Anda di halaman 1dari 6

PENUGASAN II

INDIVIDU DAN POPULASI III

‘‘Indikator ISPA’’

Oleh:

Inas Hanan Farihah (H1A018042)

Lisa Raihan Lutfia (H1A018057)

Muhammad Mahfuzzahroni (H1A018066)

Nur Fadlia Rahmani (H1A018076)

Rizka Febriya Moestafa (H1A018087)

Vira Eka Trie Sanggita (H1A018095)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit pernapasan yang menjadi
penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia khususnya balita. Setiap
tahunnya, hampir sekitar 4 juta orang meninggal karena ISPA (Syahidi, et al, 2016).
Berdasarkan perkiraan WHO, ISPA sering terjadi di Negara berkembang dengan insiden
kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup atau sekitar 15-20%. Prevalensi ISPA di
Indonesia, provinsi dengan kasus terbanyak, yaitu Nusa Tenggara Timur 41,70%, Papua
31,10%, Aceh 30,00%, Nusa Tenggara Barat 28,30%, dan Jawa Timur 28,30% (Mahendrayasa
dan Farapti, 2018). Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa sekitar 80-90% kematian
akibat ISPA disebabkan oleh Pneumonia (Syahidi, et al, 2016).

Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang alveolus paru dan biasanya disebabkan
oleh mikroorganisme seperti virus, jamur, dan bakteri. Pneumonia pada balita ditandai dengan
batuk dan atau kesulitan bernafas seperti nafas cepat disertai tarikan dinding dada bagian
bawah dengan frekuensi nafas sesuai umur penderita. Menurut riskesdas, pneumonia menjadi
penyebab kematian kedua pada balita setelah diare dan selalu berada di daftar 10 penyakit
terbesar setiap tahunnya sehingga sampai saat ini program pengendalian pneumonia sangat
diprioritaskan pada balita (Kemenkes, 2018). Adapun program pemerintah dalam pengendalian
kejadian pneumonia salah satunya adalah penemuan kasus pneumonia dan pneumonia berat
oleh puskesmas dan kader. Hal ini diharapkan mampu untuk menekan kejadian pneumonia
yang cukup tinggi di Indonesia khususnya pada balita.

BAB II. ISI

A. Penjelasan terkait Indikator

Indikator
Penemuan kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh puskesmas dan kader

Definisi
Cakupan penemuan pneumonia balita adalah jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan
di suatu wilayah kerja puskesmas dari estimasi jumlah balita di wilayah kerja puskesmas
tersebut. (target yang ditemukan adalah 10% dari populasi balita). (Marlinawati, 2015)
Tujuan :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum pengendalian penyakit ISPA adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian
karena pneumonia. (Marlinawati, 2015)
b. Tujuan Khusus
a) Tercapainya cakupan penemuan balita sebagai berikut (tahun 2010 : 60%, tahun 2011 :
70%, tahun 2012 : 80%, tahun 2013 : 90%, tahun 2014 : 100%)
b) Menurunkan angka kematian pneumonia balita sebagai kontribusi penurunan angka
kematian bayi dan balita, sesuai dengan tujuan MDGs (44 menjadi 32 per 1.000 kelahiran
hidup). (Marlinawati, 2015)
Rumus :

B. Interpretasi Indikator Menurut Teori

Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2019


PENERAPAN RUMUS

Untuk menentukan kesesuaian teori dan rumus yang kami gunakan, kami mengambil contoh
perhitungan untuk wilayah provinsi Jawa Timur :

Cakupan Penemuan =

= 51,49 %

Berdasarkan hasil perhitungan, cakupan penemuan didapatkan 51,49% yang artinya


sesuai dengan data pada tabel yang juga menunjukan angka 51,49%. Jadi, perhitungan dari
data tersebut sesuai dengan teori yang ada.

C. Interpretasi Indikator Menurut Jurnal

Jurnal yang digunakan adalah “PENGUKURAN KINERJA PUSKESMAS


BERDASARKAN KEPMENKES RI NO.828/MENKES/SK/IX/2008 DI KABUPATEN
BOJONEGORO”. Pada jurnal ini terdapat banyak indikator beserta rumus perhitungannya,
salah satunya indikator penemuan penderita pneumonia balita, yang merupakan tema yang
kami ambil. Namun, dalam jurnal ini tidak dijelaskan lebih lanjut untuk contoh perhitungannya.

Untuk melihat target dan pencapaian pneumonia balita di Jawa Timur, kami
membandingkan 3 puskesmas yang berada di Jawa Timur, yaitu Puskesmas Kecamatan
Kalitidu, Puskesmas Kecamatan Padangan, dan Puskesmas Wisma Indah Bojonegoro.
Berdasarkan data dalam laporan Standar Pelayanan Minimal dari ketiga puskesmas
diatas mengenai indikator penemuan dan penanganan pneumonia pada balita dengan
pencapaian bulan desember sebagai hasil kumulatif pencapaian selama 1 tahun. Puskesmas
kaliditu pada tahun 2011 menargetkan 80% kasus penemuan pneumonia pada balita, bulan
desember mencapai 80,97% yaitu sudah mencapai target. Pada Puskesmas Padangan tahun
2011 pemerintah menargetkan 80% untuk penemuan kasus pneumonia pada balita, bulan
desember hanya mencapai 0,23% yaitu belum mencapai target. Puskesmas Wisma indah pada
tahun 2011 pemerintah menargetkan 80% untuk penemuan kasus pneumoni pada balita, bulan
desember mencapai 42,35% yaitu belum mencapai target.

KESIMPULAN

ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan yang menjadi penyebab utama


morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia khususnya pada usia balita. Berdasarkan
beberapa penelitian, menunjukkan bahwa sekitar 80-90% kematian akibat ISPA disebabkan
oleh pneumonia. Adapun program pemerintah dalam pengendalian kejadian pneumonia salah
satunya adalah penemuan kasus pneumonia. Berdasarkan hasil perhitungan untuk wilayah
provinsi Jawa Timur, cakupan penemuan didapatkan 51,49% yang artinya perhitungan dari data
tersebut sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan data dalam laporan Standar Pelayanan
Minimal, hanya puskesmas Kaliditu yang sudah mencapai target, sedangkan puskesmas
Padangan dan puskesmas Wisma indah belum mencapai target.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dongky, P. dan Kadrianti. 2018. Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dengam
Kejadian ISPA Balita di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar. (Diakses 11 November)
2. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. (Diakses 11
November 2020)
3. Mahendrayasa, I.G.A.M dan Farapti. 2018. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah
dengan Kejadin Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada Balita di Surabaya. (Diakses 11
November 2020)
4. Syahidi, M. H. et al. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kelurahan
Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Tahun 2013. (Diakses 11 November
2020)
5. Atiningtyas, D S. (2011) 'Pengukuran Kinerja Puskesmas Berdasarkan Kepmenkes RI
No.828/MENKES/SK/IX/2008 di Kabupaten Bojonegoro, Universitas Negeri Surabaya.
doi: https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/article/view/290

6. Kemenkes RI (2019) Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf.

7. Siregar, Atika, A., Nugraha, T. and Simanjorang, A. (2019) ‘Analisis Kemampuan


Petugas Ispa Dalam Penemuan Kasus Pneumonia Balita Di Puskesmas Kota Medan
Tahun 2018’, 9(2), pp. 144–151.

Anda mungkin juga menyukai