Anda di halaman 1dari 22

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
ISSN (E)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN


PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS
(Studi Pada Keluarga Pasien TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Sangurara
Kota Palu)
Munifa T. Nondo¹,Dilla Srikandi Syahadat², Muh. Jusman Rau³,Sadli Syam4

124
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Tadulako
3
Dinas Kesehatan Kota Palu
munifanondo123@gmail.com

ABSTRAK

Secara global, Asia Tenggara merupakan kawasan WHO yang memiliki jumlah kasus
TBC terbesar pada tahun 2021 yaitu 43%. Pada tahun 2022 Indonesia menduduki posisi
ke 2 dengan kasus TBC terbanyak yaitu 694.808 kasus. Prevalensi penyakit tuberkulosis
di Indonesia dari tahun 2020 sampai tahun 2022 sebanyak 0,5%. Untuk mencegah
penularan TBC, keluarga perlu memiliki tindakan pencegahan yang baik sehingga tingkat
pendidikan, pengetahuan, sikap dan persepsi keluarga sangat berpengaruh pada tindakan
keluarga itu sendiri. Berdasarkarkan data Puskesmas Sangurara kasus penyakit TBC
meningkat pada tahun 2022 yaitu sebanyak 51 kasus positif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan penularan
tuberkulosis pada keluarga pasien TBC di Wilayah kerja Puskesmas Sangurara. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional, total
sampel sebanyak 85 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling, analisis
menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat
pendidikan (p=0,361) tidak berhubungan dengan tindakan pencegahan sedangkan
pengetahuan (p=0,004), persepsi (p=0,003), sikap (p=0,001) berhubungan dengan
tindakan pencegahan penularan tuberkulosis. Disarankan kepada petugas kesehatan perlu
melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat berupa edukasi terkait penyakit TBC
dan pencegahannya agar keluarga dan pasien TBC memiliki pengetahuan yang baik
karena pengetahuan mempengaruhi sikap dan persepsi keluarga baik akan pencegahan
penularan penyakit TBC.

Kata Kunci : Tuberkulosis, Pengetahuan, Persepsi, Sikap

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 1


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
ISSN (E)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO

Publish by
Tadulako University
Address
Jl.Soekarno Hatta KM 9 Kota Palu
Sulawesi Tengah
Phone: +628114120202
Email: Preventif.fkmuntad@gmail.com

ABSTRACT
Epidemiology Characteristics of Confirmed Cases of COVID-19 in Palopo City in 2020-
2022.
Munifa T. Nondo¹,Dilla Srikandi Syahadat², Muh. Jusmas Rau³,Sadli Syam4

Epidemiology Department, Public Health Study Program, Faculty of Public Health,


Tadulako University Palu

Southeast Asia is also not spared from COVID-19 cases. WHO reported more than
59,931,906 cases occurred. Indonesia reported the number of COVID-19 cases had reached
6,460,000 million confirmed positive. The number of confirmed COVID-19 problems in
South Sulawesi positive cases reached 108,403. Based on data from Palopo City Health
Office as of December 31, 2022, the number of confirmed cases was 3,169. This study aims
at determining the epidemiological characteristics of confirmed cases of COVID-19 in
Palopo City. The type of this study was quantitative with a descriptive approach. The
population in this study was 3,169 and the sample was 355 with stratified random sampling
technique. The results of the study based on the characteristics of people showed that most of
the confirmed cases of COVID-19 were 26->65 years old (79.4%), female (52.7%),
students/graduated from school (95.8%), workers (63.7%), not having comorbidities (71.8%),
having comorbid hypertension (23.1%), having a contact history (57.5%), having vaccinated
(62.0%). Based on place characteristics, most cases occurred in Wara sub-district (23.1%),
and self-isolated at home (60.6%). Based on time characteristics, most cases had a median
confirmed-onset value of 6 (1-7) days, and a median confirmed-cured value of 12 (8-14)
days. It is expected that those who have recovered should always monitor and maintain their
health, and the community is expected to remain vigilant, always increase immunity, and
comply with health protocols due to the new variant of COVID-19.

Keywords: COVID-19, SARS-CoV-2, Vaccination

PENDAHULUAN
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 2
MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
ISSN (E)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO

Penyakit Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi salah satu penyakit menular paling
mematikan di dunia. Setiap hari, lebih dari 4.100 orang kehilangan nyawa mereka karena
TBC dan hampir 28.000 orang jatuh sakit dengan penyakit yang dapat dicegah dan
disembuhkan ini. Pada tahun 2020, jumlah terbesar kasus baru TBC, yaitu 43% terjadi di
Kawasan WHO Asia Tenggara. Pada tahun 2020 diperkirakan 10 juta orang menderita TBC
di seluruh dunia. 5,6 juta laki-laki, 3,3 juta perempuan, dan 1,1 juta anak-anak. TB ada di
semua negara dan pada segala kelompok usia. Pada tahun 2020, sebanyak 30 negara dengan
beban TBC yang tinggi menyumbangkan 86% kasus TBC baru. Dua pertiga jumlah ini
berasal dari delapan negara, dengan India sebagai penyumbang terbesar, diikuti Tiongkok,
Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Sustainable
Development Goals (SDGs) merupakan pembangunan berkelanjutan untuk tahun 2030
dengan salah satu sasaran mengakhiri epidemi Tuberkulosis (TBC) secara global yang
disetujui oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 dengan harapan angka
kematian akibat TBC menurun hingga 90% dan insiden TBC turun hingga 80% pada tahun
2030 . (WHO, 2020) (1)
Berdasarkan data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), Indonesia berada di peringkat
ke-2 setelah India, yaitu sebanyak 694.808 kasus di tahun 2022. Dari 34 provinsi yang ada di
Indonesia dan Case Detection Rate (CDR%) dari 34 provinsi Indonesia sebanyak 45,7%
kasus yang ditemukan dan dilaporkan pada tahun 2022. Pada tahun 2021 Jumlah kasus
tertinggi di laporkan dari provinsi Jawa barat sebanyak 91.368 orang, Jawa Tengah
sebanyak 43.121 orang dan Jawah Timur sebanyak 42.193 orang. Ketiga provinsi tersebut
hampir mencapai setengah dari jumlah kasus di Indonesia yaitu sebesar 44 % (Kemenkes RI,
2022) (2).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah jumlah kasus TBC
pada tahun 2022 yaitu, Kota palu sebanyak 718 kasus, Kabupaten Banggai sebanyak 579
kasus, dan Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 421 kasus (Dinkes Sulteng, 2022). Kota Palu
menduduki posisi ke 1 kasus terbanyak di Sulawesi Tengah, Insiden kasus TBC di Kota Palu
pada tahun 2020 580 kasus, tahun 2021 154 kasus dan pada tahun 2022 meningkat yaitu
sebanyak 718 kasus yang tercatat dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Palu (Dinkes Kota
Palu, 2022) (3).

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 3


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
ISSN (E)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO

Berdasarkan studi pendahuluan menurut data Dinas Kesehatan Kota Palu pada tahun
2022, ada tiga Puskesmas dengan kasus TBC terbanyak di Kota Palu yaitu 51 pasien dalam
pengobatan di Puskesmas Sangurara, 48 pasien dalam pengobatan di Puskesmas Kamonji,
dan 47 pasien dalam pengobatan di Puskesmas Birobuli (Dinkes Kota Palu, 2022) (4).
Berdasarkan data yang diperoleh Puskesmas Sangurara, Kasus TBC di Puskesmas
Sangurara pada tiga tahun berturut – turut yaitu pada tahun 2020 sebanyak 26 kasus, pada
tahun 2021 yaitu sebanyak 27 kasus dan meningkat pada tahun 2022 yaitu sebanyak 51 kasus
positif TBC di beberapa kelurahan yang berbeda beda yaitu di kelurahan Duyu sebanyak 13
orang, 10 orang di kelurahan Nunu, di kelurahan Boyaoge sebanyak 9 orang, di kelurahan
Donggala Kodi sebanyak 8 orang, sebanyak 5 orang di kelurahan Balaroa, dan beberapa
kelurahan lainnya seperti Tawanjuka, Tinggede, Kabonena, Pengawu Silae dan lain lain
dengan jumlah pasien yang sama yaitu 1 orang. Kasus Tuberkulosis di puskesmas sangurara
kebanyakan terjadi akibat penularan orang terdekat seperti kontak serumah pasien TBC
maupun kontak erat pasien TBC, setelah diwawancara terdapat 14 orang penderita TBC
diakibatkan oleh keluarganya yang mengidap penyakit TBC sebelumnya (Puskesmas
Sangurara, 2022) (5).
Penyakit TBC sangat rawan untuk terjadi penularan terhadap orang-orang terdekat
penderita seperti pada keluarga penderita. Penderita TBC dapat menginfeksi 10-20 orang
selama 1 tahun terutama pada mereka yang sering kontak langsung dengan penderita dalam
artian kontak serumah. Sehingga peran serta keluarga dalam kegiatan pencegahan merupakan
faktor yang sangat penting dalam upaya penanggulangan penyakit tuberkulosis di mana
anggota keluarga dapat memberikan informasi mengenai penyakit, memberi dukungan moril,
dan mencegah penularan penyakit tersebut (Pratiwi and Sofiana, 2019). Keluarga merupakan
kontak erat dari pasien TBC karena tinggal serumah dengan pasien yang positif TBC, artinya
semakin erat kontak dalam waktu yang lama maka akan meningkatkan risiko tertular TBC,
seseorang yang tinggal serumah dengan penderita TBC memiliki frekuensi dan intensitas
komunikasi yang lebih tinggi dengan penderita. Oleh karena itu kontak serumah akan
memiliki risiko tertular dengan penderita TBC dibandingkan dengan seseorang yang tidak
tinggal serumah dengan penderita.

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 4


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
ISSN (E)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tindakan pencegahan penularan


tuberkulosis. Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan orang tersebut,
semakin tinggi pendidikan yang diselesaikan maka akan baik pula pengetahuan yang
didapatkan dan sebaliknya, khususnya dalam hal preventif dalam bidang kesehatan.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan aktif dalam menyerap
berbagai informasi yang akan menghasilkan keaktifan dalam pemeliharan kesehatan.
Seseorang yang memiliki pengetahuan akan suatu topik ataupun hal, akan baik juga
dalam menyikapi hal tersebut. Pengetahuan dan sikap seseorang dalam menyikapi hal
tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti pengalaman, fasilitas, dan pendidikan itu
sendiri (Darmin, Akbar, and Rusdianto, 2020) (6). Pengetahuan keluarga merupakan faktor
yang sangat penting terkait pencegahan TBC untuk pembentukan tindakan mencegah dan
mengatasi penyakit TBC. Pengetahuan sangat mempengaruhi sikap seseorang untuk
melakukan suatu tindakan, hal ini memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap.
Seseorang yang memiliki pengetahuan baik maka akan cenderung mempunyai sikap yang
mendukung atau positif, sebaliknya seseorang yang memiliki pengetahuan yang kurang maka
akan cenderung mempunyai sikap yang tidak mendukung atau negatif, semakin tinggi
pengetahuan yang dimiliki keluarga secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku
keluarga dalam pencegahan penularan TBC (Pratiwi and Sofiana, 2019) (7).
Hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan TBC yaitu adanya sikap positif
yang sangat berpengaruh terhadap tindakan pencegahan TBC, dengan demikian seseorang
yang mempunyai sikap yang mendukung tindakan pencegahan TBC tentunya akan berupaya
untuk berperan aktif dalam tindakan pencegahan penyakit TBC. Seseorang yang memiliki
pengetahuan yang baik maka akan memiliki sikap yang baik pula terhadap upaya tindakan
pencegahan penyebaran penyakit. Hubungan pengetahuan dan sikap sangat berpengaruh
terhadap tindakan pencegahan TBC, yaitu semakin tinggi pengetahuan dan sikap yang positif
maka tindakan seseorang dalam pencegahan penyakit TBC semakin baik. Untuk mencapai
penurunan insiden dan prevalensi TBC yang diinginkan pengetahuan, sikap, dan persepsi
masyarakat tentang TBC perlu dipahami. TBC pada umumnya dianggap sebagai penyakit
berbahaya dengan konsekuensi yang parah dan bahwa setiap orang berisiko karena
merupakan penyakit yang ditularkan melalui udara. TBC dianggap sebagai penyakit sulit
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 5
MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
ISSN (E)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO

karena keterlambatan diagnosis, sebagian besar model perilaku menyatakan bahwa persepsi
risiko merupakan prasyarat untuk perubahan perilaku, jadi persepsi keluarga pasien sangat
mempengaruhi perilaku pencegahan penularan penyakit TBC, semakin baik persepsi
masyarakat akan penyakit TBC maka semakin baik pula perilaku dalam pencegahan
penularan penyakit TBC (Nyasulu et al, 2018)(8).
Tujuan dalam penelitian Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan keluarga
penderita TBC terhadap tindakan pencegahan penularan penyakit TBC, Untuk mengetahui
hubungan pengetahuan keluarga penderita TBC terhadap tindakan pencegahan penularan
penyakit TBC, Untuk mengetahui hubungan persepsi keluarga penderita TBC terhadap
tindakan pencegahan penularan penyakit TBC dan Untuk mengetahui hubungan sikap
keluarga penderita TBC terhadap tindakan pencegahan penularan penyakit TBC.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Jenis penelitian observasional
analitik dengan rancangan cross sectional study yang dilakukan dengan cara membandingkan
variabel independen dengan variabel dependen pada waktu yang sama. Variabel dependen
adalah tindakan pencegahan penularan. Sedangkan variabel independen adalah pengetahuan,
tingkat Pendidikan, sikap, dan Persepsi. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja
puskesmas Sangurara kecamatan Tatanga Kota Palu pada tanggal 22 Februai – 22 Maret
2023. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dari pasien tuberkulosis yang menjalani
pengobatan tahun 2020, tahun 2021 dan tahun 2022 yaitu sebanyak 104 orang, penentuan
sampel menggunakan metode simple random sampling, sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan rumus Lameshow sehingga di dapat kan jumlah sampel
sebanyak 85 responden. Analisis data pada penelitian ini dilakukan setelah data dikumpulkan
dianalisis menggunakan komputer. Analisis dilakukan secara deskriptif akan ditampilkan
dalam bentuk tabel yang disertai narasi,uji, analisis bivariate menggunakan uji chi square test.
HASIL
Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sangurara
Kecamatan Tatanga Kota Palu diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
usia, pendidikan, dan pekerjaan.

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 6


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
ISSN (E)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO

Tabel 1
Karakteristik Responden
Karakteristik Orang n %
Usia
20 – 27 22 25,9
28 – 35 17 20,0
36 – 43 17 20,0
44 – 51 15 17,7
52 – 59 7 8,2
60 – 67 3 3,5
68 - 75 4 4,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 40,0
Perempuan 51 60,0
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 1,2
SD 12 14,1
SMP 18 21,2
SLTA 43 50,6
PT 11 12,9
Pekerjaan
Bidan 1 1,2
Buruh 6 7,1
Honorer 2 2,4
IRT 39 45,9
Pegawai Swasta 1 1,2
Pedagang 9 10,5
Petani 4 4,7
PNS 5 5,9
Wiraswasta 18 21,1
Sumber: Data Primer, 2022.
Berdasarkan data tabel 1 menunjukan bahwa karakteristik responden dari 85
responden, jumlah responden terbanyak terdapat pada kelompok umur 20 – 27 tahun
sebanyak 22 orang (25,9 %), sedangkan terendah yaitu 60-67 tahun yang berjumlah 3 orang
(3,5%). Berdasarkan jenis kelamin jumlah responden terbanyak yaitu perempuan sebanyak 51
orang (60%). Pada tingkat pendidikan terbanyak yaitu SLTA sebanyak 43 orang (50,6%) dan
yang terendah yaitu tidak sekolah sebanyak 1 orang (1,2%). Pada kelompok pekerjaan
responden terbanyak yaitu sebagai IRT dengan jumlah 39 0rang (45,9%) sedangkan
kelompok pekerjaan terendah yaitu sebagai bidan dan pegawai swasta yaitu sebanyak 1 orang
(1,2%).
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 7
MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

Tabel 2
Annalisis Univariat
Karakteristik Tempat n %
Tingkat Pendidikan
Tinggi 54 63,5
Rendah 31 36,5
Pengetahuan
71 83,5
Baik
14 16,5
Kurang
Persepsi
69 81,2
Positif
16 18,8
Negatif
Sikap
72 84,7
Baik
13 15,3
Kurang
Tindakan Pencegahan
Baik 56 65,9
Kurang 29 34,1

Sumber: Data Primer dan Sekunder, 2022.


Berdasarkan tabel 2 analisis univariat hasil penelitian pada variabel tingkat pendidikan
responden sebagian besar dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 54 orang (63,5%). Pada
variabel pengetahuan sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 71 orang
(83,5%). Kemuadian pada variabel persepsi sebagian besar responden berpersepsi positif
sebanyak 69 orang (81,2%). Pada variabel sikap yaitu sebagian besar responden memiliki
sikap baik sebanyak 72 orang (84,7 %). Dan pada tingkat pencegahan sebagian besar
responden sudah melakukan tindakan pencegahan baik yaitu sebanyak 56 orang (65,9 %).
Analisis Bivariat
Pada analisis bivariate disajikan hasil penelitian faktor yang berhubungan dengan
tindakan pencegahan penularan tuberkulosis studi pada keluarga pasien TBC di wilayah kerja
Puskesmas Sangurara Kota Palu uji ini menggunakan rumus chi square tes dilakukan guna
mengetahui arah dan seberapa besar hubungan antara variabel independen (bebas) dengan
variabel dependen (terikat) yang digambarkan dengan analisis tabel silang 2x2.
Tabel 3
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Penularan TBC
Tingkat Tindakan Pencegahan Total P-
Pendidikan Baik Kurang Value

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 8


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

n % n % n %
Tinggi 38 70,4 16 29,6 54 100
0,361
Rendah 18 58,1 13 41,9 31 100
Total 56 65,9 29 34,1 85 100
Sumber: Data Primer, 2023.
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa 54 orang keluarga pasien TBC dengan tingkat
pendidikan tinggi terdapat 38 orang (70,4%) memiliki tindakan pencegahan penularan TBC
yang baik dan 16 orang (29,6%) memiliki tindakan yang kurang, sedangkan dari 31 orang
keluarga pasien TBC dengan tingkat pendidikan yang rendah terdapat 18 orang (58,1%)
memiliki tindakan yang baik dan tindakan pencegahan yang kurang sebanyak 13 orang
(41,9%). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi square test didapatkan nilai
p= 0,361 (p>0,05) maka H0 pada penelitian ini di terima, artinya tidak terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan keluarga pasien TBC dengan tindakan pencegahan penularan TBC.
Tabel 4
Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Penularan TBC
Tindakan Pencegahan P-
Total
Pengetahuan Baik Kurang Value
n % n % n %
Baik 52 73,2 19 26,8 71 100
0,004
Kurang 4 28,6 10 71,4 14 100
Total 56 65,9 29 34,1 85 100
Sumber data primer, 2023
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 71 orang keluarga pasien TBC dengan
pengetahuan yang baik terdapat 52 orang (73,2%) memiliki tindakan pencegahan penularan
TBC yang baik dan 19 orang (26,8%) memiliki tindakan pencegahan penularan yang kurang,
sedangkan dari 14 orang keluarga pasien TBC dengan pengetahuan yang kurang terdapat 10
orang (71,4%) memiliki tindakan pencegahan penularan yang kurang dan tindakan
pencegahan yang baik sebanyak 4 orang (28,6%). Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji chi square test didapatkan nilai p= 0,004 (p<0,05) maka H0 pada penelitian
ini di ditolak, artinya terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga pasien TBC dengan
tindakan pencegahan penularan TBC.
Tabel 5
Hubungan Persepsi dengan Tindakan Pencegahan Penularan TBC
Persepsi Tindakan Pencegahan Total P-
Baik Kurang Value
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 9
MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

n % n % n %
Positif 51 73,9 18 26,1 69 100
0,003
Negatif 5 31,3 11 68,8 16 100
Total 56 65,9 29 34,1 85 100
Sumber data primer, 2023
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa dari 69 orang keluarga pasien TBC dengan persepsi
positif terdapat 51 orang (73,9%) memiliki tindakan pencegahan penularan TBC yang baik
dan 18 orang (26,1%) memiliki tindakan pencegahan penularan yang kurang, sedangkan dari
16 orang keluarga pasien TBC dengan persepsi negatif terdapat 11 orang (68,8%) memiliki
tindakan pencegahan penularan TBC yang kurang dan tindakan pencegahan yang baik
sebanyak 5 orang (31,3%). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi square
test didapatkan nilai p= 0,003 (p<0,05) maka H0 pada penelitian ini di ditolak, artinya
terdapat hubungan antara persepsi keluarga pasien TBC dengan tindakan pencegahan
penularan TBC.
Tabel 6
Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Penularan TBC
Tindakan Pencegahan P-
Total
Sikap Baik Kurang Value
n % n % n %
Baik 53 73,6 19 26,4 72 100
0,001
Kurang 3 23,1 10 76,9 13 100
Total 56 65,9 29 34,1 85 100
Sumber data primer, 2023
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa dari 72 orang keluarga pasien TBC dengan sikap
yang baik terdapat 53 orang (73,6%) memiliki tindakan pencegahan penularan TBC yang
baik dan 19 orang (26,4%) memiliki tindakan pencegahan penularan yang kurang, sedangkan
dari 13 orang keluarga pasien TBC dengan sikap yang kurang terdapat 10 orang (76,6%)
memiliki tindakan pencegahan penularan yang kurang dan tindakan pencegahan yang baik
sebanyak 3 orang (23,1%). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi square
test didapatkan nilai p= 0,001 (p<0,05) maka H0 pada penelitian ini di ditolak, artinya
terdapat hubungan antara sikap keluarga pasien TBC dengan tindakan pencegahan penularan
TBC.
PEMBAHASAN
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 10
MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

1. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Penularan TBC pada


keluarga Pasien
Pendidikan adalah segala sesuatu upaya yang dilakukan agar masyarakat dapat
mengembangkan segala potensi yang dimiliki baik dalam bidang spiritual, pengendalian
diri, kepribadian kecerdasan serta keterampilan atau skill agar siap terjun ke masyarakat,
pendidikan biasa dikatakan jika seseorang atau pengajar menyampaikan pengetahuan
dari seseorang kepada orang lain, dengan cara membimbing dan memiliki tujuan agar
pengetahuan itu sendiri dapat tersalurkan (Muhammad, 2019) (9).
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa keluarga pasien tuberkulosis di Wilayah
Kerja Puskesmas Sangurara yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebagian besar
memiliki tindakan pencegahan penularan yang baik (70,4%) dibandingkan dengan
keluarga penderita TBC yang tingkat pendidikan rendah juga memiliki tindakan
pencegahan penularan yang cukup baik (58,1%). Pada penelitian ini variabel tingkat
pendidikan diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
tindakan pencegahan penularan tuberkulosis pada keluarga pasien TBC dengan nilai
p=0,361.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asri (2021) (10) di
wilayah kerja puskesmas wanasari dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan dengan upaya pencegahan tuberkulosis hasil analisis
menggunakan uji statistik chi square memperoleh nilai p-value =0,693 yaitu penderita
tuberkulosis yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki perilaku
yang buruk begitupun dengan penderita yang memiliki tingkat pendidikan rendah juga
mempunyai perilaku pencegahan yang buruk.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dkk
(2021) (11) di Kota Banda Aceh yaitu diperoleh hasil uji multivariat nilai p-value =
0,001, yang artinya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku
tindakan pencegahan penularan tuberkulosis. Penderita TBC yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi lebih cenderung mempunyai perilaku baik dalam pencegahan TB Paru
hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan penderita dengan tingkat pendidikan rendah

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 11


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

dapat diamati semakin rendah tingkat pendidikan lebih sedikit yang perilaku pencegahan
penularan TBC yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 65,9 % responden memiliki
tindakan pencegahan yang baik, responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan
tingkat pendidikan rendah sudah melakukan tindakan pencegahan penularan yang baik
sehingga tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tindakan pencegahan penularan
tuberkulosis, dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan pencegahan penularan tuberkulosis
pada keluarga pasien TBC. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kuesioner
keluarga pasien TBC yang menyelesaikan pendidikan sekolah SLTA sampai dengan
perguruan tinggi dan keluarga pasien dengan tingkat pendidikan yang hanya
menyelesaikan sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah pertama (SMP)
sudah melakukan tindakan pencegahan penularan tuberkulosis yang baik seperti
memisahkan peralatan makan dan minum dengan penderita, tidak tidur sekamar dengan
penderita, selalu menggunakan masker apabila berkomunikasi dengan pasien, dan sudah
memeriksakan anggota keluarga lainnya pada petugas kesehatan penanggung jawab TBC
untuk di TPT atau terapi pencegahan tuberkulosis.
Namun ada juga beberapa keluarga yang tingkat pendidikan tinggi dan keluarga
tingkat pendidikan rendah memiliki tindakan pencegahan penularan yang kurang
(34,1%) seperti tidak menyiapkan wadah khusus untuk meludah pasien TBC atau tidak
memisahkan peralatan makanan minum untuk penderita sehingga dapat terjadi penularan
kontak serumah, dan juga tidak mengupayakan ventilasi yang baik lebih cenderung
rumahnya gelap dan lembab sehingga kuman TB lebih cepat berkembang biak sehingga
terjadi penularan kontak serumah. Hal ini dikarenakan ada beberapa responden yang
tidak mengetahui penyebab penularan penyakit TBC sehingga tidak melakukan tindakan
pencegahan walaupun sudah memiliki pendidikan yang tinggi. Tingkat pendidikan tidak
berhubungan dengan pencegahan penularan penyakit TBC di sebabkan karena
pendidikan formal tidak memberikan informasi terkait penyakit TBC sehingga tidak ada
pengalaman untuk melakukan pencegahan penularan penyakit khususnya penyakit
tuberkulosis.

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 12


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

Dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia perlu peran tenaga kesehatan


untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat secara merata mengenai
penyakit TBC dan cara pencegahan penyakit tersebut dan diharapkan kepada masyarakat
sadar akan pentingnya menerapkan perilaku bersih dan sehat (PHBS) untuk memperoleh
hidup yang baik bebas penyakit khususnya penyakit tuberkulosis. Salah satu upaya yang
telah dilakukan pemerintah adalah dengan menyelenggarakan program Toss TBC. Toss
TBC merupakan singkatan dari temuan tuberkulosis gerakan ini memiliki tiga langkah
yaitu menemukan gejala di masyarakat, mengobati TBC dengan tepat dan cepat dan
melakukan pemantauan TBC.
2. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Penularan TBC pada
keluarga Pasien
Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya dengan sendirinya. Pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi
terhadap objek. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan atau perilaku seseorang. Pengetahuan tersebut menjadi suatu dorongan agar
seseorang dapat berperilaku hidup sehat karena dengan pengetahuannya ia dapat
mengetahui informasi yang diperoleh seperti tentang hidup sehat sehingga pengetahuan
itu sendiri dapat memotivasi agar hidup berperilaku hidup sehat terutama dalam
mencegah penularan penyakit (Herawati dkk, 2019) (12).
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa keluarga pasien TBC di wilayah kerja
puskesmas Sangurara yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar sudah melakukan
tindakan pencegahan penularan TBC (73,2%) sebaliknya keluarga yang memiliki
pengetahuan kurang lebih cenderung mempunyai perilaku pencegahan penularan TBC
yang kurang (71,4%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan
penularan tuberkulosis pada keluarga pasien TBC dengan nilai p= 0,004 (p<0,05). Hasil
ini menunjukan bahwa keluarga pasien yang berpengetahuan baik sebagian besar
melakukan tindakan pencegahan penularan TBC yang baik sedangkan keluarga pasien

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 13


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

yang berpengetahuan kurang lebih cenderung memiliki tindakan pencegahan penularan


TBC yang kurang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukardin dkk (2020)
di Wilayah kerja Puskesmas Penana’e kota Bima berdasarkan hasil uji analisis statistik
menggunakan uji statistik Spearman Rank diperoleh hasil p= 0,000 (<0,05) sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan penularan
tuberkulosis, dari jumlah responden 39 orang didapatkan 29 orang berpengetahuan baik
(74,4%) memiliki tindakan pencegahan yang baik, dan 10 orang berpengetahuan kurang
(25,6%) memiliki tindakan pencegahan penularan yang kurang (Sukardin et al, 2020)
(13).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masnita (2022)
di puskesmas Sukaraja di Kabupaten Bogor total responden 54 orang berdasarkan hasil
uji statistic Chi-Square didapatkan nilai p-value = 0,102 yang berarti tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku pencegahan TBC. Dari jumlah total
responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 11 orang dengan perilaku
pencegahan penularan TBC kurang baik. Sebanyak 16 orang (61,5%) dengan
pengetahuan kurang baik dengan perilaku pencegahan yang baik. Sedangkan responden
yang memiliki pengetahuan baik dengan perilaku pencegahan kurang baik memiliki
persentase yang tertinggi 60,7% (17 orang) (Nainggolan, 2022) (14).
penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga
dengan tindakan pencegahan penularan TBC. Hal ini disebabkan sebagian besar
responden yang memiliki pengetahuan baik sudah melakukan tindakan pencegahan
penularan TBC yang baik dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang
lebih cenderung memiliki tindakan yang kurang. Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan kuesioner didapatkan bahwa keluarga pasien TBC di wilayah kerja
puskesmas Sangurara sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit
tuberkulosis seperti penyebab penyakit TBC, mengetahui tanda dan gejala penyakit TBC,
dan mengetahui bahwa penyakit TBC adalah penyakit menular sehingga melalui
pengetahuan yang diperoleh dapat melakukan tindakan pencegahan penularan TBC.

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 14


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

Pengetahuan keluarga pasien TBC di wilayah kerja Puskesmas Sangurara yang


baik dipengaruhi oleh informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas
Sangurara mengenai tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan
tuberkulosis terhadap orang yang berada disekitarnya terutama keluarga, dan ada juga
beberapa responden memperoleh informasi melalui media internet dan lainnya. Namun
ada juga responden yang pengetahuannya rendah atau kurang.
Kurangnya pengetahuan responden terkait penyakit TBC disebabkan oleh sikap
responden itu sendiri negatif, kurangnya perhatian untuk mencari informasi tentang
tindakan pencegahan penularan, dan pengaruh kepercayaan budaya sosial dari orang
terdahulu sehingga membuat seseorang salah mengetahui informasi seperti penyakit
tuberkulosis adalah penyakit turun temurun dari orang tua. Kurangnya pengetahuan
keluarga dapat berpengaruh seseorang dalam berperilaku tindakan pencegahan
penularan sehingga orang yang pengetahuannya kurang lebih cenderung memiliki
praktik tindakan pencegahan penularan TBC yang kurang, diperlukan peran tenaga
kesehatan dalam penyuluhan kesehatan agar lebih merata ke keluarga pasien guna
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dari keluarga untuk melakukan tindakan
pencegahan penularan tuberkulosis.
Menurut Notoatmodjo pengetahuan memiliki 6 tingkatan yaitu tahu (know),
memahami (comprehention), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation). Keluarga pasien TBC di Wilayah kerja Puskesmas
Sangurara memiliki pengetahuan yang baik. Tingkat pengetahuan keluarga pasien TBC
memiliki tiga tingkatan pengetahuan yaitu tahu dan memahami . Pada tingkatan pertama
yaitu tahu, Keluarga mengetahui tentang penyakit tuberkulosis, tahu akan tanda dan
gejala penyakit TBC, dan keluarga tahu penyebab penyakit TBC. Pada tingkatan
memahami keluarga paham akan cara penularan penyakit TBC yaitu menular melalui
percikan dahak pasien TBC, hal tersebut di karenakan seseorang memperoleh
pengetahuan dari tenaga kesehatan, sosial media, media massa lainnya seperti koran
poster dan lain hal sebagainya.

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 15


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

3. Hubungan Persepsi dengan Tindakan Pencegahan Penularan TBC pada keluarga


Pasien
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa keluarga pasien TBC di wilayah kerja
puskesmas Sangurara yang memiliki persepsi positif sebagian besar sudah melakukan
tindakan pencegahan penularan TBC yang baik ( 73,9%) sebaliknya keluarga yang
memiliki persepsi kurang lebih cenderung mempunyai perilaku pencegahan penularan
TBC yang kurang (68,8%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dengan tindakan pencegahan
penularan tuberkulosis pada keluarga pasien TBC dengan nilai p= 0,003 (p<0,05). Hasil
ini menunjukan bahwa keluarga pasien yang persepsi positif sebagian besar melakukan
tindakan pencegahan penularan TBC yang baik sedangkan keluarga pasien yang persepsi
kurang lebih cenderung memiliki tindakan pencegahan penularan TBC yang kurang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian (2017) (15) di
Puskesmas Muara Kumpeh Jambi dengan jumlah sampel 54 orang, terdapat 36 orang
yang memiliki persepsi positif sebanyak 28 melakukan tindakan pencegahan penularan
yang baik, sedangkan 8 orang melakukan tindakan pencegahan yang kurang. Dari 18
orang persepsi negatif sebanyak 16 orang memiliki tindakan pencegahan yang kurang
dan hanya 2 orang yang melakukan tindakan pencegahan yang baik. berdasarkan hasil uji
statistik chi-square diperoleh nilai p-value= 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara persepsi dengan tindakan pencegahan penularan
tuberkulosis.
penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara persepsi keluarga
dengan tindakan pencegahan penularan TBC. Hal ini disebabkan sebagian besar
responden yang memiliki persepsi positif sudah melakukan tindakan pencegahan
penularan TBC yang baik dibandingkan dengan responden yang persepsi negatif lebih
cenderung memiliki tindakan pencegahan penularan yang kurang. Berdasarkan hasil
penelitian menggunakan kuesioner didapatkan bahwa keluarga pasien TBC di wilayah
kerja puskesmas Sangurara memiliki persepsi positif 81,2% dan keluarga yang memiliki
persepsi negatif 18,8%. Hasil dari observasi dan wawancara didapatkan bahwa
responden lebih banyak mempunyai persepsi yang positif, responden setuju bahwa

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 16


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

penyakit TBC bukan penyakit kutukan, responden setuju apabila kuman TBC akan mati
bila terkena sinar matahari, dan responden tidak setuju penderita TBC harus minum obat
seumur hidup. Adapun persepsi responden yang negatif yaitu responden tidak setuju
menggunakan masker pada saat berkomunikasi pada penderita TBC dengan alasan
bahwa mereka tidak memakai masker selama ini aman-aman saja dan masih banyak
responden yang beranggapan bahwa anak dari penderita TBC pasti akan tertular penyakit
TBC dengan alasan bahwa TBC merupakan penyakit turun temurun dari orang tua dan
sebagian responden menganggap bahwa penyakit TBC merupakan penyakit guna guna
atau santet.
Persepsi responden positif dan persepsi negatif dipengaruhi oleh latar belakang
pengalaman yang mereka dapatkan, pengetahuan, sikap mereka ada juga dipengaruhi
oleh budaya disekitar atau di pengaruhi orang lain. Persepsi sangat menentukan
keberhasilan seseorang mengenai sesuatu misalnya pencegahan penularan TBC, persepsi
seorang dapat mempengaruhi tindakan praktik orang tersebut. Seseorang yang memiliki
persepsi yang positif maka akan memiliki tindakan yang baik misalnya persepsi keluarga
akan kuman TB mati apabila terkena sinar matahari maka keluarga tersebut akan
bertindak menjemur kasur dan bantal yang digunakan oleh pasien TB untuk
meminimalisir kuman TB. Hubungan sikap, pengetahuan, persepsi sangat mempengaruhi
seseorang yang akan bertindak seperti tindakan pencegahan penularan TBC yaitu
semakin tinggi persepsi seseorang akan suatu hal positif (baik) maka tindakan orang
tersebut dalam mencegah penularan semakin baik begitupun sebaliknya.
Upaya pencegahan penularan TBC pada keluarga pasien TBC perlu menghindari
persepsi negatif masyarakat akan penyakit TBC, masyarakat diharapkan agar lebih pintar
memilah mana yang baik dan mana yang buruk khususnya mengenai pencegahan
penularan penyakit tuberkulosis dan tidak gampang percaya akan mitos penyakit
tuberkulosis sehingga diperlukan peran tenaga kesehatan guna melakukan edukasi terkait
penyakit tuberkulosis sehingga masyarakat tidak salah berpersepsi akan penyakit
tersebut.

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 17


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

4. Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Penularan TBC pada keluarga


Pasien
Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa keluarga pasien TBC di wilayah kerja
puskesmas Sangurara yang memiliki sikap baik sebagian besar sudah melakukan
tindakan pencegahan penularan TBC (73,6%) sebaliknya keluarga yang memiliki sikap
kurang lebih cenderung mempunyai perilaku pencegahan penularan TBC yang kurang
(76,9%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara sikap dengan tindakan pencegahan penularan tuberkulosis pada
keluarga pasien TBC dengan nilai p= 0,001 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa
keluarga pasien yang sikap baik sebagian besar melakukan tindakan pencegahan
penularan TBC yang baik sedangkan keluarga pasien yang sikap kurang lebih cenderung
memiliki tindakan pencegahan penularan TBC yang kurang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurma dkk (2021),
terhadap 30 responden, berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden sikap
baik sebanyak 19 orang terdapat 4 orang memiliki perilaku pencegahan yang baik, 14
orang memiliki sikap cukup dalam perilaku pencegahan TBC dan 1 orang memiliki sikap
kurang dalam perilaku pencegahan penularan penyakit TBC. Responden memiliki sikap
cukup 11 0rang terdapat 3 orang memiliki perilaku cukup dalam pencegahan penularan
TBC. berdasarkan hasil uji statistik Spearman Rank antara sikap keluarga terhadap
tindakan pencegahan penularan tuberkulosis diperoleh hasil p = 0,000, r = 0,688 nilai
(p<0,05) berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku
pencegahan penularan tuberkulosis (Kaka, 2021) (16).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tonsisius (2021)
(17) di UPT Puskesmas Sabbang, kepada 33 orang, berdasarkan hasil penelitian terdapat
15 responden yang sikapnya baik dimana terdapat 14 orang yang memiliki pencegahan
baik dan terdapat 1 orang memiliki pencegahan kurang. Terdapat 18 orang yang
sikapnya kurang dimana 7 orang melakukan pencegahan baik dan 11 orang yang
memiliki pencegahan yang kurang. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square diperoleh
hasil p = 0,001 (p<0,05) maka terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan
pencegahan penularan TBC di UPT puskesmas Sabbang.

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 18


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sikap keluarga dengan
tindakan pencegahan penularan TBC. Hal ini disebabkan sebagian besar responden yang
memiliki sikap baik sudah melakukan tindakan pencegahan penularan TBC yang baik
dibandingkan dengan responden yang sikap kurang lebih cenderung memiliki tindakan
pencegahan penularan yang kurang. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan
kuesioner didapatkan bahwa keluarga pasien TBC di wilayah kerja puskesmas Sangurara
memiliki sikap baik 65.9% dan keluarga yang memiliki sikap kurang 34,1%. Hasil dari
observasi dan wawancara didapatkan bahwa responden lebih banyak mempunyai sikap
yang positif atau baik, responden setuju melakukan pemeriksaan ke puskesmas apabila
mengalami tanda dan gejala penyakit TBC, responden setuju apabila penderita TB positif
tidak membuang dahak sembarangan, dan responden tidak setuju penderita TB tidak
perlu mempunyai alat makan alat mandi tersendiri dan tidak tidur terpisah. Adapun sikap
responden yang negatif yaitu responden tidak setuju menggunakan masker pada saat
berkomunikasi pada penderita TBC dengan alasan bahwa mereka tidak memakai masker
selama ini aman-aman saja.
Sikap responden baik yaitu dipengaruhi oleh informasi yang mereka dapatkan, dan
pengalaman pribadi mereka ada juga dipengaruhi oleh budaya disekitar. Sikap sangat
menentukan keberhasilan seseorang mengenai sesuatu misalnya pencegahan penularan
TBC, sikap seorang dapat berubah dengan diperolehnya informasi tentang objek tertentu
melalui kelompok sosialnya. Pengetahuan seseorang mempengaruhi sikap orang tersebut,
seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik maka akan memperoleh sikap yang
baik. Hubungan sikap dan pengetahuan sangat mempengaruhi seseorang yang akan
bertindak seperti tindakan pencegahan penularan TBC yaitu semakin tinggi pengetahuan
dan sikap positif (baik) maka tindakan orang tersebut dalam mencegah penularan
semakin baik begitupun sebaliknya, sikap positif yang di maksud adalah sikap yang baik
dalam menyikapi penyakit tuberkulosis seperti jika mengalami tanda dan gejala penyakit
tuberkulosis jika keluarga bersikap positif maka ia akan segera memeriksakan dirinya
kepada petugas kesehatan terdekat.
Upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yang perlu dilakukan adalah sikap
masyarakat yang baik akan pencegahan penyakit tuberkulosis, masyarakat di harapkan

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 19


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan memakan makanan yang
bergizi agar terhindar dari penyakit. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
Indonesia dalam mencapai eliminasi penyakit tuberkulosis adalah Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dimana pemerintah daerah diwajibkan untuk mengalokasikan dana
daerah yang memadai. Kemudian melakukan promosi kesehatan deteksi kasus TBC
secara aktif melalui pendekatan keluarga.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan tindakan
pencegahan penularan tuberkulosis pada keluarga pasien TBC di wilayah kerja Puskesmas
Sangurara Kota Palu didapatkan kesimpulan bahwa pengetahuan, persepsi, dan sikap
keluarga pasien TBC terdapat hubungan dengan tindakan pencegahan penularan tuberkulosis,
sedangkan tingkat pendidikan tidak terdapat hubungan dengan tindakan pencegahan
penularan tuberkulosis. Adapun saran dari penelitian ini adalah di harapakan keluarga pasien
TBC dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit TBC dan pencegahannya lebih baik
lagi, keluarga maupun pasien sadar akan kesehatan diri sendiri dan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Untuk petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sangurara agar
dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyakit tuberkulosis
melalui pemberian edukasi berupa promosi/penyuluhan kesehatan mengenai penyebaran
penyakit TBC dan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk membunuh bakteri TBC serta
meningkatkan kerja sama lintas sektor seperti dinas kesehatan maupun pemerintah kota dan
dinas lingkungan hidup, dan meningkat pelayanan yang lebih baik lagi serta fasilitas
kesehatan yang baik bagi pasien TBC.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. TB day 2022 [Internet]. [cited 2022 Dec 3]. Available from:
https://www.who.int/indonesia/news/campaign/tb-day-2022
2. Kemenkes RI. Laporan Harian TBC [Internet]. Kementerian Kesehatan RI. 2022 [cited
2022 Aug 24]. Available from:
http://www.padk.kemkes.go.id/health/read/2019/03/25/6/pencegahan-tuberkulosis-
tbc-tuberkulosis.html

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 20


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

3. Izzaty RE, Astuti B, Cholimah N. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palu.
Angew Chemie Int Ed 6(11), 951–952. 2022;5–24.
4. Dinas Kesehatan kota palu. Laporan Kasus Bulanan Tuberkulosis. Dinas Kesehatan
Kota Palu. 2022;
5. Puskesmas Sangurara. Laporan Kasus Harian Tuberkulosis. 2022.
6. Darmin D, Akbar H, Rusdianto R. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Inobonto. Media Publ Promosi
Kesehat Indones. 2020;3(3):223–8.
7. Pratiwi EE, Sofiana L. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.2019;14(November):4–
9. Available from: https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/index
8. Nyasulu P, Sikwese S, Chirwa T, Makanjee C, Mmanga M, Babalola JO, et al.
Knowledge, beliefs, and perceptions of tuberculosis among community members in
Ntcheu district, Malawi. J Multidiscip Healthc. 2018;11:375–89.
9. Muhammad EY. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru.
Jiksh [Internet]. 2019;10(2):288–91. Available from: https://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH
10. Asri. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tuberkulosis Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes Tahun 2021 Program Studi Kesehatan
Masyarakat. 2021;122.
11. Ramadhan N, Hadifah Z, Yasir Y, Manik UA, Marissa N, Nur A, et al. Perilaku
Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru pada Penderita TB di Kota Banda Aceh dan
Aceh Besar. Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2021;31(1):51–62.
12. Herawati C, Kristanti I, Selviana M, Novita T. Peran Promosi Kesehatan Terhadap
Perbaikan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Membuang Sampah Pada Siswa Sekolah
Menengah Atas. Dimasejati J Pengabdi Kpd Masy. 2019;1(1):40–51.
13. Sukardin, Andriani D, Ramli R, Ilmi N. Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberculosis ( TBC ) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Penana ’ e Kota Bima. 2020;10.
14. Nainggolan M. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Perilaku Pencegahan Penularan Pada Pasien TBC. Dpoaj. 2022;01(08):300–6.

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 21


MASYARAKAT
PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME X NOMOR X (2022), XX - XX

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


ISSN (P)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO ISSN (E)

15. Octavia D. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Self Efficacy, dan Pengaruh


Interpersonal Terhadap Pencegahan Penularan TB Paru di Puskesmas Muara Kumpeh
Jambi. Ris Inf Kesehat. 2017;6(2):159–67.
16. Kaka MP. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Perilaku
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis (Tbc). Media Husada J Nurs Sci.
2021;2(2):6–12.
17. Jehaman T. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Terhadap
Pencegahan Penularan Tuberculosisi (Tb) Di Upt Puskesmas Sabbang. J Kesehat
Luwu Raya [Internet]. 2021;7(2):197–204. Available from:
http://jurnalstikesluwuraya.ac.id/index.php/eq/article/view/59

PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN 22


MASYARAKAT

Anda mungkin juga menyukai