CHARACTERISTICS OF OFFICERS
COVERAGE OF PNEUMONIA IN CHILDREN
ABSTRAK
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bawah melibatkan alveolus dan bronkiolus. Insiden
pneumonia balita di Indonesia yang dihitung 10% dari total populasi balita. Target cakupan pneumonia
nasional 80%, sedangkan cakupan pneumonia di Kabupaten Situbondo khususnya di Puskesmas Arjasa
selama 3 tahun terakhir masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik
petugas dengan cakupan pneumonia pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Arjasa kabupaten Situbondo.
Desain penelitian ini menggunakan cross sectional. Sampel sebanyak 20 responden yang memenuhi
kriteria inklusi. Analisa data menggunakan Chi-Square Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pencatatan dan pelaporan (p-value = 0.016<0.05) serta sosialisasi ke masyarakat (p-
value = 0.046<0.05), dan tidak ada hubungan pengetahuan petugas (p-value = 0.28>0.05), sarana
kesehatan (p-value = 0.53>0.05) dan tatalaksana pneumonia (p-value = 0.10>0.05) dengan cakupan
penemuan penderita pneumonia pada balita. Untuk itu diharapkan bagi seluruh petugas kesehatan untuk
melakukan mensosialisasi tentang pneumonia kepada masyarakat dan lebih disiplin melakukan
pencatatan dan pelaporan.
ABSTRACT
Pneumonia is an infection of the lower respiratory tract involves the alveoli and bronchioles. The
incidence of pneumonia in Indonesian toddler who counted 10% of the total population of children under
five. Target pneumonia national coverage of 80%, while the coverage of pneumonia in Situbondo,
especially in the health center during the last 3 years Arjasa still low. This study aims to determine the
relationship characteristic of officers with pneumonia in infants coverage Regional Public Health Center
Arjasa Situbondo district. The study design was cross sectional. A sample of 20 respondents who met the
inclusion criteria. Data were analyzed using Chi-Square Test. The results showed that there was a
relationship between the recording and reporting (p-value = 0.016 <0.05), as well as the dissemination to
the public (p-value = 0.046 <0.05), and there is no relation between knowledge officer (p-value = 12:28>
0.05), means health (p-value = 12:53> 0.05) and the treatment of pneumonia (p-value = 12:10> 0.05) with
the coverage of pneumonia in infants. For that is expected for the entire health care workers to perform
mensosialisasi of pneumonia to the public and more disciplined conduct recording and reporting.
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah infeksi atau bahaya umum, yaitu ada tarikan dinding
inflamasi saluran pernafasan bawah yang dada kedalam, terdengar bunyi kasar pada
melibatkan alveolus dan bronkiolus saat anak menarik nafas (stridor), dan
(Maryunani dan Puspita, 2013). Biasanya nafas cepat. Nafas cepat bila frekuensi
gejala pneumonia ditandai dengan tanda nafas 50x permenit atau lebih pada usia 2
56
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66 57
bulan sampai 12 bulan, dan untuk usia 12 dukungan dari Pemerintah dan laporan
bulan sampai 5 tahun nafas cepat bila data penemuan kasus pneumonia.
frekuensi nafas 40x permenit atau lebih Provinsi Jawa Timur merupakan
(Meilani dkk 2009). salah satu provinsi dengan tingkat
Di seluruh dunia setiap tahun pneumonia balita yang tinggi.
diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota
balita karena pneumonia. Di Indonesia di Jawa Timur, jumlah kasus pneumonia
menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga balita tahun 2009 adalah 64.100 kasus
tahun 2001 kematian balita akibat (Dinkes Jawa Timur, 2009).
pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini Target cakupan pneumonia adalah
berarti bahwa pneumonia menyebabkan 80%, sedangkan jumlah kasus yang di
kematian lebih dari 100.000 balita setiap temukan adalah 19,83% dengan jumlah
tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, penderita 73.786 balita (Depkes RI, 2011).
atau 1 balita setiap menit. Di Indonesia Sedangkan dari hasil pencatatan dan
penyakit paru pneumonia juga merupakan pelaporan Dinas Kesehatan Jawa Timur
penyebab utama mortalitas anak balita tahun 2012, target cakupan pneumonia
(Misnadiarly, 2008). pada balita adalah 80%, sedangkan jumlah
Target cakupan nasional kasus pneumonia yang ditemukan adalah
pneumonia pada balita tahun 2007 adalah 27,08% dengan jumlah penderita 84.392
76%, sedangkan jumlah kasus yang balita. Dan ada beberapa faktor yang
ditemukan adalah 21,52% (Depkes RI, berhubungan dengan cakupan pneumonia
2007). Target cakupan nasional yaitu pengetahuan petugas tentang
pneumonia pada balita tahun 2008 adalah pneumonia pada balita, deteksi dini kasus
76%, sedangkan jumlah kasus yang pneumonia, tatalaksana penderita
ditemukan adalah 22,13% (Depkes RI, pneumonia dan kelengkapan laporan dari
2008). Target cakupan nasional Puskesmas yang ada di kabupaten atau
pneumonia pada balita tahun 2009 adalah kota.
76%, sedangkan jumlah kasus yang Data profil kesehatan Situbondo
ditemukan adalah 19,19% (Depkes RI, tahun 2012 menunjukkan bahwa
2009). Menurut Departemen Kesehatan RI pencapaian cakupan pneumonia balita di
(2010), ada dua faktor yang berhubungan Kabupaten Situbondo masih rendah dan
dengan cakupan pneumonia yaitu belum mencapai target yang diharapkan.
58 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66
Pada tahun 2010 jumlah kasus yang terutama berasal dari Puskesmas. Hanya
ditemukan adalah 39,5% dan pada tahun beberapa Provinsi dan kabupaten atau
2011 jumlah kasus yang ditemukan adalah kota yang mencakup rumah sakit dan
36,4%, angka ini masih belum mencapai sarana pelayanan kesehatan lainnya.
target 40% yang ditetapkan oleh daerah, Sedangkan deteksi dini kasus pneumonia
padahal target nasional 100% pada tahun di Puskesmas masih rendah karna
2015. Dari tujuh belas kecamatan di sebagian besar tenaga belum terlatih, dan
Kabupaten Situbondo, hanya ada lima kelengkapan pelaporan masih rendah
Kecamatan yang mencapai target 40% terutama pelaporan dari kabupaten atau
yang di tetapkan oleh daerah yaitu kota ke Provinsi (Aditama, 2012).
Banyuglugur (60,34%), Besuki (48,37%), Berdasarkan latar belakang tersebut,
Situbondo (111,38%), Panji (89,50%) dan dilakukan penelitian tentang hubungan
Kapongan (61,18%). Sedangkan dua belas karakteristik petugas dengan cakupan
Kecamatan lainnya cakupan penemuan pneumonia pada balita di Wilayah kerja
pneumonia masih rendah salah satunya di Puskesmas Arjasa Kabupaten Situbondo.
Kecamatan Arjasa. Arjasa termasuk
kecamatan terendah kedua setelah METODE PENELITIAN
bungatan jumlah kasus yang di temukan Jenis penelitian yang digunakan
adalah 2% (Profil Kesehatan adalah cross sectional (Nursalam, 2008).
Situbondo,2012). Namun, pada tahun Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
2013 menurut laporan dari Dinkes Puskesmas Arjasa Kabupaten Situbondo
Kabupaten Situbondo, jumlah kasus yang pada tahun 2014. Populasi dalam
di temukan di Kecamatan Arjasa adalah penelitian ini adalah semua petugas
4,39%. Walaupun angka ini mengalami kesehatan yang menangani kasus
kenaikan pencapaian dari tahun 2012, penderita pneumonia pada balita dengan
namun pada tahun 2013 Kecamatan tehnik pengambilan sampel total sampling
Arjasa menjadi kecamatan terendah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
cakupan penemuan pneumonia pada sebanyak 20 orang. Variabel independen
balita. penelitian ini adalah karakteristik petugas.
Faktor-faktor yang berhubungan Sedangkan variabel dependen adalah
dengan cakupan pneumonia salah satunya cakupan pneumonia. pengumpulan data
adalah kevalidan sumber pelaporan rutin menggunakan kuesioner, selanjutnya data
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66 59
(65%).
Berdasarkan tabel 8. dapat
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan diperoleh informasi bahwa hampir
pengetahuan petugas di Wilayah
kerja Puskesmas Arjasa seluruhnya sarana lengkap yaitu 15
Kabupaten Situbondo tahun 2014 responden (75%).
Frekuensi
Pengetahuan Persentase Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan
(orang)
Kurang 2 10% sosialisasi kemasyarakat di
Cukup 8 40% Wilayah kerja Puskesmas Arjasa
Baik 10 50% Kabupaten Situbondo tahun 2014
Total 20 100%
Frekuensi
sosialisasi Persentase
Berdasarkan tabel 6. diperoleh (orang)
Tidak dilakukan 17 85%
informasi setengahnya dari pengetahuan Dilakukan 3 15%
Jumlah 20 100%
petugas dengan kategori baik yaitu 10
(50%) dan sebagian kecil dengan kategori Berdasarkan tabel 9. diperolah
pengetahuan kurang yaitu 2 responden informasi hampir seluruhnya tidak
(10%). dilakukan sosialisasi kemasyarakat yaitu
responden 17 (85%).
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan
pencatatan dan pelaporan petugas standart tatalaksana pneumonia di
di Wilayah kerja Puskesmas Arjasa Wilayah kerja Puskesmas Arjasa
Kabupaten Situbondo tahun 2014 Kabupaten Situbondo tahun 2014
Sarana Frekuensi
Persentase
kesehatan (orang)
Tidak lengkap 5 25%
Lengkap 15 75%
Jumlah 20 100%
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66 61
Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan terhadap objek mempunyai intensitas atau
hubungan pengetahuan petugas
dengan cakupan pneumonia pada tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
balita di Wilayah kerja Puskesmas 2010).
Arjasa Kabupaten Situbondo tahun
2014 Hasil observasi lapangan
dilakukan secara tertulis dan lisan tentang kategori sarana tidak lengkap dengan
hasil suatu kegiatan yang telah penemuan pneumonia lebih dari 2 atau
menunjukkan bahwa sebagian besar terlihat pada kolom Asymp. Sig adalah
responden tidak melakukan pencatatan 0.53 atau signifikan > 0.05 berarti H0
dan pelaporan secara rutin, padahal diterima. Artinya tidak ada hubungan
deteksi dini pada penderita pneumonia, upaya kesehatan (Hanafiyah dan Amri,
pneumonia. Hal ini juga didukung dari sarana pelayanan kesehatan, baik
ada hubungan pencatatan dan pelaporan 2008). Sarana kesehatan dalam hal deteksi
Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Dinkes Jatim. 2012. Profil Kesehatan
Indonesia. Diakses pada tanggal Jawa Timur. Diakses pada
02 April 2014 dari Tanggal 08 April 2014 dari
www.depkes.go.id/downloads/P www.dinkes.go.id/downloads/PR
ROFIL_KES_INDONESIA_200 OFIL_ KES_PROVINSI
8/15_Profil_Kes.indonesia_2008. 2012/15_profil_kes.prov.JawTim
pdf ur-2012.pdf
do-2013.pdf
Irmawati. 2004. Faktor Yang
Dharoh, Ana. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Cakupan
Berhubungan dengan Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia
Penemuan Penderita Pneumonia Balita. Skripsi. Sumatera Utara:
Balita. Artikel Ilmiah. Semarang: USU
Universitas Dian Nuswantoro
Semarang Lampiran Kepmenkes Nomor :
828/MENKES/SK/IX/2008
Hanafiyah dan Amri Yusuf. 2007. Etika
Kedokteran dan Hukum Maryunani dan Puspita. 2013. Asuhan
Kesehatan, Jakarta: Penerbit Kegawatdaruratan Maternal dan
Buku Kedokteran EGC Neonatal. Jakarta:CV. Trans Info
Media
Hidayat, Alimul. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisis Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan
Data. Jakarta: Salemba Medika Komunitas. Yogyakarta:
Citramaya
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Misnadiarly, 2008. Infeksi Saluran Metodologi Penelitian Ilmu
Pernafasan Akut. Jakarta: Keperawatan. Jakarta: Rineka
Pustaka Obor Populer Cipta
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar
Mukarromah, Laelatuzzumrotin. 2005. Epidemiologi untuk Mahasiswa
Hubungan Perilaku Petugas Kebidanan. Jakarta: Penerbit
Manajemen Terpadu Balita buku kedokteran EGC
dalam Program P2ISPA
dengan Cakupan Pneumonia. Somantri, Imran. 2007. Keperawatan
Skripsi. Kebumen: Universitas Medikal Bedah Asuhan
Kebumen Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Pernapasan. Jakarta: Salemba
Metodologi penelitian Medika
kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
___________________. 2007.
Kesehatan Masyarakat Ilmu
dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
___________________. 2010.ilmu
perilaku kesehatan masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta
___________________. 2010.
Metodologi Penelitian Ilmu
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta