Anda di halaman 1dari 19

ISSN Cetak 2303-1433

ISSN Online: 2579-7301

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN


KEJADIAN TUBERCULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN

(THE RELATIONSHIP BETWEEN THE PHYSICAL CONDITION OF THE HOUSE


AND SMOKING HABITS WITH THE INCIDENCE OF TUBERCULOSIS IN THE
WORKING AREA OF THE BANJAREJO HEALTH CENTER IN MADIUN)

Muchammad Rosyid1, dan Avicena Sakufa M2


1-2.
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Jl. Taman Praja No. 25, Mojorejo, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur
E-mail : 1.ocitoi1999@gmail.com 2.avicena.sm@gmail.com

ABSTRAK
Tingginya penyakit tuberculosis dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko, yaitu salah
satunya adalah kondisi fisik rumah serta kebiasaan merokok. Kondisi fisik rumah memiliki
peranan yang sangat penting dalam penyebaran bakteri tuberculosis ke orang yang sehat.
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan sistem imun menurun serta berdampak pada
penurunan pertahanan paru. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan kondisi
fisik rumah dan kebiasaan merokok dengan kejadian tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif
sebagai pendekatan. Metode penelitian yang digunakan adalah survey analitik sedangkan
jenis penelitiannya yaitu case control. Jumlah populasi 32 responden dengan jumlah sampel
sebanyak 29 responden kelompok kasus dan 29 responden kelompok kontrol dengan
menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan variabel independen yaitu luas ventilasi (p-value = 0,035), jenis lantai (p-value =
0,005), pencahayaan (p-value = 0,018), kepadatan hunian (p-value = 0,006), kelembaban (p-
value = 0,002), dan kebiasaan merokok (p-value = 0,004) dengan kejadian tuberculosis di
Wilayah Kerja Puskesmas Banjarejo.

Kata kunci: kondisi fisik rumah, kebiasaan merokok, tuberculosis.

ABSTRACT
High level of tuberculosis can be caused by several risk factors, one of which is physical
condition of the house and smoking habits. The physical condition of the house has a very
important role in the spread of tuberculosis bacteria to healthy people. Smoking can cause
the immune system to decline and have an impact on decreasing lung defenses. The purpose
of this study was to analyze the relationship between the physical condition of the house and
the smoking habits with the incidence of tuberculosis in the working area of the Banjarejo
Health Center in Madiun. The researcher used descriptive quantitative approach. The
method of research was analytical survey while the type of research was case control. The
population was 32 respondents with a total sample of 29 respondent cases and 29 respondent
control and using the Chi-square test. The results showed there was a significant relationship
of independent variables, ventilation area (p-value = 0.035), floor type (p-value = 0.005),
lighting (p-value = 0.018), residential density (p-value = 0.006), humidity (p-value= 0.002),
and smoking habits (p-value = 0.004) with the incidence of tuberculosis in the Banjarejo
Health Center Work Area. It is concluded that there was a significant relationship between
ventilation area, floor type, lighting, residential density, humidity, and smoking habits with
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 76
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

the incidence of tuberculosis in the Banjarejo Health Center Working Area. It is Suggested
to provide socialization on how to prevent the transmition of tuberculosis bacteri and
socialization of healthy home requirements.

Keywords: physical condition of the house, smoking habits, tuberculosis.

PENDAHULUAN tahun tahun 2018 dilaporkan kasus


Tuberculosis (TB) merupakan tuberculosis sebesar 842.000 kasus, pada
penyakit menular yang disebabkan oleh tahun 2019 jumlah kasus tuberculosis
bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang sebesar 843.000 kasus, dan pada tahun
sebagian besar menyerang paru tetapi 2020 jumlah kasus meningkat menjadi
dapat juga menyerang anggota tubuh yang 845.000 kasus. Dengan jumlah kematian
lainnya. Penyebarannya dapat melalui kasus tuberculosis sebanyak 98.000 kasus.
perantara ludah ataupun dahak penderita Dapat disimpulkan bahwa kasus
yang mengandung bakteri Tuberculosis. tuberculosis tersebut dari tahun ke tahun
Sumber penularan tuberculosis dengan semakin meningkat jumlahnya (Profil
Bakteri Tahan Asam (BTA) Positif adalah Kesehatan Indonesia, 2020). Berdasarkan
pada saat batuk atau bersin, penderita data Profil Kesehatan Provinsi Jawa
menyebarkan bakteri ke udara dalam Timur, jumlah kasus tuberculosis pada
bentuk droplet (percikan ludah). Droplet tahun 2018 sebesar 10.732 kasus, pada
yang mengandung bakteri bertahan di tahun 2019 sebesar 54.863 kasus, dan
udara selama beberapa jam. Seseorang pada tahun 2020 sebesar 233.830 kasus.
dapat terinfeksi jika droplet tersebut Mayoritas penderita tuberculosis adalah
terhidup dan masuk ke dalam saluran usia produktif (15-64 tahun), sehingga
pernapasan (Kementerian Kesehatan RI, dengan sembuh dan tuntasnya pengobatan
2019). masyarakat dari penyakit tuberculosis
Menurut World Health Organization berarti produktifitas mereka bisa
(WHO) Tuberculosis merupakan penyakit meningkat dan mereka bisa hidup secara
menular yang mampu merenggut satu juta normal di masyarakat. Dampaknya adalah
nyawa setiap tahun, penyakit ini masyarakat Jawa Timur yang terbebas dari
berdampak sangat besar terhadap orang tuberculosis dan masalah-masalah
lain terutama pada keluarga atau komunitas ekonomi yang diakibatkan oleh penyakit
di sekitarnya. Indonesia berada dalam pada tuberculosis (Profil Kesehatan Provinsi
peringkat ke-2 dengan penderita Jawa Timur, 2020).
tuberculosis tertinggi di Dunia setelah Di Kota Madiun terdapat 6
India. Secara global, diperkirakan 10 juta Puskesmas se-kota Madiun yang terdiri
orang menderita tuberculosis pada tahun dari Puskesmas Manguharjo, Puskesmas
2019. Meskipun terjadi penurunan kasus Patihan, Puskesmas Oro-Oro Ombo,
baru, tetapi tidak cukup cepat untuk Puskesmas Tawangrejo, Puskesmas
mencapai target strategi tuberculosis tahun Demangan, dan Puskesmas Banjarejo.
2020, yaitu pengurangan kasus Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota
tuberculosis sebesar 20% antara tahun Madiun untuk Puskesmas dengan jumlah
2015-2020. Pada tahun 2015-2019 kasus penderita tuberculosis tertinggi se-
penurunan kumulatif kasus tuberculosis kota Madiun yaitu terdapat di Wilayah
hanya sebesar 9% (WHO, Global Kerja Puskesmas Banjarejo. Pada tahun
Tuberculosis Report, 2020). 2018 sebanyak 21 kasus, pada tahun 2019
Berdasarkan data Profil Kesehatan sebanyak 33 kasus, dan pada tahun 2020
Indonesia, jumlah kasus tuberculosis pada sebanyak 32 kasus. Dapat disimpulkan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 77
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

bahwa kasus tuberculosis terjadi lingkungan biologis, dan lingkungan


peningkatan sebesar 12% (Profil sosial. Lingkungan Fisik adalah
Kesehatan KotaMadiun, 2019). lingkungan yang berinteraksi secara
Tingginya penyakit tuberculosis konstan dengan manusia seperti air, udara,
dapat disebabkan oleh beberapa faktor tanah, cuaca, makanan, rumah, panas,
risiko, salah satunya adalah kondisi fisik sinar, radiasi dan lain-lain (Dr. Budiman
rumah, kondisi fisik rumah memiliki Chandra, 2006). Penyebaran kasus
peranan yang sangat penting dalam tuberculosis ini erat kaitannya dengan
penyebaran bakteri tuberculosis ke orang kondisi fisik lingkungan rumah
yang sehat. Sumber penularan penyakit ini masyarakat seperti ventilasi, suhu,
melalui perantaran ludah atau dahak kelembaban, kepadatan hunian,
penderita tuberculosis yang mengandung pencahayaan, lantai dan dinding
bakteri mycobacterium tuberculosis. Pada (Agustina, 2015). Perumahan yang padat,
saat penderita batuk atau bersin, butir-butir kumuh, sirkulasi udara yang kurang baik
air ludah berterbangan di udara dan akan dan cahaya matahari yang kurang
hidup beberapa jam lamanya di dalam merupakan pemicu bakteri penyebab
ruangan yang lembab dan kurang cahaya. tuberculosis bisa hidup tahan lama, hal ini
Penyebaran bakteri tuberculosis akan lebih dikarenakan ruangan berkondisi gelap,
cepat menyerang orang yang sehat jika lembap, dingin, dan tidak memiliki
berada di dalam rumah yang lembab, ventilasi yang baik. Oleh karena itu
gelap, dan kurang cahaya (Kemenkes RI, pembangunan rumah tempat tinggal yang
2011). memenuhi syarat kesehatan harus selalu
Selain itu, kebiasaan merokok juga diperhatikan agar setiap ruangan yang ada
merupakan salah satu faktor risiko didalam rumah mendapatkan pergantian
penyakit tuberculosis, kebiasaan merokok aliran udara yang bersih dan mendapatkan
dapat menyebabkan sistem imun menurun pencahayaan matahari yang cukup
dan dapat berdampak pada penurunan sehingga risiko terjadinya penyakit yang
pertahanan paru. Penurunan pertahanan disebabkan oleh kualitas udara yang buruk
paru dapat menyebabkan seseorang lebih dapat dikurangi (Peraturan Pemerintah RI,
mudah terinfeksi bakteri penyebab 2016).
tuberculosis. Bagi pasien tuberculosis, Berdasarkan hasil penelitian yang
merokok dapat memperburuk kondisinya dilakukan oleh yang dilakukan (Nike et al,
dan dapat menyebabkan peningkatan 2020), (Lestari Muslimah, 2019) dan
risiko kematian, selain itu merokok juga (Mathofani, P.E., & Febriyanti, 2019)
dapat menyebabkan kekambuhan bagi mengatakan bahwa kondisi fisik rumah
pasien tuberculosis yang telah seperti padatnya hunian rumah, jenis lantai,
menyelesaikan pengobatan atau bahkan luas ventilasi yang kurang baik memliki
sudah dinyatakan sembuh (Sembiring S, hubungan yang signifikan dengan kejadian
2019). Pernyataan ini didukung oleh penyakit tuberculosis paru. Penelitian lain
penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh (Kenedyanti, E., &
(Purnamasari Y, 2010) yang menyatakan Sulistyorini, L., 2017) menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara merokok bahwa kondisi fisik rumah (suhu dan
dengan kejadian tuberculosis. kelembaban) yang tidak memenuhi syarat
Menurut Penelitian Firdaus dalam memiliki risiko untuk terjadinya
(Muhammad, 2020), faktor lingkungan tuberculosis paru 3 kali lebih besar
berperan 54,281% dalam kejadian dibandingkan dengan kondisi fisik rumah
tuberculosis. Faktor lingkungan terdiri dari yang memenuhi syarat. Selain itu
tiga komponen yaitu lingkungan fisik, kebiasaan merokok juga merupakan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 78
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

penyumbang risiko terserang tuberculosis. vaksinasi BCG terhadap bayi supaya


Menurut (Permenkes RI, 2016) perilaku masyarakat tersebut termotivasi dengan
merokok memiliki risiko terkena mengubah perilaku masyarakat yang baik
tuberculosis paru sebanyak 22 kali lebih dengan lebih memperhatikan kebiasaan
besar dibandingkan orang yang tidak hidup bersih dan sehat seperti kondisi
merokok. Paparan tembakau baik secara fisik lingkungan dan kebiasaan merokok.
aktif maupun pasif dapat meningkatkan Apabila masyarakat tidak memperhatikan
risiko terkena tuberculosis paru. Zat yang kondisi fisik lingkungan yang bersih serta
terkandung dalam asap rokok seperti tar tidak memiliki perilaku yang sehat, maka
dan nikotin telah terbukti mempengaruhi lingkungan yang sehat pun akan sulit
respon kekebalan tubuh bawaan dari untuk terwujud sehingga penyakit
penjamu dan dapat meningkatkan tuberculosis akan mudah menyebar di
kerentanan infeksi. Merokok sebagai faktor lingkungan tersebut.
penyebab terjadinya tuberculosis paru Hal ini lah yang melatar belakangi
dibuktikan oleh beberapa penelitian antara peneliti untuk melakukan penelitian
lain oleh (Lalombo et al, 2015) dan mengenai “Hubungan Kondisi Fisik
(Ibrahim, 2017) menyimpulkan bahwa Rumah dan Kebiasaan Merokok Dengan
faktor kebiasaan merokok memiliki Kejadian Penyakit Tuberculosis Di
hubungan yang erat dengan kejadian Wilayah Kerja Puskesmas Banjarejo Kota
tuberculosis paru. Selain itu perilaku Madiun”.
kesehatan individu juga menjadi faktor
risiko terhadap penularan tuberculosis METODE
paru seperti menutup dan membuka Pendekatan yang dilakukan dalam
jendela rumah (Amalguswan et al, 2017). penelitian ini adalah penelitian analitik.
Berdasarkan uraian diatas, dengan Metode yang digunakan dalam penelitian
meningkatnya jumlah kasus terlihat bahwa ini adalah metode survei yang dilakukan
untuk memutus rantai penyakit dengan melakukan penyebaran kuesioner
tuberculosis yaitu perlu adanya sosialisasi dan melakukan wawancara kepada
maupun penyuluhan, serta pemberian responden secara langsung dengan
kekebalan dalam rangka penanggulangan menggunakan pendekatan case control.
tuberculosis yang dilakukan melalui

HASIL
Analisis Univariat
Analisis univariat disini menyajikan karakteristik responden berdasarkan variabel
terikat yaitu Kejadian Tuberculosis. Variabel bebas yaitu luas ventilasi, jenis lantai,
pencahayaan, kepadatan hunian, kelembaban, dan kebiasaan merokok.
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan luas ventilasi
Luas Ventilasi Frekuensi Persentase
(%)
Tidak Memenuhi Syarat 31 53,4
Memenuhi Syarat 27 46,6
Total 58 100,0
Tabel 1 menunjukkan berdasarkan luas ventilasi terdapat perbedaan proporsi menunjukkan
bahwa dari 58 responden, mayoritas responden memiliki luas ventilasi yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 31 responden dengan persentase sebesar 53,4%. Sedangkan yang memenuhi
syarat sebanyak 27 responden dengan persentase sebesar 46,6%.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 79


ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Lantai.


Jenis Lantai Frekuensi Persentase (%)
Tidak Kedap Air 19 32,8
Kedap Air 39 67,2
Total 58 100,0
Tabel 2 menunjukkan berdasarkan jenis lantai terdapat perbedaan proporsi menunjukkan
bahwa dari 58 responden, mayoritas responden memiliki jenis lantai kedap air sebanyak 39
responden dengan persentase sebesar 67,2%. Sedangkan yang memiliki jenis lantai tidak
kedap air sebanyak 19 responden dengan persentasesebesar 32,8%.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencahayaan


Pencahayaan Frekuensi Persentase (%)
Tidak Memenuhi Syarat 30 51,7
Memenuhi Syarat 28 48,3
Total 58 100,0
Tabel 3 menunjukkan berdasarkan sarana prasarana terdapat perbedaan proporsi
menunjukkan bahwa dari 58 responden, mayoritas responden dengan kepadatan hunian yang
memenuhi syarat sebanyak 37 responden dengan persentase sebesar 63,8%. Sedangkan
dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat sebanyak 21 responden dengan
persentase sebesar 36,2%.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelembaban.


Kelembaban Frekuensi Persentase (%)
Tidak Memenuhi Syarat 31 53,4
Memenuhi Syarat 27 46,6
Total 58 100,0
Tabel 4 menunjukkan berdasarkan sarana prasarana terdapat perbedaan proporsi
menunjukkan bahwa dari 58 responden, mayoritas responden dengan kelembaban yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 31 responden dengan persentase sebesar 53,4%. Sedangkan
dengan kelembaban yang memenuhi syarat sebanyak 27 responden dengan persentase sebesar
46,6%.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok.


Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentase (%)
Merokok 32 55,2
Tidak Merokok 26 44,8
Total 58 100,0
Tabel 5 menunjukkan berdasarkan sarana prasarana terdapat perbedaan proporsi
menunjukkan bahwa dari 58 responden, mayoritas responden dengan merokok sebanyak 32
responden dengan persentase sebesar 55,2%. Sedangkan dengan tidak merokok sebanyak 26
responden dengan persentase sebesar 44,8%.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 80


ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Tuberculosis.


Kejadian Tuberculosis Frekuensi Persentase (%)
Kasus 29 50,0
Kontrol 29 50,0
Total 58 100,0
Tabel 6 menunjukkan berdasarkan Kejadian Tuberculosis proporsi menunjukkan bahwa dari
58 responden, terdapat kasus dan control 29 responden dengan persentase 50,0%

Analisis Bivariat
Analisis bivariat betujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat dengan menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan pada
penelitian ini yaitu uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05.

Tabel 1 Hubungan Luas Ventilasi Dengan Kejadian Tuberculosis


Kejadian Tuberculosis Total O
Luas Kasus Kontrol R ρ-
Ventilasi (95% value
N % N % N %
CI)
Tidak Memenuhi 20 64,5 11 35,5 31 100,0 3,636 0,035
Syarat (1,226-
Memenuhi Syarat 9 33,3 18 66,7 27 100,0 10,783)

Total 29 50,0 29 50,0 58 100,0


Berdasarkan tabel 1 hasil uji chi-square antara luas ventilasi dengan kejadian
tuberculosis pada kelompok kasus dengan luas ventilasi tidak memenuhi syarat terdapat 20
responden dengan persentase 64,5% dan luas ventilasi yang memenuhi syarat terdapat 9
responden dengan persentase 33,3%. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan luas ventilasi
tidak memenuhi syarat terdapat 11 responden dengan persentase 35,5% dan luas ventilasi
yang memenuhi syarat terdapat 18 responden dengan persentase 66,7%.

Tabel 2 Hubungan Jenis Lantai Dengan Kejadian Tuberculosis


Kejadian Tuberculosis Total O
Jenis Lantai Kasus Kontrol R (95% ρ-
CI) value
N % N % N %
Tidak Kedap Air 15 78,9 4 21,1 19 100, 6,696 0,005
0 (1,857-
Kedap Air 14 35,9 25 64,1 39 100, 24,142)
0
Total 29 50,0 29 50, 58 100,
0 0
Berdasarkan tabel 2 hasil uji chi-square antara jenis lantai dengan kejadian
tuberculosis pada kelompok kasus dengan jenis lantai tidak kedap air terdapat 15 responden
dengan persentase 78,9% dan jenis lantai kedap air terdapat 14 responden dengan persentase
35,9%. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan jenis lantai tidak kedap air terdapat 4
responden dengan persentase 21,1% dan jenis lantai kedap air terdapat 25 responden dengan
persentase 64,1%.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 81


ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

Tabel 3 Hubungan Pencahayan Dengan Kejadian Tuberculosis


Kejadian Tuberculosis Total OR
Pencahayaan Kasus Kontrol (95% CI) ρ-
value
N % N % N %
Tidak Memenuhi 20 66,7 10 33,3 3 100,0 4,222 0,018
Syarat 0 (1,409-
Memenuhi Syarat 9 32,1 19 67,9 2 100,0 12,657)
8
Total 29 50, 29 50,0 5 100,
0 8 0
Berdasarkan tabel 3 hasil uji chi-square antara pencahayaan dengan kejadian
tuberculosis pada kelompok kasus dengan pencahayaan tidak memenuhi syarat terdapat 20
responden dengan persentase 66,7% dan pencahayaan memenuhi syarat terdapat 9 responden
dengan persentase 32,1%. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan pencahayaan tidak
memenuhi syarat terdapat 10 responden dengan persentase 33,3% dan pencahayaan
memenuhi syarat terdapat 19 responden dengan persentase 67,9%.

Tabel 4 Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Tuberculosis


Kejadian Tuberculosis Total OR
Kepadatan Kasus Kontrol (95 ρ-value
Hunian N % N % N % %
CI)
Tidak Memenuhi 16 76,2 5 23,8 21 100,0 5,908 0,006
Syarat (1,762-
Memenuhi Syarat 13 35,1 24 64,9 37 100,0 19,810)
Total 29 50,0 29 50,0 58 100,
0
Berdasarkan tabel 4 hasil uji chi-square antara kepadatan hunian dengan kejadian
tuberculosis pada kelompok kasus dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat terdapat
16 responden dengan persentase 76,2% dan kepadatan hunian memenuhi syarat terdapat 13
responden dengan persentase 35,1%. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan kepadatan
hunian tidak memenuhi syarat terdapat 5 responden dengan persentase 23,8% dan kepadatan
hunian memenuhi syarat terdapat 24 responden dengan persentase 64,9%.

Tabel 5 Hubungan Kelembaban Dengan Kejadian Tuberculosis


Kejadian Tuberculosis Total OR
Kelembaban Kasus Kontrol (95% CI) ρ-value
N % N % N %
Tidak Memenuhi 22 71,0 9 29,0 31 100,0 6,984 0,002
Syarat (2,193-
Memenuhi Syarat 7 25,9 20 74,1 27 100,0 22,247)

Total 29 50,0 29 50,0 58 100,0


Berdasarkan tabel 5 hasil uji chi-square antara kelembaban dengan kejadian
tuberculosis pada kelompok kasus dengan kelembaban tidak memenuhi syarat terdapat 22
responden dengan persentase 71,0% dan kelembaban memenuhi syarat terdapat 7 responden
dengan persentase 25,9%. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan kelembaban tidak

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 82


ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

memenuhi syarat terdapat 9 responden dengan persentase 29,0% dan kelembaban memenuhi
syarat terdapat 20 responden dengan persentase 74,1%.

Tabel 6 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Tuberculosis


Kejadian Tuberculosis Total OR
Kebiasaan Kasus Kontrol (95% CI) ρ-
Merokok value
N % N % N %
Merokok 10 31,3 22 68,8 32 100,0 0,167 0,004
Tidak 19 73,1 7 26,9 26 100,0 (0,053-
Merokok 0,526)
Total 29 50,0 29 50,0 58 100,0
Berdasarkan tabel 6 hasil uji chi-square antara kebiasaa merokok dengan kejadian
tuberculosis pada kelompok kasus dengan merokok terdapat 10 responden dengan persentase
31,3% dan tidak merokok terdapat 19 responden dengan persentase 73,1%. Sedangkan pada
kelompok kontrol dengan merokok terdapat 22 responden dengan persentase 68,8% dan tidak
merokok terdapat 7 responden dengan persentase 26,9%.

PEMBAHASAN terdapat hubungan yang signifikan antara


Hubungan Luas Ventilasi Dengan luas ventilasi dengan kejadian tuberculosis
Kejadian Tubercolosis di Wilayah Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarejo
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun Kota Madiun.
Berdasarkan hasil analisis univariat Ventilasi adalah lubang atau angin-
jumlah distribusi frekuensi luas ventilasi angin yang harus ada pada rumah.
dengan kejadian tubercolosis di wilayah Ventilasi ini berfungsi sebagai pertukaran
kerja Puskesmas Banjarejo dapat diketahui keluar masuk udara. Menurut Permenkes
bahwa mayoritas responden memiliki luas RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang
ventilasi yang tidak memenuhi syarat yaitu Pedoman Penyehatan Udara 2011 syarat
sebanyak 31 responden (53,4%). luas ventilasi yang cukup adalah minimal
Sedangkan responden yang memiliki luas 10% serta mengatakan bahwa pertukaran
ventilasi memenuhi syarat yaitu sebanyak udara yang tidak baik atau kurang
27 responden (46,6%). memenuhi syarat dapat menyebabkan
Berdasarkan hasil analisis bivariat suburnya pertumbuhan mikroorganisme
menggunakan uji Chi-Square untuk yang dapat menyebabkan gangguan
mengetahui hubungan antara variabel luas kesehatan manusia. Bakteri akan bertahan
ventilasi terhadap kejadian tuberculosis lama didalam rumah apabila ventilasi di
yaitu dapat diketahui bahwa pada rumah sangat minim. Kurangnya ventilasi
kelompok kasus yang memiliki luas juga akan menyebabkan kelembaban udara
ventilasi tidak memenuhi syarat terdapat dalam ruangan, karena terjadi proses
20 responden (64,5%) dan yang memiliki penguapan.
luas ventilasi memenuhi syarat terdapat 9 Penelitian ini didukung oleh hasil
responden (33,3%). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Kusuma,
kelompok kontrol yang memiliki luas 2015) yang mengatakan bahwa luas
ventilasi tidak memenuhi syarat terdapat ventilasi ini merupakan salah satu faktor
11 responden (35,5%) dan yang memiliki risiko kejadian tuberculosis dengan nilai (p
luas ventilasi memenuhi syarat terdapat 18 = 0,000 < α 0,05) serta hasil OR = 15,167
responden (66,7%). Maka diperoleh nilai yang menunjukkan bahwa orang yang
p-value = 0,035 (p<0,05) yang artinya tinggal di rumah dengan luas ventilasi

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 83


ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

yang tidak memenuhi syarat kesehatan karena sebagian responden memiliki luas
memiliki risiko 15 kali untuk menderita ventilasi yang tidak memenuhi syarat.
TB Paru dibandingkan dengan orang yang Sedangkan luas ventilasi yang memenuhi
tinggal di rumah dengan luas ventilasi syarat pada kelompok kontrol sebanyak 18
yang memenuhi syarat kesehatan. responden, hal ini dikarenakan sebagian
Penelitian yang sama juga dilakukan besar responden menyadari bahwa
oleh (Deny Agustian, 2014) yang pentingnya untuk memasang lubang
menyatakan bahwa terdapat hubungan ventilasi dengan tujuan untuk
antara luas ventilasi dengan kejadian memungkinkan adanya pergantian udara
tuberculosis dengan nilai p-value = 0,013 agar tetap terjaga sirkulasinya, sehingga
< 0,05 dan nilai OR = 6,505. Artinya, dapat mengurangi kemungkinan penularan
seseorang yang tinggal di rumah dengan penyakit pada keluarga ataupun orang
ventilasi yang tidak memenuhi syarat lain. Luas ventilasi yang memenuhi
mempunyai kemungkinan menderita TB syarat. kesehatan berfungsi untuk
paru sebesar 6,5 kali lebih tinggi daripada membebaskan udara ruangan dari bakteri-
seseorang yang tinggal dirumah dengan bakteri, khususnya bakteri patogen seperti
ventilasi yang memenuhi syarat. tuberculosis, karena disitulah selalu terjadi
Berdasarkan hasil penelitian aliran udara yang terus menerus. Bakteri
menunjukkan bahwa responden yang yang terbawa oleh udara akan selalu
memiliki luas ventilasi tidak memenuhi mengalir.
syarat pada kelompok kasus sebanyak 20
responden dikarenakan sebagian besar Hubungan Jenis Lantai Dengan
responden mengatakan bahwa apabila Kejadian Tuberculosis di Wilayah Kerja
terlalu banyak lubang ventilasi yang terlalu Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
besar banyak mengakibatkan debu masuk Berdasarkan hasil analisis univariat
ke dalam rumah ketika angina masuk. jumlah distribusi frekuensi jenis lantai
Kondisi ventilasi yang tidak memenuhi dengan kejadian tuberculosis di Wilayah
syarat kesehatan dapat menyebabkan Kerja Puskesmas Banjarejo dapat
kurangnya pertukaran udara dalam diketahui bahwa mayoritas responden
ruangan yang akan mengakibatkan bakteri- memiliki jenis lantai kedap air yaitu
bakteri penyebab penyakit terutama sebanyak 39 responden (67,2%).
bakteri tuberculosis yang dapat Sedangkan responden yang memiliki jenis
berkembangbiak. Pada kondisi tidak lantai tidak kedap air yaitu sebanyak 19
terjadi pertukaran udara secara baik maka responden (32,8%).
akan terjadi peningkatan jumlah dan Berdasarkan hasil analisis bivariat
konsentrasi bakteri, sehingga risiko terjadi menggunakan uji Chi-Square untuk
penularan penyakit semakin tinggi. mengetahui hubungan antara variabel jenis
Sedangkan luas ventilasi yang memenuhi lantai terhadap kejadian tuberculosis yaitu
syarat pada kelompok kasus sebanyak 9 dapat diketahui bahwa pada kelompok
responden, hal ini disebabkan karena luas kasus yang memiliki jenis lantai tidak
ventilasi rumah responden sudah kedap air terdapat 15 responden (78,9%)
memenuhi syarat sesuai dengan 10% dari dan yang memiliki jenis lantai kedap air
luas lantai, akan tetapi responden kurang terdapat 14 responden (35,9%). Sedangkan
memperhatikan akan kebersihan rumah pada kelompok kontrol yang memiliki
dan lingkungannya. jenis lantai tidak kedap air terdapat 4
Luas ventilasi yang tidak responden (21,1%) dan yang memiliki
memenuhi syarat pada kelompok kontrol jenis lantai kedap air terdapat 25
sebanyak 11 responden, hal ini disebabkan responden (64,1%). Maka diperoleh nilai
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 84
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

p-value 0,005 (p<0,05) yang artinya berkembangbiak bakteri. Sedangkan


terdapat hubungan yang signifikan antara responden yang memiliki jenis lantai
jenis lantai dengan kejadian tuberculosis di kedap air pada kelompok kasus sebanyak
Wilayah Kerja Puskesmas Banjarejo Kota 14 responden, hal ini dikarenakan
Madiun. sebagian responden memiliki lantai rumah
Menurut Permenkes RI No. yang kedap air (keramik).
1077/Menkes/Per/V/2011, lantai yang baik Responden yang memiliki jenis
adalah lantai yang dalam keadaan kering lantai tidak kedap air pada kelompok
dan tidak lembab. Bahan lantai harus kontrol sebanyak 4 responden, hal ini
kedap air dan mudah dibersihkan, jadi disebabkan karena masih adanya
paling tidak lantai rumah perlu di plester responden yang memiliki lantai rumah
dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin tidak kedap air (tanah dan semen).
atau keramik yang mudah dibersihkan, Sedangkan responden yang memiliki jenis
sehingga virus bakteri tidak mudah lantai kedap air pada kelompok kontrol
berkembang biak, serta tidak hidup sebanyak 25 responden, hal ini disebabkan
dilantai yang lembab dan kotor. sudah sadarnya masyarakat tentang jenis
Penelitian ini didukung oleh lantai yang memenuhi syarat sehingga
penelitian yang dilakukan oleh (Dawile, tidak lembab dan berdebu akan mencegah
2015) yang menunjukkan hasil nilai (p- adanya kuman, virus, serta dapat
value) = 0,000 (<0,05) menyatakan menambah nilai kebersihan rumah.
bahwa ada hubungan yang signifikan Masyarakat telah menyadari bahwa
antara jenis lantai dengan tuberkulosis pentingnya memasang lantai rumah yang
paru. Hal ini juga didukung oleh penelitian kedap air (ubin, keramik) dengan tujuan
yang telah dilakukan oleh (Kusuma, 2015) agar tidak banyak debu yang masuk
yang mengatakan bahwa ada hubungan didalam rumah serta mudah untuk
antara jenis lantai dengan kejadian dibersihkan.
tuberculosis dengan nilai p-value 0,005<
0,05. Hubungan Pencahayaan Dengan
Berdasarkan hasil penelitian Kejadian Tuberculosis di Wilayah Kerja
menunjukkan bahwa responden yang Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
memiliki jenis lantai tidak kedap air (tanah Berdasarkan hasil analisis univariat
dan semen) pada kelompok kasus jumlah distribusi frekuensi pencahayaan
sebanyak 15 responden karena sebagian dengan kejadian tuberculosis di Wilayah
besar responden mengatakan bahwa untuk Kerja Puskesmas Banjarejo dapat
memasang lantai rumah yang kedap air diketahui bahwa mayoritas responden
juga memerlukan biaya yang cukup. memiliki pencahayaan tidak memenuhi
Sehingga tidak semua orang mampu syarat yaitu sebanyak 30 responden
memperbaiki atau memasang lantai rumah (51,7%). Sedangkan responden yang
yang kedap air, hal ini dapat dipengaruhi memiliki pencahayaan memenuhi syarat
oleh faktor ekonomi. Jadi, faktor ekonomi yaitu sebanyak 28 responden (48,3%).
dapat mempengaruhi kondisi rumah belum Berdasarkan hasil analisis bivariat
memenuhi syarat. Maka dari itu masih menggunakan uji Chi-Square untuk
banyak orang yang mempunyai lantai mengetahui hubungan antara variabel
rumah yang belum kedap air. Jenis lantai pencahayaan terhadap kejadian
yang tidak kedap air cenderung tuberculosis yaitu dapat diketahui bahwa
menimbulkan kelembaban, dengan pada kelompok kasus yang memiliki
demikian juga dapat mempengaruhi pencahayaan tidak memenuhi syarat
peningkatan jumlah tempat terdapat 20 responden (66,7%) dan yang
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 85
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

memiliki pencahayaan memenuhi syarat menunjukkan bahwa responden yang


terdapat 9 responden (32,1%). Sedangkan memiliki pencahayaan tidak memenuhi
pada kelompok kontrol yang memiliki syarat pada kelompok kasus sebanyak 20
pencahayaan tidak memenuhi syarat responden dikarenakan bahwa salah satu
terdapat 10 responden (33,3%) dan yang faktor yang dapat mempengaruhi
memiliki pencahayaan memenuhi syarat kurangnya pencahayaan pada rumah
terdapat 19 responden (67,9%). Maka responden adalah masih minimnya lubang
diperoleh nilai p-value 0,018 (p<0,05) angin atau ventilasi, serta kurang adanya
yang artinya terdapat hubungan yang genteng kaca. Kondisi pencahayaan yang
signifikan antara pencahayaan dengan tidak memenuhi syarat (<60 lux) dapat
kejadian tuberculosis di Wilayah Kerja menyebabkan gelap dan menjadi media
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. baik bagi pertumbuhan kuman. Hal ini
Pencahayaan atau penerangan juga akan meningkatkan jumlah dan
sangat dibutuhkan pada suatu ruangan. konsentrasi bakteri, sehingga risiko terjadi
Pencahayaan ini sangat dibutuhkan agar penularan penyakit akan semakin tinggi.
rumah menjadi tidak lembab, dan dinding Pencahayaan juga berkaitan dengan
rumah menjadi tidak berjamur akibat adanya ventilasi. Penambahan ventiasi
bakteri atau kuman yang masuk ke dalam juga dapat mempengaruhi kondisi
rumah. Karena bakteri penyebab penyakit pencahayaan. Sedangkan responden yang
menyukai tempat yang gelap untuk memiliki pencahayaan memenuhi syarat
berkembangbiak. Semakin banyak sinar pada kelompok kasus sebanyak 9
matahari yang masuk semakin baik. responden dikarenakan kondisi
Menurut Permenkes RI No. pencahayaan atau penerangan di dalam
1077/Menkes/Per/V/2011 menyatakan rumah responden sudah baik.
bahwa syarat pencahayaan didalam rumah Responden yang memiliki
minimal 60 lux. Cahaya matahari memiliki pencahayaan tidak memenuhi syarat pada
peran sebagai gemercid (pembunuh kuman kelompok kontrol sebanyak 10 responden
atau bakteri). Agar memperoleh dikarenakan kondisi pencahayaan atau
pencahayaan khususnya cahaya alami, penerangan yang masuk di dalam rumah
setiap ruangan harus memiliki lubang belum merata, jadi hanya beberapa
cahaya atau ventilasi yang memungkinkan ruangan saja yang terdapat pencahayaan
cahaya itu dapat masuk secara langsung yang baik. Sedangkan responden yang
maupun tidak langsung. memiliki pencahayaan yang memenuhi
Penelitian ini didukung oleh hasil syarat pada kelompok kontrol sebanyak 19
penelitian yang telah dilakukan oleh (Ika responden dikarenakan sebagian besar
Lusy, 2016) dengan nilai p-value = 0,002 responden sadar akan pentingnya rumah
< 0,05, nilai OR = 8,000 yang berarti sehat. Beberapa masyarakat memasang
bahwa ada hubungan antara pencahayaan genteng kaca serta lubang ventilasi yang
dengan kejadian TB, serta mempunyai cukup banyak sehingga semakin banyak
risiko 8 kali. Penelitian ini juga sejalan cahaya matahari yang masuk ke dalam
dengan penelitian yang dilakukan oleh rumah. Cahaya matahari memiliki peran
(Kartika Amalia, 2015) yang mengatakan sebagai pembunuh kuman ataupun bakteri.
bahwa terdapat hubungan antara
pencahayaan dengan kejadian
tuberkulosis dengan nilai p-value = 0,003 Hubungan Kepadatan Hunian Dengan
< 0,05 dengan nilai OR= 8,125 dan Kejadian Tuberculosis di Wilayah Kerja
mempunyai resiko sebesar 8,1 kali. Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil analisis univariat
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 86
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

jumlah distribusi frekuensi kepadatan memberi kesempatan tumbuh dan


hunian dengan kejadian tuberculosis di berkembang biak lebih untuk bakteri.
Wilayah Kerja Puskesmas Banjarejo dapat Penelitian ini didukung oleh
diketahui bahwa mayoritas responden penelitian yang dilakukan oleh (Batti,
memiliki kepadatan hunian yang 2015) yang menunjukkan nilai p-value =
memenuhi syarat yaitu sebanyak 37 0,006 < 0,05 artinya bahwa kepadatan
responden (63,8%). Sedangkan responden hunian mempunyai hubungan bermakna
yang memiliki kepadatan hunian tidak dengan kejadian TB Paru.
memenuhi syarat yaitu sebanyak 21 Berdasarkan hasil penelitian
responden (36,2%). menunjukkan bahwa responden yang
Berdasarkan hasil analisis bivariat memiliki kepadatan hunian tidak
menggunakan uji Chi-Square untuk memenuhi syarat pada kelompok kasus
mengetahui hubungan antara variabel sebanyak 16 responden, hal ini disebabkan
kepadatan hunian terhadap kejadian karena untuk membangun rumah yang luas
tuberculosis yaitu dapat diketahui bahwa serta memenuhi syarat juga perlu biaya
pada kelompok kasus yang memiliki yang cukup. Hal ini dikarenakan kondisi
kepadatan hunian tidak memenuhi syarat rumah yang kurang luas dapat dipengaruhi
terdapat 16 responden (76,2%) dan yang oleh faktor ekonomi. Jadi, faktor ekonomi
memiliki kepadatan hunian memenuhi dapat mempengaruhi kondisi rumah yang
syarat terdapat 13 responden (35,1%). belum memehuni syarat. Maka dari itu
Sedangkan pada kelompok kontrol yang masih banyak orang yang masih tinggal
memiliki kepadatan hunian tidak dirumah yang luasnya tergolong sempit.
memenuhi syarat terdapat 5 responden Kepadatan hunian yang tidak memenuhi
(23,8%) dan yang memiliki kepadatan syarat ini dapat memudahkan bakteri
hunian memenuhi syarat terdapat 24 tumbuh dengan baik. Karena semakin
responden (64,9%). Maka diperoleh nilai padat hunian suatu rumah maka semakin
p-value 0,006 (p<0,05) yang artinya besar risiko penularan suatu penyakit.
terdapat hubungan yang signifikan antara Sedangkan responden yang memiliki
kepadatan hunian dengan kejadian kepadatan hunian yang memenuhi syarat
tuberculosis di Wilayah Kerja Puskesmas pada kelompok kasus sebanyak 13
Banjarejo Kota Madiun. responden, hal ini disebabkan sebagian
Kepadatan hunian adalah masyarakat memiliki kepadatan hunian
perbandingan antara luas rumah yang yang memenuhi syarat dinyatakan dengan
tersedia dengan penghuni atau anggota luas rumah (m2) sesuai dengan jumlah
keluarga yang ada didalam rumah. anggota keluarga, akan tetapi syarat
Menurut Permenkes RI No. kondisi fisik rumah belum sesuai dengan
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang kriteria syarat rumah sehat.
Pedoman Penyehatan Udara kepadatan Responden yang memiliki
hunian yang memenuhi syarat adalah satu kepadatan hunian tidak memenuhi syarat
orang minimal menempati luas 8m2 agar pada kelompok kontrol sebanyak 5
dapat mencegah penularan penyakit. Luas responden, hal ini dikarenakan masih
rumah yang tidak sesuai dengan jumlah adanya masyarakat yang memiliki
penghuninya dapat menyebabkan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat
terjadinya overload. Semakin padat dengan luas rumah (m2) sesuai dengan
penghuni rumah maka semakin cepat juga jumlah anggota keluarga. Sedangkan
udara didalam rumah mengalami responden yang memiliki kepadatan
pencemaran. Dengan meningkatnya kadar hunian yang memenuhi syarat pada
CO2 di udara dalam rumah maka akan kelompok kontrol sebanyak 24 responden,
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 87
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

hal ini dikarenakan bahwa beberapa syarat dapat menyebabkan pertumbuhan


responden mengatakan bahwa rumah yang mikroorganisme yang mengakibatkan
luas dengan penghuni yang relatif sedikit gangguan terhadap kesehatan manusia.
tidak menimbulkan kesempitan saat Aliran udara yang lancar dapat
melakukan aktivitas dirumah. mengurangi kelembaban dalam ruangan.
Kelembaban yang tinggi merupakan media
Hubungan Kelembaban Dengan yang baik untuk bakteri-bakteri patogen
Kejadian Tuberculosis di Wilayah Kerja penyebab penyakit
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun Penelitian ini didukung oleh
Berdasarkan hasil analisis univariat penelitian yang telah dilakukan oleh
jumlah distribusi frekuensi kelembaban (Kusuma, 2015) yang menunjukkan bahwa
dengan kejadian tuberculosis di Wilayah ada hubungan antara kelembaban dengan
Kerja Puskesmas Banjarejo dapat kejadian tuberkulosis dengan nilai p-value
diketahui bahwa mayoritas responden = 0,002 <
yang memiliki kelembaban tidak 0,05, nilai OR = 6,417. Penelitian ini
memenuhi syarat yaitu sebanyak 22 sejalan dengan penelitian (Liani May,
responden (71,0%). Sedangkan responden 2014) yang mengatakan bahwa terdapat
yang memiliki kelembaban memenuhi hubungan antara kelembaban dengan
syarat yaitu sebanyak 7 responden kejadian tuberkulosis, yang memiliki nilai
(25,9%). risiko sebesar 3,8 kali dengan nilai p-value
Berdasarkan hasil analisis bivariat = 0,008 < 0,05, nilai OR = 3,85.
menggunakan uji Chi-Square untuk Berdasarkan hasil penelitian
mengetahui hubungan antara variabel menunjukkan bahwa responden yang
kelembaban terhadap kejadian tuberculosis memiliki kelembaban tidak memenuhi
yaitu dapat diketahui bahwa pada syarat pada kelompok kasus sebanyak 22
kelompok kasus yang memiliki responden, hal ini disebabkan bahwa salah
kelembaban tidak memenuhi syarat satu faktor yang mempengaruhi kurangnya
terdapat 22 responden (71,0%) dan yang kelembaban pada rumah responden adalah
memiliki kelembaban memenuhi syarat kurangnya sinar matahari yang masuk
terdapat 7 responden (25,9%). Sedangkan serta masih minimnya lubang angin atau
pada kelompok kontrol yang memiliki ventilasi, jenis lantai tidak kedap air, dan
kelembaban tidak memenuhi syarat kurang adanya genteng kaca. Kondisi
terdapat 9 responden (29,0%) dan yang kelembaban yang tidak memenuhi syarat
memiliki kelembaban memenuhi syarat dapat menyebabkan kuman atau bakteri
terdapat 20 responden (74,1%). Maka rentan hidup lebih baik di dalam ruangan
diperoleh nilai p-value 0,002 (p<0,05) yang tingkat kelembabannya tinggi. Cara
yang artinya terdapat hubungan yang menurunkan tingkat kelembaban juga
signifikan antara kelembaban dengan berkaitan erat dengan keberadaan ventilasi
kejadian tuberculosis di Wilayah Kerja yang cukup. Serta sering membuka pintu
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. maupun jendela pada pagi hari, agar udara
Kelembaban udara rumah adalah dalam rumah dapat berganti. Sedangkan
kadar air rata – rata yang ada di dalam responden yang memiliki kelembaban
rumah. Menurut Permenkes RI No. yang memenuhi syarat pada kelompok
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang kasus sebanyak 7 responden, disebabkan
Pedoman Penyehatan Udara dalam ruang karena sudah adanya pencahayaan yang
menyebutkan kelembaban udara yang masuk ke dalam rumah sudah baik serta
memenuhi syarat adalah 40%-60%. adanya luas ventilasi yang cukup, akan
Kelembaban udara yang tidak memenuhi tetapi syarat kondisi fisik rumah belum
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 88
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

sesuai dengan kriteria syarat rumahsehat. merupakan salah satu faktor risiko penting
Responden yang memiliki untuk terjadinya penyakit kardiovaskular,
kelembaban tidak memenuhi syarat pada serta kerap menjadi penyebab utama dari
kelompok kontrol sebanyak 9 responden, kematian di seluruh dunia yang berkaitan
hal ini disebabkan masih adanya dengan penyakit pada serebrovaskular,
masyarakat yang memiliki lantai rumah infeksi saluran napas bawah, PPOK, TB
tidak kedap air (tanah, semen) serta belum Paru, dan kanker saluran napas . Epitel
adanya luas ventilasi yang cukup. pernapasan merupakan barrier utama
Sedangkan responden yang memiliki dalam melawan agen lingkungan yang
kelembaban yang memenuhi syarat pada merugikan dan melindungi dengan cara
kelompok kontrol sebanyak 20 responden, menyapu partikel keluar dalam lapisan
hal ini disebabkan karena sebagian besar mucus, memfagositosis juga merekrut sel
rumah responden memiliki lubang imun lain. Merokok secara langsung dapat
ventilasi yang cukup serta terdapat jenis membahayakan integrasi barrier fisik,
lantai kedap air (keramik) sehingga meningkatkan permeabilitas epitel
sirkulasi udara yang masuk didalam pernapasan dan mengganggu
ruangan lancar. muccociliary clearance (Giacomo M, et al,
2011). Pajanan asap rokok akut dapat
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan meningkatkan supresi epitel pernapasan
Kejadian Tuberculosis di Wilayah Kerja dan secara kronik dapat mengakibatkan
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun inflamasi dan kerusakan sehingga
Berdasarkan hasil analisis univariat menyebabkan perubahan bentuk sel epitel
jumlah distribusi frekuensi kebiasaan (Bates MN, 2007).
merokok dengan kejadian tuberculosis di Merokok merupakan faktor penting
Wilayah Kerja Puskesmas Banjarejo dapat yang dapat menurunkan daya tahan tubuh
diketahui bahwa mayoritas responden sehingga dapat mempengaruhi
yang merokok yaitu sebanyak 32 kesembuhan pengobatan penderita
responden (55,2%). Sedangkan responden tuberculosis. Orang yang merokok lebih
yang tidak merokok yaitu sebanyak 26 berisiko menderita tuberculosis karena
responden (44,8%). kandungan racun seperti tar yang dihirup
Berdasarkan hasil analisis bivariat dari asap rokok (Fitriani, 2014).
menggunakan uji Chi-Square untuk Penelitian ini sejalan dengan
mengetahui hubungan antara variabel penelitian yang dilakukan oleh (Tandang
kebiasaan merokok terhadap kejadian F, 2018) yang mengemukakan bahwa
tuberculosis yaitu dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara status merokok
pada kelompok kasus yang merokok dengan kejadian TBC dengan nilai p-value
terdapat 10 responden (31,3%) dan yang = 0,037 < 0,05 dan nilai OR = 10,899 yang
tidak merokok terdapat 19 responden menunjukkan bahwa perokok aktif lebih
(73,1%). Sedangkan pada kelompok berisiko mengalami TBC 10,899 kali
kontrol yang merokok terdapat 22 dibandingkan dengan perokok pasif. Hasil
responden (68,8%) dan yang tidak penelitian ini juga sejalan dengan
merokok terdapat 7 responden (26,9%). penelitian yang dilakukan oleh (Sejati,
Maka diperoleh nilai p-value 0,004 2015) yang menyatakan bahwa ada
(p<0,05) yang artinya terdapat hubungan hubungan yang bermakna antara kebiasaan
yang signifikan antara kebiasaan merokok merokok dengan kejadian tuberculosis
dengan kejadian tuberculosis di Wilayah paru.
Kerja Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Menurut teori Giacomo, merokok disimpulkan bahwa responden yang
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 89
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

memiliki kebiasaan merokok pada Kesimpulan


kelompok kasus sebanyak 10 responden, Berdasarkan hasil penelitian dan
hal ini disebabkan karena masih adanya pembahasan dalam penelitian ini tentang
masyarakat yang tidak peduli akan hubungan kondisi fisik rumah dan
kesehatan dirinya sendiri, masyarakat kebiasaan merokok dengan kejadian
tersebut sedang mejalankan pengobatan tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas
tuberculosis akan tetapi mereka masih Banjarejo Kota Madiun dapat diambil
ingin menghisap rokok. Sedangkan kesimpulan sebagai berikut:
responden yang memiliki kebiasaan tidak 1. Sebaian besar responden dengan
merokok pada kelompok kasus sebanyak jenis kelamin laki-laki, sebagian
19 responden, hal ini disebabkan karena besar responden berpendidikan dasar
sebagian masyarakat sudah sadar dan (SD dan SMP), dan sebagian besar
peduli akan kesehatan dirinya sendiri, responden dengan pekerjaan swasta
sehingga mereka tahu mengenai efek yang di wilayah kerja Puskesmas
ditimbulkan oleh rokoktersebut. Banjarejo Kota Madiun
Responden yang memiliki 2. Sebagian besar responden memiliki
kebiasaan merokok pada kelompok kontrol luas ventilasi tidak memenuhi syarat,
sebanyak 22 responden, hal ini disebabkan sebagian besar responden memiliki
karena mayoritas responden menghisap jenis lantai kedap air, sebagian besar
rokok >10 batang dalam satu hari yang responden memiliki pencahayaan
termasuk dalam kategori perokok berat, tidak memenuhi syarat, sebagian
jadi semakin banyak rokok yang besar responden memiliki kepadatan
dikonsumsi responden dalam satu hari hunian memenuhi syarat, sebagian
maka dapat meningkatkan jumlah asap besar responden memiliki
rokok yang masuk ke dalam mulut. Asap kelembaban tidak memenuhi syarat,
rokok yang dikeluarkan oleh perokok dan sebagian besar responden
aktif dan terhirup oleh perokok pasif lebih memiliki kebiasaan merokok.
berbahaya dan mengandung karbon 3. Ada hubungan yang signifikan
monoksida, tar, dan nikotin. Dampak antara luas ventilasi dengan
buruk rokok bagi kesehatan khususnya kejadian tuberculosis di Wilayah
penyakit paru karena rokok tidak hanya Kerja Puskesmas Banjarejo Kota
berdampak bagi perokok itu sendiri tetapi Madiun.
rokokjuga berdampak bagi orang lain 4. Ada hubungan yang signifikan
yang berada dilingkungan perokok, yaitu antara jenis lantai dengan
perokok pasif mereka yang tidak merokok kejadian tuberculosis di Wilayah
tetapi mereka berada dilingkungan Kerja Puskesmas Banjarejo Kota
perokok sehingga mereka terpaksa ikut Madiun.
menghirup asap rokok. Sedangkan 5. Ada hubungan yang signifikan
responden yang memiliki kebiasaan tidak antara pencahayaan dengan
merokok pada kelompok kontrol sebanyak kejadian tuberculosis di Wilayah
7 responden, hal ini disebabkan responden Kerja Puskesmas Banjarejo Kota
peduli akan kesehatan pada dirinya sendiri, Madiun.
serta responden mengerti efek yang 6. Ada hubungan yang signifikan
ditimbulkan oleh rokok tersebut, jadi antara kepadatan hunian dengan
responden tidak mempunyai niat untuk kejadian tuberculosis di Wilayah
merokok. Kerja Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun.
KESIMPULAN DAN SARAN 7. Ada hubungan yang signifikan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 90
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

antara kelembaban dengan Agustina, D. (2015) „Faktor Risiko Dan


kejadian tuberculosis di Wilayah Potensi Penularan Tuberkulosis
Kerja Puskesmas Banjarejo Kota Paru Di Kabupaten Kendal, Jawa
Madiun. Ada hubungan yang Tengah‟, 14(7).
signifikan antara kebiasaan merokok Amalguswan, Junaid, & Fachlevy, A, F.
dengan kejadian tuberculosis di (2017) „Analisis Faktor Risiko
Wilayah Kerja Puskesmas Banjarejo Kejadian Penyakit TB Paru Di
Kota Madiun. Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu
Kota Kendari Tahun 2017‟, Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Saran Masyarakat, 2(7).
1. Bagi Puskesmas Banjarejo Anugrah Sari (2012) „Hubungan Antara
Perlu adanya sosialisasi mengenai Tingkat Pengetahuan Tentang TB
cara pencegahan dan penularan Paru, Status Gizi, Riwayat Kontak
tuberculosis kepada masyarakat Keluarga, dan Riwayat Merokok
sekitar serta sosialisasi tentang syarat Pasien dengan Kejadiannya TB
rumah sehat seperti adanya ventilasi Paru di Kota Pontianak‟,
udara yang memenuhi syarat, Universitas Tanjungpura
pencahayaan, kelembaban yang Pontianak.
cukup, serta penyediaan air bersih. Apriyani, Mujianto, & Habibi, M. (2018)
2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia „Pengaruh Pencahayaan Dan
Madiun Riwayat Merokok Terhadap
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Kejadian Tuberkulosis Di Wilayah
digunakan sebagai bahan kajian serta Kerja UPT Puskesmas Temindung
pemikiran peneliti selanjutnya, serta Kota Samarinda Tahun 2018‟, E-
diharapkan dapat menjadikan sumber ISSN, 4(2), pp. 53–60.
referensi dan pustaka yang berkaitan
dengan kejadian tuberculosis. Arikunto, S. (2013) Prosedur Penelitian
3. Bagi Masyarakat Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Diharapkan masyarakat sekitar Rineka Cipta.
mengerti mengenai cara pencegahan Azwar, A. (2002) Pengantar Ilmu
dan penularan tuberculosis dan Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
masyarakat mampu menerapkan Rineka Cipta.
syarat rumah sehat sehingga Bates MN, Khalakdina A, Pa IM, Chang I,
masyarakat dapat memperhatikan Lessa F, S. K. (2007) Risk Of
kebersihan rumah dan lingkungan. Tuberculosis From Exposure To
Tobacco Smoke. Arch Intern Med.
UCAPAN TERIMA KASIH Batti (2015) „Analisis Hubungan Antara
Ucapan terima kasih kepada Program Kondisi Ventilasi Kepadatan
Studi Kesehatan Masyarakat yang Hunian, Kelembaban Udara, Suhu,
senantiasa membimbing dalam Dan Pencahayaan Alami Rumah
penyelesaian tugas akhir dan kontribusi Dengan Kejadian Tuberkulosis
yang besar dari pihak Puskesmas Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun yang senantiasa Wara Utara Kota Palopo‟, Jurnal
membantu dalam penyelesain penelitian Kesehatan. Universitas Sam
ini. Ratulangi Manado.

KEPUSTAKAAN
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 91
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

Dahlan, S. (2017) „Statistik Untuk Penulisan Ilmiah. Jakarta:


Kedokteran dan Kesehatan‟, in Salemba Media.
Jakarta: Epidemiology Indonesia. Hidayati, A. S. M. & S. N. (2005) „Hidup
Dawile, G., Sondakh, R. C., & Maramis, Sehat Tanpa Rokok‟, Edisi 1.
F. R. R. (2015) „Hubungan Antara Pradipta Publishing.
Kondisi Fisik Rumah Dengan Ibrahim, I. (2017) „Faktor Yang
Kejadian Tuberkulosis Paru Di Mempengaruhi Kejadian Tb Paru
Wilayah Kerja Puskesmas Tobelo Di Wilayah Kota Tidore‟, 2(1), pp.
Kabupaten Halmahera Utara‟, pp. 34–40.
1–8. Ika Lusy (2016) „Hubungan antara Kondisi
Deny Agustian, Salam Abdul, N. V. Fisik Lingkungan Rumah dan
(2014) „Hubungan Kondisi Fisik Perilaku dengan Kejadian
Lingkungan Rumah dengan Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kejadian Tuberkulosis Paru di Kerja Puskesmas Sangrah Kota
Wilayah Kerja Puskesmas Semarang‟, Universitas
Perumnas I dan II Kecamatan Muhammadiyah Surakarta.
Pontianak Barat‟, Jurnal Kesehatan Kartika Amalia, Purwoatmojo Giat, D. S.
Masyarakat. (2015) „Hubungan Kondisi Fisik
Dr. Budiman Chandra (2006) Rumah dengan Kejadian
Pengantar Kesehatan Tuberkulosis Paru di Wilayah
Lingkungan. (1 Ed). Kedokteran Kerja Puskesmas Ngemplak
EGC. Boyolali‟, Jurnal Kesehatan.
Elisa S. Korua, Nova H. Kapantow, P. A. . Fakultas Ilmu Kedokteran.
K. (2015) „Hubungan Antara Universitas Muhammadiyah
Umur, Jenis Kelamin, dan Surakarta.
Kepadatan Hunian Dengan Kemenkes RI (2011) „Peraturan Menteri
Kejadian TB Paru Pada Pasien Kesehatan Republik Indonesia
Rawat Jalan Di Rumah Sakit Nomor
Umum Daerah Noongan‟, 1077/MENKES/PER/V/2011
Kesehatan Masyarakat Universitas Tentang Pedoman Penyehatan
Sam Ratulangi, pp. 21–29. Udara Dalam Ruang Rumah‟, in
Fitriani, E. (2014) „Faktor Risiko Yang Kementrian Republik Indonesia.
Berhubungan Dengan Kejadian Kemenkes RI (2014) „Pedoman
Tuberkulosis Paru (Studi Kasus Di Nasional Pengendalian
Puskesmas Ketanggungan Tuberkulosis‟, in Direktorat
Kabupaten Brebes)‟, Unnes Jenderal Pengendalian Penyakit
Journal of Public Health, 2(1). dan Penyehatan Lingkungan.
Giacomo M, Davidson PM, Penelope A,
Abbott P, Davison P, Moore L, et Kementerian Kesehatan RI (2019a)
al. (2011) „Smoking Cessation In Pedoman Nasional Pengendalian
Indigenous Populations Of Tuberkulosis. Jakarta: Direktorat
Australia, New Zealand, Canada, Jenderal Pengendalian Penyakit
And The United States: Elements dan Penyehatan Lingkungan.
Of Effective Interventions‟, Kementerian Kesehatan RI (2019b) „Profil
Environment Res Public Health. Kesehatan Indonesia Tahun 2019‟,
Hidayat Alimul, A. (2012) Riset in.Jakarta: Kementrian Kesehatan
Keperawatan dan Teknik Republik Indonesia.
Kenedyanti, E., & Sulistyorini, L. (2017)
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 92
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

„Analisis Mycobacterium Wilayah Kerja Puskesmas Serang


Tuberkulosis Dan Kondisi Fisik Kota Tahun 2019‟, Jurnal Ilmiah
Rumah Dengan Kejadian Kesehatan Masyarakat, 12, pp. 1–
Tuberkulosis Paru‟, Jurnal Berkala 10.
Epidemiologi, 5(2), pp. 152–162. Mathofani, P.E., & Febriyanti, R. (2019)
Kusuma, S. (2015) „Hubungan Kualitas „Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Penyakit
Kesehatan Kejadian TB Paru Di Tuberkulosis ( TB ) Paru Di
Wilayah Puskesmas Gondanglegi Wilayah Kerja Puskesmas Serang
Kecamatan Gondanglegi Kota Tahun 2019 The Factors
Kabupaten Malang‟, Jurnal Associated With The Incidence Of
Kesehatan Masyarakat, 3(1). Pulmonary Tuberculosis In The
Lalombo, A., Palandeng, H., & Kallo, V. Working Area Of Serang City
(2015) „Hubungan Kebiasaan Health Center 2019‟, Jurnal Ilmiah
Merokok Dengan Kejadian Kesehatan Masyarakat, 12, pp. 1–
Tuberkulosis Paru Di Puskesmas 10.
Siloam Kecamatan Tamako Mertaniasih, M. N., Koendhori, B. E.,
Kabupaten Kepulauan Sangihe‟, Kusumaningrum, D. (2013) „Buku
Jurnal Keperawatan UNSRAT, Ajar Tuberkulosis Diagnostik
3(2), pp. 107–509. Mikrobiologis‟, in Airlangga
Lestari Muslimah, D. D. (2019) „Keadaan University Press. Surabaya, pp. 1,
Lingkungan Fisik Dan Dampaknya 2, dan 10.
Pada Keberadaan Mycobacterium Muhammad, A. J. (2020) „Hubungan
Tuberculosis: Studi Di Wilayah Antara Kondisi Fisik Rumah
Kerja Puskesmas Perak Timur Dengan Kejadian Tuberkulosis
Surabaya‟, Jurnal Kesehatan Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkungan, 11(1), p. 26. Kedungmun. Kota Semarang‟,
Liani May, M Ratu Joy, J. W. (2014) Unnes Journal of Public Health,
„Hubungan antara Kondisi Fisik 2(1), pp. 1–6.
Rumah dengan Kejadian Naga S. Sholeh (2014) „Ilmu Penyakit
Tuberkulosis Paru di Wilayah Dalam‟, in. Yogyakarta: DIVA
Kerja Puskesmas Tuminting Kota Press.
Manado‟, Jurnal Penelitian. Nike Monintja, Finny Warouw, O. R. .
Universitas Sam Ratulangi (2020) „Hubungan Antara Keadaan
Manado. Fisik Rumah Dengan Kejadian
Margareth R, Jendra F.J, D. and Sapulete, Tuberkulosis Paru‟, Jurnal
Kandou, G. D. (2015) „Hubungan Kesehatan Masyarakat, 3(1), pp.
Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin 482–491.
Dan Kepadatan Hunian Dengan Notoatmodjo (2012) „Metodologi
Kejadian Penyakit TB Paru Di Penelitian Kesehatan‟, in
Desa Wori Kecamatan Wori‟, Jakarta:PT.RinekaCipta.
Fakultas Kedokteran Universitas Notoatmodjo, S. (2014) Ilmu Perilaku
Samratulangi Manado, 3(2), pp. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
57–65. Nuraini, A. (2015) „Hubungan
Mathofani, P, E., & Febriyanti, R. (2019) Karakteristik Lingkungan Fisik
„Faktor-Faktor Yang Berhubungan Rumah Dan Perilaku Dengan
Dengan Kejadian Penyakit Kejadian TB Paru Di Wilayah
Tuberkulosis (TB) Paru Di Kerja Puskesmas Bobotsari
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 93
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

Kabupaten Purbalingga‟, Jurnal Moewardi Surakarta‟, Universitas


Kesehatan Masyarakat, 3(1), pp. Sebelas Maret Surakarta.
482–491. Rao, V. G., Yadav, R., Muniyandi, M.,
Nursalam (2013) Konsep dan Penerapan Bhondeley, M. K., Sharada, M. A.,
Metodologi Penelitian Ilmu Wares,
Keperawatan. Jakarta: Salemba D. F. (2014) „Tobacco smoking: A Major
Medika. Risk Factor for Pulmonary
Peraturan Mentri Kesehatan RI (2011) Tuberculosis – Evidence From A
Permenkes Nomor Cross-Sectional Study In Central
1077/Menkes/Per/V/2011 Pedoman India‟, Transactions of the Royal
Penyehatan Udara Dalam Society of Tropical Medicine and
Ruangan Rumah. Hygiene,108(8), pp. 474–481.
Peraturan Pemerintah RI (2016) Peraturan Romadhan S., Haidah N., & Hermiyanti P.
Pemerintah Republik Indonesia (2019) „Hubungan Kondisi Fisik
Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Rumah Dengan Kejadian
Penyelenggaraan Perumahan Dan Tuberkulosis Paru Di Wilayah
Kawasan Permukiman. Edited by Kerja Puskesmas Babana
S. Negara. Jakarta. Kabupaten Mamuju Tengah‟,
Permenkes RI (2016) Peraturan Menteri Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2)
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2016 Tentang
Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta.
Prihartanti, D., & Subagyo, A. (2016)
„Hubungan Lingkungan Fisik
Rumah Dengan Kejadian Tb Paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas Mirit
Kabupaten Kebumen‟, Buletin
Keslingmas, 36(4), pp. 386–392.
Profil Kesehatan Indonesia (2020) Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Available at:
https://www.kemenkes.go.id.
Profil Kesehatan Kota Madiun (2019)
Profil Kesehatan Kota Madiun.
Dinas Kesehatan Kota Madiun.
Available at:
http://dinkes.madiunkota.go.id.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
(2020) Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Timur. Jawa Timur: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Available at:
https://dinkes.jatimprov.go.id.
Purnamasari Y. (2010) „Hubungan
Merokok Dengan Angka Kejadian
Tuberkulosis Paru Di RSUD Dr.
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 11 No.2, Mei 2023 94

Anda mungkin juga menyukai