‘‘Indikator ISPA’’
Oleh:
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit pernapasan yang menjadi
penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia khususnya balita. Setiap
tahunnya, hampir sekitar 4 juta orang meninggal karena ISPA (Syahidi, et al, 2016).
Berdasarkan perkiraan WHO, ISPA sering terjadi di Negara berkembang dengan insiden
kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup atau sekitar 15-20%. Prevalensi ISPA di
Indonesia, provinsi dengan kasus terbanyak, yaitu Nusa Tenggara Timur 41,70%, Papua
31,10%, Aceh 30,00%, Nusa Tenggara Barat 28,30%, dan Jawa Timur 28,30% (Mahendrayasa
dan Farapti, 2018). Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa sekitar 80-90% kematian
akibat ISPA disebabkan oleh Pneumonia (Syahidi, et al, 2016).
Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang alveolus paru dan biasanya disebabkan
oleh mikroorganisme seperti virus, jamur, dan bakteri. Pneumonia pada balita ditandai dengan
batuk dan atau kesulitan bernafas seperti nafas cepat disertai tarikan dinding dada bagian
bawah dengan frekuensi nafas sesuai umur penderita. Menurut riskesdas, pneumonia menjadi
penyebab kematian kedua pada balita setelah diare dan selalu berada di daftar 10 penyakit
terbesar setiap tahunnya sehingga sampai saat ini program pengendalian pneumonia sangat
diprioritaskan pada balita (Kemenkes, 2018). Adapun program pemerintah dalam pengendalian
kejadian pneumonia salah satunya adalah penemuan kasus pneumonia dan pneumonia berat
oleh puskesmas dan kader. Hal ini diharapkan mampu untuk menekan kejadian pneumonia
yang cukup tinggi di Indonesia khususnya pada balita.
Indikator
Penemuan kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh puskesmas dan kader
Definisi
Cakupan penemuan pneumonia balita adalah jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan
di suatu wilayah kerja puskesmas dari estimasi jumlah balita di wilayah kerja puskesmas
tersebut. (target yang ditemukan adalah 10% dari populasi balita). (Marlinawati, 2015)
Tujuan :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum pengendalian penyakit ISPA adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian
karena pneumonia. (Marlinawati, 2015)
b. Tujuan Khusus
a) Tercapainya cakupan penemuan balita sebagai berikut (tahun 2010 : 60%, tahun 2011 :
70%, tahun 2012 : 80%, tahun 2013 : 90%, tahun 2014 : 100%)
b) Menurunkan angka kematian pneumonia balita sebagai kontribusi penurunan angka
kematian bayi dan balita, sesuai dengan tujuan MDGs (44 menjadi 32 per 1.000 kelahiran
hidup). (Marlinawati, 2015)
Rumus :
Untuk menentukan kesesuaian teori dan rumus yang kami gunakan, kami mengambil contoh
perhitungan untuk wilayah provinsi Jawa Timur :
Cakupan Penemuan =
= 51,49 %
Untuk melihat target dan pencapaian pneumonia balita di Jawa Timur, kami
membandingkan 3 puskesmas yang berada di Jawa Timur, yaitu Puskesmas Kecamatan
Kalitidu, Puskesmas Kecamatan Padangan, dan Puskesmas Wisma Indah Bojonegoro.
Berdasarkan data dalam laporan Standar Pelayanan Minimal dari ketiga puskesmas
diatas mengenai indikator penemuan dan penanganan pneumonia pada balita dengan
pencapaian bulan desember sebagai hasil kumulatif pencapaian selama 1 tahun. Puskesmas
kaliditu pada tahun 2011 menargetkan 80% kasus penemuan pneumonia pada balita, bulan
desember mencapai 80,97% yaitu sudah mencapai target. Pada Puskesmas Padangan tahun
2011 pemerintah menargetkan 80% untuk penemuan kasus pneumonia pada balita, bulan
desember hanya mencapai 0,23% yaitu belum mencapai target. Puskesmas Wisma indah pada
tahun 2011 pemerintah menargetkan 80% untuk penemuan kasus pneumoni pada balita, bulan
desember mencapai 42,35% yaitu belum mencapai target.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Dongky, P. dan Kadrianti. 2018. Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dengam
Kejadian ISPA Balita di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar. (Diakses 11 November)
2. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. (Diakses 11
November 2020)
3. Mahendrayasa, I.G.A.M dan Farapti. 2018. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah
dengan Kejadin Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada Balita di Surabaya. (Diakses 11
November 2020)
4. Syahidi, M. H. et al. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kelurahan
Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Tahun 2013. (Diakses 11 November
2020)
5. Atiningtyas, D S. (2011) 'Pengukuran Kinerja Puskesmas Berdasarkan Kepmenkes RI
No.828/MENKES/SK/IX/2008 di Kabupaten Bojonegoro, Universitas Negeri Surabaya.
doi: https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/article/view/290
6. Kemenkes RI (2019) Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf.