Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN

TUBERKOLOSIS PARU
DI PUSKESMAS PURWOKERTO UTARA II TAHUN 2021

Siti Khusnul Khotimah*), Choiroel Anwar*)


Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Semarang

Abstrak

TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Sumber penularan
penyakit ini erat kaitannya dengan kondisi bangunan rumah. Penelitian ini untuk menganalisis
hubungan lingkungan fisik rumah terhadap kejadian tuberkulosis paru di Puskesmas Purwokerto
Utara II tahun 2021. Variabel bebas penelitian meliputi lingkungan fisik rumah yang terdiri dri
ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan kepadatan hunian dan variabel terikatnya kejadian
penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru). Jenis penelitian studi analitik observasional desain studi case
control. Hasilnya jumlah sampel kasus dan kontrol masing-masing 30. Analisis data menggunakan
uji Chi Square dan Odd Ratio.Terdapat hubungan ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru di
Puskesmas Purwokerto Utara II tahun 2021 (p = 0,012; OR = 4,375). Terdapat hubungan
pencahayaan rumah dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Purwokerto Utara II 2021 (p = 0,028;
OR = 3,500). Terdapat hubungan kelembaban rumah dengan kejadian TB Paru di Puskesmas
Purwokerto Utara II 2021 (p = 0,018; OR = 3,596). Terdapat hubungan kepadatan hunian rumah
dengan kejadian TB Paru di Puskesmas Purwokerto Utara II 2021 (p = 0,002; OR = 5,675).Simpulan,
Lingkungan fisik rumah yang meliputi ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian berhubungan
dengan kejadian TB Paru.

Kata kunci : Lingkungan, Fisik, Rumah, TB Paru

Abstract
TB is one of the top 10 causes of death in the world. The source of this disease transmission is
closely related to the condition of the house building. This study was to analyze the relationship
between the physical environment of the house and the incidence of pulmonary tuberculosis at the
Puskesmas Purwokerto Utara II in 2021. The independent variables of the study include the
physical environment of the house which consists of ventilation, lighting, humidity and density of
dwellings and the dependent variable is the incidence of pulmonary tuberculosis (TB). This type of
research is an observational analytic study with a case control study design. The number of
samples of cases and controls were 30 each. Data analysis used Chi Square and Odd Ratio tests.
Result, there is a relationship between home ventilation and the incidence of pulmonary TB at the
Puskesmas Purwokerto Utara II in 2021 (p = 0.012; OR = 4.375). There is a relationship between
house lighting and the incidence of pulmonary TB at the Puskesmas Purwokerto Utara II 2021 (p =
0.028; OR = 3.500). There is a relationship between house humidity and the incidence of
pulmonary TB at the Puskesmas Purwokerto Utara II 2021 (p = 0.018; OR = 3.596). There is a
relationship between residential density and the incidence of pulmonary TB at the Puskesmas
Purwokerto Utara II 2021 (p = 0.002; OR = 5.675). Conclusio, the physical environment of the
house which includes ventilation, lighting, occupancy density is associated with the incidence of
pulmonary TB.
Key word : Environment, Physical, Home, Pulmonary TB
______________________________________________
*)E-mail: corespondeing author: khusnulwarsito67@gmail.com

1
1. Pendahuluan kejadian penyakit maupun kecelakaan antara
lain: ventilasi, pencahayaan, kelembaban
Tuberculosis (TB) adalah penyakit
ruangan, dan kepadatan hunian rumah.
menular yang paling banyak menyebabkan
Wilayah Puskesmas Purwokerto Utara
kematian dan menjadi ancaman berbahaya
2 terletak di perkotaan, Kabupaten
bagi kesehatan masyarakat. TBC merupakan
Banyumas, Jawa Tengah. mempunyai
salah satu dari 10 penyebab kematian
wilayah kerja 4 Kelurahan yaitu Kelurahan
terbesar di dunia. Data Riskesdas tahun 2019
Sumampir, Kelurahan Grendeng, Kelurahan
jumlah penderita TB Paru di Indonesia
Karangwangkal dan Kelurahan Pabuwaran
menduduki peringkat ke – 3 dengan jumlah
dengan luas total 460.78 hektar dan memiliki
estimasi 845.000 orang, Sekitar 67 % (
jumlah penduduk 26.641, dengan kepadatan
568.987) ternotifikasi TB, sedangkan
penduduk sebesar 53 jiwa /km2, beriklim
(276.013) atau sekitar 33 % yang belum
tropis, temperatur udara berkisar antara 26°
ternotifikasi. Penyebab penderita TB tidak
C sampai 30°C dengan kelembaban udara
ternotifikasi disebabkan oleh 2 hal yaitu
berkisar 80 % - 85 %. (Laporan Tahunan 2020
undetected (tidak terdeteksi kasusnya) dan
dan Rencana Kerja 2021 Puskesmas
dan unreported (sudah terdeteksi tetapi tidak
Purwokerto Utara 2)
dilaporkan),
Gambaran Penyakit Tuberkulosis di
TB paru merupakan penyakit menular
Wilayah Puskesmas Purwokerto Utara II
langsung yang disebabkan oleh kuman
Kabupaten Banyumas dari tahun 2019
Mycrobacterium Tuberculosis, kuman
diketahui sebanyak 24 kasus dengan rincian
tersebut masuk kedalam tubuh manusia
Laki-laki 14 orang dan perempuan 10 orang,
melalui udara pernafasan kedalam paru.
tahun 2020 sebanyak 10 kasus dengan
Kemudian kuman tersebut dapat menyebar
rincian laki-laki 4 orang dan perempuan 6
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem
orang, dan pada tahun 2021 ada
peredaran darah, sistem saluran limfe, dan
peningkatan kasus yang cukup tinggi yaitu
melalui saluran nafas atau penyebaran
sebanyak 42 kasus dengan rincian laki-laki 15
langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.
orang dan perempuan 27 orang. Kasus
Penyakit ini menyebar melaui droplet orang
Tuberculosis pada tahun 2021 merupakan
yang telah terinfeksi basil tuberculosis.
penyakit menular peringkat keempat, setelah
Penyakit Tuberculosis dapat
diare 128 kasus, chikungunya 128 kasus dan
menyerang semua orang, baik laki-laki
Demam Berdarah 65 kasus dan TB Paru
maupun perempuan dari usia anak-anak
sebanyak 42 kasus (Profil Puskesmas
sampai usia dewasa, Di Kabupaten Banyumas
Purwokerto Utara II tahun 2021).
terduga Tuberculosis pada tahun 2020 yang
Berdasarkan latar belakang tersebut,
mendapatkan pelayanan sesuai setandar
peneliti ingin mengetahui lebih jauh dengan
sebanyak 10,367 orang, jumlah semua kasus
melakukan penelitian dengan mengambil
3,320 kasus dengan rincian laki2 sebanyak
judul “Hubungan Lingkungan Fisik Rumah
1.756 kasus atau 57,7 % dan perempuan
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di
sebanyak 1,293 kasus atau 42,3 %.
Puskesmas Purwokerto Utara II tahun 2021“.
sementara Tuberculosis anak usia 0 – 14
tahun (data profil Kabupaten Banyumas
tahun 2020). Fenomena ini bisa jadi 2. Metode Penelitian
berhubungan dengan perilaku, Jenis penelitian studi analitik
Faktor lingkungan fisik rumah yang observasional desain studi case control.
tidak memenuhi syarat kesehatan Populasi kasus adalah semua penderita
merupakan faktor risiko sumber penularan Tuberculosis ( TBC ) Paru di Puskesmas
penyakit TB Paru. Sumber penularan Purwokerto Utara II dari bulan Januari
penyakit ini erat kaitannya dengan kondisi sampai bulan Desember 2021. Populasi
bangunan rumah yang dapat mempengaruhi kontrol adalah keluarga atau tetangga yang

2
tidak menderita TBC Paru di Puskesmas Banyumas Tahun 2021
Purwokerto Utara II dengan kriteria jenis
kelamin yang sama dan umur yang tidak jauh 3. Hasil Dan Pembahasan
berbeda dengan penderita dengan jarak A. Gambaran Umum
rumah radius ± 100 m. Sampel kasus adalah Puskesmas Purwokerto Utara II
seluruh populasi kasus semua penderita merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Tuberculosis ( TBC ) Paru di wilayah Kecamatan Purwokerto Utara. Wilayah kerja
Puskesmas Purwokerto utara II dari bulan meliputi 4 Kelurahan yaitu: Kelurahan
Januari sampai bulan Desember 2021 Sumampir, Kelurahan Grendeng, Kelurahan
jumlahnya 30 kasus. Sampel kontrol adalah Karang Wangkal dan Kelurahan Pabuwaran.
tetangga yang tidak menderita TBC Paru di Luas wilayah Puskesmas Purwokerto Utara II
wilayah Puskesmas Purwokerto Utara II yaitu 460.78 Ha. Kelurahan yang paling luas
dengan kriteria jenis kelamin yang sama dan adalah Kelurahan Sumampir yaitu 151.820
umur yang tidak jauh berbeda dengan Ha, sedangkan Kelurahan yang wilayahya
penderita dengan jarak rumah radius ± 100 paling sempit adalah Kelurahan
m. Analisis univariat dilakukan untuk Karangwangkal yaitu 60 Ha. Secara
mendapatkan gambaran tentang distribusi administratif wilayah kerja Puskesmas
frekuensi masing-masing variabel Purwokerto Utara II memilki 31 RW dari 4
independent yang meliputi lingkungan fisik Kelurahan dengan jumlah penduduk 25.680
serta variabel dependent yaitu Penderita jiwa yang terdiri dari laki-laki 12.864 jiwa dan
Tuberculosis Paru. Uji statistik Chi Square perempuan 12.816 jiwa. Dari data 10 besar
(X2) untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang ada di Puskesmas Purwokerto
hubungan lingkungan fisik rumah terhadap Utara II tahun 2021 yang tertinggi adalah
kejadian Tuberculosis Paru. Odd Ratio (OR) kasus Covid-19 yang mencapai 895 kasus
untuk menghitung besarnya risiko adanya berikutnya Kasus ISPA 384 kasus , ketiga
pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap Diare 270 kasus dan seterusnya, kasus TB
kejadian Tuberculosis Paru di Wilayah yang ditemukan ada 41 kasus.
Puskesmas Purwokerto Utara 2 Kabupaten

B. Analisis Univariat
1. Deskripsi kejadian Tuberkulosis Paru
Tabel 1. Kasus Tuberculosis Puskesmas Purwokerto Utara II tahun 2021
Jumlah Kasus
No Kelurahan Jumlah %
Laki-Laki % Perempuan %
1 Sumampir 9 21.95 8 19.51 17 41.47
2 Grendeng 5 12.19 8 19.51 13 31.70
3 Karangwangkal 0 0 2 4.87 2 4.87
4 Pabuwaran 1 2.44 8 19.51 9 21.96
jumlah 15 36.58 26 63.41 41 100
Sumber : Data Profil Puskesmas tahun 2021
Berdasarkan tabel 1 diketahui jumlah dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu
kasus TB pada tahun 2021 sejumlah 41 kasus, pejamu (host), bibit penyakit (agent), dan
dengan prosentase 36,58 % laki-laki dan lingkungan (environment). Pejamu adalah
63,41% adalah perempuan, dengan kasus semua faktor yang terdapat pada diri
terbanyak di Kelurahan Sumampir dengan manusia yang dapat mempengaruhi
jumlah 17 kasus atau 41,47 %. timbulnya serta perjalanan penyakit. Bibit
Gordon dan Le Richt menyebutkan penyakit adalah substansi atau elemen
tentang peristiwa timbulnya penyakit, bahwa tertentu yang kehadiran atau
timbul atau tidaknya penyakit pada manusia ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau

3
mempengaruhi perjalanan penyakit. dibuka dengan sistem buka dari bawah ke
Lingkungan ialah agregat dari seluruh kondisi arah luar. Jendela dipasang bersebelahan
dan pengaruh luar yang mempengaruhi dengan pintu masuk rumah. Bentuk ventilasi
kehidupan dan perkembangan organisasi, sebagian besar termasuk bentuk horisontal.
termasuk faktor lingkungan adalah rumah Jendela sangat penting untuk suatu
tempat tinggal (Suyono & Budiman, 2011). rumah tinggal, karena jendela mempunyai
fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang
2. Deskripsi Variabel Penelitian keluar masuknya udara. Dengan adanya
jendela ventilasi ini maka di dalam ruangan
Tabel 2. Deskripsi Data Variabel Penelitin tidak akan terasa pengap. Fungsi kedua dari
jendela adalah sebagai masuknya cahaya dari
Variabel n % luar (matahari), cahaya alami ini akan masuk
Ventilasi Rumah kedalam ruangan lewat jendela yang terbuka
Tidak Memenuhi syarat 19 31,7 atau terbuat dari kaca, untuk mencegah
Memenuhi syarat 41 68,3 terjadinya penyakit berbasis lingkungan luas
jumlah 60 100,0 minimal ventilasi 5-15% dari luas lantai
Pencahayaan Rumah (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Tidak Memenuhi syarat 20 33,3 Indonesia No. 829/MENKES/VII/1999).
Memenuhi syarat 40 66,7 Hasil penelitian ini sejalan dengan
jumlah 60 100,0 penelitian Dani et. al (2021) yang melaporkan
Kelembaban Rumah ventilasi rumah yang memenuhi syarat 56
Tidak Memenuhi syarat 25 41,7 rumah (76,7%) dan yang tidak memenuhi
Memenuhi syarat 35 58,3 syarat sebanyak 18 rumah (24,3%).
jumlah 60 100,0 b. Deskripsi Pencahayaan
Kepadatan Hunian Rumah Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
Tidak Memenuhi syarat 26 43,3 diketahui bahwa pencahayaan rumah yang
Memenuhi syarat 34 56,7 tidak memenuhi syarat sebanyak 20 rumah
jumlah 60 100,0 (33,3%) dan yang memenuhi syarat sebanyak
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2022 40 rumah (66,7%). Kondisi pencahayaan
rumah yang sebagian besar sudah memenuhi
a. Deskripsi Ventilasi syarat dapat disebabkan karena di wilayah
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat perkotaan sudah mulai berkurang pohon-
diketahui bahwa ventilasi rumah yang tidak pohon yang dapat menghalangi cahaya sinar
memenuhi syarat sebanyak 19 rumah (31,7%) matahari masuk ke dalam rumah. Namun
dan yang memenuhi syarat sebanyak 41 demikian, masih cukup banyak rumah dengan
rumah (68,3%). Kondisi ventilasi rumah yang pencahayaan yang tidak memenuhi syarat.
sebagian besar sudah memenuhi syarat tidak Hal ini seperti pada kondisi ventilasi rumah
terlepas dari perbaikan kondisi ekonomi yaitu disebabkan karena kondisi rumah yang
masyarakat khususnya di Puskesmas saling berdekatan, bahkan dinding rumah
Purwokerto utara II yang termasuk dalam yang satu dengan lainnya sudah mulai banyak
wilayah perkotaan. Namun demikian, masih yang menjadi satu atau saling menempel,
cukup banyak rumah dengan ventilasi yang sehingga cahaya matahari hanya masuk
tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat melalui rumah di bagian depan.
disebabkan karena kondisi rumah yang saling Cahaya yang cukup untuk ruangan-
berdekatan, bahkan dinding rumah yang satu ruangan di dalam rumah, baik cahaya alam
dengan lainnya sudah mulai banyak yang maupun cahaya buatan,*) tidak silau, tidak
menjadi satu atau saling menempel, sehingga menimbulkan panas yang menganggu, tidak
Bentuk ventilasi berupa jendela yang hanya terganggu bayangan. Sebaiknya cahaya
terdiri dari satu daun jendela. Jendela dapat matahari dibiarkan bebas masuk ruangan

4
pada pagi hari. Semua jendela dan tirai Kelembaban sangat penting untuk
terbuka. Sebaiknya di depan jendela jangan pertumbuhan bakteri bakteri membutuhkan
terhalang rumah atau pohon yang langsung kelembaban tinggi, pada umumya untuk
menghalangi masuknya sinar matahari pertumbuhan bakteri yang baik dibutuhkan
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik kelembaban di atas 85% (Waluyo, 2009 )
Indonesia No. 829/MENKES/VII/1999). Rumah yang baik dan sehat harus
Berdasarkan KEPMENKES RI No. dapat melindungi para penghuninya,
1405/MENKES/SK/XI/02/1990 batas syarat termasuk kelembaban udara dalam ruangan
normal suatu ruangan dan memenuhi standar atau rumah yang anyaman sehingga para
kesehatan antara 50 lux sampai 300 lux. penghuni merasa kerasan dan nyaman tinggal
Perhitungan untuk kebutuhan cahaya buatan di dalam rumah. Walaupun ukuran nyaman
yaitu 1 lux = 0,001496 watt/m persegi, 300 ini bersifat obyektif karena dalam keadaan
lux = 0,4488 watt/m persegi. Ruangan seluas tertentu seorang sudah merasa nyaman
12 m persegi maka dibutuhkan 12×0.4488= sedangkan orang lain belum merasa nyaman
5,36 watt atau dibulatkan 6 watt. (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Hasil penelitian ini sejalan dengan Indonesia No. 829/MENKES/VII/1999).
penelitian Rahmat et. al (2021) yang Hasil penelitian ini berbeda dengan
melaporkan pencahayaan rumah yang penelitian Sachrul et. al (2019) yang
memenuhi syarat 66 rumah (70,2%) dan yang melaporkan kelembaban yang tidak
tidak memenuhi syarat sebanyak 28 rumah memenuhi syarat 59 rumah (84,0%) dan yang
(29,8%). memenuhi syarat sebanyak 11 rumah
c. Deskripsi Kelembaban (15,7%). Perbedaan tersebut dapat
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat disebabkan karena kondisi geografis lokasi
diketahui bahwa kelembaban rumah yang penelitian yang berbeda. Penelitian oleh
tidak memenuhi syarat sebanyak 25 rumah Sachrul et. al (2019) dilakukan di wilayah
(41,7%) dan yang memenuhi syarat sebanyak kerja Puskesma Babana Kabupaten Mamuju
35 rumah (58,3%). Kondisi kelembaban Tengah.
rumah yang sebagian besar sudah memenuhi d. Deskripsi Kepadatan Hunian
syarat dapat disebabkan karena suhu rata- Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
rata yang sudah tinggi. diketahui bahwa kepadatan hunian rumah
Kelembaban adalah banyaknya air yang yang tidak memenuhi syarat sebanyak 26
terkandung dalam udara, biasanya rumah (43,3%) dan yang memenuhi syarat
dinyatakan dengan persentase. Kelembaban sebanyak 34 rumah (56,7%). Kepadatan
ini berhubungan atau dipengaruhi oleh hunian rumah yang sebagian besar sudah
temperatur udara, dan secara bersama–sama memenuhi syarat dapat disebabkan karena
antara temperatur (Riyadi, 2018). berhasilnya program pemerintah melalui
Berdasarkan Peraturan Menteri Keluarga Berencana (KB), sehingga setiap
Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 keluarga banyak yang hanya memiliki dua
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan anak saja. Namun demikian, masih cukup
Kesehatan Kerja, persyaratan untuk banyak rumah dengan kepadatan hunian
kelembaban ruang yang nyaman adalah 40%- yang tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat
60%. Kelembaban ruangan yang tinggi dapat terjadi karena anak yang sudah menikah tidak
menjadi tempat yang baik untuk tumbuh dan menempati rumah sendiri, tetapi masih
berkembangnya bakteri-bakteri patogen berkumpul dengan orang tuanya, sehingga
termasuk kuman tuberkulosis. menambah kepadatan rumah.
Beberapa jenis bakteri yang terdeteksi Rumah yang sehat harus mempunyai
mencemari udara antara lain: Mycobacterium ruang khusus untuk tidur agar terhindar dari
tuberculosis, Pseudomonas sp, Klebsiella sp, penyakit saluran pernapasan. Ukuran ruang
Proteus sp, Bacillus sp, dan golongan jamur. tidur minimal 9m2 untuk anak yang berumur

5
di atas 5 tahun dan 4,5 untuk anak di bawah 5 melaporkan kepadatan hunian rumah yang
tahun (Keputusan Menteri Kesehatan memenuhi syarat 71 rumah (75,5%) dan yang
Republik Indonesia No. tidak memenuhi syarat sebanyak 23 rumah
829/MENKES/VII/1999). (24,5%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Rahmat et. al (2021) yang

C. Analisis Bivariat
Tabel 3. Hubungan Ventilasi, Pencahayaan, Kelembaban, dan Kepadatan Hunian dengan
kejadian TB Paru di Puskesmas Purwokerto Utara II tahun 2021

Kejadian TB Paru Jumlah


Variabel
Ya Tidak
f % f % f % p OR
Ventilasi Rumah
TMS 14 73,7 5 26,3 19 100,0 0,012 4,375
MS 16 39,0 25 61,0 41 100,0
Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0
Pencahayaan Rumah
TMS 14 70,0 6 30,0 20 100,0 0,028 3,500
MS 16 40,0 20 60,0 40 100,0
Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0
Kelembaban Rumah
TMS 17 68,0 8 32,0 25 100,0 0,018 3,596
MS 13 37,1 22 62,9 35 100,0
Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0
Kepadatan Hunian
TMS 19 73,1 7 26,9 26 100,0 0,002 5,675
MS 11 32,4 23 67,6 34 100,0
Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0
Keterangan: TMS = Tidak Memenuhi Syarat; MS = Memenuhi Syarat
Sumber: Data diolah tahun 2022

1. Hubungan Ventilasi Rumah dengan hasil uji statistik yang menyimpulkan


kejadian TB Paru di Puskesmas terdapat hubungan ventilasi rumah
Purwokerto Utara II tahun 2021 dengan kejadian TB Paru di Puskesmas
Berdasarkan Tabel 3 dapat Purwokerto Utara II tahun 2021 (p =
diketahui bahwa dari 19 rumah dengan 0,012) . Nilai OR diketahui sebesar 4,375,
ventilasi rumah yang tidak memenuhi yang artinya rumah dengan ventilasi yang
syarat, sebagian besar terdapat penderita tidak memenuhi syarat memiliki risiko
TB Paru (73,7%). Dari 41 rumah dengan sebesar 4,375 kali lebih besar terhadap
ventilasi rumah yang memenuhi syarat, kejadian TB Paru dibandingkan rumah
sebagian tidak terdapat penderita TB yang ventilasinya memenuhi syarat.
Paru (61,0%). Hasil tersebut menunjukkan Fungsi ventilasi sebagai jalur saluran
bahwa rumah dengan ventilasi yang tidak keluarnya polusi dari dalam rumah. Jika
memenuhi syarat berisiko terhadap ruangan yang berpolusi atau terdapat
kejadian TB Paru. Hal ini didukung dengan doplet kuman TB Paru tidak terdapat

6
ventilasi, maka polusi atau doplet kuman Intensitas pencahayaan alami
TB Paru tersebut akan terperangkap rumah dapat di pengaruhi oleh luas
didalam ruangan dan ruangan menjadi ventilasi dan jendela rumah yang dibuka
pengap dan dapat menularkan TB Paru. setiap hari.Hal ini akan berdampak buruk
Adanya pertukaran udara yang baik, terhadap kesehatan penghuni rumah
terjaganya kadar oksigen di dalam rumah tersebut jika jendela kurang luas dan
serta udara yang segar tentu akan jarang dibuka pada siang hari, tidak
berpengaruh terhadap kesehatan para memiliki ventilasi rumah, dan kebanyakan
penghuni yang tinggal di rumah tersebut. rumah menghadap ke arah barat dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan utara. Pencahayaan alami dalam rumah
penelitian Sachrul et. al (2019) yang merupakan penerangan dalam rumah
melaporkan ventilasi rumah berhubungan pada pagi, siang, atau sore hari yang
dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di berasal dari sinar matahari langsung yang
Wilayah Kerja Puskesmas Babana (p = masuk melalui jendela, ventilasi, atau
0,048). genteng kaca minimal 10 menit perhari.
2. Hubungan Pencahayaan Rumah dengan Cahaya matahari penting, karena selain
kejadian TB Paru di Puskesmas dapat membunuh bakteri-bakteri
Purwokerto Utara II tahun 2021 patogen di dalam rumah juga mengurangi
Berdasarkan Tabel 3 dapat kelembaban ruangan dalam rumah
diketahui bahwa dari 20 rumah dengan (Azwar, 2012).
pencahayaan rumah yang tidak Hasil penelitian ini sejalan dengan
memenuhi syarat, sebagian besar penelitian Sachrul et. al (2019) yang
terdapat penderita TB Paru (70,0%). Dari melaporkan pencahayaan rumah
40 rumah dengan pencahayaan rumah berhubungan dengan Kejadian
yang memenuhi syarat, sebagian tidak Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
terdapat penderita TB Paru (60,0%). Hasil Puskesmas Babana (p = 0,023).
tersebut menunjukkan bahwa rumah 3. Hubungan Kelembaban Rumah dengan
dengan pencahayaan yang tidak kejadian TB Paru di Puskesmas
memenuhi syarat berisiko terhadap Purwokerto Utara II tahun 2021
kejadian TB Paru. Hal ini didukung dengan Berdasarkan Tabel 3 dapat
hasil uji statistik yang menyimpulkan diketahui bahwa dari 25 rumah dengan
terdapat hubungan pencahayaan rumah kelembaban rumah yang tidak memenuhi
dengan kejadian TB Paru di Puskesmas syarat, sebagian besar terdapat penderita
Purwokerto Utara II tahun 2021 (p = TB Paru (68,0%). Dari 35 rumah dengan
0,028) . Nilai OR diketahui sebesar 3,500, kelembaban rumah yang memenuhi
yang artinya rumah dengan pencahayaan syarat, sebagian tidak terdapat penderita
yang tidak memenuhi syarat memiliki TB Paru (62,9%). Hasil tersebut
risiko sebesar 3,500 kali lebih besar menunjukkan bahwa rumah dengan
terhadap kejadian TB Paru dibandingkan kelembaban yang tidak memenuhi syarat
rumah yang pencahayaannya memenuhi berisiko terhadap kejadian TB Paru. Hal
syarat. ini didukung dengan hasil uji statistik yang
Pencahayaan sangat dibutuhkan menyimpulkan terdapat hubungan
pada suatu ruangan. Pencahayaan ini kelembaban rumah dengan kejadian TB
sangat dibutuhkan agar rumah menjadi Paru di Puskesmas Purwokerto Utara II
tidak lembab, dan dinding rumah menjadi tahun 2021 (p = 0,018). Nilai OR diketahui
tidak berjamur akibat bakteri atau kuman sebesar 3,596, yang artinya rumah
yang masuk ke dalam rumah. Bakteri dengan kelembaban yang tidak
penyebab penyakit menyukai tempat memenuhi syarat memiliki risiko sebesar
yang gelap untuk berkembang biak. 3,596 kali lebih besar terhadap kejadian

7
TB Paru dibandingkan rumah yang akan menyebabkan penjubelan
kelembabannya memenuhi syarat. (overcrowded). Penularan penyakit ISPA
Rumah yang lembab dapat terjadi karena adanya kontak
memungkinkan tikus dan kecoa antara penderita dengan penghuni rumah
membawa bakteri dan virus yang yang lain. Kemungkinan kontak ini
semuanya dapat berperan dalam memicu menjadi lebih besar pada rumah yang
terjadinya penyakit pernafasan dan dapat padat penghuninya. Kepadatan penghuni
berkembang biak dalam rumah (Krieger rumah dihubungkan dengan infeksi
dan Higgins, 2002). Menurut saluran pernafasan (Krieger dan Higgins,
Notoatmodjo (2007), kurangnya ventilasi 2002). Kepadatan menjadi faktor yang
akan menyebabkan kelembaban udara dapat mendukung proses penularan
dalam ruangan naik karena terjadinya penyakit. Semakin padat tingkat hunian,
proses penguapan cairan dari kulit dan maka perpindahan penyakit khususnya
penyerapan. Kelembaban ini dapat penyakit melalui udara akan semakin
menjadi media yang baik untuk bakteri mudah dan cepat.
patogen. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siregar (2020) yang
penelitian Sachrul et. al (2019) yang melaporkan kepadatan hunian rumah
melaporkan kelembaban rumah berhubungan dengan Kejadian
berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di wilayah kerja
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor (p = 0,009).
Puskesmas Babana (p = 0,022).
4. Hubungan Kepadatan Hunian dengan D. Keterbatasan Penelitian
kejadian TB Paru di Puskesmas
Penelitian ini memiliki keterbatasan
Purwokerto Utara II tahun 2021
diantaranya yaitu cuaca yang tidak
Berdasarkan Tabel 3 dapat
menentu dan masih sering hujan,
diketahui bahwa dari 26 rumah dengan
sehingga dapat berdampak pada
kepadatan hunian rumah yang tidak
pengukuran variable yaitu kelembaban
memenuhi syarat, sebagian besar
dan pencahayaan. Namun demikian,
terdapat penderita TB Paru (73,1%). Dari
peneliti melakukan pengukuran pada saat
34 rumah dengan kepadatan hunian
tidak sedang turun hujan atau akan turun
rumah yang memenuhi syarat, sebagian
hujan sehingga bias hasil pengukuran
tidak terdapat penderita TB Paru (67,6%).
variable dapat diminimalisir.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
rumah dengan kepadatan hunian yang
4. Kesimpulan Dan Saran
tidak memenuhi syarat berisiko terhadap
kejadian TB Paru. Hal ini didukung dengan A. Kesimpulan
hasil uji statistik yang menyimpulkan 1. Ventilasi rumah yang tidak memenuhi
terdapat hubungan kepadatan hunian syarat sebanyak 19 rumah (31,7%) dan
rumah dengan kejadian TB Paru di yang memenuhi syarat sebanyak 41
Puskesmas Purwokerto Utara II tahun rumah (68,3%). Terdapat hubungan
2021 (p = 0,002). Nilai OR diketahui ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru
sebesar 5,675, yang artinya rumah di Puskesmas Purwokerto Utara II tahun
dengan kepadatan hunian tidak 2021 (p = 0,012; OR = 4,375).
memenuhi syarat memiliki risiko sebesar 2. Pencahayaan rumah yang tidak memenuhi
5,675 kali lebih besar terhadap kejadian syarat sebanyak 20 rumah (33,3%) dan
TB Paru dibandingkan rumah yang yang memenuhi syarat sebanyak 40
kepadatan huniannya memenuhi syarat. rumah (66,7%). Terdapat hubungan
Luas bangunan yang tidak pencahayaan rumah dengan kejadian TB
sebanding dengan jumlah penghuninya

8
Paru di Puskesmas Purwokerto Utara II sering memberikan edukasi tentang
2021 (p = 0,028; OR = 3,500). rumah sehat.dan sanitasi lingkungan
3. Kelembaban rumah yang tidak memenuhi sehat kepada masyarakat
syarat sebanyak 25 rumah (41,7%) dan b. Petugas kesehatan / promkes lebih
yang memenuhi syarat sebanyak 35 banyak memberikan sosialisasi
rumah (58,3%). Terdapat hubungan tentang penyakit – penyakit yang ada
kelembaban rumah dengan kejadian TB di masyarakat khususnya penyakit
Paru di Puskesmas Purwokerto Utara II Tuberculosis agar penyakit ini dapat
2021 (p = 0,018; OR = 3,596). dicegah penularannya.
4. Kepadatan hunian rumah yang tidak c. Petugas kesehatan melakukan
memenuhi syarat sebanyak 26 rumah kunjungan rumah penderita TBC paru
(43,3%) dan yang memenuhi syarat guna meemberkan conseling kepada
sebanyak 34 rumah (56,7%). Terdapat keluarga untuk menjadi PMO yang baik
hubungan kelembaban rumah dengan d. Petugas Kesehatan Memantau dan
kejadian TB Paru di Puskesmas selalu memberi motivasi kepada
Purwokerto Utara II 2021 (p = 0,002; OR = penderita untuk patuh minum obat
5,675). e. Libatkan lintas program dan lintas
B. Saran sektoral (pengambil keputusan, Ormas,
1. Bagi Keluarga / masyarakat Kader, Toma, Toga) dalam pelaksanaan
a. Sebelum membangun rumah pencegahan penularan tuberculosis di
pahamilah tentang syarat rumah sehat masyarakat
yang tentunya mencakup adanya 3. Bagi peneliti selanjutnya
ventilasi, pencahayaan rumah, Penelitian ini perlu dikembangkan lebih
kelembaban rumah , kepadatan hunian lanjut dengan menganalisis faktor-faktor
dan lainsebagainya agar nantinya yang dapat mempengaruhi kesehatan
rumah akan menjadi tempat istirahat masyarakat khususnya terhadap kejadian
yang aman dan nyaman TB Paru seperti faktor perilaku /
b. Keluarga hendaklah mengikuti kebiasaan hidup, status perkawinan,
informasi masalah kesehatan yang saat keturunan, nutrisi dan imunitas.
ini dapat diperoleh dengan mudah DAFTAR PUSTAKA
melalui media sosial yang ada atau 1. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur
melalui sosialisasi yang banyak Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
diberikan oleh Dinas Kesehatan atau Jakarta : PT Rineka Cipta.
Puskesmas setempat 2. Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu
c. Bagi keluarga yang ada anggota Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
keluarganya menderita Tuberculosis Interna Publishing.
(TBC Paru) hendaklah dukung 3. Azzahra, Zira . (2017). Faktor- faktor yang
pengobatan penderita sampai sembuh mempengaruhi kejadian penyakit
dengan menjadi Perawat Minum obat Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
bagi penderita agar supaya tidak putuh Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal
dijalan atau DO Kabupaten Deli Serdang, Skripsi
d. Dan bagi penderita hendaklah :Universitas Sumatra Utara
mematuhi anjuran yang diberikan oleh 4. Dani Imaduddin, Onny Setiani dan
tenaga kesehatan dengan minum obat Suhartono. (2019). Hubungan Kondisi Fisik
secara teratur dan tetap memakai Rumah dan Perilaku dengan Kejadian TB
masker ( Prokes ). Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Batu 10
2. Bagi petugas kesehatan Kota Tanjungpinang Jurnal Kesehatan
a. Petugas kesehatan di puskesmas, Masyarakat (e-Journal) Volume 7, Nomor
khususnya di bagian Kesling agar lebih 3, Julia 2019 (ISSN: 2356-3346)

9
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jk
m
5. Data profil Kabupaten Banyumas tahun
2020
6. Profil Puskesmas purwokerto Utara II,
2021.
7. Rahmat Hidayat Sikumbanga, Putri
Chairani Eyanoerb , Nondang Purnama
Siregar (2021). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Tb Paru
Pada Usia Produktif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Sari Kecamatan Medan
Denai Tahun 2018. Ibnu Sina Volume 21
No 1 Tahun 2021
8. Sachrul Romadhan S, Nur Haidah, Pratiwi
Hermiyanti. (2019). Hubungan Kondisi
Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Babana
Kabupaten Mamuju Tengah. An-Nadaa,
Vol. 6 No.2 Desember 2019
9. Siregar, Fazidah Aguslina.(2020). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Johor Tahun
2020.
https://repositori.usu.ac.id/handle/12345
6789/31433
10.Soekidjo Notoatmodjo. (2007) Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:Rineka
Cipta
11.Suyono & Budiman (2011) Ilmu kesehatan
masyarakat dalam konteks kesehatan
lingkungan, Jakarta:EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai