Disusun Oleh :
YULIS TRIANA
A2L21033
PROGSUS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
TAHUN 2023
ASKEP KMB
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS BPH DI
RUANG MELATI RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
(Nama) (YULIS T)
ASKEP KMB
LAPORAN PENDAHULUAN
(BPH)
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) dapat didefinisikan sebagai pembesaran
kelenjar prostat yang memanjang ke atas, ke dalam kandung kemih, yang
menghambat aliran urin, serta menutupi orifisium uretra (Smeltzer & Bare, 2003).
Secara patologis, BPH dikarakteristikkan dengan meningkatnya jumlah sel
stroma dan epitelia pada bagian periuretra prostat. Peningkatan jumlah sel stroma
dan epitelia ini disebabkan adanya proliferasi atau gangguan pemrograman
kematian sel yang menyebabkan terjadinya akumulasi sel (Roehrborn, 2011).
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran prostat yang mengenai
uretra, menyebabkan gejala urinarinaria dan menyebabkan terhambatnya aliran
urin keluar dari buli-buli. (Nursalam, 2006).
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat. (Yuliana Elin,
2011)
2. Etiologi
Penyebab pasti BPH belum diketahui. Namun, Ikatan Ahli Urologi Indonesia atau
IAUI (2003) menjelaskan bahwa terdapat banyak faktor yang berperan dalam
hiperplasia prostat, seperti usia, adanya peradangan, diet, serta pengaruh
hormonal. Faktor tersebut selanjutnya mempengaruhi prostat untuk mensintesis
protein growth factor, yang kemudian memicu proliferasi sel prostat. Selain itu,
pembesaran prostat juga dapat disebabkan karena berkurangnya proses apoptosis.
Roehrborn (2011) menjelaskan bahwa suatu organ dapat membesar bukan hanya
karena meningkatnya proliferasi sel, tetapi juga karena berkurangnya kematian
sel. BPH jarang mengancam jiwa. Namun, keluhan yang disebabkan BPH dapat
menimbulkan ketidaknyamanan. BPH dapat menyebabkan timbulnya gejala
LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) pada lansia pria. LUTS terdiri atas gejala
obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi :
frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia, pancaran berkemih lemah dan
ASKEP KMB
sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis berkemih, dan
tahap selanjutnya terjadi retensi urin (IAUI, 2003).
Menurut Purnomo (2000), hingga sekarang belum diketahui secara pasti
penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa
hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron
(DHT) dan proses penuaan.
3. Klasifikasi
Berdasarkan perkembangan penyakitnya menurut Sjamsuhidajat dan Wim de
Jong (2005) secara klinis penyakit BPH dibagi menjadi 4 gradiasi :
a. Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur
ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan sisa urin kurang
dari 50 ml
b. Derajat 2 : Ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur dan
batas atas dapat dicapai, sedangkan sisa volum urin 50- 100 ml.
c. Derajat 3 : Pada saat dilakukan pemeriksaan colok dubur batas atas prostat
tidak dapat diraba dan sisa volum urin lebih dari 100ml.
d. Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi urine total.
4. Manifestasi klinis
a. Gejala iritatif meliputi :
- Peningkatan frekuensi berkemih
- Nokturia (terbangun pada malam hari untuk berkemih)
- Perasaan ingin berkemih yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda
(urgensi)
- Nyeri pada saat berkemih (disuria)
b. Gejala obstruktif meliputi :
- Pancaran urine melemah
- Rasa tidak puas sehabis berkemih, kandung kemih tidak kosong dengan
baik (hesitensi)
- Jika ingin berkemih harus menunggu lama
- Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
- Urin terus menetes setelah berkemih
ASKEP KMB
- Waktu berkemih memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
inkontinensia karena penumpukan berlebih
- Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume
residu yang besar
c. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan
rasa tidak nyaman pada epigastri
5. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu
terjadi reduksi testosteron menjadi dehidrotestosteron dalam sel prostat yang
kemudian menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT kedalam inti sel. Hal ini dapat
menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis
protein yang kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat. (Manjoer, 2000;
Poernomo, 2000) Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan
terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikal. Untuk dapat
mengeluarkan urin buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tekanan
tersebut, sehingga akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat
meningkkat, serta otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan
berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi
dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine. (Manjoer,
2000; Poernomo, 2000). Tekanan intravesikal yang tinggi akan diteruskan
keseluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan
pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli
ke ureter atau terjadi refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus
akanmengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi
gagal ginjal. (Poernomo, 2000)
ASKEP KMB
6. Pathway
MK: MK:
MK: Resiko
Intoleransi Nyeri Akut
Infeksi
Aktivitas
MK:
Defisit Nutrisi
MK:
Gangguan Eliminasi Urine
ASKEP KMB
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi untuk :
- Mengurangi retensi vesika urinaria dengan obat golongan penghambat
androgen
- Mengurangi volume prostat
b. Operatif (operasi terbuka)
- Retrapubic transvesikal prostatectomy yaitu melakukan sayatan
section alfa melalui fossa prostate anterior tatapi tidak membuka
dinding vesika urinaria
- Suprapubic transvesikal prostatectomy (trayer) yaitu melakukan
sayatan section alva menembus vesika urinaria
- Transperineal prostatectomy yaitu melakukan sayatan melalui
perineum, fossa ischi langsung ke prostate
c. Endorologi transurethral
- Transurethral resection prostatectomy (TUR-P)
- Transurethral laser prostatectomy (TUL-P)
- Transutretral incision of the prostate (TUP)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
- Untuk menilai kadar Hb, PCV (hematokrit), trombosit, leukosit
dan LED
- Untuk menilai kemungkinan inflasi akibat statis urine
2) Sedimentasi urine
- Untuk menilai kemungkinan inflamasi saluran kemih
3) Kultur urine
- Untuk menentukan jenis bakteri & terapi antibiotik yang tepat
b. Renal fungsi tes (BUN/ureum, creatitin) :Untuk menilai gangguan fungsi
ginjal akibat dari statis urine
c. PSA (Prostatik Spesifik Antigen) - Untuk kewaspadaan adanya keganasan
d. Pemeriksaan radiology
1) Foto abdomen polos (BNA/ Blass Nier Averzith) : Untuk melihat
ASKEP KMB
adanya batu pada system kemih
2) Intravenus phielografi :
- Untuk menilai kelainan ginjal dan ureter
- Untuk menilai penyulit yang terjadi pada fundus uteri
3) USG (ultrasonografi) : Untuk memeriksa konsistensi, volume dan
besar prostat
4) Pemeriksaan penendoscopy - Untuk melihat derajat pembesaran
kelenjar prostat
5) Pemeriksaan pancaran urine (uroflowmetri)
- Flowrate maximal>15 ml/ dtk : non obstruktif
- Flowrate maximal 10-15 ml/ dtk : border line
- Folwrate maximal
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan
secara sistematisdalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012)
a. Identitas klien: nama, alamat, jenis kelamin, pekerjaan pendidikan
b. Keluhan utama : nyeri pada saat BAK, urine keluar menetes
c. Riwayat penyakit dahulu: kaji riwayat yang pernah diderita misal
pembedahan yang berhubungan dengan timbulnya BPH
d. Riwayat penyakit keluarga: adakah keluarga yang memiliki penyakit
menular maupun keturunan
e. Pola Nutrisi: BPH menimbulkan gejala anoreksia, mual, mutah, dan rasa
tidak nyaman pada epigastrik, dan kaji minuman yang harus dihindari
kafein dan alkohol
f. Pola Eliminasi: biasanya konstipasi, peningkatan BAK, nokturia,
hematuria, nyeri saat BAK, urine menetes, retensi urin, nyeri tekan perut
bawah
g. Integritas ego: klien biasanya mengalami setress akibat post operasi
h. Pemeriksaan Fisik:
- Abdomen: edema, pruritus, echymosis menunjukkan renal insufiensi dari
obstruksi lama
ASKEP KMB
- Adanya distensi kandung kemih
- Kandung kemih: inspeksi: penonjilan pada daerah suprapubik: retensi
urin, palpasi: terasa adanya ballotment dan ini akan menyebabkan ingin
BAK, perkusi: redup(residual urine)
- Pemeriksaan penis: uretra skrotum tidak ditemukan adanya kelainan,
kecuali adanya kelainan,atau penyakit penyerta seperti stenosis meatus
- Pemeriksaan rectal (colok dubur) untuk menentukan konsistensi
persyarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (D.0077) b.d Agen Pencedera Fisiologis
b. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d Peningkatan Metabolisme
c. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan Penurunan Perfusi
Jaringan Perifer
d. Gangguan eliminasi urin (D.0040) b.d sumbatan saluran pengeluaran
pada kandung kemih
e. Resiko Infeksi (D.0142) d.d ketidakadekuatan mekanisme pertahanan
primer
3. Intervensi
a. Nyeri akut (D.0077)
Luaran :
- Kemampuan menuntaskan aktivitas (meningkat)
- Keluhan Nyeri
- (menurun)
- Meringis (menurun)
- Frekuensi nadi (membaik
Intervensi : Manajemen Nyeri
Obesrvasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik
ASKEP KMB
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
b. Defisit Nutrisi (D.0019)
Luaran :(L.03030) Status Nutrisi – Membaik
- Porsi makanan yang dihabiskan (meningkat)
- Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi (meningkat)
- Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat (meningkat)
- Sikap terhadap makanan atau minuman sesuai dengan tujuan
kesehatan (meningkat)
- Perasaan cepat kenyang (menurun)
- Nyeri abdomen (menurun)
- Frekuensi makan (membaik)
- Nafsu makan (membaik)
- Bising usus (membaik)
Intervensi :(I.03119) Manajemen Nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu tubuh yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
ASKEP KMB
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
c. Intolernsi Aktivitas (D.0056)
Luaran : Toleransi Aktivitas (L05047)
- Menigkatkan kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Menurunnya keluhan lelah
- Membaiknya Frekwensi nadi
- Membaiknya Tekanan darah
Intervensi : (Manajemen Energi 1.05178)
Obesrvasi
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (cahaya,
suara, kunjungan
- Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
d. Gangguan eliminasi urin D.0040
Luaran : eliminasi urine (L.04034)
ASKEP KMB
- Nokturia menurun
- Residu volume urin setelah berkemih menurun
- Dribbling menurun
- Hesitancy menurun
- Verbalisasi pengeluaran urin tidak tuntas menurun
- Frekuensi berkemih membai
Intervensi : Manajemen Eliminasi Urin (I.04152)
Obesrvasi
- Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkotinensi urin
- Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkotinensia urin
- Monitor eliminasi urin
Terapeutik
- Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur
Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
Kolaborasi
- Rencana tindakan bedah jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
e. Resiko Infeksi D0142
Luaran : Tingkat Infeksi (L.14137)
- Nyeri menurun
- Kadar sel darah putih membaik
- Kultur urin membaik
Intervensi : Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi
- Monitor tanda gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
ASKEP KMB
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairn
ASKEP KMB
DAFTAR PUSTAKA
ASKEP KMB
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
I. IDENTITAS
A. Nama : Tn.S
B. Umur : 67 TH
C. Jenis Kelamin : Laki-Laki
D. Status Pernikahan : Menikah
E. Agama : Islam
F. Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
G. Bahasa : Jawa
H. Pendidikan : SD
I. Pekerjaan : Tani
J. Alamat : Ds.Bendo Kec Gondang
K. No HP yg mudah dihubungi : 08575XXXXXXX
L. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / BPJS / Sendiri
- Bau Khas -
- Konsistensi Lunak -
- Frekwensi 1x sehari -
- Masalah Tidak ada -
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
2. B A K Spontan DC
- Warna Kuning Pekat Kuning Pekat
- Bau Khas BAK Khas BAK
- Jumlah Sediki, menetes Tidak terkaji
- Frekwensi 3-5x sehari 3-5x sehari
- Masalah BAK tidak tuntas BAK tidak tuntas, nyeri
- Upaya mengatasi Dibawa ke RS Operasi BPH
2. Minum
- Frekwensi 7-8 Gelas perhari 7-8 Gelas perhari
- Jumlah 2000 cc 2000 cc
- Jenis Air putih, the, kopi, susu Air putih, teh
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Semua suka Semua suka
- Yang Tdk disukai Semua suka Semua suka
- Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi
- Masalah minum Tidk ada masalah Tidak ada masalah
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
D. Kebersihan diri:
1. Mandi 2x sehari Hanya dilap
2. Keramas 1x sehari Belum keramas
3. Pemeliharaan gigi dan Gosok gigi 1x sehari Gosok gigi 1x sehari
mulut
4. Pemeliharaan kuku Dipotong bila Panjang Belum potong kuku
5. Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari
V. KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri (Tentang kondisi fisik)
Pasien menyadari bahwa pasien sedang sakit
B. Peran (Dalam Keluarga dan Kelompok sosial)
Pasien adalah seorang ayah dan suami
C. Ideal Diri (Keinginan diri / Harapan)
Pasien ingin segera sembuh
D. Identitas Diri (Kepuasan terhadap gender)
Pasien adalah laki-laki, sebagai kepala rumah tangga dan sebagai petani
E. Harga Diri (Persepsi Diri terhadap penilaian orang lain)
Pasien bisa menerima keadaannya saat ini
TANGGAL/
RESEP DOKTER GOLONGAN FUNGSI
JAM
MAHASISWA
YULIS T
NIM. A2L21033
Mayor
Subjektif Objektif
Pasien mengeluh luka nyeri luka - Tampak meringis
- Bersikap protektif terhadap
post
nyeri, skala nyeri 3, terus
menerus, memberat jika
Nyeri akut (D.0077) b.d dipegang perut kiri atas
Agen Pencedera - Gelisah N:101 x/m
Fisiologis Minor
Subjektif Objektif
- - RR 20x/mnt
- TD 130/90
Faktor Resiko (Untuk Dx Resiko)
-
Mayor
Subjektif Objektif
- TD : 130/90 mmHg
- N: 101x/mnt
Intoleransi Aktivitas Pasien mengeluh lemas dan lemah
LUARAN (*UTAMA)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
3. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
Tindakan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan untuk menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Komponen
Keterangan
Intervensi Tanggal/
TTD
Label Manajemen Energi Jam
Kode Label I. 05178
1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang 27 Maret Yulis
Observasi mengakibatkan kelelahan (lemas) 2023
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional (tampak lelah dan 18.00
lemah)
1. Menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus 27 Maret Yulis
Terapeutik (cahaya, suara, kunjungan) 2023
2. Melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif 18.00
3. Memberikan aktifitas distraksi yang menenangkan
1. Menganjurkan tirah baring 27 Maret Yulis
2. Menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap 2023
Edukasi
3. Menganjurkan untuk menghubungi perawat jika tanda dan 18.00
gejala kelelahan tidak berkurang
27 Maret Yulis
Kolaborasi 1. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
2023
asupan makanan
18.00
Komponen
Keterangan
Intervensi Tanggal/
TTD
Label Manajemen Energi Jam
Kode Label I. 05178
1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang 28 Maret Yulis
Observasi mengakibatkan kelelahan (lemas) 2023
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional (tampak lelah dan 08.00
lemah)
1. Menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus 28 Maret Yulis
Terapeutik (cahaya, suara, kunjungan) 2023
2. Melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif 08.00
3. Memberikan aktifitas distraksi yang menenangkan
EVALUASI KEPERAWATAN