Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT PADA SISTEM PERKEMIHAN


“BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA”

OLEH

KELOMPOK 6

1. Naszilatud Diana Amalia 21089144075


2. Nurul Hotimah 21089144076
3. I Nengah Arsayusa 21089144080
4. Ni Made Dwi Dharma Santi 21089144083
5. Ni Nyoman Tri Apriantari Sukmawati 21089144086
6. Ni Wayan Mei Indrawati 21089144087
7. I Putu Dedy Artama 21089144091
8. Ni Luh Putu Geriatri 21089144099
9. Ni Komang Okraviani Dewi 21089144097
10. Ni Made Kristya Dwijayanthi 21089144093
11. Ni Made Dwi Yunawati 21089144094
12. Ni Krisna Yanti 21089144095

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng


Program Studi Sarjana Keperawatan
Jurusan Keperawatan
2022
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Benign Prostat Hyperplasia

1. Definisi

Menurut Taufan (2011) Pembesaran jinak kelenjar prostat yang disebabkan karena

hyperplasia beberapa/semua komponen prostatat.

Menurut Tanto (2014) Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH)

merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait

pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50 tahun

menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun.

2. Epidemiologi

Kejadian BPH di Indonesia telah menempatkan BPH sebagai penyebab angka kesakitan

nomor 2 terbanyak setelah penyakit batu pada saluran kemih. Tahun 2016 di Indonesia

terdapat 9,2 juta kasusBPH, diantaranya diderita pada pria berusia di atas 60 tahun (Riskesdas,

2016). Di Indonesia BPH menjadi penyakit urutan ke dua setelah penyakit batu saluran kemih

lainnya, dan secara umum diperkirakan hampir 50% pria Indonesia menderita BPH, jika

dilihat dari 200 juta lebih rakyat Indonesia maka dapat di perkirakan sekitar 2,5 juta pria yang

berumur lebih dari 60 tahun menderita BPH (Purnomo, 2008).Serta penyakit ini perlu

diwaspadai karena bila tidak segera ditangani dapat mengganggu sistem perkemihan, efek

jangka panjang yang timbul adalah retensi urine akut, refluks kandung kemih, hidroureter, dan

urinari tract infection. Konsep Asuhan Keperawatan Benign Prostat Hyperplasia.

Benignbe Prostatic Hypertrophy (BPH) melibatkan unsur-unsur stroma dan epitel prostat

yang timbul di zona periuretra dan transisi dari kelenjar. Hiperplasia menyebabkan

pembesaran prostat yang dapat menyumbat aliran urin dari kandung kemih. BPH dianggap
sebagai bagian normal dari proses penuaan pada pria yang tergantung pada hormon

testosteron dan dihidrotestosteron (DHT). Diperkirakan 50% pria menunjukkan histopatologis

BPH pada usia 60 tahun. Jumlah ini meningkat menjadi 90% pada usia 85 tahun (Detters,

2011).

3. Penyebab

Menurut Tanto (2014) teori yang umum digunakan adalah bahwa BPH bersifat

multifactorial dan pengaruh oleh sistem endokrin, selain itu ada pula yang menyatakan

bahwa penuaan menyebabkan peningkatan kadar estrogen yang menginduksi reseptor adrogen

sehingga meningkat sensitivitas prostat terhadap testosteron bebas, secara patologis, pada

BPH terjadi proses hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel. Pemeriksaan micropis

menunjukan bahwa bPH tersusun atas stroma dan epitel dengan rasio yang bervariasi.

4. Patofisiologi

Menurut Tanto (2014) kelenjar prostat terletak dibawah kandung kemih dan tembus

oleh uretra.kelenjar ini dibagi empat zona yaitu zona perifer, sentral, stoma

fibromuskularis anterior, dan transsisional, yang disebut dengan benign prostat obstruksi

(BPO). Gejala klinis yang timbul terbagi atas dua jenis yaitu gejala obstruksi dan gejala

iritasi, gejala obstruksi timbul akibat sumbatan secara langsung akibat uretra, gejala

iritatif terjadi sekunder pada kandung kemih sebagai respon meningkatkan resitensi

pengeluaran dan pengosongan yang tidak sempurna menyebakan ransangan pada kandung

kemih berkontraksi pada kondisi belum penuh.


5. Pathway
Menurut Tanto (2014) perjalanan penyakit BPH

Faktor pencet BPH ;


- Riwayat Kongenital,
- Faktor Umur Stoma dan Epitel
- Jenis kelamin

Rencana Operasi

Pembesaran Kelenjar Prostat


Pengetahuan

BPH Informasi

Obstruksi Saluran ANSIETAS


Kemih

Retensi Urine
GANGGUAN
ELEMINASI URINE
Produksi urine
meningkat

Vesika Urinaria tak


Frekuensi Miksi mampu menampung
meningkat

Terbangun untuk Miksi Distensi Kandung


Kemih

Pola tidur Terganggu NYERI AKUT

GANGGUAN POLA
TIDUR
6. Klasifikasi

Derajat berat BPH menurut Tanto (2014) adalah sebagai berikut :

1. Stadium I

Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.

2. Stadium II

Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak

sampai habis masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa tidak enak saat BAK atau disuria

dan menjadi nocturia.

3. Stadium III

Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc

4. Stadium IV

Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan. Urine menetes secara

periodik.

7. Pemeriksaan Fisik

Colok dubur merupakan pemerikssan yang sangat penting pada kasus BPH.Pelaporan

yang dilakukan adalah adanya pelaporan pembesaran prostat, konsistensinya ada tidak adanya

nodul, selain itu dapat dilakukan pemeriksaan ragio suprapublik untuk menilai distensi vesika

dan fugs neuromuskular ekstremitas bawah.

8. Manifestasi Klinis

Menurut Tanto (2014) pada umumnya pasien BPH datang dengan gejala-gejala truktus

urinarius bawah (lower urinari tract symptoms -LUTS) yang terdiri atas gejala obstruksi dan

iritasi.
A. Gejala obtruksi :

a. Miksi terputus

b. Hesitancy: saat miksi pasien harus menunggu sebelum urin keluar

c. Harus mengedang saat mulai miksi

d. Kurangannya kekuatan dan pancaran urine

e. Sensasi tidak selesai berkemih

f. Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dala waktu ≤ 2 jam setelah miksi

sebelumnya)

g. Menetes pada akhir miksi

B. Gejala Iritasi

a. Frekuensi sering miksi

b. Urgensi : rsa tidak dapat menahan lagi, rasa ingin miksi

c. Nokuria : terbangun dimalam hari untuk miksi

d. Inkotenensia: urine keluar di luar kehendak

9. Pemeriksaan Penunjang

a. BNO IVP

b. Transrekral ultrasonografi – prostat

c. Lab : rutin persiapan operasi, PSA.

d. Biopsi jarum bila ada kecurigaan pada colok dubur atau PSA 10

10. Diagnosa

1. Nyeri Akut

2. Gangguan Eleminasi Urine

3. Gangguan Pola Tidur

4. Ansietas
11. Therapy

a. Terafi konservatif : keluhan iritatif dan obstruksi ada, sisa urine kurang dari 50 cc.

b. Pertolongan pertama :

- Pemasangarn kateter pada retensi urine kecil

- Memasang sistomi perkutan / terbuka bila pemasangan kateter gagal

c. Operasi depenitif :

- Sisa urine > 50 cc : Transuretral Resection Of The prostat / TURP oleh spesialis urologi

- Prostatektomi terbuka oleh dokter spesialis bedah

- Transuretral incision of the prostate / TUIP oleh spesialis urologii

- Visual laser ablation of prostate / VILAP oleh dokter spesialis urologi terlatih

12. Komplikasi

Komplikasi BPH dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu komplikasi pada traktus

urinarius dan komplikasi di luar traktus urinarius. Di dalam traktus urinarius komplikasi BPH

meliputi retensi urine berulang atau kronis, hematuria, infeksi saluran kemih berulang, batu

kandung kemih, perubahan patologi pada kandung kemih (trabekulasi, sakulasi divertikel),

hidroureteronefrosis bilateral dan gagal ginjal. Sedangkan komplikasi di luar traktus urinarius

adalah hernia dan hemoroid (Budaya, 2019).

Selain itu menurut Harmilah (2020), komplikasi pembesaran prostat meliputi:

a. Ketidakmampuan untuk buang air kecil mendadak (retensi urine). Pasien memerlukan

kateter yang dimasukkan ke kandung kemih untuk menampung urine. Beberapa pria

dengan pembesaran prostat membutuhkan pembedahan untuk meredakan retensi urine.

b. Infeksi saluran kemih (ISK). Ketidakmampuan untuk mengososngkan kandung kemih

dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.


c. Batu empedu. Ini umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk sepenuhnya

mengosongkan kandung kemih. Batu kandung kemih daoat menyebabkan infeksi, iritasi

kandung kemih, adanya darah dalam urine, dan obstruksi saluran urine.

d. Kerusakan kandung kemih. Kandung kemih yang tidak dikosongkan sepenuhnya dapat

meregang dan melemah seiring waktu. Akibatnya dinidng kandung kemih tidak lagi

berkontraksi dengan baik.

e. Kerusakan ginjal. Tekanan di kandung kemih dari retensi urine langsung dapat merusak

ginjal atau memungkinkan infeksi kandung kemih mencapai ginjal.


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali

masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan

lingkungan (Nursalam, 2012).

Pengkajian data dasar dalam pengkajian klien dengan Benign Prostatic Hyperplasia

(BPH)dilakukan mulai dari 3 jam–sampai 3 hari adalah :

1. Pemeriksaan fisik

1) Kepala dan leher

Inspeksi : merintih, menahan sakit.

Rambut : Lurus/keriting, warna, Ketombe, kerontokan

Mata : Simetris/tidak, pupil isokhor, konjunctiva tidak anemis

Hidung : Terdapat mukus/tidak, pernafasan cuping hidung.

Telinga : Simetris, terdapat mukus/tidak

Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

2) Dada

Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan

Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan(-)

Perkusi : Jantung : Dullness

Auskultasi : Suara nafas normal


3) Abdomen

Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen region inguinal

Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis

Perkusi : Dullness

Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 per menit)

4) Ekstremitas

Atas : Simetris, tidak ada edema

Bawah : Simetris, tidak ada edema

5) Genetalia

Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan terdapat pembengkakan, ada lesi

B. Diagnosa Keperawatan yang Muncul

1. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan dan informasi

2. Nyeri akut b.d trauma jaringan (insisi operasi), pemasangan kateter spasme

kandungan

3. Gangguan Eleminasi Urine b.d Obstruksi anatomic ( Tekanan Uretra tinggi,

Blockage, Hambatan reflek, Spingter Kuat)

4. Gangguan pola tidur b. perubahan status Kesehatan


C. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan NOC : Sleep Enhancement
Pola Tidur  Comfort level 1. Monitor jumlah dan
 Pain level kualitas tidur klien
 Rest : extent and 2. Menginstruksikan
pattern pasien untuk tidur pada
 Sleep : extent and waktunya
pattern 3. Mengidentifikasi
penyebab kekurangan
Setelah dilakukan tindakan tidur pasien.
asuhan keperawatan 4. Diskusi dengan pasien
selama 1 x 4 jam pada dan keluarga pasien
pasien dengan gangguan untuk meningkatkan
pola tidur dapat teratasi tekhnik tidur.
dengan kriteria hasil: 5. Menentukan pola tidur
1. Jumlah jam tidur pasien
dalam batas normal 6. Bantu untuk membuang
(6-8jam/hari) faktor stress sebelum
2. Pola tidur, kualitas tiba waktu tidur
tidur dalam batas Environment management
normal (Manajemen lingkungan)
3. Perasaan segar 1. Ciptakan lingkungan
sesudah tidur atau yang aman untuk klien
istirahat 2. Berikan tempat tidur
4. Mampu dan lingkungan yang
mengidentifikasika bersih dan nyaman
hal-hal yang 3. Berikan posisi tidur
meningkatkan tidur yang membuat klien
nyaman
4. Control kebisingan
5. Atur pencahayaan
6. Batasi pengunjung
7. Berikan satu ruangan jika
diindikasikan
2. Ansietas NOC : Anxiety Reduction
 Ansietas control (penurunan kecemasan)
 Anxiety Level 1. Gunakan pendekatan
 Coping yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas
Setelah dilakukan harapan terhadap pelaku
tindakan keperawatan pasien
selama 1 x 24 jam 3. Jelaskan semua
kecemasan pada klien prosedur dan apa yang
berkurang atau hilang dirasakan selama
dengan prosedur
Kriteria Hasil : 4. Temani pasien untuk
 Klien mampu memberikan keamanan
mengidentifikasi dan dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala 5. Berikan informasi
cemas faktual mengenai
 Mengidentifikasi, diagnosis, tindakan
mengungkapkan dan prognosis
menunjukkan tehnik 6. Dorong keluarga untuk
untuk mengontol cemas menemani anak
 Vital sign dalam batas 7. Lakukan back / neck rub
normal 8. Dengarkan dengan
 Postur tubuh, ekspresi penuh perhatian
wajah, bahasa tubuh 9. Identifikasi tingkat
dan tingkat aktivitas kecemasan
menunjukkan 10. Bantu pasien mengenal
berkurangnya situasi yang
kecemasan menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
13. Berikan obat untuK
mengurangi kecemasan
3. Nyeri Akut NOC : Pain Management
 Pain Level, 1. Lakukan pengkajian
 Pain control nyeri secara
 Comfort level komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan tindakan durasi, frekuensi,
keperawatan selama 3 hari kualitas dan faktor
nyeri pada klien presipitasi
berkurang atau hilang 2. Observasi reaksi
dengan nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol 3. Gunakan teknik
nyeri (tahu penyebab komunikasi terapeutik
nyeri, mampu untuk mengetahui
menggunakan tehnik pengalaman nyeri
nonfarmakologi untuk pasien
mengurangi nyeri, 4. Kaji kultur yang
mencari bantuan) mempengaruhi respon
 Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang dengan 5. Evaluasi pengalaman
menggunakan nyeri masa lampau
manajemen nyeri 6. Evaluasi bersama pasien
 Mampu mengenali dan tim kesehatan lain
nyeri (skala, intensitas, tentang ketidakefektifan
frekuensi dan tanda kontrol nyeri masa
nyeri) lampau
 Menyatakan rasa 7. Bantu pasien dan
nyaman setelah nyeri keluarga untuk mencari
berkurang dan menemukan
Tanda vital dalam rentang dukungan
normal 8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
18. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping

4. Gangguan NOC : NIC :


Eliminasi Urin  Urinary elimination Urinary Retention Care
 Urinary Contiunence 1. Monitor intake dan output
Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor penggunaan obat
keperawatan selama 2 x 24 antikolinergik
jam pola eliminasi urine 3. Monitor derajat distensi
pasien teratasi dengan bladder
kriteria hasil: 4. Instruksikan pada pasien
 Kandung kemih kosong dan keluarga untuk
secarapenuh mencatat output urine
 Tidak ada residu urine 5. Sediakan privacy untuk
>100-200 cc eliminasi
 Intake cairan dalam 6. Stimulasi reflek bladder
rentang normal dengan kompres dingin
 Bebas dari ISK pada abdomen.
 Tidak ada spasme 7. Kateterisaai jika perlu
bladder Monitor tanda dan gejala ISK
Balance cairan (panas, hematuria, perubahan
seimbang bau dan konsistensi urine)
DAFTAR PUSTAKA

Budaya, T. N., & Daryanto, B. (2019). A To Z BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) (I).
Universitas Brawijaya Press.
Detter. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan (Terjemahan). Edisi 3. Jakarta : EGC. Dinkes
Muara Bungo Jambi Tahun 2016. Jumlah Kejadian Pasien BPH di Dinas
Kesehatan Bungo.
Dinkes Provinsi Jambi Tahun 2018. Jumlah Kejadian Pasien BPH di Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi. Provinsi Jambi
Dongoes. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.

Nusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Nasional. Edisi 5. EGC : Jakarta.
Purnomo Basuki B. 2008. Dasar-Dasar Urologi. Malang: Anggota IKAPI

Riskesdas RI. 2016. Perawatan Maksimal Pasca Post Op BPH.Jurnal Kesehatan.


Dipublikasikan. Http://blogspot.com. (Diakses Tanggal 10 April 2019, Pukul
20:30 WIB
Sjamjuhidajat, R & Jong Wim De. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC Tanto.
2014. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta
Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakita Dalam.
Nuha Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai