabel

1 Sangat Setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4

Kisi-kisi kuesioner sikap pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7
Kisi-kisi Kuesioner Sikap
46

Skor

Variabel Favourabel unfavourabel


No Jumlah No Jumlah
1,2,3,4,5,7, 7 6, 8 2
Sikap
9
Jumlah 7 2
Perhitungan pada kuesioner sikap yaitu
Skor benar
Persentase = x 100%
Skor total (jumlah maksimum)

dengan kategori :
a) Negatif jika skor ≤ 50
b) Positif jika skor >50
Kuesioner Sikap telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap kader
No soalm r hitung r tabel Keterangan
1 0,854 valid Reliabel
2 0,902 valid Reliabel
3 0,902 valid Reliabel
4 0,854 valid Reliabel
5 0,854 valid Reliabel
0,361
6 0,902 valid Reliabel
7 0,553 valid Reliabel
8 0,854 valid Reliabel
9 0,902 valid Reliabel

4.7 Pengolahan Data


Pada penelitian ini data diolah dengan melalui beberapa tahap yaitu
sebagai berikut:
a. Editing
Peneliti mengecek kelengkapan data sesuai dengan format yang ada.
Ketika ditemukan ada data yang belum lengkap peneliti melengkapinya
lagi saat pengisian kuesioner dalam proses wawancara.
b. Coding
47

Peneliti memberi kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari
beberapa kategori. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kembali melihat
lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
adapun Coding yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9
Coding
Tingkat Pendidikan: Pengetahuan:
0: Pendidikan dasar 0: Pengetahuan kurang
1: Pendidikan Tinggi 1: Pengetahuan baik

Motivasi: Penemuan suspek TB


0: Motivasi kurang 0: menurun
1: Motivasi baik 1: meningkat
Sikap:
0: negatif
1: Positif

c. Memasukkan Data (Entry Data)


Pada penelitian ini data yang sudah diisi diberi kode lalu dimasukkan
kedalam sofware computer dalam bentuk kode.
d. Pembersih Data (Cleaning Data)
Memeriksa kembali data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau
tidak. Kesalahan data pada saat meng-entry data ke komputer.
e. Tabulasi
Peneliti memindahkan data dari master tabel ke dalam bentuk tabel
pengolahan data dengan menggunakan sistem komputer.
4.8 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Cara analisa univariat dicoba kepada tiap elastis dari hasil riset, serta
menciptakan penyaluran angka. Analisa univariat buat mendefinisikan
serta menarangkan tiap karakter elastis berbentuk persentase tiap- tiap
elastis. elastis pada riset ini ialah temuan suspek TB, dorongan, wawasan
serta tindakan.
48

b. Analisis Bivariat
Informasi yang didapat setelah itu diolah dengan memakai percobaan Chi-
square buat mengenali terdapatnya ikatan dampingi elastis bebas serta
terbatas dengan tingkatan kemaknaanα≤ 0, 05. Berikutnya ditarik
kesimpulan dari hasil analisa yang sudah dicoba lewat percobaan itu.
Bawah pengumpulan ketetapan bersumber pada anggapan riset ngkat
signifikansi (angka p), bila P > 0, 05 hingga anggapan riset ditolak, serta
bila P < 0, 05 hingga anggapan riset diperoleh.
c. Analisis Multivariat
Informasi yang didapat dari analisa bivariat setelah itu diolah balik buat
memandang aspek aspek yang sangat berkuasa, hingga dicoba percobaan
statistik dengan analisa multivariat. Informasi yang dipakai berupa
nominal serta ordinal hingga percobaan statistik yang dipakai merupakan
analisa regresi peralatan. dengan langkah- langkah selaku selanjutnya:
1. Semua elastis bebas bernilai dengan 2 kategori
2. Langkah awal merupakan pemilahan calon. Dalam tahap ini kita
hendak memilah, elastis bebas manakah yang pantas masuk bentuk
percobaan multivariat. Di mana yang pantas merupakan yang
mempunyai tingkatan signifikansi (sig.) ataupun p value&lt; 0, 25
dengan tata cara" Backward LR" dalam regresi peralatan berganda.
Ialah buat mengenali angka OR lama serta OR terkini yang&lt;10%
dikeluarkan serta > 10% dimasukkan balik antara elastis bebas dengan
elastis terbatas.
3. Bila sehabis dicoba dalam bentuk akhir multivariat, yang tertinggal
dalam bentuk berarti teruji selaku elastis bebas yang dengan cara
berarti ataupun penting pengaruhi elastis terbatas. Sebaliknya yang
tidak masuk bentuk akhir, berarti selaku elastis perancu ataupun
counfounding yang maksudnya jadi elastis yang pengaruhi ikatan
elastis bebas serta dependen
4. Elastis dengan Odds Ratio terbanyak dalam bentuk akhir multivariat,
jadi elastis yang sangat berkuasa pengaruhi elastis terbatas.
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

5.1.1 Profil Kota Bandar Lampung

i Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung. Selain


i i i i i i i

merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan


i i i i i i i i

kebudayaan, Kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah


i i i i i i i i i

Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena


i i i i i i i i i i

merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar pulau Sumatera dan pulau
i i i i i i i i i i

Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar


i i i i i i i i i

Lampung sebagai pusat perdagangan, industri, pariwisata. Kota Bandar Lampung


i i i i i i i i i

memiliki luas wilayah 197,22 km². Kota Bandar Lampung memiliki luas 197,22
i i i i i i i i i i i

km2, yang terdiri dari 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Secara administratif Kota
i i i i i i i i i i i i

Bandar lampung dibatasi oleh :


i i i i i

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Natar Kabupaten i i i i i i

i Lampung Selatan i

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung i i i i i

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan i i i i i i i

i Padang Cermin Kabupaten Pesawaran i i i

4. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Tanjung Bintang i i i i i i

i Kabupaten Lampung Selatan i i

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu dari 15 Kabupaten/Kota yang ada
i i i i i i i i i i

di Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 sebesar 1,1 juta
i i i i i i i i i i i i

jiwa, dilayani oleh 13 Puskesmas Rawat inap, 18 Puskesmas Non rawat Inap, 50
i i i i i i i i i i i i i

Puskesmas Pembantu, 126 Poskeskel, 670 Posyandu dan 1 Rumah Sakit Umum
i i i i i i i i i i i

daerah. Keberadaan fasilitas sarana kesehatan tersebar di 20 Kecamatan dan 126


i i i i i i i i i i i

Kelurahan. Kota Bandar Lampung Terdiri dari 31 Puskesmas yang sudah


i i i i i i i i i i

melaksanakan program TB dengan kader TB ILS yang berjumlah 57 kader yang


i i i i i i i i i i i i

ikut serta dalam penanggulangan Tuberkulosis.


i i i i i

50
51

5.2 Hasil Penelitian


5.2.1 Analisis Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kader TB

Distribusi Frekuensi Jumlah Persentase


Tingkat Pendidikan:
- Pendidikan dasar 24 44,4
- Pendidikan Tinggi 30 55.,6
Pengetahuan:
- Pengetahuan kurang 24 44,4
- Pengetahuan baik 30 55.,6
Motivasi:
- Motivasi kurang 34 63,0
- Motivasi baik 20 37.0
Sikap:
- Negatif 32 59,3
- Positif 22 40,7
Penemuan Suspek TB
- Menurun 37 68,5
- Meningkat 17 31,5

Berdasarkan Tabel 5.1 dikenal kalau dari 54 responden yang diawasi, Pada
tingkatan pembelajaran ada 24 responden (44, 4%) dengan pembelajaran
bawah, 30 responden (55, 6%) dengan pembelajaran besar. Wawasan bagus
sebesar 30 responden (55, 6%), Wawasan kurang sebesar 24 responden (44,
4%), Dorongan kurang sebesar 34 responden (63, 0%) serta dorongan bagus
sebesar 20 responden (37, 0%), tindakan minus sebesar 32 responden (59,
3%), tindakan positif sebesar 22 responden (40, 7%) serta temuan suspek TB
menyusut dikala endemi sebesar 37 responden (68, 5%), bertambah sebesar 17
responden (31, 5%).

5.3 Analisis Bivariat


Sehabis dikenal penyaluran gelombang masing–masing elastis bisa
diteruskan analisa lebih lanjut. bila di idamkan analisa ikatan antara 2 elastis,
hingga analisa dilanjutkan pada tingkatan bivariat. Buat mengenali ikatan 2
elastis itu umumnya dipakai pengetesan statistik. Tipe percobaan statistik
yang dipakai amat terkait tipe informasi elastis yang dihubungkan. Pada riset
ini analisa bivariat yang dipakai merupakan percobaan Chi Square.
52

5.3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penemuan suspek TB


Tabel 5.2
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penemuan suspek TB

Penemuan Suspek TB P Value OR


Pendidikan Menurun Meningkat Total
kader TB n % n % n % 0,857
Pendidikan dasar 16 66,7 8 33,3 24 100 0,1000

Pendidikan tinggi 21 70,0 9 30,0 30 100


Total 37 68,5 17 31,5 54 100

Berdasarkan tabel 5.2, dikenal kalau dari 24 responden yang tingkatan


pembelajaran bawah, sebesar 16 responden (66, 7%) hadapi penyusutan dalam
temuan suspek TB serta 8 responden (33, 3%) hadapi kenaikan dalam temuan
suspek TB. Pembelajaran besar ada 21 responden (70, 0%) hadapi penyusutan
dalam temuan suspek serta cuma 9 responden (30, 0%) yang hadapi kenaikan
dengan angka OR 0, 857. Hasil percobaan statistik didapat angka p value 0, 1000
hingga bisa disimpulkan kalau tidak terdapat ikatan tingkatan pembelajaran
kandidat dengan temuan suspek TB.

5.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Penemuan Suspek TB


Tabel 5.3
Hubungan Pengetahuan dengan Penemuan Suspek TB

Penemuan Suspek TB P Value OR


Pengetahuan Menurun Meningkat Total
kader TB n % n % n % 0,857
Pengetahuan 16 66,7 8 33,3 24 100 0,1000
kurang
Pengetahuan baik 21 70,0 9 30,0 30 100

Total 37 68,5 17 31,5 54 100


53

Berdasarkan tabel 5.3, dikenal kalau dari 24 responden yang wawasan kurang
sebesar 16 responden (66, 7%) hadapi penyusutan dalam temuan suspek TB
serta 8 responden (33, 3%) hadapi kenaikan dalam temuan suspek TB.
Pembelajaran bagus ada 21 responden (70, 0%) hadapi penyusutan dalam
temuan suspek serta cuma 9 responden (30, 0%) yang hadapi kenaikan dengan
angka OR 0, 857. Hasil percobaan statistik didapat angka p value 0, 1000 hingga
bisa disimpulkan kalau tidak terdapat ikatan wawasan kandidat dengan temuan
suspek TB.

5.3.3 Hubungan Motivasi Kader dengan Penemuan Suspek TB


Tabel 5.4
Hubungan Motivasi Kader dengan Penemuan Suspek TB

Penemuan Suspek TB P Value OR


Motivasi kader Menurun Meningkat Total
TB n % n % n % 24,111
Motivasi kurang 31 91,2 3 8,8 34 100 0,000

Motivasi baik 6 30,0 14 70,0 20 100


Total 37 68,5 17 31,5 54 100

Berdasarkan tabel 5.4, dikenal kalau dari 34 responden yang mempunyai


dorongan kurang, sebesar 31 responden (91, 2%) hadapi penyusutan dalam
temuan suspek TB serta 3 responden (8, 8%) hadapi kenaikan dalam temuan
suspek TB. Pada 20 responden dengan dorongan bagus ada 6 responden (30, 0%)
yang hadapi penyusutan dalam temuan suspek TB serta 14 responden (70, 0%)
hadapi kenaikan dalam temuan suspek TB. Hasil percobaan statistik didapat angka
p value 0, 000 hingga bisa disimpulkan kalau terdapat ikatan dorongan kandidat
dengan temuan suspek TB dengan angka OR 24, 111 yang berarti kalau kandidat
yang mempunyai dorongan kurang berkesempatan 24, 111 kali lebih besar dalam
penyusutan temuan suspek TB dibanding yang mempunyai dorongan bagus.

5.3.4 Hubungan Sikap kader dengan Penemuan Suspek TB


Tabel 5.5
Hubungan Sikap kader dengan Penemuan Suspek TB
54

Penemuan Suspek TB P Value OR


Sikap kader TB Menurun Meningkat Total
n % n % n % 32,143
Sikap Negatif 30 93,8 2 6,3 32 100 0,000

Sikap Positif 7 31,8 15 68,2 22 100

Total 37 68,5 17 31,5 54 100

Berdasarkan tabel 5.5, kalau dari 32 responden dengan tindakan kandidat


minus, sebesar 30 responden (93, 8%) hadapi penyusutan dalam temuan suspek
TB Sebaliknya cuma 2 responden (6, 3%) hadapi kenaikan. Pada 22 responden
dengan tindakan positif ada 7 responden (31, 8%) hadapi penyusutan dalam
temuan suspek TB serta 15 responden (68, 2%) yang hadapi kenaikan dalam
temuan suspek TB. Hasil percobaan statistik didapat angka p value 0, 000 hingga
bisa disimpulkan kalau terdapat ikatan tindakan kandidat dengan temuan suspek
TB dengan angka OR 32, 143 yang berarti kalau kandidat yang mempunyai
tindakan minus berkesempatan 32, 143 kali lebih besar dalam penyusutan temuan
suspek TB dibanding yang mempunyai tindakan positif.

5.4 Analisis Multivariat


Analisa multivariat dimaksudkan buat mengenali elastis yang sangat berkaitan
dengan temuan suspek TB. Analisa dicoba memakai percobaan regresi peralatan
berganda dengan tingkatan kemaknaan 95%.
5.4.1 Seleksi Bivariat
Pemilahan bivariat dicoba seluruh elastis bebas, yang bermanfaat buat
mengenali elastis yang bisa jadi calon dalam permodelan multivariat. sehabis
dicoba percobaan pemilahan bivariat, hingga elastis masuk selaku calon sebab p
value < 0, 25. Hasil analisa selaku selanjutnya:

Tabel 5.6
Hasil Analisis Identifikasi variabel
55

No. Variabel p-value Keterangan


1. Tingkat Pendidikan 0,1000 Bukan Kandidat
2. Pengetahuan 0,1000 Bukan Kandidat
3. Motivasi 0,000 Kandidat
4. Sikap 0,000 Kandidat

Dari tabel 5.6 diatas nampak kalau variabel- variabel yang masuk jadi calon
yang diprediksi berkaitan dengan temuan suspek TB merupakan dorongan serta
tindakan sebab mempunyai p value&lt;0, 25. sebaliknya elastis tingkatan
pembelajaran serta wawasan bukan ialah calon sebab angka p value > 0, 25.
Tetapi sebab tingkatan pembelajaran serta dorongan dikira berarti hingga
senantiasa dimasukkan kedalam permodelan percobaan multivariat. Berikutnya
dicoba percobaan jenjang multivariat.
5.4.2 Tahap Analisis Multivariat
Adapun tahapan analisis multivariat sebagai berikut:
Tabel 5.7
Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda

Variabel OR P value 95.0% C.I


Lower Upper
Step 1 Tingkat pendidikan 1,261 0,817 0,177 8,986
Pengetahuan 1,568 0,678 0,188 13,073
Motivasi 19,235 0,003 2,794 132,403
Sikap 28,247 0,002 3,415 233,606
Constant 0,011 0,002
Pengetahuan 1,712 0,595 0,236 12,445
Step 2 Motivasi 19,076 0,003 2,777 131,035
Sikap 28,331 0,002 3,423 234,459
Constant 0,012 0,002
Motivasi 17,911 0,003 2,746 116,828
Step 3 Sikap 24,293 0,002 3,383 174,450
Constant 0,019 0,000

Berdasarkan tabel 5,7 pada langkah dini analisa multivariat ada 4 elastis ialah
tingkatan pembelajaran, wawasan, dorongan serta sikap terdapat 2 elastis yang
mempunyai angka p value > 0, 05 ialah tingkatan pembelajaran serta wawasan.
Alhasil elastis tingkatan pembelajaran dikeluarkan dari bentuk sebab mempunyai
56

p value terbanyak. Sehabis elastis tingkatan pembelajaran dikeluarkan angka OR


buat elastis wawasan, dorongan serta tindakan tidak hadapi pergantian > 10%
sehingga tahap berikutnya menghasilkan elastis wawasan sebab mempunyai p
value > 0, 05.
Tahap terakhir yaitu ada 2 elastis dorongan serta tindakan dengan angka p
value&lt;0, 05, pada elastis tindakan angka OR 24, 293. Bisa disimpulkan kalau
dari totalitas elastis bebas yang diprediksi pengaruhi temuan suspek TB oleh
kandidat yang sangat berkuasa dengan p value 0, 002&lt; 0, 05 Angka OR
terbanyak ialah 24, 293 maksudnya Tindakan kandidat memiliki kesempatan 24,
293 kali kepada temuan suspek TB.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Univariat

6.1.1. Tingkat Pendidikan Kader TB

Hasil riset membuktikan kalau dikenal kalau dari 54 responden yang


diawasi, Pada tingkatan pembelajaran ada 24 responden (44, 4%) dengan
pembelajaran bawah, 30 responden (55, 6%) dengan pembelajaran besar.
Pembelajaran ialah salah satu faktor yang memastikan pengalaman
seorang bagus dalam ilmu wawasan ataupun kehidupan sosial
(Notoatmodjo, 2003). Tidak terbebas dari riset lebih dahulu bagi periset
kandidat dengan tingkatan pembelajaran besar biasanya lebih gampang
dalam meresap serta menyambut data permasalahan kesehatan dibanding
dengan yang berakal kecil alhasil mempengaruhi kepada tidak hanya itu
tingkatan pembelajaran yang kecil bisa dijajari dengan pengalaman,
penataran pembibitan ataupun menekuni modul yang berhubungan dengan
Tuberkulosis (Saomi EE., Widya HC serta Sofwan, 2015).
Hasil riset kalau kandidat TB pembelajaran besar paling banyak ialah
sebesar 30 responden dengan 24 responden dengan pembelajaran perihal
ini selaku cerminan kalau dengan banyaknya pembelajaran kandidat
menengah kandidat mempunyai uraian yang serupa terpaut program
penyisihan TB.

6.1.2. Pengetahuan Kader TB

Hasil riset membuktikan kalau dari 54 responden yang diawasi,


Wawasan bagus sebesar 30 responden (55, 6%), Wawasan kurang sebesar
24 responden (44, 4%)
Wawasan ialah hasil yang terjalin sehabis seorang melaksanakan
sesuatu penginderaan kepada sesuatu subjek khusus dari pengalaman.
sikap seorang yang dilandasi oleh wawasan hendak lebih bermutu
(Notoatmodjo, 2012). Wawasan pada kandidat diperoleh dari penataran
pembibitan serta pengalaman era kegiatan. Wawasan yang diperoleh

57
58

dipengaruhi oleh aspek dalam serta aspek eksternal. Aspek dalam


semacam pembelajaran, profesi serta baya. sebaliknya aspek eksternal
berawal dari area, sosial adat serta ekonomi.
Kandidat TB ILS berpendidikan bagus dapat diperoleh dari
pengalaman berbentuk penataran pembibitan atau dari pembelajaran. Dari
54 responden ada 30 responden yang berpendidikan bagus mengenai TB
serta Covid- 19 dengan tingginya uraian kandidat TB ILS bisa
memaksimalkan kemampuan dalam melaksanakan kewajiban tidak hanya
itu kandidat TB dengan wawasan yang bagus bisa membagikan bimbingan
yang maksimal serta betul pada warga terpaut TB serta penularannya
paling utama di era endemi Covid- 19.
6.1.3 Motivasi

Hasil riset membuktikan kalau dari 54 responden yang diawasi, Ada


34 responden (63, 0%) dengan dorongan kurang serta dorongan bagus
sebesar 20 responden (37, 0%). Dorongan ialah suatu cara yang
menarangkan keseriusan, arah, serta intensitas upaya buat menggapai
sesuatu tujuan serta dorongan dalam sikap dengan tujuan badan buat
memantulkan sesuatu ikatan dengan profesi (Robbins S, 2013). Riset Ita
serta Auly (2019) kalau dari 47 orang kandidat membuktikan terdapatnya
ikatan aspek dorongan dengan kedudukan kandidat.
Kandidat TB dengan dorongan kecil lebih banyak dibanding
Kandidat TB yang mempunyai dorongan besar, Perihal ini dapat terjalin
sebab pada dasarnya seorang beranjak sebab 2 karena ialah keahlian serta
dorongan. Keahlian dipengaruhi oleh Kerutinan yang didapat dari
pengalaman, pembelajaran, penataran pembibitan serta dari aksi refleks
dengan cara biologis serta intelektual jadi kodrat orang. (Nursakiah, 2022).
Bagi periset dorongan kandidat yang kecil dapat disebabkan dari
minimnya desakan dalam melaksanakan kewajiban selaku kandidat TB
yang mana wajib senantiasa melaksanakan program penyelesaian TB ialah
temuan suspek TB walaupun pada waktu endemi Covid- 19.
59

6.1.4 Sikap

Hasil riset membuktikan kalau dari 54 responden yang diawasi,


Tindakan Minus sebesar 32 responden (59, 3%), tindakan positif sebesar
22 responden (40, 7%)
Tindakan merupakan situasi psikologis yang dipelajari serta
diorganisasi lewat pengalaman, menciptakan akibat khusus pada respon
ataupun reaksi seorang kepada orang lain, subjek, suasana yang berkaitan
tindakan pula ialah determinan dari suatu sikap sebab keduanya berkaitan
dengan karakter, perasaan, serta dorongan (Ivancevish J, 2006). Tindakan
kandidat dalam perihal ini kandidat lebih banyak berlagak positif
dibanding minus. Dalam perihal ini kandidat banyak berlagak positif
disebabkan mereka melaksanakan temuan permasalahan TB dengan
senantiasa menghadiri rumah suspek TB. Tetapi beda perihalnya dengan
kandidat yang berlagak minus disebabkan kurang pemahaman kandidat
buat mengajak target temuan permasalahan buat mau melaksanakan
pengecekan di Puskesmas bila terdapat pertanda TB serta pula tidak
mencermati keluhkesah yang di informasikan target temuan permasalahan.

6.1.5 Penemuan Suspek TB

Hasil riset membuktikan dikenal kalau dari 54 responden temuan


suspek TB menyusut dikala endemi sebesar 37 responden (68, 5%),
bertambah sebesar 17 responden (31, 5%). Temuan pengidap TB ialah
tahap dini dalam aktivitas program penyelesaian TB. Penjaringan suspek
TB bisa dicoba dengan cara aktif serta adem ayem. Temuan Suspek TB
dibantu dengan konseling dengan cara aktif di jasa kesehatan lewat
pengecekan kepada kontak penderita TB yang serumah serta membuktikan
pertanda yang serupa dengan pengecekan lendir (Depkes, 2008).
Aktivitas temuan permasalahan serta analitis kontak sepanjang
endemi berlainan dengan temuan permasalahan semacam saat sebelum
60

endemi. Ada pula aktivitas yang dicoba sepanjang endemi bagi Kemenkes
RI (2020), ialah selaku selanjutnya:
a. Melaksanakan pemasyarakatan terpaut TB serta skrining TB dengan
berplatform online yang dibantu oleh kandidat komunitas
b. Bimbingan dan data hal TB berplatform online dengan memakai Hp
tanpa wajib berjumpa langsung dengan warga, materi sosialisai berupa
alat KIE dengan alat sosial semacam WhatsApp, Facebook, Youtube,
Instagram, dan lain- lain.
c. Sediakan form skrining. Warga melaksanakan skrining mandiri (TBC)
dengan memuat link skrining online (google form), sehabis diisi oleh
warga setelah itu informasi diatur oleh regu implementer buat cara
tindaklanjut referensi sampai pengecekan dari orang yang bergejala
TB.

Riset yang dicoba Nuraisya, Mateus serta Lintang (2018) mengenai


cerminan aspek yang terpaut dengan temuan permasalahan TB paru di
Kabupaten Batang bersumber pada karakter, kemampuan aparat serta
sarana makmal puskesmas, yang memastikan terdapatnya temuan
permasalahan TB merupakan dengan terdapatnya penjaringan suspek TB.
Bagi periset kandidat terkendala dengan terdapatnya batas aktivasi ialah
berbentuk piket jarak serta takutnya hendak penjangkitan covid- 19, tidak
hanya itu kandidat yang sudah menghadiri warga dengan membagikan
jambangan lendir tidak ingin atau tidak sering mengembalikannya ke
Puskesmas.

6.2 Bivariat

6.2.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penemuan suspek TB

Pembelajaran berarti edukasi yang diserahkan seorang kepada


kemajuan orang lain mengarah kearah angan- angan khusus yang
memastikan orang buat melakukan suatu serta memuat kehidupan dalam
menggapai kebahagian serta keamanan, pembelajaran dibutuhkan dalam
memperoleh data, misalnya data mengenai penyakit TB (Aritonang, 2014).
61

Bersumber pada hasil riset dari 24 responden yang tingkatan pembelajaran


bawah, sebesar 16 responden (66, 7%) hadapi penyusutan dalam temuan
suspek TB serta 8 responden (33, 3%) hadapi kenaikan dalam temuan
suspek TB. Pembelajaran besar ada 21 responden (70, 0%) hadapi
penyusutan dalam temuan suspek serta cuma 9 responden (30, 0%) yang
hadapi kenaikan dengan angka OR 0, 857. Hasil percobaan statistik
didapat angka p value 0, 1000. Perihal ini cocok dengan riset yang dicoba
oleh Sultonnur, Fitrikurnia serta Fuad (2020) ialah tidak terdapatnya ikatan
tingkatan pembelajaran kandidat pada Kemampuan kandidat kesehatan
Tuberkulosis di kabupaten kuningan pada dikala endemi covid- 19 tahun
2020. Riset yang dicoba Rissa (2020) kalau tidak terdapatnya ikatan
tingkatan pembelajaran (p=0, 186) kepada kemampuan kandidat dalam
temuan permasalahan pengidap Tb.
Bagi Notoatmodjo (2014), terus menjadi besar seorang menempuh
pembelajaran, terus menjadi gampang seorang memperoleh data. Seorang
dengan Pembelajaran besar, hingga terus menjadi wawasan seorang yang
esoknya mempengaruhi pada dorongan seorang itu dalam menciptakan
permasalahan Tuberkulosis, demikian juga kebalikannya. Pembelajaran
mempunyai kedudukan berarti dalam mempermudah seorang dalam
perihal ini kandidat kesehatan buat menyambut data bagus itu berbentuk
perkataan ataupun tercatat mengenai program kegiatan serta keilmuan
terpaut Tuberkulosis, sampai terus menjadi besar Pembelajaran seorang
makan hendak buatnya terus menjadi gampang mengolah data apapun
yang hendak diserahkan.
Bagi periset tingkatan pembelajaran kandidat tidak berkaitan dengan
temuan suspek TB sebab dalam melaksanakan kewajiban kandidat lebih
memakai ilmu wawasan yang diperoleh dari pembelajaran non resmi
perihal ini di kuatkan oleh riset yang dicoba Sukandar, Faiqoh&amp;
Effendi (2019) mengemukakan kalau“ Tidak ditemuinya ikatan pada
karakter pembelajaran terakhir (P=0, 803). Perbandingan yang penting
antara kedua elastis cuma ditemui pada karakter pengalaman menjajaki
penataran pembibitan kandidat dengan angka P&lt; 0, 05 (0, 019)”. Perihal
62

ini memaknakan kalau pembelajaran resmi yang lebih besar mengarah


hendak memiliki tindakan serta wawasan yang lebih bagus, hendak namun
pembelajaran non resmi pula bisa pengaruhi kemampuan kandidat.

6.2.2 Hubungan pengetahuan dengan penemuan suspek TB

Hasil riset dikenal kalau dari 24 responden yang mempunyai


wawasan kurang sebesar 16 responden (66, 7%) hadapi penyusutan
temuan suspek TB serta 8 responden (33, 3%) hadapi kenaikan temuan
suspek TB. Pada 30 responden dengan wawasan bagus ada 21 responden
(70, 0%) hadapi penyusutan dalam temuan suspek TB serta 9 responden
yang hadapi kenaikan dalam temuan suspek TB. Hasil percobaan statistik
didapat angka p value 0, 1000 hingga bisa disimpulkan kalau tidak
terdapat ikatan wawasan kandidat TB dengan temuan suspek TB.
Wawasan kandidat diperoleh dari pembelajaran, penataran
pembibitan serta pengalaman. tetapi, dengan terdapatnya endemi Covid-
19 jadi perihal terkini serta pasti saja mengakibatkan kandidat buat
memperoleh wawasan terkini. Dalam perihal ini kadar wawasan dalam
jangkauan daerah kognitif bagi Notoadmodjo (2008) yang melukiskan
kondisi kandidat pada era endemi covid- 19 ialah menguasai. Kandidat TB
menguasai hendak kebijaksanaan yang terdapat tetapi buat menerapkan
menginginkan menyesuaikan diri dengan area alhasil jadi estimasi dalam
melaksanakan kewajiban, oleh sebab itu terdapat kandidat yang senantiasa
melaksanakan temuan suspek dengan cara aktif serta terdapat yang
memilah menjajaki kebijaksanaan dengan berplatform online. Wawasan
yang diartikan dalam riset ini merupakan wawasan kandidat mengenai TB,
Covid- 19 serta penyelesaian TB di masa Covid- 19.
Tingkatan wawasan kandidat dalam riset ini mengarah bagus, tetapi
hadapi penyusutan dalam temuan suspek TB di masa endemi Covid- 19.
Perihal ini diakibatkan terdapatnya kebijaksanaan terkini dalam
penyelesaian TB tahun 2020 di masa endemi Covid- 19 ialah dengan
melaksanakan pemasyarakatan serta skrining TB berplatform Online.
63

Situasi ini berlainan kala belum dikeluarkannya kebijaksanaan terkini


dalam penyelesaian TB dimana kandidat serta aparat kesehatan dengan
cara aktif dalam temuan suspek TB dengan cara langsung pada warga.
Temuan suspek TB dicoba oleh kandidat pada era endemi mewajibkan
kandidat lebih aktif dalam memperoleh wawasan terkini yang lumayan
alhasil kandidat bisa berkoordinasi dengan Puskesmas ataupun dengan
daya kesehatan setempat selaku pemegang program buat merujuk suspek
TB untuk mendapatkan pemeliharaan sambungan, sebab tanpa menguasai
gimana metode yang wajib dijalani buat menciptakan suspek TB serta
metode penindakan lanjutannya hendak mendesak kandidat mengarah buat
acuh tak acuh dalam melakukan temuan suspek TB.
Riset lain yang mensupport riset ini ialah riset Rinayati et, angkatan
laut(AL) (2020) Tidak ada cerminan antara wawasan kepada kemampuan
kandidat kesehatan. Hasil riset ini serupa dengan riset yang dicoba oleh
ika, yuli serta badar (2017) dalam penelitiannya yang bertajuk Faktor-
Faktor yang berkaitan dengan aktivitas kandidat community TB care
Surakarta melaporkan kalau tidak terdapat ikatan antara wawasan dengan
aktivitas kandidat (p=1, 000) tidak hanya itu riset yang dicoba oleh
Nursakiah (2022) memperoleh hasil yang serupa kalau tidak terdapatnya
ikatan wawasan dengan capaian kemampuan kandidat.

6.2.3 Hubungan Motivasi dengan penemuan suspek TB

Hasil percobaan statistik dikenal kalau dari 34 responden yang


mempunyai dorongan kurang, sebesar 31 responden (91, 2%) hadapi
penyusutan dalam temuan suspek TB serta 3 responden (8, 8%) hadapi
kenaikan dalam temuan suspek TB. Pada 20 responden dengan dorongan
bagus ada 6 responden (30, 0%) yang hadapi penyusutan dalam temuan
permasalahan serta 14 responden (70, 0%) hadapi kenaikan dalam temuan
suspek TB. Hasil percobaan statistik didapat angka p value 0, 000 hingga
bisa disimpulkan kalau terdapat ikatan dorongan kandidat dengan temuan
suspek TB dengan angka OR 24, 111 yang berarti kandidat yang
mempunyai dorongan kurang berkesempatan sebesar 24, 111 kali lebih
64

besar dalam penyusutan temuan suspek TB dibanding yang mempunyai


dorongan bagus.
Dorongan ialah energi penganjur yang menyebabkan seorang badan
badan ingin serta berkenan buat memberikan keahlian dalam wujud
kemampuan ataupun keahlian, daya serta waktunya buat
menyelenggarakan bermacam aktivitas yang jadi tanggungjawabnya serta
menunaikan kewajibannya dalam bagan pendapatan tujuan serta
bermacam target badan yang sudah didetetapkan lebih dahulu, terdapat 3
nilai berarti dalam penafsiran dorongan ialah ikatan antara keinginan,
desakan, serta tujuan. Keinginan timbul sebab terdapatnya suatu yang
kurang dialami oleh seorang, bagus fisologis ataupun intelektual. Desakan
ialah bimbingan buat penuhi keinginan mulanya, sebaliknya tujuan
merupakan akhir dari satu daur dorongan.
Bagi Herzberg meningkatkan Filosofi jenjang keinginan Maslow
jadi 2 aspek ialah Aspek pemuas serta aspek pemelihara. aspek pemuas
terdiri dari hasil yang dicapai: ialah pelopor yang memotivasi kandidat TB
ILS dalam temuan suspek TB; Tanggung jawab ialah energi pelopor yang
memotivasi buat bertugas dengan cara hati- hati alhasil memperoleh
suspek serta bebas dari penjangkitan TB serta Covid- 19; Kebahagiaan
kegiatan itu sendiri ialah determinan kemantapan kebahagiaan kegiatan.
Kandidat yang sudah mempunyai dorongan sebab terdapatnya
kebahagiaan kegiatan itu sendiri tidak mempertimbangkan apa yang
hendak diperoleh dari hasil kerjanya melainkan merasa sebab puas hendak
kewajiban serta kedudukan selaku kandidat alhasil dengan ataupun tanpa
terdapatnya reward yang diserahkan, kandidat hendak senantiasa
melakukan kewajiban. Kandidat TB ILS mempunyai dorongan kurang
diakibatkan sebagian perihal ialah bertepatan dengan balasan serta
pelayanan dalam melaksanakan kewajiban kandidat sepertiadanya
sebentuk serta masker spesial yang diserahkan kala melaksanakan analitis
kontak serta terdapatnya penataran pembibitan spesial mengenai petunjuk
teknis temuan suspek TB sepanjang endemi alhasil dapat menolong
65

kandidat menyesuaikan diri dalam melaksanakan kewajiban dikala Covid-


19
Hasil riset ini searah dengan riset yang dicoba oleh Novi serta Erna
(2019) yang memperoleh hasil kalau ada ikatan antara dorongan kandidat
dengan aktivitas kandidat dalam temuan permasalahan dimana kandidat
kesehatan yang memiliki dorongan besar memiliki mungkin buat aktif 15
kali lebih besar di memadankan kandidat dengan dorongan kecil. Bagi
Periset dorongan yang dipunyai kandidat tidak hanya berkaitan dengan
terdapatnya tanggung jawab kewajiban dapat dipengaruhi pula oleh
terdapatnya kedudukan keluarga yang turut mensupport dalam
melaksanakan kedudukannya selaku kandidat TB ialah senantiasa
melaksanakan temuan suspek TB walaupun pada waktu endemi Covid- 19.

6.2.4 Hubungan Sikap dengan penemuan suspek TB

Hasil riset kalau dari 32 responden dengan tindakan kandidat minus,


sebesar 30 responden (93, 8%) hadapi penyusutan dalam temuan suspek
TB Sebaliknya cuma 2 responden (6, 3%) hadapi kenaikan. Pada 22
responden dengan tindakan positif ada 7 responden (31, 8%) hadapi
penyusutan dalam temuan suspek TB serta 15 responden (68, 2%) yang
hadapi kenaikan dalam temuan suspek TB. Hasil percobaan statistik
didapat angka p value 0, 000 hingga bisa disimpulkan kalau terdapat
ikatan tindakan kandidat dengan temuan suspek TB dengan angka OR 32,
143 yang berarti kalau kandidat yang mempunyai tindakan minus
berkesempatan 32, 143 kali lebih besar dalam penyusutan temuan suspek
TB dibanding yang mempunyai tindakan positif.
Tindakan ialah reaksi seorang serta tidak bisa langsung diamati,
namun cuma dapat didefinisikan dengan sikap yang tertutup serta
kesesuaian antara respon dengan dorongan khusus yang mana bisa
dimaksud dengan cara pendek tindakan belum pasti sesuatu aksi hendak
namun selaku pemicu aksi ataupun sikap (Belas kasih et angkatan
laut(AL), 2010).
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2008) yaitu sebagai berikut:
66

1) Menyambut: berarti kalau kandidat ingin serta mencermati


dorongan yang diberikan
2) Merespon: membagikan balasan bila ditanya, melakukan
serta menuntaskan kewajiban yang diserahkan merupakan
sesuatu gejala tindakan sebab dengan sesuatu upaya buat
menanggapi persoalan ataupun melakukan kewajiban yang
diserahkan.
3) Menghormati: Mengajak orang lain buat melakukan ataupun
membahas dengan orang lain pada sesuatu permasalahan
ialah gejala tindakan tingkatan 3, misalnya seseorang
kandidat mengajak warga yang hadapi batu berdahak lebih
dari 3 pekan serta membahas mengenai pertanda tuberkulosis
merupakan sesuatu fakta kalau kandidat sudah memiliki
tindakan positif kepada kesehatan warga dalam penyelesaian
TB
4) Organization
5) Characterization By A Value Or Value Complex:
Bertanggung jawab atas seluruh suatu yang sudah dipilihnya
dengan seluruh efek merupakan memiliki tindakan yang
sangat besar.
Riset ini searah dengan riset yang dicoba Novi serta Erna (2019)
kalau terdapatnya ikatan positif serta penting antara ikatan tindakan
kandidat dengan aktivitas kandidat dalam temuan suspek TB. Kandidat TB
yang memiliki tindakan minus hadapi penyusutan dalam temuan suspek
TB. Perihal ini membuktikan kalau kandidat yang memiliki tindakan
minus bisa pengaruhi kandidat dalam melakukan tugasnya, sedemikian itu
pula kebalikannya kandidat yang memiliki tindakan positif hendak
berakibat bagus dalam melakukan tugasnya dalam temuan suspek TB.
Bagi periset terdapatnya ikatan antara tindakan kandidat dengan temuan
suspek TB dapat dipengaruhi terdapatnya dorongan yang diperoleh dapat
berasal dari pengalaman ataupun karakter kandidat, Perihal ini di perkuat
oleh hasil riset yang dicoba di Puskesmas Lite melaporkan terdapat ikatan
67

yang penting antara tindakan (p= 0, 036) dengan kedudukan kandidat


dalam temuan permasalahan tuberkulosis (Hoko et angkatan laut(AL).,
2019).

6.3 Multivariat

Hasil riset ini Tindakan ialah aspek yang sangat berkuasa berkaitan
dengan temuan suspek TB, elastis bebas yang diprediksi pengaruhi temuan
suspek TB oleh kandidat yang sangat berkuasa dengan p value 0, 002&lt;
0, 05 Angka OR terbanyak ialah 24, 293 maksudnya Tindakan kandidat
memiliki kesempatan 24, 293 kali kepada temuan suspek TB.
Tindakan merupakan statment evaluatif yang mengasyikkan atau
yang tidak mengasyikkan ataupun evaluasi mengenai subjek orang
ataupun insiden. Tindakan belum ialah aksi ataupun kegiatan, namun ialah
predisposisi aksi sikap. Tindakan yang tercipta diorganisasi membuat
kandidat TB ILS terus menjadi merasa berarti terletak di tengah- tengah
warga yang menginginkan. Riset lebih dahulu menciptakan ikatan yang
penting antara tindakan dengan kegiatan kandidat kesehatan. Tindakan
yang bagus berkesempatan buat aktif dalam pengaturan permasalahan 8
kali lebih besar dari tindakan kurang (Saefullah, 2013). Kandidat TB ILS
beranjak di aspek kesehatan serta kemasyarakatan, diharapkan sanggup
membuktikan komitmen buat menolong tingkatkan kesehatan warga serta
berupaya maksimal diwilayahnya. Tanpa kedudukan warga yang bagus,
penyelesaian TB susah dilaksanakan. Kandidat TB ILS sanggup
menjangkau suspek menciptakan suspek TB, apalagi hingga dengan
pendampingan penderita minum obat. Pemasyarakatan mengenai TB
dalam wujud penataran pembibitan yang dicoba nyatanya sanggup
membagikan energi ungkit dalam pencapai suspek. Akurasi kandidat
menciptakan suspek ialah penanda tingkatan uraian kandidat kepada
program alhasil bermacam data yang didapat lewat penataran pembibitan
berakibat kepada tingkatan wawasan kandidat mengenai penyelesaian TB.
Riset Hoko, Kurniawati&amp; Maryanti (2019) yang
membuktikan kalau“ Terus menjadi kurang bagus (minus) tindakan
68

kandidat mengenai kewajiban kandidat dalam temuan permasalahan TB,


terus menjadi menyusut pula aksi kandidat dalam temuan permasalahan
TB”. Setelah itu diperkuat oleh riset Banna, Pademme&amp; Simon
(2020) yang mengatakan kalau“ Terdapat ikatan antara tindakan kandidat
dengan aplikasi temuan suspek TB paru (P value= 0. 000)”. Bagi Filosofi
Green (1980) dalam Nisa serta Siti (2016) melaporkan kalau faktor- faktor
yang pengaruhi sikap seorang salah satunya merupakan tindakan dari
orang itu. Tindakan yang diartikan ialah tindakan yang positif yang
membagikan hasil ataupun aksi yang bagus kepada temuan suspek TB
paru, namun pada tindakan yang minus, hingga hasil yang diperoleh tentu
tidak cocok dengan aksi yang dinginkan dalam temuan suspek TB Paru.
3 aspek yang berkontribusi dalam penyebaran Tuberkulosis ialah:
Agen Kuman Tuberkulosis, Host yang rentan serta Area yang
menggabungkan agen serta host, Ketidakseimbangan dampingi ketiga
aspek itu membagikan akibat terbentuknya penyebaran tuberkulosis
dengan cara kilat. Di masa Covid- 19, aspek Area ialah aspek yang sperlu
dipikirkan sebab melingkupi kegiatan yang dicoba warga dekat yang
mewajibkan terdapatnya pemisahan kegiatan. Berbarengan dengan
dikeluarkannya Strategi Nasional Penyelesaian Tuberkulosis 2020
Kemenkes RI kalau terdapatnya janji aktivitas pengumpulan massa serta
keikutsertaan komunitas dalam jumlah yang banyak semacam analitis
kontak, pencarian permasalahan, menggeledah TB, dan lain- lain dalam
bagan aplikasi Social Distancing.
Tindakan pada riset ini diamati dari aspek dalam (perspektif) serta
eksternal (suasana serta situasi area) seorang. Pada suasana endemi
kandidat TB melaksanakan adaptasi dalam melaksanakan aktivitas
program semacam analitis kontak serta konseling. Pada biasanya seluruh
kandidat mempunyai tindakan yang positif. Hendak namun dengan
terdapatnya aspek eksternal terjalin sedikit pergantian pada tindakan
kandidat yang positif jadi minus. Aspek eksternal (suasana serta situasi
area) dikala endemi berhubungan akrab dengan penerapan aktivitas
program alhasil pengaruhi kemampuan kandidat. Suasana area yang
69

diartikan antara lain merupakan kebijaksanaan penguasa serta pendapatan


data yang galat pada kandidat yang sedang labil menyebabkan pergantian
tindakan kandidat itu buat melaksanakan program alhasil perilakunya jadi
minus.
Bersumber pada hasil tanya jawab kandidat berkata analitis kontak
pada era endemi ini senantiasa dicoba tetapi dengan durasi yang sesingkat
bisa jadi, tetapi sebagian kandidat pula melaporkan tidak melaksanakan
analitis kontak dengan cara aktif, namun lewat melalui whatsapp bila
terdapat warga yang menanya Mengenai TB. Informasi yang diperoleh
oleh periset bersumber pada area kegiatan kandidat TB ILS yang hadapi
penyusutan dalam temuan suspek TB mengarah wilayah perkotaan dengan
kandidat TB berakal SMA serta SMP perihal ini pasti saja bukan
dipengaruhi dari rendahnya pembelajaran ataupun wawasan dari kandidat
TB, tetapi dapat saja dipengaruhi oleh ketatnya aturan kesehatan terpaut
penyelesaian Covid- 19 yang diaplikasikan alhasil jadi salah satu aspek
terdapatnya penyusutan temuan suspek TB pada pada kandidat di era
endemi.

6.4 Keterbatasan Penelitian


Riset ini sedang mempunyai banyak kekurangan serta keterbatasan,
ialah: Tidak terdapatnya lembar pemantauan pemakaian aturan kesehatan
pada kandidat pada dikala melaksanakan kewajiban alhasil membolehkan
terdapatnya bias.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai Faktor-faktor
yang berhubungan dengan penemuan suspek TB oleh kader di era pandemi covid-
19 di Kota Bandar Lampung, adalah sebagai berikut:
1. Ada 24 responden (44, 4%) dengan pembelajaran bawah, 30 responden
(55, 6%) dengan pembelajaran besar, ada 30 responden (55, 6%) dengan
Wawasan bagus serta Wawasan kurang sebesar 24 responden (44, 4%),
terdapat 34 responden (63, 0%) dengan Dorongan kurang serta dorongan
bagus sebesar 20 responden (37, 0%), ada 37 responden hadapi
penyusutan temuan suspek TB sepanjang era endemi. (68. 5%).
2. Tidak terdapat ikatan tingkatan pembelajaran kandidat TB dengan temuan
suspek TB. Hasil percobaan statistik didapat angka p value 0, 1000 > 0, 05
dengan OR 0, 857.
3. Tidak terdapat ikatan wawasan kandidat TB dengan temuan suspek TB.
Hasil percobaan statistik didapat angka p value 0, 1000
4. 0, 05 dengan OR 0, 857.
5. Terdapat ikatan dorongan dengan temuan suspek TB Hasil percobaan
statistik didapat angka p value 0, 000&lt; 0, 05 dengan OR 24, 111.
6. Terdapat ikatan tindakan kandidat dengan temuan suspek TB Hasil
percobaan statistik didapat angka p value 0, 000&lt; 0, 05 dengan OR 32,
143.
7. Tindakan ialah aspek yang sangat berkuasa berkaitan dengan temuan
suspek TB, dimana mempunyai angka OR paling tinggi ialah 24, 293.

7.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan peneliti ingin menyampaikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
- Mengusulkan Policy brief pada penguasa Kota Bandar Lampung
lewat Biro Kesehatan Kota Bandar lampung buat membuat Novel

70
71

Bimbingan kandidat dalam penatalaksanaan TB pada suasana serta


situasi Covid- 19 yang dilaksanakan oleh kandidat TB.
- Melakukan pemasyarakatan Novel bimbingan kandidat dalam
penatalaksanaan TB
- Melakukan monitoring penilaian hasil Novel bimbingan kandidat
dalam penatalaksanaan TB serta membagikan reward pada
kandidat yang aktif dalam melaksanakan temuan suspek TB serta
senantiasa menjajaki aturan kesehatan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Periset berikutnya dianjurkan supaya bisa meneruskan riset ini dengan
memakai tata cara kualitatif yang berkaitan dengan tindakan kandidat.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Afnal dan Budi. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


i i i i i i i i

Penemuan Kasus Tuberkulosis Paru Di Kota Bitung. Jurnal Kesmas, Vol ,


i i i i i i i i i i i

No.7. Universitas Sam Ratulangi Manado.


i i i i i

Arikunto, S (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.


i i i i i i i i i

Jakarta: PT. Rineka Cipta


i i i i

Aritonang ES. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan


i i i i i i i

i diagnosis pada penderita tuberculosis di kabupaten Kebumen tahun 2013. i i i i i i i i

i Program pascasarjana FK UGMYogyakarta. i i i

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). (2020). Rencana


i i i i i i

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Jakarta.


i i i i i i i

Banna, T., Pademme, D., & Simon, M. (2020). Hubungan Antara Pengetahuan Dan
i i i i i i i i i i i

i Sikap Kader Kesehatan Dengan Praktik Penemuan Suspek Penderita


i i i i i i i

i Tuberkulosis i Paru. i Jurnal Kesehatan,


i 11(2),
i i 118–123.
i Http://Jurnal.Stikescirebon.Ac.Id/Inde x.Php/Kesehatan/Article/View/225 i

Depkes RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, edisi 2,


i i i i i i i i

iJakarta: Dirjen P2M&PL. i i

Depkes RI. (2009). Direktorat jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan


i i i i i i i i

iLingkungan Departemen Kesehatan RI Buku Saku Program Penanggulangan i i i i i i i

iTB.
Gibson. (2001). Organisasi perilaku-struktur-proses, terjemahan Agus Dharma.
i i i i i i

iEdisi 5. Jakarta: Penerbit Airlangga. i i i i

Gibson, J. L. Dkk. (1997). Organisasi dan Manajemen. Jakarta; Penerbit Erlangga


i i i i i i i i i i

Gunawan, VA. (2013). Faktor-Faktor Yang Menentukan Kinerja Kader Kesehatan


i i i i i i i i

iTerhadap Cakupan Temuan Kasus Baru TB Paru Di Puskesmas Makrayu i i i i i i i i i

iPalembang. Skripsi. Fakultas kedokteran: Universitas Muhammadiyah i i i i i

iPalembang.
Hoko, S. S., Kurniawati, N. D., & Maryanti, H. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan
i i i i i i i i i i i i

Sikap Kader Posyandu Tentang Tugas Pengembangan Kader Terhadap


i i i i i i i i

Tindakan Penemuan Kasus Tb Paru Di Puskesmas Lite. Indonesian Journal


i i i i i i i i i i

of Community Health Nursing, 2(2), 50–56.


i i i i i i
Hoko, S. S., Kurniawati, N. D., & Maryanti, H. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan
i i i i i i i i i i i i

i Sikap Kader Posyandu Tentang Tugas Pengembangan Kader Terhadap


i i i i i i i

i Tindakan Penemuan Kasus Tb Paru Di Puskesmas Lite. Indonesian Journal


i i i i i i i i i

i Of Community
i Health
i Nursing,
i i 2(2), 50–56.
i Https://E-
i

Journal.Unair.Ac.Id/IJCHN/Article/Vi ew/11918/6853 i i

Ida, Lindang dan Mateus. (2018). Gambaran Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan
i i i i i i i i i

i Kinerja Petugas Dalam Penemuan Kasus Pada Program Tuberkulosis Paru


i i i i i i i i

i Di Kabupaten Grobogan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 6, No, 1 ISSN


i i i i i i i i i i

i :2356-3346. Universitas Diponegoro. i i

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV Absolute Media.


i i i i i i i i

Ita & Auly. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Peran Kader Dalam
i i i i i i i i i i

i Penemuan Kasus Tuberkulosis BTA Positif Di Kabupaten Magelang. i i i i i i i

i Journal of healthcare technology and medicine vol 5 No 1. Universitas


i i i i i i i i i i

i Ngudi Wahyo. i

Ivancevich, John M., et al. (2006). Perilaku dan Manajemen Organisasi,


i i i i i i i i i

i Terjemahan oleh Gina Gania, Jakarta: Erlangga. i i i i i

Kemenkes RI. (2020). Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Di


i i i i i i i

Indonesia 2020-2024: Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian


i i i i i i i

Penyakit.
i

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kemenkes


i i i i i i i i

i RI. (2017). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2018. doi : ISSN 2442-
i i i i i i i i i i i

7659
Kementerian Kesehatan
i i RI. i (2014). Pedoman
i Nasional,
i i pengendalian
i Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. i i i i

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Buku Saku Pasien TB MDR. Jakarta: Katalog
i i i i i i i i i i

i Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI i i i i

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pusat data dan informasi Tuberkulosis 2018.
i i i i i i i i i

i Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. i i i

Marlinae L, dkk. (2019). Desain Kemandirian Pola Perilaku Kepatuhan Minum


i i i i i i i i i

Obat Pada Penderita TB Anak Berbasis Android. Yogyakarta: CV Mine.


i i i i i i i i i i

Morissan, (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.


i i i i i i
Nisa dan Siti Malihatun. Hubungan Antara Karakteristik Kader Kesehatan Dengan
i i i i i i i i i

i Praktek Penemuan Tersangka Kasus Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja


i i i i i i i i

i Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang. Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan i i i i i i i

i Masyarakat.Universitas Negeri
i Semarang;
i i 2016. Available
i

i from:https://lib.unnes.ac.id/28276/1/6411412036.pdf
Notoatmodjo, S. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka
i i i i i i i i

Cipta.
i

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


i i i i i i i i

Rineka Cipta.
i i

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


i i i i i i i i

Rineka Cipta
i i

Novi Indah Aderita dan Erna Zakiyah. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
i i i i i i i i i

Keaktifan Kader Kesehatan dalam Penemuan Kasus Tuberkulosis di


i i i i i i i i

Kelurahan Sonorejo Sukoharjo. JMS – Indonesian Journal On Medical


i i i i i i i i i

Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019 ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038


i i i i i i i i i i i i i

(Online) - ijmsbm.org 32
i i i i

Nuraisya, Mateus dan Lintang. (2018). Gambaran Faktor yang terkait dengan
i i i i i i i i i

penemuan kasus tuberkulosis paru di kabupaten batang berdasarkan


i i i i i i i i

karakteristik, kinerja petugas dan fasilitas laboratorium puskesmas. Jurnal


i i i i i i i i

Kesehatan Masyarakat Vol 6 No 2. Universitas Diponegoro.


i i i i i i i i i

Nurarif dan Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA


i i i i i i i i

NIC NOC jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.


i i i i i i

Nursakiah. (2022). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Capaian Kinerja Kader


i i i i i i i

Surveilans Berbasis Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancana


i i i i i i i i

Kabupaten Barru. Jurnal Kesehatan Edisi 13 Volume (2) 2022 P- Issn : 1979-
i i i i i i i i i i i i i

150x ; E- Issn: 2621-2919.


i i i i

Pai Madukar. (2021). Can we harness Covid-19 innovations and system to


i i i i i i i i i i

reimagine TB care? McGill International TB Centre. The 3rd INA-TIME


i i i i i i i i i i

2021. Universitas Indonesia.


i i i

Presiden Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2003


i i i i i i i

tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Sekretariat Negara Republik


i i i i i i i i

Indonesia; 2003.
i i
Prihati GS, dkk (2020). Factors affecting tuberculosis cadres’ motivation in the detection
i i i i i i i i i i i i

i of tuberculosis cases in Kediri City, Indonesia. Public Health and Preventive


i i i i i i i i i i

i Medicine Archive (PHPMA) 2020, Volume 8, Number 2: 134-139. E-ISSN: 2503-


i i i i i i i i i i

2356

Pristiwanda RR. (2020). Kinerja Kader dalam penemuan kasus penderita


i i i i i i i i

Tuberkulosis Paru di Kabupaten Jember. Fakultas Kesehatan Masyarakat.


i i i i i i i i

Jember: Universitas Jember.


i i i

Probandari A. (2020). What can we learn from the respon and management of
i i i i i i i i i i i i

i Covid-19 in Indonesia to reach TB targets?. The 3rd INA-TIME 2021. i i i i i i i i i i

i Universitas Indonesia. i

Rahman SM, Ali Na, Jenning I, Habibur M, Seraji R, Mannan I, Mahmud AB, Bari
i i i i i i i i i i i i i i

i S, Hossain D, Das K, Abdullah, Baqui H, Arifeen SE and Winch PJ. 2010.


i i i i i i i i i i i i i

i Factors Affecting recruitment and Retention of Community Health Workers


i i i i i i i i

i in a Newborn Care Intervention in Bangladesh. Human Resources for


i i i i i i i i i

i Health 8 (12). i i

Ratnasari D. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian petugas


i i i i i i i i

i terhadap Case Detection Rate (CDR) pada program TB Paru di Kabupaten i i i i i i i i i i

i Rembang. Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan i i i i i i

i Masyarakat. Semarang: Universitas Negeri Semarang. i i i i

Rinayanti, Ambar, Dwi, E, & Sri, Wahyuni, (2020) Gambaran Tingkat Pengetahuan
i i i i i i i i i i

i Dan Kinerja Kader Kesehatan, Jurnal Ilmiah STKES Kendal


i i i i i i i

Robbins S & Judge. (2013). Organizational Behaviour 15ed: ISBN-13: 978-0-13-


i i i i i i i i i

283487-2. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. i i i i i

Saefullah, (2013). Peran Aisyiyah dalam penanggulangan TB sangat


i i i i i i i

membanggakan. (diakses tanggal 23 Juli 2013). Diunduh dalam:


i i i i i i i i

http://Peran%20%E2%80%98Aisyiyah%20dalam%20Penanggulangan
i

%20TB%20Sangat%20Membanggakan%27%20-%20Islampos.htmD. i

Saomi EE., Widya HC., Sofwan I. (2015). Hubungan Karakteristik Individu Dengan
i i i i i i i i i i

i Penemuan Kasus TB Paru di Eks Karesidenan Pati Tahun 2013. Unnes i i i i i i i i i i

i Journal Public Health. 2015;4(1):15–22. i i i i

Sukandar, H., Faiqoh, R., & Effendi, J. S. (2019). Hubungan Karakteristik Terhadap
i i i i i i i i i i i

i Tingkat Aktivitas Kader Posyandu Kecamatan Soreang Kabupaten i i i i i i

i Bandung. Jurnal Sistem Kesehatan, 4(3), 102–109. i i i i i i


Sultonnur Rosid, Fitri Kurnia Rahim, Fuad Hilmi Sudasman. (2020). Analisis
i i i i i i i i i

i Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader Kesehatantuberkulosis


i i i i i i

i Di Kabupaten Kuningan Pada Saat Pandemi Covid-19 Tahun 2020. Journal


i i i i i i i i i

i Of Public Health Inovation Vol. 02. No. 01, Desember 2021 Doi:
i i i i i i i i i i

i 10.34305/Jphi.V2i1.345
Sumantri, Arif. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Predana Media
i i i i i i i i

Group.
i

Victor dkk. (2020). Epidemiologi Penyakit Menular Riwayat, Penularan dan


i i i i i i i i

Pencegahan. Yayasan Kita Menulis.


i i i i

World Health Organization (WHO). Global Tuberculosis Report 2021 from URL :
i i i i i i i i i i

i https://www.who.int/news-room/fact
i sheets/detail/tuberculosis#:~:text=Key%20facts,with%20tuberculosis(TB)
%20worldwide diakses pada 07 November 2021. i i i i i

Yayun M. (2007). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Konerja Petugas


i i i i i i i i i

i Program TB Paru Terhadap Caupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) di


i i i i i i i i i i

i Kota Tasikmalaya Tahun 2006. Universitas Diponegoro.


i i i i i
LAMPIRAN
Lampiran 1 i Lembar Bimbingan i

KARTU BIMBINGAN i

Nama : Yulia Mar’atuzzakiyah


i i

NPM : 206131028
i

Nama Pembimbing 1
i i : Dr. PA Kodrat Pramudho, SKM., M.Kes
i i i i i i

Judul : Faktor-Faktor yang berhubungan dengan penemuan


i i i i i

suspek TB oleh kader di Era Pandemi Covid-19 di


i i i i i i i i i

Kota Bandar Lampung


i i i i

No Hari/Tanggal Catatan Pembimbing i Paraf


1 Kamis, 11 November 2021
i i i i Membuat Timeframe Tesis i i

2 Senin, 22 November 2021


i i i Lanjut Bab 2 i i

3 Kamis, 20 Januari 2022


i i i Lanjutkan bab selanjutnya i i i

4 Senin, 14 Februari 2022


i i i Tambahkan jurnal dan instrumen tentang i i i i

sikap
i

5 Selasa, 22 Februari 2022


i i i ACC sidang proposal
i i

6 Senin, 21 Maret 2022


i i i Konsul hasil revisi i i

7 Jum’at,08 april 2022 i i ACC kaji Etik


i i

8 Senin,18 Juli 2022 i i Konsul hasil penelitian i i

9 Jum’at,22 Juli 2022 i i ACC Semhas i

10 Selasa, 02 Agustus 2022


i i i Konsul hasil Revisi semhas i i i

11 Selasa, 09 Agustus 2022


i i i ACC Kompre i

12 Rabu, 31 Agustus 2022


i i i i Sidang Kompre i

Bandar Lampung, …………………….2022 i i

Pembimbing

(Dr. PA Kodrat Pramudho, SKM., M.Kes.)


i i i i i
KARTU BIMBINGAN i

Nama : Yulia Mar’atuzzakiyah


i i

NPM : 206131028
i

Nama Pembimbing 2 i i : Abikusno Djamaluddin, SKM., M.Kes.


i i i i

Judul : Faktor-Faktor yang berhubungan dengan penemuan


i i i i i

suspek TB oleh kader di Era Pandemi Covid-19 di


i i i i i i i i i

Kota Bandar Lampung


i i i i

No Hari/Tanggal Catatan Pembimbing i Paraf


1 Kamis, 11 November 2021
i i i Konfirmasi pembimbing dan timeframe
i i i i

penelitian
i

2 Senin, 22 November 2021


i i i Masukkan data TB i i

3 Senin, 24 Januari 2022


i i i Revisi Bab 1 lanjut bab 2 dan 3
i i i i i i i

4 Senin, 14 Februari 2022


i i i Teknik pengambilan sampling menjadi total
i i i i

sampling, di DO fokus kader


i i i i i

5 Senin, 21 Februari 2022


i i i ACC sidang proposal
i i

6 Jum’at,08 april 2022 i i Konsul Hasil revisi i i

7 Kamis,14 April 2022 i i ACC kaji etik i i

8 Senin,18 Juli 2022 i i Konsul hasil penelitian i i

9 Ahad, 24 Juli 2022


i i i ACC semhas i

10 Selasa, 02 Agustus 2022


i i i Konsul hasil Revisi semhas i i i

11 Selasa, 09 Agustus 2022


i i i ACC Kompre i

12 Rabu, 31 Agustus 2022


i i i i Sidang Kompre i

Bandar Lampung, …………………….2022 i i


Pembimbing

( Abikusno Djamaluddin, SKM., M.Kes.)


i i i i

Lampiran 2 i Lembar persetujuan Responden


i i

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


i i i i

Yang bertanda tangan di bawah ini:


i i i i i i

Nama : ....................................................................................
i

Umur :......................................................................................
Alamat i :.......................................................................................
Asal Puskesmasi :.......................................................................................
No Telp i :....................................................................................... iiiiiiiiiii

iiiiiii

Menyatakan bahwa: i

1. Telah mendapat penjelasan tentang penelitian “faktor-faktor yang


i i i i i i

berhubungan dengan penemuan suspek tuberkulosis oleh kader di era


i i i i i i i i i

pandemi covid-19 di Kota Bandar Lampung”


i i i i i i

2. Telah diberi kesempatan untuk bertanya dan mendapat jawaban secara jelas
i i i i i i i i i

dari peneliti.
i i
Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari
i i i i i i i i i i

pihak manapun bahwa saya bersedia,untuk berpartisipasi menjadi responden dalam


i i i i i i i i i

penelitian ini.
i i

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaiman mestinya.
i i i i i i i i i

Yang membuat pernyataan, Bandar Lampung,.../..../2022


i i i i

Tanda tangan i

Lampiran 3 i Kuesioner-kuesioner

KUESIONER PENELITIAN i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENEMUAN i i i i

SUSPEK TUBERKULOSIS OLEH KADER DI ERA PANDEMI COVID-19


i i i i i i i i

DI KOTA BANDAR LAMPUNG i i i i

A. Pengantar i

Bacalah setiap pernyataan dengan cermat sebelum menjawab, kemudian


i i i i i i i

pilihlah jawaban yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan diri anda
i i i i i i i i i i i

pada lembar jawaban yang tersedia. Saya sangat menghargai kejujuran dan
i i i i i i i i i i

keterbukaan anda. Terima kasih


i i ii i

Kode responden i :
Tanggal :

B. Petunjuk i

1. Silakan jawab pertanyaan dengan jujur. i i i i

2. Jawaban tidak mempengaruhi profesi bapak/ibu.


i i i i

3. Jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk


i i i i i i i

penelitian.
i

C. Identitas pribadi i

Nama
Umur
Wilayah kerja Puskesmas
i i

Tingkat Pendidikan *
i i a. Pendidikan dasar (SD, i i

MI,SMP,MTS) i

b. Pendidikan Tinggi i

(SMA,SMK,MA, D3,S1)
i i

* (pilih salah satu)


i i i i

D. Tabel pertanyaan i

Kuesioner Pengetahuan i

Isilah tabel dibawah ini dengan tanda silang (x)


i i i i i i i

Benar: Jika penyataan sesuai dengan diri anda


i i i i i i

Salah: Jika penyataan tidak sesuai dengan diri anda


i i i i i i i

No i Pernyataan i Benar Salah


i i

1. Pada masa pandemi tidak ada Penjaringan suspek TB


i i i i i i i
ii

2. Pemerintah menyarankan untuk tidak melakukan i i i i

penemuan suspek TB hingga masa pandemi berakhir


i i i i i i i
i

3. Pada masa pandemi kader TB melakukan penemuan


i i i i i i

suspek TB dengan menggunakan masker


i i i i i ii

4. Bila saudara menemukan seseorang dengan keluhan


i i i i i

batuk lebih dari 3 minggu, ada riwayat kontak


i i i i i i i i

dengan penderita TB orang tersebut dianggap TB


i i i i i i i

tanpa harus dilakukan pemeriksaan Covid-19


i i i i i

5. Setiap penderita yang dianggap tersangka TB harus


i i i i i i

di lakukan pemeriksaan dahak dan Swab


i i i i i i

6. Kader TB memberikan informasi terkait TB dengan


i i i i i i

tetap menerapkan protokol covid-19


i i i i

7. Pemerintah memberikan informasi pelayanan TB i i i i

melalui online
i i

8. i Pada masa pandemi tidak ada pelayanan TB


i i i i i i

9. Tidak perlu melakukan kegiatan TB jika takut


i i i i i i i

10. Memakai masker merupakan pencegahan TB dan i i i i i

Covid-19
i

11. TB dan Covid-19 disebabkan oleh kuman yang sama


i i i i i i i

12. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup i i i i i i

bersih dan sehat merupakan pencegahan TB


i i i i i i

terutama di masa pandemi


i i i i i

13. Tugas seorang kader menjelaskan tentang tata cara


i i i i i i

pemeriksaan dahak di puskesmas


i i i i

14. Masyarakat akan menerima informasi terkait TB i i i i i

melalui mobile phone/whatsapp dimasa pandemi


i i i i i

Kuesioner Motivasi i i
i Isilah tabel dibawah ini dengan memberi tanda centang (√) dalam salah satu
i i i i i i i i i i i

opsi jawaban disampingnya.


i i i

Keterangan: i

1. SS : Sangat Setuju
i i

2. S : Setuju
i

3. TS : Tidak Setuju
i i

4. STS : Sangat Tidak Setuju


i i i

No Penyataan SS S TS STS
Penghargaan
1. Saya merasa tersanjung bila mendapat pujian dari
i i i i i i

puskesmas atas keberhasilan dalam penemuan


i i i i i

penderita TB
i i

2. Saya berharap setiap ada pelatihan kader


i i i i i

mendapat kesempatan untuk diikutsertakan


i i i i

meskipun pandemi
i i

3. Saya terdorong untuk ikut memberi pendapat


i i i i i

dalam pengambilan keputusan di masa pandemi


i i i i i i

Covid-19
i

Tanggung Jawab i

4. Bagi saya keberhasilan kegiatan TB bukan hal


i i i i i i

utama
i

5. Saya berusaha bekerja semaksimal mungkin


i i i i

dalam upaya menemukan penderita TB untuk


i i i i i i

mencapai target penemuan penderita meskipun


i i i i i

masa pandemi
i i

6. Saya merasa sudah menjalankan tugas dengan


i i i i i

baik dan profesional pada masa pandemi Covid-


i i i i i i i

19
Imbalan/balas jasa i

7. Imbalan yang diterima akan meningkatkan


i i i i

semangat
i i

8. Ingin menerima penghargaan jika aktif dalam


i i i i i

kegiatan TB selama pandemi


i i i i

9. Ingin mendapat seragam dan Alat pelindung diri,


i i i i i i

seperti masker untuk melaksanakan kegiatan TB


i i i i i i

10. Berharap ada pelatihan khusus tentang petunjuk


i i i i i

teknis penemuan suspek TB selama pandemi


i i i i i i

Covid-19 untuk kader TB agar lebih aktif


i i i i i i i

Kondisi Kerja i

11. Saya merasa aman dalam melakukan kegiatan TB


i i i i i i

di masa pandemi
i ii i i

12. Saya mengikuti protokol pencegahan covid-19


i i i i

(menjaga jarak, memakai masker) sehingga saya


i i i i i i

tetap melakukan investigasi kontak


i i i i

13. Saya tidak perlu melaksanakan kerjasama sesama


i i i i i
kader TB lainnya dalam penemuan kasus karena
i i i i i i i

itu tugas masing-masing kader


i i i i

Kebijakan
14. Peraturan yang diterapkan pada masa pandemi i i i i i

membuat saya semangat bekerja


i i i i

Kuesioner Sikap i

Isilah tabel dibawah ini dengan memberi tanda centang (√) dalam salah satu opsi
i i i i i i i i i i i i

jawaban disampingnya.
i i

Keterangan: i

1. SS : Sangat Setuju
i i

2. S : Setujui

3. TS : Tidak Setuju
i i

4. STS : Sangat Tidak Setuju


i i i

No Penyataan SS S TS STS
1. Saya peduli dan mengikuti informasi tentang
i i i i i

pencegahan covid-19 dalam kegiatan TB


i i i i i

2. Kebijakan pemerintah tentang protokol i i i

pencegahan Covid-19 dalam kegiatan TB


i i i i i

perlu diikuti untuk menekan peningkatan


i i i i i

Covid-19 i

3. Saya tidak simpati dengan kader TB yang i i i i i i

melakukan kegiatan TB dengan tidak


i i i i i

memperhatikan protokol kesehatan


i i i

4. Selalu berfikir positif dapat menjaga i i i i

imunitas tubuh tetap baik


i i i i

5. Saya selalu memakai dan menyediakan i i i i

masker, handsanitizer pada saat melakukan


i i i i i

kegiatan TB i i

6. Saya tetap diam dirumah tidak melakukan i i i i i

penemuan suspek TB selama pandemi


i i i i i i

7. Jika akan melakukan pertemuan atau


i i i i

kegiatan TB saya melakukan perencanaan


i i i i i

terlebih dahulu
i i i

8. Saya tidak suka memakai masker karena i i i i i

sulit memasangnya dan mengganggu


i i i i

komunikasi i

9. Saya akan memberikan informasi secara i i i i

berkala pada masyarakat mengenai penyakit


i i i i i

TB melalui mobile phone / whatsapp


i i i i i i
Lampiran 4 Izin penelitian
Lampiran 5 Laik Etik
Lampiran 6
i Data penelitian
i
No Nama Pendidikan Wilayah Kerja i Penemuan Penemuan Kesimpulan
Puskesmas
i Sebelum
i Saat
i

Pandemi
i Pandemi
i

1 Al SMA palapa 150 107 menurun


2 An SMA Rajabasa Indah i 467 313 menurun
3 Dw SMP Sukaraja 163 105 menurun
4 ES SD Sukabumi 93 19 meningkat
5 EN SMA Pasar ambon i 157 160 meningkat
6 EP SMP Way Halim
i 213 637 meningkat
7 Ets SMA Bakung 221 84 menurun
8 Fey SD Susunan baru i 256 8 menurun
9 Ht SD Pinang jaya i 20 33 meningkat
10 Hay SMP Campang raya i 10 2 menurun
11 Her SMP Panjang 72 26 menurun
12 IL D3 Sukamaju 93 85 menurun
13 IA SMA kebon jahe & i i 201,68 0,18 menurun
korpri
i

14 Kam SMA kedaton,way 1081,0,220 515,142 menurun


halim,sukaram
i

e
15 Kw SMP Beringin raya, i 11, 22
i 135,11 meningkat
kemiling
i

16 La SMK Labuhan ratu i 29 100 i meningkat


17 M SMP sukaraja 163 105 menurun
18 Mar SD sumur batu i 144 73 menurun
19 Mak SMA Kampung 51 31 menurun
sawah
i

20 Mh SMP Simpur 179 86 menurun


21 Ni SMP Way kandis
i 77 234 meningkat
22 Nu SMA Way halim
i 213 637 meningkat
Rajal
i

23 Na SMA Way kandis


i 77 234 meningkat
24 PF D3 Labuhan ratu i 29 100 meningkat
25 Pn SMP way laga
i 15 32 meningkat
26 Rh SMA Simpur 179 86 menurun
27 Rhi SMA Way halim II
i i 213 197 menurun
28 RHz SMP simpur 179 86 menurun
29 Rnw SD palapa 150 107 menurun
30 Ry SD segalamider 71 162 meningkat
31 Rb SMA kupang kota i 113 95 menurun
32 Sr SMA Bakung 221 84 menurun
33 Sl SMK kupang kota i 113 95 menurun
34 Sln SMK Way lagai 15 32 meningkat
35 SRI SMA sukamaju 93 85 menurun
36 Ss SMP gedong air i 90 123 meningkat
37 Suna SD gedong air i 90 123 meningkat
38 Sw SMP satelit 294 56 menurun
39 swi SMA Susunan baru i 256 8 menurun
40 Syi SMA Kota karang
i 52 30 menurun
41 Tyi SMP Panjang 72 26 menurun
42 Tus D3 Permata 157 34 menurun
sukarame dan
i i

korpri
i

43 Ut SMA kupang kota i 113 95 menurun


44 Wal SMA Pinang jaya
i 20 33 meningkat
45 Wh SD Kota karang
i 52 30 menurun
46 Ya SMP kedaton 1081 515 menurun
47 Yam D3 Beringin raya i 11 135 meningkat
48 Jeo SMP Rajabasa Indah i 467 313 menurun
49 Jea SMP Rajabasa Indah i 467 313 menurun
50 Kor SMA Sukaraja 163 105 menurun
51 Mc SMA Campang raya i 10 2 menurun
52 Mel SMA Bakung 221 84 menurun
53 Mun SMA Simpur 179 86 menurun
54 Nha SMA Sukamaju 93 85 menurun

Lampiran 7 i Hasil Output penelitian


i i

A. UNIVARIAT
tingkat pendidikan kader
i i

Cumulative
Frequency Percent Valid iPercent Percent
i

Valid Pendidikan idasar 24 44,4 44,4 44,4


Pendidikan itinggi 30 55,6 55,6 100,0
Total 54 100,0 100,0

pengetahuan kader i

Cumulative
Frequency Percent Valid iPercent Percent
i

Valid Pengetahuan ikurang 24 44,4 44,4 44,4


pengetahuan ibaik 30 55,6 55,6 100,0
Total 54 100,0 100,0

motivasi kaderi

Cumulative
Frequency Percent Valid iPercent Percent
i

Valid Motivasi ikurang 34 63,0 63,0 63,0


Motivasi ibaik 20 37,0 37,0 100,0
Total 54 100,0 100,0
sikap kader
i

Cumulative
Frequency Percent Valid iPercent Percent
i

Valid Negatif 32 59,3 59,3 59,3


Positif 22 40,7 40,7 100,0
Total 54 100,0 100,0

penemuan suspek TB
i i

Cumulative
Frequency Percent Valid iPercent Percent
i

Valid menurun 37 68,5 68,5 68,5


meningkat 17 31,5 31,5 100,0
Total 54 100,0 100,0
B. BIVARIAT

tingkat pendidikan kader * penemuan suspek TB Crosstabulation


i i i i i i i

penemuan isuspek iTB


menurun meningkat Total
tingkat ipendidikan ikader Pendidikan idasar Count 16 8 24
% iwithin itingkat ipendidikan ikader 66,7% 33,3% 100,0%
Pendidikan itinggi Count 21 9 30
% iwithin itingkat ipendidikan ikader 70,0% 30,0% 100,0%
Total Count 37 17 54
% iwithin itingkat ipendidikan ikader 68,5% 31,5% 100,0%

Chi-Square Tests i

Asymptotic iSignificance
Value df (2-sided)
i Exact iSig. i(2-sided) Exact iSig. i(1-sided)
Pearson iChi-Square ,069a 1 ,793
b
Continuity iCorrection ,000 1 1,000
Likelihood iRatio ,069 1 ,793
Fisher's iExact iTest 1,000 ,511
Linear-by-Linear iAssociation ,067 1 ,795
N iof iValid iCases 54
a. i0 icells i(,0%) ihave iexpected icount iless ithan i5. iThe iminimum iexpected icount iis i7,56.
b. iComputed ionly ifor ia i2x2 itable
Risk Estimate
i

95% iConfidence iInterval


Value Lower Upper
Odds iRatio ifor itingkat ipendidikan ikader i(Pendidikan ,857 ,271 2,716
dasar i/ iPendidikan itinggi)
i

For icohort ipenemuan isuspek iTB i= imenurun ,952 ,660 1,375

For icohort ipenemuan isuspek iTB i= imeningkat 1,111 ,506 2,440

N iof iValid iCases 54

pengetahuan kader * penemuan suspek TB Crosstabulation


i i i i i i

penemuan isuspek iTB


menurun meningkat Total
pengetahuan ikader Pengetahuan ikurang Count 16 8 24
% iwithin ipengetahuan ikader 66,7% 33,3% 100,0%
pengetahuan ibaik Count 21 9 30
% iwithin ipengetahuan ikader 70,0% 30,0% 100,0%
Total Count 37 17 54
% iwithin ipengetahuan ikader 68,5% 31,5% 100,0%

Chi-Square Testsi
Asymptotic iSignificance
Value df i(2-sided) Exact iSig. i(2-sided) Exact iSig. i(1-sided)
Pearson iChi-Square ,069a 1 ,793
b
Continuity iCorrection ,000 1 1,000
Likelihood iRatio ,069 1 ,793
Fisher's iExact iTest 1,000 ,511
Linear-by-Linear iAssociation ,067 1 ,795
N iof iValid iCases 54
a. i0 icells i(,0%) ihave iexpected icount iless ithan i5. iThe iminimum iexpected icount iis i7,56.
b. iComputed ionly ifor ia i2x2 itable

Risk Estimate
i

95% iConfidence iInterval


Value Lower Upper
Odds iRatio ifor ipengetahuan ikader i(Pengetahuan ikurang i/ ,857 ,271 2,716
pengetahuan ibaik)
i

For icohort ipenemuan isuspek iTB i= imenurun ,952 ,660 1,375

For icohort ipenemuan isuspek iTB i= imeningkat 1,111 ,506 2,440

N iof iValid iCases 54

motivasi kader * penemuan suspek TB Crosstabulation


i i i i i i
penemuan isuspek iTB
menurun meningkat Total
motivasi ikader Motivasi ikurang Count 31 3 34
% iwithin imotivasi ikader 91,2% 8,8% 100,0%

Motivasi ibaik Count 6 14 20

% iwithin imotivasi ikader 30,0% 70,0% 100,0%

Total Count 37 17 54
% iwithin imotivasi ikader 68,5% 31,5% 100,0%

Chi-Square Tests i

Asymptotic iSignificance
Value df (2-sided)
i Exact iSig. i(2-sided) Exact iSig. i(1-sided)
a
Pearson iChi-Square 21,848 1 ,000
Continuity iCorrectionb 19,104 1 ,000
Likelihood iRatio 22,545 1 ,000
Fisher's iExact iTest ,000 ,000
Linear-by-Linear iAssociation 21,444 1 ,000
N iof iValid iCases 54
a. i0 icells i(,0%) ihave iexpected icount iless ithan i5. iThe iminimum iexpected icount iis i6,30.
b. iComputed ionly ifor ia i2x2 itable

Risk Estimate
i
95% iConfidence iInterval
Value Lower Upper
Odds iRatio ifor imotivasi ikader i(Motivasi ikurang i/ iMotivasi 24,111 5,258 110,555
baik)
i

For icohort ipenemuan isuspek iTB i= imenurun 3,039 1,543 5,984

For icohort ipenemuan isuspek iTB i= imeningkat ,126 ,041 ,386

N iof iValid iCases 54

sikap kader * penemuan suspek TB Crosstabulation


i i i i i i

penemuan isuspek iTB


menurun meningkat Total
sikap ikader Negatif Count 30 2 32
% iwithin isikap ikader 93,8% 6,3% 100,0%

Positif Count 7 15 22

% iwithin isikap ikader 31,8% 68,2% 100,0%

Total Count 37 17 54
% iwithin isikap ikader 68,5% 31,5% 100,0%

Chi-Square Tests
i
Asymptotic iSignificance
Value df i(2-sided) Exact iSig. i(2-sided) Exact iSig. i(1-sided)
Pearson iChi-Square 23,182a 1 ,000
b
Continuity iCorrection 20,399 1 ,000
Likelihood iRatio 24,789 1 ,000
Fisher's iExact iTest ,000 ,000
Linear-by-Linear iAssociation 22,752 1 ,000
N iof iValid iCases 54
a. i0 icells i(,0%) ihave iexpected icount iless ithan i5. iThe iminimum iexpected icount iis i6,93.
b. iComputed ionly ifor ia i2x2 itable

Risk Estimate
i

95% iConfidence iInterval


Value Lower Upper
Odds iRatio ifor isikap ikader i(Negatif i/ iPositif) 32,143 5,935 174,072

For icohort ipenemuan isuspek iTB i= imenurun 2,946 1,588 5,467

For icohort ipenemuan isuspek iTB i= imeningkat ,092 ,023 ,361

N iof iValid iCases 54


C. MULTIVARIAT

Variables in the Equation


i i i

95% iC.I.for
EXP(B)
i

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step i1 motivasi ikader 2,957 ,984 9,024 1 ,003 19,235 2,794 132,403
sikap ikader 3,341 1,078 9,607 1 ,002 28,247 3,415 233,606
pengetahuan ikader ,450 1,082 ,173 1 ,678 1,568 ,188 13,073
tingkat ipendidikan ,232 1,002 ,053 1 ,817 1,261 ,177 8,986
kader
i

Constant -4,500 1,469 9,385 1 ,002 ,011


Step i2a motivasi ikader 2,948 ,983 8,993 1 ,003 19,076 2,777 131,035
sikap ikader 3,344 1,078 9,618 1 ,002 28,331 3,423 234,459
pengetahuan ikader ,538 1,012 ,283 1 ,595 1,712 ,236 12,445
Constant -4,435 1,440 9,479 1 ,002 ,012
a
Step i3 motivasi ikader 2,885 ,957 9,094 1 ,003 17,911 2,746 116,828
sikap ikader 3,190 1,006 10,059 1 ,002 24,293 3,383 174,450
Constant -3,968 1,038 14,612 1 ,000 ,019

a. iVariable(s) ientered ion istep i1: imotivasi ikader, isikap ikader, ipengetahuan ikader, itingkat ipendidikan ikader.

Untuk Mengetahui Faktor Yang Dominan Lihat Nilai Pada Exp(B) Atau Nilai OR Yaitu
i i i i i i i i i i i i

Variabel Sikap Senilai 24,293


i i i i

Anda mungkin juga menyukai