Anda di halaman 1dari 11

OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO.

1, FEBRUARI 2017: 56-66

KARAKTERISTIK PETUGAS DENGAN CAKUPAN PNEUMONIA


PADA BALITA

CHARACTERISTICS OF OFFICERS
COVERAGE OF PNEUMONIA IN CHILDREN

Filda Fitrotul Lutfah1, Heryawan2


1Puskesmas Silo 1 Jember, 2Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo
Email: filda.fl@gmail.com

ABSTRAK
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bawah melibatkan alveolus dan bronkiolus. Insiden
pneumonia balita di Indonesia yang dihitung 10% dari total populasi balita. Target cakupan pneumonia
nasional 80%, sedangkan cakupan pneumonia di Kabupaten Situbondo khususnya di Puskesmas Arjasa
selama 3 tahun terakhir masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik
petugas dengan cakupan pneumonia pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Arjasa kabupaten Situbondo.
Desain penelitian ini menggunakan cross sectional. Sampel sebanyak 20 responden yang memenuhi
kriteria inklusi. Analisa data menggunakan Chi-Square Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pencatatan dan pelaporan (p-value = 0.016<0.05) serta sosialisasi ke masyarakat (p-
value = 0.046<0.05), dan tidak ada hubungan pengetahuan petugas (p-value = 0.28>0.05), sarana
kesehatan (p-value = 0.53>0.05) dan tatalaksana pneumonia (p-value = 0.10>0.05) dengan cakupan
penemuan penderita pneumonia pada balita. Untuk itu diharapkan bagi seluruh petugas kesehatan untuk
melakukan mensosialisasi tentang pneumonia kepada masyarakat dan lebih disiplin melakukan
pencatatan dan pelaporan.

Kata kunci: Karakteristik Petugas, Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia, Pneumonia

ABSTRACT
Pneumonia is an infection of the lower respiratory tract involves the alveoli and bronchioles. The
incidence of pneumonia in Indonesian toddler who counted 10% of the total population of children under
five. Target pneumonia national coverage of 80%, while the coverage of pneumonia in Situbondo,
especially in the health center during the last 3 years Arjasa still low. This study aims to determine the
relationship characteristic of officers with pneumonia in infants coverage Regional Public Health Center
Arjasa Situbondo district. The study design was cross sectional. A sample of 20 respondents who met the
inclusion criteria. Data were analyzed using Chi-Square Test. The results showed that there was a
relationship between the recording and reporting (p-value = 0.016 <0.05), as well as the dissemination to
the public (p-value = 0.046 <0.05), and there is no relation between knowledge officer (p-value = 12:28>
0.05), means health (p-value = 12:53> 0.05) and the treatment of pneumonia (p-value = 12:10> 0.05) with
the coverage of pneumonia in infants. For that is expected for the entire health care workers to perform
mensosialisasi of pneumonia to the public and more disciplined conduct recording and reporting.

Keywords: Characteristics Officer, Coverage Invention Patients Pneumonia, Pneumonia

PENDAHULUAN
Pneumonia adalah infeksi atau bahaya umum, yaitu ada tarikan dinding
inflamasi saluran pernafasan bawah yang dada kedalam, terdengar bunyi kasar pada
melibatkan alveolus dan bronkiolus saat anak menarik nafas (stridor), dan
(Maryunani dan Puspita, 2013). Biasanya nafas cepat. Nafas cepat bila frekuensi
gejala pneumonia ditandai dengan tanda nafas 50x permenit atau lebih pada usia 2

56
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66 57

bulan sampai 12 bulan, dan untuk usia 12 dukungan dari Pemerintah dan laporan
bulan sampai 5 tahun nafas cepat bila data penemuan kasus pneumonia.
frekuensi nafas 40x permenit atau lebih Provinsi Jawa Timur merupakan
(Meilani dkk 2009). salah satu provinsi dengan tingkat
Di seluruh dunia setiap tahun pneumonia balita yang tinggi.
diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota
balita karena pneumonia. Di Indonesia di Jawa Timur, jumlah kasus pneumonia
menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga balita tahun 2009 adalah 64.100 kasus
tahun 2001 kematian balita akibat (Dinkes Jawa Timur, 2009).
pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini Target cakupan pneumonia adalah
berarti bahwa pneumonia menyebabkan 80%, sedangkan jumlah kasus yang di
kematian lebih dari 100.000 balita setiap temukan adalah 19,83% dengan jumlah
tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, penderita 73.786 balita (Depkes RI, 2011).
atau 1 balita setiap menit. Di Indonesia Sedangkan dari hasil pencatatan dan
penyakit paru pneumonia juga merupakan pelaporan Dinas Kesehatan Jawa Timur
penyebab utama mortalitas anak balita tahun 2012, target cakupan pneumonia
(Misnadiarly, 2008). pada balita adalah 80%, sedangkan jumlah
Target cakupan nasional kasus pneumonia yang ditemukan adalah
pneumonia pada balita tahun 2007 adalah 27,08% dengan jumlah penderita 84.392
76%, sedangkan jumlah kasus yang balita. Dan ada beberapa faktor yang
ditemukan adalah 21,52% (Depkes RI, berhubungan dengan cakupan pneumonia
2007). Target cakupan nasional yaitu pengetahuan petugas tentang
pneumonia pada balita tahun 2008 adalah pneumonia pada balita, deteksi dini kasus
76%, sedangkan jumlah kasus yang pneumonia, tatalaksana penderita
ditemukan adalah 22,13% (Depkes RI, pneumonia dan kelengkapan laporan dari
2008). Target cakupan nasional Puskesmas yang ada di kabupaten atau
pneumonia pada balita tahun 2009 adalah kota.
76%, sedangkan jumlah kasus yang Data profil kesehatan Situbondo
ditemukan adalah 19,19% (Depkes RI, tahun 2012 menunjukkan bahwa
2009). Menurut Departemen Kesehatan RI pencapaian cakupan pneumonia balita di
(2010), ada dua faktor yang berhubungan Kabupaten Situbondo masih rendah dan
dengan cakupan pneumonia yaitu belum mencapai target yang diharapkan.
58 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66

Pada tahun 2010 jumlah kasus yang terutama berasal dari Puskesmas. Hanya
ditemukan adalah 39,5% dan pada tahun beberapa Provinsi dan kabupaten atau
2011 jumlah kasus yang ditemukan adalah kota yang mencakup rumah sakit dan
36,4%, angka ini masih belum mencapai sarana pelayanan kesehatan lainnya.
target 40% yang ditetapkan oleh daerah, Sedangkan deteksi dini kasus pneumonia
padahal target nasional 100% pada tahun di Puskesmas masih rendah karna
2015. Dari tujuh belas kecamatan di sebagian besar tenaga belum terlatih, dan
Kabupaten Situbondo, hanya ada lima kelengkapan pelaporan masih rendah
Kecamatan yang mencapai target 40% terutama pelaporan dari kabupaten atau
yang di tetapkan oleh daerah yaitu kota ke Provinsi (Aditama, 2012).
Banyuglugur (60,34%), Besuki (48,37%), Berdasarkan latar belakang tersebut,
Situbondo (111,38%), Panji (89,50%) dan dilakukan penelitian tentang hubungan
Kapongan (61,18%). Sedangkan dua belas karakteristik petugas dengan cakupan
Kecamatan lainnya cakupan penemuan pneumonia pada balita di Wilayah kerja
pneumonia masih rendah salah satunya di Puskesmas Arjasa Kabupaten Situbondo.
Kecamatan Arjasa. Arjasa termasuk
kecamatan terendah kedua setelah METODE PENELITIAN
bungatan jumlah kasus yang di temukan Jenis penelitian yang digunakan
adalah 2% (Profil Kesehatan adalah cross sectional (Nursalam, 2008).
Situbondo,2012). Namun, pada tahun Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
2013 menurut laporan dari Dinkes Puskesmas Arjasa Kabupaten Situbondo
Kabupaten Situbondo, jumlah kasus yang pada tahun 2014. Populasi dalam
di temukan di Kecamatan Arjasa adalah penelitian ini adalah semua petugas
4,39%. Walaupun angka ini mengalami kesehatan yang menangani kasus
kenaikan pencapaian dari tahun 2012, penderita pneumonia pada balita dengan
namun pada tahun 2013 Kecamatan tehnik pengambilan sampel total sampling
Arjasa menjadi kecamatan terendah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
cakupan penemuan pneumonia pada sebanyak 20 orang. Variabel independen
balita. penelitian ini adalah karakteristik petugas.
Faktor-faktor yang berhubungan Sedangkan variabel dependen adalah
dengan cakupan pneumonia salah satunya cakupan pneumonia. pengumpulan data
adalah kevalidan sumber pelaporan rutin menggunakan kuesioner, selanjutnya data
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66 59

dianalisis menggunakan Uji Chi-Square Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan


pendidikan di Wilayah kerja
Test. Puskesmas Arjasa Kabupaten
Situbondo tahun 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan Frekuensi Persentase


(orang)
Berdasarkan penelitian yang SD - -
SLTP - -
dilakukan didapatkan hasil sebagaimana SLTA - -
didalam tabel 1. PT 20 100%
Jumlah 20 100%
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan
umur di Wilayah kerja Puskesmas Berdasarkan tabel 3. didapatkan
Arjasa Kabupaten Situbondo tahun
2014 informasi pendidikan seluruhnya

Umur Frekuensi (orang) Persentase


berpendidikan tinggi yaitu 20 responden
20-30 10 50% (100%).
31-40 7 35%
>40 3 15%
Jumlah 20 100% Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan
pengalaman kerja di Wilayah kerja
Berdasarkan tabel 1 didapatkan Puskesmas Arjasa Kabupaten
Situbondo tahun 2014
informasi sebagian besar umur responden
berusia 20-30 tahun yaitu 10 orang (50%) Pengalaman Frekuensi Persentase
kerja (orang)
dan sebagian kecil berusia >40 tahun yaitu < 3 tahun 11 55%
>3 tahun 9 45%
3 responden (15%). Jumlah 20 100%

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Berdasarkan tabel 4. didapatkan


jenis kelamin di Wilayah kerja informasi pengalaman kerja sebagian
Puskesmas Arjasa Kabupaten
Situbondo tahun 2014 besar < 3 tahun yaitu 11 responden (55%).

Jenis Frekuensi Persentase


Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan
Kelamin (orang)
Laki-laki 7 35% pelatihan kerja di Wilayah kerja
perempuan 13 65% Puskesmas Arjasa Kabupaten
Jumlah 20 100% Situbondo tahun 2014

Berdasarkan tabel 2. diperoleh Pelatihan Frekuensi Persentase


(orang)
informasi sebagian besar responden Belum pernah 13 65%
Pernah 7 35%
dengan jenis kelamin perempuan yaitu 13 Jumlah 20 100%
responden (65%).
Berdasarkan tabel 5. didapatkan
informasi bahwa sebagian besar belum
pernah pelatihan yaitu 13 responden
60 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66

(65%).
Berdasarkan tabel 8. dapat
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan diperoleh informasi bahwa hampir
pengetahuan petugas di Wilayah
kerja Puskesmas Arjasa seluruhnya sarana lengkap yaitu 15
Kabupaten Situbondo tahun 2014 responden (75%).
Frekuensi
Pengetahuan Persentase Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan
(orang)
Kurang 2 10% sosialisasi kemasyarakat di
Cukup 8 40% Wilayah kerja Puskesmas Arjasa
Baik 10 50% Kabupaten Situbondo tahun 2014
Total 20 100%
Frekuensi
sosialisasi Persentase
Berdasarkan tabel 6. diperoleh (orang)
Tidak dilakukan 17 85%
informasi setengahnya dari pengetahuan Dilakukan 3 15%
Jumlah 20 100%
petugas dengan kategori baik yaitu 10
(50%) dan sebagian kecil dengan kategori Berdasarkan tabel 9. diperolah
pengetahuan kurang yaitu 2 responden informasi hampir seluruhnya tidak
(10%). dilakukan sosialisasi kemasyarakat yaitu
responden 17 (85%).
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan
pencatatan dan pelaporan petugas standart tatalaksana pneumonia di
di Wilayah kerja Puskesmas Arjasa Wilayah kerja Puskesmas Arjasa
Kabupaten Situbondo tahun 2014 Kabupaten Situbondo tahun 2014

Pencatatan Frekuensi Tatalaksana Frekuensi


Persentase Persentase
dan pelaporan (orang) pneumonia (orang)
Tidak rutin 18 90% Tidak 6 30%
Rutin 2 10% dilakukan
Jumlah 20 100% dilakukan 14 70%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel 7. pencatatan
Berdasarkan tabel 10. didapatkan
dan pelaporan hampir seluruhnya tidak
informasi sebagian besar responden
rutin yaitu 18 responden (90%).
melakukan pelayanan standart tatalaksana
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan pneumonia yaitu sebanyak 14 responden
sarana kesehatan di Wilayah kerja
Puskesmas Arjasa Kabupaten (70%).
Situbondo tahun 2014

Sarana Frekuensi
Persentase
kesehatan (orang)
Tidak lengkap 5 25%
Lengkap 15 75%
Jumlah 20 100%
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66 61

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan terhadap objek mempunyai intensitas atau
hubungan pengetahuan petugas
dengan cakupan pneumonia pada tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
balita di Wilayah kerja Puskesmas 2010).
Arjasa Kabupaten Situbondo tahun
2014 Hasil observasi lapangan

Cakupan pneumonia didapatkan bahwa 50% pengetahuan


Penemu
Pengetah an
Penemua
Total P- petugas dengan kategori baik dengan
n Pasien
uan Pasien value
<2
>2 penemuan cakupan pneumonia <2 yaitu
n % n % n %
Kurang 2 13 0 0 2 10
33.3%. Akan tetapi pengetahuan yang
cukup 7 54 1 20 8 40
Baik 6 33 4 80 10 50
0.28 baik belum tentu dapat meningkatkan
Jumlah 15 100 5 100 20 100
cakupan penemuan penderita pneumonia,
Berdasarkan tabel 11. diperoleh karena ada faktor lain yang masih belum
informasi setengahnya dari pengetahuan di perhatikan seperti pada faktor
petugas dengan kategori baik yaitu 10 kedisiplinan dalam hal pencatatan dan
responden (50%) sedangkan cakupan pelaporan. Karena pencatatan dan
penemuan pasien penderita pneumonia pelaporan sangat berpengaruh terhadap
yaitu sebanyak 4 responden (80%), dan deteksi dini adanya pneumonia pada
sebagian kecil dengan kategori balita, dengan rutinnya pencatatan dan
pengetahuan kurang yaitu 2 responden pelaporan maka dapat meningkatkan
(10%) sedangkan cakupan penemuan cakupan pneumonia. Hal ini juga
pasien penderita pneumonia yaitu tidak didukung dalam penelitian Dharoh (2012)
satupun ditemukan yaitu 0 (0%). bahwa tidak ada hubungan pengetahuan
Berdasarkan tabel uji Chi-Square petugas dengan cakupan pneumonia pada
Test terlihat pada kolom Asymp. Sig balita.
adalah 0.28 atau signifikan > 0.05 berarti Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan
hubungan pencatatan dan
H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan pelaporan petugas dengan cakupan
pneumonia pada balita di Wilayah
pengetahuan petugas dengan cakupan
kerja Puskesmas Arjasa
pneumonia pada balita. Kabupaten Situbondo tahun 2014
Cakupan pneumonia
Menurut Notoatmodjo (2007) Pencata Penemu
Penemua
tan dan an Total P-
n Pasien
menyatakan pengetahuan atau kognitif pelapor Pasien >2
value
an <2
merupakan domain yang sangat penting n % n % n %
Tidak 17 100 1 33.3 18 90
untuk terbentuknya tindakan seseorang rutin 0.0
Rutin 0 0 2 66.7 2 10 16
(Overt behavior). Pengetahuan seseorang Jumlah 15 100 5 100 20 100
62 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66

Tabel 13. Distribusi responden berdasarkan


Berdasarkan tabel 12. pencatatan hubungan sarana kesehatan dengan
cakupan pneumonia pada balita di
dan pelaporan hampir seluruhnya 18 Wilayah kerja Puskesmas Arjasa
(90%) tidak rutin dan cakupan pneumonia Kabupaten Situbondo tahun 2014

pada pencatatan dan pelaporan tidak rutin Cakupan pneumonia


Penemu Pene
Sarana P-
yaitu 1 (33.3%). keseha-
-an muan Total
value
Pasien Pasien
tan
Berdasarkan tabel Chi-Square Tests <2 >2
n % n % n %
terlihat pada kolom Asymp. Sig adalah Tidak 5 29 0 0 5 25
lengkap 0.53
0.016 atau signifikansi < 0.05 berarti H0 lengkap 12 71 3 100 15 75
Jumlah 17 100 3 100 20 100
ditolak. Artinya ada hubungan pencatatan
dan pelaporan dengan cakupan pneumonia Berdasarkan tabel 13. dapat

pada balita. diperoleh informasi bahwa hampir

Pelaporan merupakan cara seluruhnya sarana lengkap yaitu 15 (75%)

komunikasi petugas kesehatan yang dapat sedangkan cakupan pneumonia pada

dilakukan secara tertulis dan lisan tentang kategori sarana tidak lengkap dengan

hasil suatu kegiatan yang telah penemuan pneumonia lebih dari 2 atau

dilaksanakan (Rajab, 2008). sama dengan 2 yaitu 3 (100%).

Hasil observasi lapangan Berdasarkan tabel Chi-Square Tests

menunjukkan bahwa sebagian besar terlihat pada kolom Asymp. Sig adalah

responden tidak melakukan pencatatan 0.53 atau signifikan > 0.05 berarti H0

dan pelaporan secara rutin, padahal diterima. Artinya tidak ada hubungan

dengan rutinnya laporan dapat sarana kesehatan dengan cakupan

meningkatkan cakupan pneumonia. Ketika pneumonia pada balita.

pencatatan dan pelaporan dilakukan secara Sarana kesehatan adalah tempat

rutin maka petugas dapat melakukan yang digunakan untuk menyelenggarakan

deteksi dini pada penderita pneumonia, upaya kesehatan (Hanafiyah dan Amri,

sehingga dapat meningkatkan cakupan 2007). Sarana kesehatan adalah semua

pneumonia. Hal ini juga didukung dari sarana pelayanan kesehatan, baik

hasil penelitian Irmawati (2004) bahwa pemerintah maupun swasta (Kepmenkes,

ada hubungan pencatatan dan pelaporan 2008). Sarana kesehatan dalam hal deteksi

dengan cakupan pneumonia. penemuan penderita kasus pneumonia


adalah sound timer dan sebagian besar
dalam penelitian ini responden memiliki
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66 63

sarana kesehatan untuk mendeteksi pendarita pneumonia > 2 yaitu 1 (33.3%).


pneumonia (Ari Sound Timer). Berdasarkan tabel Chi-Square Tests
Hasil observasi lapangan terlihat pada kolom Asymp. Sig adalah
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan 0.046 atau signifikansi < 0.05 berarti H0
sarana kesehatan dengan cakupan ditolak artinya ada hubungan sosialisasi
penemuan penderita pneumonia karena ke masyarakat dengan cakupan
sebagian besar sound timer tersedia dan pneumonia pada balita.
berfungsi, akan tetapi ada faktor lain yang Sosialisasi dalam hal ini adalah
kurang diperhatikan misalkan peran kader penyuluhan, Penyuluhan kesehatan adalah
dalam hal deteksi dini sehingga dapat kegiatan pendidikan yang dilakukan
membantu petugas dalam meningkatkan dengan cara menyebarkan pesan,
cakupan penemuan penderita pneumonia menanamkan keyakinan sehingga
pada balita. Hal ini juga didukung dalam masyarakat sadar, mau dan mampu
penelitian Mukaromah (2005) bahwa tidak melakukan kegiatan yang membuat
ada hubungan sarana kesehatan dengan masyarakat sehat (Dinkes Jawa Timur,
cakupan pneumonia pada balita. 2010). Ketika pengetahuan masyarakat
Tabel 14. Distribusi responden berdasarkan bertambah diharapkan dapat menambah
hubungan sosialisasi kemasyarakat
dengan cakupan pneumonia pada cakupan penemuan penderita pneumonia.
balita di Wilayah kerja Puskesmas Hasil observasi lapangan
Arjasa Kabupaten Situbondo tahun
2014 menunjukkan bahwa sosialisasi
Cakupan pneumonia berhubungan dengan cakupan pneumonia.
Sosialisa Penem Penem P-
si ke uan uan Total valu Karena sosialisasi sangat pentinga
masyara Pasien Pasien e
kat <2 >2 dilakukan untuk meningkatkan
n % n % n %
Tidak 16 94 1 33.3 17 85 pengetahuan masyarakat, ketika
dilakukan
0.046
dilakukan 1 6 2 66.7 3 15
Jumlah 17 10 3 100 20 100 pengetahuan masyarakat meningkat
0
diharapkan dapat membantu petugas
Berdasarkan tabel 14. sosialisasi ke untuk mendeteksi dini penderita
masyarakat hampir seluruhnya tidak pneumonia sehingga dapat meningkatkan
dilakukan yaitu 17 (85%) dan cakupan cakupan penemuan penderita pneumonia.
penemuan pneumonia pada sosialisasi ke Hal ini juga didukung dari hasil penelitian
masyarakat dengan kategori tidak Irmawati (2004) bahwa ada hubungan
dilakukan pada cakupan penemuan sosialisasi ke masyarakat dengan cakupan
64 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66

pneumonia. pengobatan dan rujukan.


Hasil observasi lapangan
Tabel 15. Distribusi responden berdasarkan
hubungan pelayanan tatalaksana menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
pneumonia dengan cakupan tatalaksana dengan cakupan pneumonia
pneumonia pada balita di Wilayah
kerja Puskesmas Arjasa karena sebagian besar petugas
Kabupaten Situbondo tahun 2014
melaksanakan tatalaksana sesuai dengan
Cakupan pneumonia
penem P-
prosedur, akan tetapi tatalaksana baik
Tatalak- Penemua
uan Total val
sana n Pasien
Pasien ue tidak dapat meningkatkan cakupan
penumonia <2
>2
n % n % n % penemuan penderita pneumonia karena
Tidak 5 29.4 1 33.3 6 30
dilakukan 0.10 masih ada faktor lain yang masih belum
dilakukan 12 70.6 2 66.7 14 70
Jumlah 17 100 3 100 20 100 diperhatikan seperti sosialisasi ke
Berdasarkan tabel 15. dapat masyarakat hamper seluruhnya masih
diperoleh informasi bahwa sebagian besar belum dilakukan, padahal sosialisasi
dilakukan pelayanan tatalaksana kemasyarakat sangat penting dilakukan
pneumonia yaitu 14 (70%) sedangkan untuk menambah pengetahuan
cakupan pneumonia pada tatalaksana masyarakat. Hal ini juga didukung dalam
pneumonia dengan kategori dilakukan penelitian Mukaromah (2005) bahwa tidak
pada cakupan penemuan pneumonia > 2 ada hubungan pelayanan tatalaksana
yaitu 2 (66.7%). pneumonia dengan cakupan pneumonia
Berdasarkan tabel Chi-Square Tests pada balita.
terlihat pada kolom Asymp. Sig adalah
0.10 atau signifikan > 0.05 berarti H0 SIMPULAN DAN SARAN
diterima artinya tidak ada hubungan Berdasarkan hasil penelitian dapat
tatalaksana pneumonia dengan cakupan disimpulkan bahwa terdapat hubungan
pneumonia pada balita. antara karakteristik petugas tentang
Menurut Aditama (2012) pencatatan dan pelaporan serta sosialisasi
penggunaan bagan tatalaksana anak ke masyarakat dengan cakupan penemuan
dengan tanda-tanda pneumonia meliputi 3 penderita pneumonia pada balita. Dan
hal yaitu menilai anak batuk atau tidak ada hubungan antara karakteristik
kesukaran bernafas, membuat klasifikasi petugas tentang pengetahuan petugas,
dan menentukan tindakan sesuai 2 sarana kesehatan dan tatalaksana
kelompok umur balita dan menentukan pneumonia dengan cakupan penemuan
OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66 65

penderita pneumonia pada balita. Untuk


Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan
itu diharapkan bagi seluruh petugas
Indonesia. Diakses pada tanggal
kesehatan untuk melakukan 06 April 2014 dari
www.depkes.go.id/downloads/P
mensosialisasi tentang pneumonia kepada
ROFIL_KES_ INDONESIA
masyarakat dan lebih disiplin melakukan _2011/15_Profil_Kes.indonesia_
2011.pdf
pencatatan dan pelaporan.
Dinkes Jatim. 2009. Profil Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Jawa Timur. Diakses pada
Aditama, Yoga. 2012. Final Design Tanggal 05 April 2014 dari
Pedoman Pengendalian Infeksi www.dinkes.go.id/downloads/PR
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). OFIL_KES_PROVINSI
Jakarta: Kemenkes RI 2009/15_profil_kes.prov.JawTim
ur-2009.pdf
Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan
Indonesia. Diakses pada tanggal Dinkes Jatim. 2010. Profil Kesehatan
01 April 2014 dari Jawa Timur. Diakses pada
www.depkes.go.id/downloads/P Tanggal 08 April 2014 dari
ROFIL_KES_INDONESIA_200 www.dinkes.go.id/downloads/PR
7/15_Profil_Kes.indonesia_2007. OFIL_ KES_PROVINSI
pdf 2010/15_profil_kes.prov.JawTim
ur-2010.pdf

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Dinkes Jatim. 2012. Profil Kesehatan
Indonesia. Diakses pada tanggal Jawa Timur. Diakses pada
02 April 2014 dari Tanggal 08 April 2014 dari
www.depkes.go.id/downloads/P www.dinkes.go.id/downloads/PR
ROFIL_KES_INDONESIA_200 OFIL_ KES_PROVINSI
8/15_Profil_Kes.indonesia_2008. 2012/15_profil_kes.prov.JawTim
pdf ur-2012.pdf

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan


Indonesia. Diakses pada tanggal Dinkes Situbondo. 2012. Profil Kesehatan
05 April 2014 dari Situbondo. Diakses pada Tanggal
www.depkes.go.id/downloads/P 08 April 2014 dari
ROFIL_KES_ INDONESIA www.dinkes.go.id/downloads/PR
_2009/15_Profil_Kes.indonesia_ OFIL_ KES_SITUBONDO
2009.pdf 2012/15_profil_Kes.Kab.Situbon
do-2012.pdf
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan
Indonesia. Diakses pada tanggal Dinkes Situbondo. 2013. Profil Kesehatan
06 April 2014 dari Situbondo. Diakses pada Tanggal
www.depkes.go.id/downloads/P 09 April 2014 dari
ROFIL_KES_ INDONESIA www.dinkes.go.id/downloads/PR
_2010/15_Profil_Kes.indonesia_ OFIL_ KES_SITUBONDO
2010.pdf 2013/15_profil_Kes.Kab.Situbon
66 OKSITOSIN, KEBIDANAN, VOL. IV, NO. 1, FEBRUARI 2017: 56-66

do-2013.pdf
Irmawati. 2004. Faktor Yang
Dharoh, Ana. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Cakupan
Berhubungan dengan Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia
Penemuan Penderita Pneumonia Balita. Skripsi. Sumatera Utara:
Balita. Artikel Ilmiah. Semarang: USU
Universitas Dian Nuswantoro
Semarang Lampiran Kepmenkes Nomor :
828/MENKES/SK/IX/2008
Hanafiyah dan Amri Yusuf. 2007. Etika
Kedokteran dan Hukum Maryunani dan Puspita. 2013. Asuhan
Kesehatan, Jakarta: Penerbit Kegawatdaruratan Maternal dan
Buku Kedokteran EGC Neonatal. Jakarta:CV. Trans Info
Media
Hidayat, Alimul. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisis Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan
Data. Jakarta: Salemba Medika Komunitas. Yogyakarta:
Citramaya
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Misnadiarly, 2008. Infeksi Saluran Metodologi Penelitian Ilmu
Pernafasan Akut. Jakarta: Keperawatan. Jakarta: Rineka
Pustaka Obor Populer Cipta
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar
Mukarromah, Laelatuzzumrotin. 2005. Epidemiologi untuk Mahasiswa
Hubungan Perilaku Petugas Kebidanan. Jakarta: Penerbit
Manajemen Terpadu Balita buku kedokteran EGC
dalam Program P2ISPA
dengan Cakupan Pneumonia. Somantri, Imran. 2007. Keperawatan
Skripsi. Kebumen: Universitas Medikal Bedah Asuhan
Kebumen Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Pernapasan. Jakarta: Salemba
Metodologi penelitian Medika
kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

___________________. 2007.
Kesehatan Masyarakat Ilmu
dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta

___________________. 2010.ilmu
perilaku kesehatan masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta

___________________. 2010.
Metodologi Penelitian Ilmu
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Anda mungkin juga menyukai