Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA ( BPH )

ERAWATI.,S. Kep
144 2019 1005

PRECEPTOR INSTITUSI
RAHMAWATI RAMLI, S. Kep., Ns. M. Kes

KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020

LAPORAN PENDAHULUAN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI ( BPH )


A.Pengertian

Benigna prostate hyperplasia(BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil
dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostate. (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 91)

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu penyakit perbesaran atau hipertrofi dari prostate.
Kata-kata hipertrofi sering kali menimbulkan kontroversi di kalangan klinik karena sering rancu
dengan hiperplasia. Hipertrofi bermakna bahwa dari segi kualitas terjadi pembesaran sel, namun
tidak diikuti oleh  jumlah (kualitas). Namun, hiperplasia merupakan pembesaran ukuran sel
(kualitas) dan diikuti oleh penambahan jumlah sel (kuantitas). BPH sering menyebabkan
gangguan dalam eliminasi urin karena pembesaran prostat yang cenderung kearah depan atau
menekan vesika urinaria. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 130)

Benigna Prostat Hiperplasia adalah pertumbuhan nodul-nodul fibriadenomatosa majemuk dalam


prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas
dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. (Wijaya A. S., 2013, hal. 97)

Jadi kesimpulannya penyakit BPH adalah penyakit yang disebabkan karena ketidak seimbangan
antara hormon estrogen dan testosteron yang diikuti dengan pembesaran sel, sehingga terjadi
pembesaran pada prostat.

B.Etiologi

Penyebab pastinya belum diketahui secara pasti dari hiperplasia prostat, namun faktor
usia dan hormonal menjadi predisposisi terjadinya  BPH. Beberapa hipotensi menyebutkan
bahwa hiperplasia prostat sangat erat kaitannya dengan  :

 Peningkatan DTH (dehidrotestosteron)

Peningkatan liam alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari
kelenjar prostat mangalami hiperplasia.

 
 Ketidak seimbangan estrogen-testosteron

Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses penuaan, pada pria terjadi
peningkatan hormon estrogen dan penurunan hormon testosteron. Hal ini yang memicu
terjadinya hiperplasia stroma pada prostate.

 Interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat

Peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel, sehingga akan
terjadi BPH.

 Berkurangnya kematian sel (apoptosis)

Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat.

 Teori stem sel

Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan memicu terjadi benigna
prostat hyperplasia. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 131)

3.Menifestasi Klinis

BPH merupakan yang diderita oleh klien laki-laki dengan usia rata-rata lebih dari 50
tahun di karenakan peningkatan usia akan membuat ketidak seimbangan rasio antara estrogen
dan testosteron, dengan meningkatnya kadar estrogen diduga berkaitan dengan terjadinya
hiperplasia stroma, sehingga timbul dengan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi
terjadinya ploriferasi sel tetapi kemudian estrogen lah yang berperan untuk memperkembang
stroma. Gambaran klinis dari BPH sebenarnya sekunder dari dampak obstruksi saluran kencing,
sehingga klien kesulitan untuk miksi. Berikut ini adalah beberapa gambaran klinis pada klien
BPH :
 Gejala prostatimus (nokturia,urgency,penurunan daya aliran urin). Kondisi ini
dikarenakan oleh kemampuan vesika urinaria yang gagal mengeluarkan urin secara
sepontan dan reguler, sehingga volume urin masih sebagaiAN besar tertinggal dalam
vesika.
 Retensi urin

Pada awal obstruksi,biasanya pancaran urin lemah, terjadi hesistansi, intermitensi,urin menetes,
dorongan mengejan yang kuat saat miksi dan retensi urin. Retensi urin sering dialami oleh klaien
yang mengalami BPH kronis. Secarafisiologis,vesika urinariamemiliki kemampuan untuk
mengeluarkan urin melalui kontraksi otot detrusor. Namun obstruksi yang berkepanjangan akan
membuat beban kerja m.destrusor semakin berat dan pada akhirnya mengalami dekompensasi.

 Pembesaran prostat

Hal ini diketahui melalui pemeriksaan rektal toucher (RT) anterior. Biasanya  didapatkan
gambaran pembesaran prostat dengan konsistensi jinak.

 Inkontinensia

Inkontinensia yang terjadi menunjukan bahwa m.detrusor gagal dalam  melakukan kontraksi.
Dekompensasi yang berlangsung lama akan mengiritabilitas serabut syaraf urinarius, sehingga
kontrol untuk miksi hilang.

(Prabowo & Pranata, 2014, hal. 132)

Berbagai tanda dan gejala dapat dibagi dalamdua kategori: obstruktif  (terjadi ketika faktor
dinamik dan atau faktor static mengurangi pengosongan kandung kemih) dan iritatif (hasil dari
obstruksi yang sudah berjalan lama pada leher kandung kemih). (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
91).

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada pasien  dengan BPH :

 Retensi urin.
 Kurang atau lemahnya pancaran urin dikarenakan pembesaran pada kelenjar prostat
sehingga saluran uretra terhimpit,dan membuat pancaran urin menjadi lemah.
 Miksi yang tidak puas, karena adanya pembesaran pada kelenjar prostat ini membuat
uretra menyempit dan maka dari itu dapat menghambat urine yang akan dimiksikan
sehinnga akan menimbulkan rasa miksi yang tidak puas,karena ada sebagaian urin yang
belum keluar dengan tuntas.
 Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari, karena hambatan dari korteks
berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
 Terasa panas, nyeri atau sekitar saat miksi (disuria), karena adanya ketidak stabilan
detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.(Wijaya A. S., 2013, hal. 100)

4.Patofisiologi

Prostat sebagai kelenjar ejakulat memiliki hubungan fisiologis yang sangat erat dengan
dihidrotestoteron (DHT). Hormon ini merupakan hormon yang memacu pertumbuhan prostat
sebagai kelenjar ejakulat yang nantinya akan mengoptimalkan fungsinya. Hormon ini disintesis
dalam kelenjar prostat dari hormon testosteron dalam darah. Proses sintesis ini dibantu oleh
enzim 5□-reduktase tipe 2. Selain DHT yang sebagai prekursor, estrogen juga  memiliki
pengaruh terhadap pembesaran kelenjar prostat. Seiring dengan penambahan usia,maka prostat
akan lebih sensitif  dengan stimulasi androgen, sedangkan estrogen mampu memberikan proteksi
terhadap BPH. Dengan pembesaran yang melebihi dari normal, maka akan terjadi desakan pada
traktus urinarius. Pada tahap awal, obstruksi traktus urinarius jarang menimbulkan keluhan,
karena dengan dorongan mengejan dan kontraksi yang kuat dari m.detrusor mampu
mengeluarkan urin secara spontan. Namun obstruksi yang sudah kronis membuat dekompensasi
dari m.detrusor untuk berkontraksi yang ahirnya menimbulkan obstruksi saluran kemih.
(Prabowo & Pranata, 2014, hal. 132)

Keluhan yang biasanya muncul dari obstruksi ini adalah dorongan mengejan saat miksi yang
kuat, pancaran urin lemah,disuria (saat kencing terasa terbakar), palpasi rektal toucher
menggambarkan hipertrofo prostat,distensi vesika n hipertrofi fibromuskuler yang terjadi pada
klien BPH menimbulkan iritasi pada  mukosa uretra. Iritabilitas ini lah nantinya akan
menyebabkan keluhan frekuensi, urgensi, inkontinensia urgensi dan nukturia. Obstruksi yang
berkelanjutan  akan menimbulkan komplikasi yang lebih besar , misalnya hidronefrosis, gagal
ginjal dan lain sebagainya. Oleh karena itu kateterisasi untuk tahap awal sangat efektif untuk
mengurangi distensi  vesika urinaria. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 133)

Pembesaran pada BPH terjadi secara bertahap mulai dari zona periuretral dan
transisional.Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat zona transsisional yang posisinya
proksimal dari spinter externus dikedua sisi dari verumontanum dan di zona periuretral.kedua
zona tersebut hanya merupakan hanya dua persen dari volume prostat.sedangkan pertumbuhan
karsinoma prostat.Hiperplasia ini terjadi secara nodular dan sering diiringi oleh proliferasi fibro
muskular untuk lepas dari jaringan epitel. Oleh karena itu, hiperplasia zona transisional ditandai
oleh banyaknya jaringan kelenjr yang tumbuh pada pucuk dan cabang dari pada duktus.
Sebenarnya ploriferasi  zona transisional dan zona  sentral pada prostat berasal dari turunan
duktus Wolffi dan proliferasi zona periferberasal dari sinus urogenital. Sehingga, berdasarkan
latar belakang embriologis inilah bisa diketahui mengapa BPH terjadi pada zona transisional dan
sentral, sedangkan Ca prostat terjadi pada zona perifer (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 133).

5.Tanda Dan Gejala

Gejala klinis
Gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi 2 kelompok:
a.    Gejala iritatif, terdiri dari sering buang air kecil, tergesa-gesa untuk buang air kecil, buang air
kecil dimalam hari lebih dari satu kali, dan sulit menahan buang air kecil
b.    Gejala obstruksi, terdiri dari pancaran yang melemah, akhir buang air kecil belum terasa
kosong, menunggu lama pada permulaan buang air kecil,  harus mengedan saat buang air kecil,
buang air kecil sering terputus-putus, dan waktu buang air kecil memanjang yang akhrnya
menjadi retensi urin dan bisa terjadi inkontinensia urin.
   Tanda klinis
Tanda klinis dalam BPH adalah ditemukannya pembesaran pada prostat. Pada BPH, prostat
teraba membesar dengan konsistensi kenyal.
6.        Pemeriksanaan penunjang
a.    Pemeriksaan colok dubur atau DRE (Digital Rectal Examina-tion) merupakan pemeriksaan
yang penting pada pasien BPH untuk memperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi
prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat.
b.    Urinalisis, dapat mengungkap adanya leukosituria dan hematuria.
c.    Pemeriksaan fungsi ginjal, berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan
pencitraan pada saluran kemih bagian atas
d.   Kultur urine, dapat menunjukkan Staphylococcus aureus, Proteus, Klebsiella, pseudomonas,
atau Escherichia coli.
e.    Uroflometri, merupakan pemeriksaan untuk mencatat pancaran urin selama miksi secara
elektronik. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui adanya obstruksi saluran kemih bagian
bawah yang tidak invasif.
f.     IVP dengan film pasca berkemih : Menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih,
membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan adanya pembesaran prostat, divertikuli
kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
g.    Sistouretrografi berkemih : digunakan sebagai ganti IVP untuk memvisualisasi kandung
kemih dan uretra.
h.    Sistouretroskopi    : Untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan perubahan
dinding kandung kemih.
i.      Ultrasound transrektal  : Mengukur ukuran prostate dan jumlah residu urine, dalam hal ini
residu urine menjadi patokan yaitu dibagi menjadi beberapa derajat antara lain :
1. Derajat I, sisa urine < 50 ml.
2. Derajat II, sisa urine 50-150 ml.
3. Derajat III, sisa urine > 150 ml.
4. Derajat IV, retensi urine total.
j.      USG ( Ultrasonografi ), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat
juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien benigna prostat hiperplasia terdiri dari penatalaksanaan medis,
penatalaksanaan keperawatan dan penatalaksanaan diit.
a.    Penatalaksanaan medis
·      Pemberian obat-obatan antara lain Alfa 1-blocker seperti : doxazosin, prazosin tamsulosin dan
terazosin. Obat-obat tersebut menyebabkan pengenduran otot-otot pada kandung kemih sehingga
penderita lebih mudah berkemih. Finasterid, obat ini menyebabkan meningkatnya laju aliran
kemih dan mengurangi gejala. Efek samping dari obat ini adalah berkurangnya gairah seksual.
Untuk prostatitis kronis diberikan antibiotik.
·      Pembedahan
1)   Trans Urethral Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur pembedahan yang dilakukan
melalui endoskopi TUR dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus tengah yang langsung
melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya sedikit jaringan yang mengalami reseksi sehingga
pendarahan yang besar dapat dicegah dan kebutuhan waktu untuk bedah tidak terlalu lama.
2)   Prostatektomi suprapubis adalah salah satu metode mengangkat kelenjar prostat dari uretra
melalui kandung kemih..
3)   Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar prostat melalui suatu insisi dalam
perineum yaitu diantara skrotum dan rektum.
4)   Prostatektomi retropubik adalah insisi abdomen mendekati kelenjar prostat, yaitu antara
arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
5)   Insisi prostat transuretral (TUIP) adalah prosedur pembedahan dengan cara memasukkan
instrumen melalui uretra.
6)   Trans Uretral Needle Ablation ( TUNA ), alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila
posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan  mengalirkan
panas sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap dijaringan prostat.
b.    Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner and Suddart, (2000)
·      Mandi air hangat
·      Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul.
·      Menghindari minuman beralkohol
·      Menghindari asupan cairan yang berlebihan terutama pada malam hari.
·      Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur.
c.    Penatalaksanaan diit menurut Brunner and Suddart, (2000)
Klien dengan benigna prostat hiperplasia dianjurkan untuk menghindari minuman beralkohol,
kopi, teh, coklat, cola, dan makanan yang terlalu berbumbu serta menghindari asupan cairan
yang berlebihan terutama pada malam hari.

8.        Komplikasi
1. Urinary traktus infection
2. Hematuria
3. Impotensi
4. Intoksikasi Urine
5. Gagal ginjal.
  
9.        Prognosis

Jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan


mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau
benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli
dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus
disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction
(BPO)1,5. Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli
maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
B.       Konsep Keperawatan
1.        Pengkajian
a.    Sirkulasi
Penigkatan tekanan darah
b.    Eliminasi
   Penurunan kekuatan kateter berkemih
   Ketidakmampuan pengosongan kanding kemih
   Nokturia, disuria, dan hematuria
   Duduk dalam mengosongkan kandung kemih
   Konstipasi karena ada penonjolan prostat ke rektum
c.    Masukan cairan
   Anoreksia, nausea, vomiting
   Kehilangan BB mendadak
d.   Nyeri nyaman
   Suprapubis, panggul, nyeri belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada prostatitis akut)
   Rasa nyaman : demam
e.    Seksualitas
   Perhatikan pada efek dari kondisinya
   Takut beser kencing pada kegiatan intim
   Penurunan kontraksi ejakulasi
   Pembesaran prostat
f.     Pengetahuan/pendidikan
   Riwayat adanya kanker dalam keluarga, hipertensi, penyakit diabetes
   Penggunaan obat antihipertensi atau antidepresan, antibiotik untuk saluran kencing, obat
alergi

2.        Diagnosa keperawatan`


Pre Operasi
1.      Nyeri Akut
2.      Retensi urin
3.      Resiko kekurangan volume cairan
4.      Disfungsi seksual
5.      Resiko infeksi
6.      ansietas
Intra Operatif
1.      Resiko Infeksi
Post Operasi
1.    Nyeri Akut
2.    Resiko infeksi
3.    Defisit pengetahuan
3.        Intervensi
Pre operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut NOC: Manajemen nyeri
Definisi 1.       Tingkat kenyamanan   Kaji secara komprehensif tentang nyeri,
Pengalaman sensori dan emosi
2.       Kontrol nyeri meliputi: lokasi, karakteristik dan onset,
yang tidak menyenangkan akibat
3.       Tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
adanya kerusakan jaringan yang intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
aktual atau potensial, atau Tujuan dan Kriteria Hasil: faktor presipitasi.
digambarkan dengan istilah seperti Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Gunakan komunkasi terapeutik agar
(International Association for the selama ...x24 jam nyeri klien teratasi, pasien dapat mengekspresikan nyeri
Study of Pain); awitan yang tiba- dengan indicator:   Kaji tingkat keetidaknyamanan pasien
tiba atau perlahan dengan intensitas ·  Tingkat kenyamanan. dan catat perubahan dalam catatan
ringan sampai berat dengan akhirØ Dapat melakukan aktivitas seperti biasa medik dan informasikan kepada seluruh
yang dapat diantisipasi atau dapat tanpa harus merasakan nyeri. tenaga yang menangani pasien
diramalkan dan durasinya kurang·     Kontrol nyeri   Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
dari enam bulan. Ø Mampu mengenali faktor penyebab terhadap kualitas hidup: pola tidur,
Ø Mampu melaporkan gejala pada tenaga nafsu makan, aktifitas kognisi, mood,
Batasan karakteristik kesehatan relationship, pekerjaan, tanggungjawab
·     Subjektif Ø Mampu mengenali gejala-gejala nyeri peran.
Ø Melaporkan atau mengungkapkan ·  Tingkat nyeri   Kontrol faktor-faktor lingkungan yang
secara verbal (nyeri) dengan isyaratØ Mampu melaporkan adanya nyeri, dapat mempengaruhi respon pasien
·     Objektif frekuensi nyeri dan episode lamanya nyeri. terhadap ketidaknyamanan  (ex:
Ø Posisi untuk menghindari nyeri Ø Tanda-tanda vital kembali normal. temperatur ruangan, penyinaran, dll).
Ø Perubahan tonus oto (dari rentang   Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
lemas tidak bertenaga sampai kaku) berdasarkan respon pasien.
Ø Perubahan selera makan   Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
Ø Perilaku distraksi (misal ; mondar-   Lakukan teknik variasi untuk mengurangi
mandir, mencari orang, akivitas nyeri (farmakologi, nonfarmakologi,
berulang) dan interpersonal).
Ø Wajah topeng (nyeri)   Kolaborasikan dengan pasien, orang
Ø Perilaku menjaga dan sifat terdekat dan tenaga profesional lain
melindungi untuk memilh tenik non farmakologi
Ø Bukti nyeri yang dapat diamati Pemberian analgetik
Ø Berfokus pada diri sendiri   Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis,
Ø Gangguan tidur dan frekuensi pemberian analgetik.
  Kaji adanya alergi obat.
Faktor yang berhubungan   Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
Agens-agens penyebab cedera pemberian analgetik narkotik saat
(misalnya biologis, kimia, fisik, dan pertama kali atau jika muncul tanda
psikologis) yang tidak biasanya.
  Kaji kebutuhan akan kenyamanan atau
aktivitas lain yang membantu relaksasi
untuk memfasilitasi respon analgetik.
  Evaluasi kemampuan pasien untuk
berpartisipasi dalam pemilihan jenis
analgetik, rute, dan dosis yang akan
digunakan.
  Pilih analgetik atau kombinasi analgetik
yang sesuai ketika menggunakan lebih
dari satu obat.
  Tentukan pilihan jenis analgetik
(narkotik, non-narkotik, atau
NSAID/obat anti inflamasi non steroid)
bergantung dari tipe dan beratnya nyeri.
  Berikan analgetik sesuai jam pemberian.
  Dokumentasikan respon analgetik dan
efek yang muncul.
  Kolaborasikan dengan dokter jika obat,
dosis, dan rute pemberian, atau
perubahan interval diindikasikan, buat
rekomendasi spesifik berdasar pada
prinsip kesamaan analgetik

HE
  Sertakan dalam instruksi pemulangan
pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi pemberian,
kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus ketika meminum
obat tersebut
  Instruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada perawar jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
  Informasikan kepada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang
disarankan
  Perbaiki kesalahan presepsi terhadap
analgesik narkotik
  Berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung
  Ajarkan penggunaan tenik
nonfarmakologis
2. Retensi urine NOC Perawatan retensi urin
Definisi 1.      Kontinensia urine Ø  Pantau penggunaan agens non resep
Retensi urine adalah ketidak
2.      Eliminasi Urine dengan anti kolinergik atau agonis alfa
sempurnaan pengosongan kandung Ø  Pantau efek obat resep, seperti penyekat
kemih. Tujuan dan Kriteria Hasil: saluran kalsium dan anti kolinergik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Ø  Pantau asupan dan haluaran.
Batasan Karakteristik selama ...x24 jam pasien menunjukan
Ø  Pantau derajat distensi kandung kemih
Subjektif : jumlah urin normal tanpa ada retensi melalui palpasi dan perkusi.
Ø  Disuria dengan indikator : Ø  Rujuk pada spesialis kontinensia urine
Ø  Sensasi kandung kemih penuh ·      Kontinensia urin jika di perlukan.
Objektif : Ø Mengosongkan kandung kemih secara
Ø  Berikan prifasi untuk eliminasi.
Ø  Distensi kandung kemih tuntas Ø  Gunakan kekuatan sugesti dengan
Ø  Urine Menetes Ø Menunjukan pengosongan kandung kemih mengalirkan air dan membilas toilet.
Ø  Inkontinensia Over flow dengan prosedur bersih kateterisasi
Ø  Stimulasi refleks kandung kemih dengan
Ø  Urine residu intermiten mandiri menempelkan es keabdomen, menekan
Ø  Haluaran urine sering dan sedikit·      Eliminasi urin bagian dalam paha atau mengalirkan air.
atau tidak ada Ø Mempunyai asupan dan haluaran 24 jam Ø  Berikan cukup waktu untuk
pengosongan kandung kemih (10 menit)
Faktor-faktor Yang berhubungan Manajemen eliminasi urin
Ø  Sumbatan Ø  Identifikasi dan dokumentasikan pola
Ø  Tingginya tekanan uretra yang di pengosongan kandung kemih
sebabkan oleh kelemahan destrusor Ø  Bagi cairan dalam sehari untuk
Ø  Inhibisi arkus refleks menjamin asupan yang adekuat tanpa
Ø  Sfingter yang kuat menyebabkan kandung kemih over
distensi
Ø  Lakukan program pelatihan untuk
pengosongan kandung kemih,
Kateterisasi urine
Ø  Lakukan kateterisasi untuk
mengeluarkan urine residu jika di
perlukan
Ø  Rujuk ke perawat terapi enterostoma
untuk instruksi kateterisasi intermiten
mandiri menggunakan prosedur bersih
setiap 4-6 jam pada saat terjaga

HE
Ø  Instruksikan pasien dan keluarga untuk
mencatat urine bila di perlukan.
Ø  Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala
infeksi saluran kemih yang harus
dilaporkan (misal; demam, menggigil,
nyeri pinggang, hematuria serta
perubahan konsistensi dan bau urine)
3. Resiko kekurangan volume cairan NOC Manajemen elektrolit
Definisi 1.      Keseimbangan Elektrolit dan asam basaØ  Pantau hasil labolatorium yang relevan
Resiko kekurangan Volume Cairan
2.      Keseimbangan cairan dengan keseimbangan cairan (misal;
Adalah Kondisi Individu yang
3.      Hidrasi kadar hematokrit, BUN, albumin,
beresiko mengalami dehidrasi
4.      Status nutrisi. protein total, osmolalitas serum, dan
Vaskular, selular, Intraselular berat jenis urine)
Tujuan dan Kriteria Hasil: Ø  Laporkan abnormalitas elektrolit
Faktor resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan
·     Penyimpangan yang selama ...x24 jumlah cairan yang masuk Manajemen cairan
mempengaruhi akses untuk dan keluar seimbang, yang dapat
Ø  Pantau Status Hidrasi (Mis; Kelembapan
pemasukan atau absorpsi cairan. dibuktikan dengan indikator ; Membran Mukosa, Ke adekuatan Nadi,
·     Kehilangan yang berlebihan·    Keseimbangan elektrolit dan asam basa Dan Tekanan Darah Ortostatik)
melalui rute normal ( Mis; Diare). Ø Pasien memiliki konsentrasi urine yang
Ø  Pertahankan keakuratan catatan asupan
·     Usia ekstrime (Bayi Baru Lahir normal dan haluaran.
Atau Lansia) Ø Pasien memilki hemoglobin dan hematokrit
Ø  Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan
·     Berat badan ekstrime ( Kurang dalam batas normal baik sebelum pembedahan
atau Berlebih) ·    Keseimbangan cairan Ø  Berikan terapi IV, Sesuai Program
·     Faktor yang mempengaruhiØ Pasien memiliki asupan cairan oral
Ø  Tingkatkan asupan oral jika perlu.
Kebutuhan Cairan (Mis; Status dan/atau intravena yang adekuat Ø  Berikan cairan sesuai keperluan
Hipermetabolik) ·    Hidrasi Ø  Pasang kateter jika perlu.
·     Defisiensi Pengetahuan (YangØ Pasien tidak mengalami haus yang tidak
Ø  Tentukan jumlah cairan yang masuk
berhubungan Dengan Volume normal dalam 24 jam, hitung asupan yang di
Cairan). Ø Pasien dapat menampilkan hidrasi yang perlukan sepanjang sif siang, sore dan
·     Kehilangan Cairan Melalui Rute normal (membran mukosa lembab dan malam.
yang tidak normal (Mis; Slang mampu berkeringat) Pemantauan cairan
Kateter Menetap) ·    Status nutrisi ; asupan makanan dan
Ø  Pantau Warna, Jumlah, Dan Frekuensi
·     Obat (diuretik) cairan kehilangan cairan.
Ø Pasien memiliki asupan dan haluaran yang
Ø  Cek arahan lanjut klien untuk
seimbang dalam 24 jam menentukan apakah penggantian cairan
pada pasien sakit terminal tetap
dilakukan
Manajemen cairan/elektrolit
Ø  Kaji adanya vertigo atau hipotensi
postural
Ø  Identifikasi faktor terhadap bertambah
buruknya dehidrasi (misal; obat-obatan,
demam, stres, dan program pengobatan
Ø  Observasi khususnya terhadap
kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
(misal ; diare, drainase luka, diaforesis)
Manajemen hipovolemia
Ø  Atur ketersedian produk darah untuk
transfusi, bila di perlukan.
Ø  Pantau perdarahan ( Mis; Periksa
Seluruh sekret Dari adanya darah nyat
atau darah samar)
Manajemen syok
Ø  Ubah Posisi pasien Trendelenburg  Atau
tinggikan tungkai pasien bila hipotensi,
kecuali di kontra indikasikan
HE
Ø  Anjurkan pasien untuk menginformasika
perawat bila haus
4. Disfungsi seksual NOC Konseling seksual
Definisi ·    Penuaan fisik Ø  Awali pertanyaan tentang seksualitas
Kondisi ketika individu mengalami·    Fungsi seksual dengan suatu pernyataan pada pasien
perubahan fungsi seksual selama·    Identitas seksual bahwa banyak orang mengalami
fase respon gairah seksual, masalha seksual
rangsang seksual, dan/atau Setelah di lakukan tindakan
Ø  Tentukan seberapa besar rasa bersalah
orgasme, yang dipandang tidak keperawatan ....x 24 jam pasien dapat seksual yang berhubungan dengan
memuaskan, tidak ada menunjukkan perbaikan dari disfungsi persepsi pasien tentang faktor penyebab
penghargaan, dan tidak adekuat seksual yang dapat dibuktikan ; penyakit tersebut
Batasan karakteristik ·    Penuaan fisik Ø  Lakukan perujukan atau konsultasikan
·     Subjetif Ø Beradaptasi dengan model ekspresi seksual dengan anggota tim layanan kesehatan
Ø Perubahan dalam penerimaan untuk mengakomodasikan perubahan fisik lain
kepuasan seksual akibat usia dan akibat penyakit Ø  Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
Ø Ketidakmampuan untuk mencapai·    Fungsi seksual ketakutan-ketakutan dan mengajukan
kepuasan yang diharapkan Ø Meminta informasi yang dibutuhkan pertanyaan
Ø Menyatakan masalah tentang perubahan fungsi seksual Ø  Bantu pasien untuk mengungkapkan
Ø Persepsi keterbatasan akibatØ Menunjukan keinginan untuk kesedihan dan kemarahan terhadap
penyakit atau terapi mendiskusikan perubahan fungsi seksual perubahan fungsi dan penampilan tubuh
·     Objektif ·    Identitas seksual Peningkatan koping
Ø Pembatasan aktual akibat penyakitØ Mengungkapkan secara verbal pemahaman
Ø  Anjurkan pengungkapan keluhan seksual
atau terapi tentang pembatasan atas indikasi medis melalui peran pemberi asuhan yang
Ø Mencari penegasan tentang telah membina hubungan saling percaya
kemampuan respon gairah seksual dengan pasien
Ø Perubahan dalam pencapaian Ø  Beri waktu dan privasi untuk membahas
persepsi peran seks masalah seksual pasien
Faktor yang berhubungan HE
·     Perubahan struktur atau fungsi Ø  Beri informasi untuk meningkatkan
tubuh fungsi seksual
·     Salah informasi atau kurang Ø  Diskusikan dampak penyakit, situasi
pengetahuan kesehatan pada seksualitas
·     Penganiayaan fisik Ø  Diskusikan pentingnya modifikasi
·     Konflik nilai aktivitas seksual
·     Ringkih Ø  Berikan informasi faktual tentang mitos
·     Ketiadaan model peran atau seksual dan kesalahan informasi yang
model peran tidak berpengaruh pasien kemukakan
Perubahan biopsikososial Ø  Ajarkan pada pasien hanya tehnik yang
seksualitas sesuai dengan nilai
5. Resiko infeksi NOC: Pengendalian infeksi
Definisi ·      Status imun Ø  Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan
Resiko infeksi adalah beresiko·      Keparahan infeksi Ø  Bersihkan lingkungan dengan benar
terhadap infeksi organisme patogen setelah dipergunakan masing-masing
Setelah di lakukan tindakan pasien
Faktor resiko keperawatan ....x 24 jam faktor resiko
Ø  Pertahankan tehnik isolasi, bila
Penyakit kronis infeksi akan hilang di buktikan oleh diperlukan
Penekanan sistem imun Status imun : Ø  Terapkan kewaspadaan universal
Ketidakadekuatan imunitas dapatan·      Memperlihatkan hygine personal yang
Ø  Batasi jumlah pengunjung bila
Pertahanan primer tidak adekuat adekuat diperlukan
(misalnya kulit luka,trauma·      Mengindikasikan kasus gastrointestinal, Perlindungan infeksi
jaringan,penurunan kerja silia, statis pernapasan, genito urinaria dan imun
Ø  Pantau tanda dan gejala infeksi ( misal;
airan tubuh, perubahan pH sekresi, dalam batas normal. suhu tubuh, denyut jantung, drainase,
dan gangguan peristalsis) Keparahan infeksi : penampilan luka sekresi, penampilan
Pertahanan lapis kedua yang tidak ·      Terbebas dari gejala dan tanda infeksi urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan,
memadai (misalnya hemoglobin ·      Menggambarkan faktor yang dan malaise)
trun, leukopenia, supresi respon menunjang penularan infeks Ø  Lindungi pasien terhadap kontaminasi
inflamasi) ·      Melaporkan tanda atau gejala infeksi silang dan tidak menugaskan perawat
Peningkatan pemajanan lingkungan serta mengikuti prosedur screaning dan yang sama untuk pasien yang lain yang
terhadap patogen pemantauan mengalami infeksi dan memisahkan
Prosedur infasif ruang perawat dan pasien
Malnutrisi Pengendalian infeksi
Agen farmasi Ø  Kaji faktor yang dapat meningkatkan
Kerusakan jaringan kerentanan terhadap infeksi
Trauma HE
Ø  Jelaskan pada pasien dan keluarga
mengapa sakit atau terapi menigkatkan
resiko infeksi
Ø  Instruksikan untuk menjaga higiene
personal untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi
Ø  Ajarkan pasien cara mencuci tangan
yang benar
Ø  Ajarkan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien
6. Ansietas NOC Penurunan ansietas
Definisi ·    Tingkat ansietas Ø  Menentukan kemampuan pengambilan
Ansietas adalah perasaan tidak·    Pengendalian diri terhadap ansietas keputusan pasien
nyaman atau kekhawatiran yang·    Konsentrasi Ø  Berikan obat untuk menurunkan
samar yang disertaai respon·    Koping ansietas, jika perlu
autonom (sumber seringkali tidak Ø  Gunakan pendekatan yang tenang dan
spesifik atau tidak diketahui oleh Setelah di lakukan tindakan meyakinkan
individu), perasaan takut yang keperawatan ....x 24 jam ansietas yang Ø  Nyatakan dengan jelas tentang harapan
disebabkan oleh antisipasi terhadap berkurang yang dapat dibuktikan ; perilaku pasien
bahaya. Perasaan ini merupakan·    Tingkat ansietas Ø  Dampingi pasien
isyarat kewaspadaan yangØ Memiliki tanda vital dalam batas normal Ø  Jaga peralatan perawatan jauh dari
memperingatkan bahaya yang akan·    Pengendalian diri terhadap ansietas pandangan pasien
terjadi dan memampukan individuØ Mengidentifikasikan gejala yang Ø  Bantu pasien untuk mengidentifikasikan
melakukan tindakan untuk merupakan indikator ansietas pasien situasi yang mencetuskan ansietas
menghadapi ancaman. sendiri Dukungan emosi
Batasan karakteristik ·    Koping Ø  Gali bersama pasien tenang tehnik yang
Perilaku : Ø Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan berhasil dan tidak berhasil menurunkan
-       penurunan produktivitas meskipun mengalami kecemasan ansietas dimasa lalu
-        Gelisah Ø Mengkomunikasikan kebutuhan dan Ø  Berikan penguatan positif ketika pasien
-        Insomnia perasaan negatif secara tepat mampu menurunkan aktivitas lainnya
-        Resah ·    Konsentrasi meskipun mengalami ansietas
-        Gerakan yang tidak relevan Ø Menunjukkan kemampuan untuk berfokus Koping
Afektif pada pengetahuan dan keterampilan yang Ø  Beri dorongan kepada pasien untuk
-       Kesedihan yang mendalam baru mengungkapkan secara verbal pikiran
-       Distress dan perasaan pasien
-       Ketakutan Ø  Bantu pasien untuk memfokuskan pada
-       Perasaan tidak adekuat situasi saat ini
-       Gugup Ø  Dorong pasien untuk mengekpresikan
-       Nyeri dan peningkatan kemarahan dan iritasi, serta izikan
ketidakberdayaan yang persisten pasien untuk menangis
-       Perasaan takut Tehnik menenangkan diri
Fisiologis Ø  Sediakan pengalihan melalui tv, radio,
-        Wajah tegang permainan, serta terapi okupasi
-        Peningkatan keringat Ø  Pada saat ansietas berat, dampingi pasien
-        Peningkatan ketegangan dan bicara dengan tenang
-        Suara bergetar Ø  Kurangi rangsangan yang berlebihan
Kognitif dengan menyediakan lingkungan yang
-       Kesadaran terhadap gejala tenang
biologis Ø  Singkirkan sumber-sumber ansietas jika
-       Penurunan lampang pandang memungkinkan
-       Kesulitan untuk HE
berkonsentrasi Ø  Buat rencana penyuluhan dengan tujuan
-       Takut terhadap konsekuensi yang realistis
yang tidak spesifik Ø  Berikan informasi mengenai sumber
-       Fokus pada diri sendiri komunitas yag tersedia
-       Mudah lupa Ø  Informasikan tentang gejala ansietas
-       Gangguan perhatian Ø  Ajarkan anggota keluarga bagaiamana
-       Melamun membedakan serangan panik dan gejala
Faktor yang berhubungan penyakit fisik
-       Hubungan keluarga atau Ø  Instruksikan pasien untuk menggunakan
hereditas tehnik relaksasi
-       Transmisi dan penularan Ø  Jelaskan semua prosedur serta sensai
interpersonal yang biasanya dialami selama prosedur
-       Krisis situasi dan maturasi
-       Stress
-       Penyalahgunaan zat
-       Ancaman kematian
-       Ancaman atau perubahan pada
status peran, fungsi peran,
lingkungan, status kesehatan, status
ekonomi, atau pola interaksi
-       Ancaman terhadap konsep diri
-       Konflik yang tidak disadari
tentang nilai dan tujuan hidup yang
esensial,
-       Kebutuhan yang tidak
terpenuhi
Intra Operatif
Daftar diagnosa NOC NIC
Resiko Infeksi -   Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Kelas   : -   Knowledge : Infection control -      Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Domain : -    Risk control pasien lain
Definisi : Definisi : Peningkatan resiko -      Pertahankan teknik isolasi
masuknya organisme patogen Setelah dilakukan tindakan keperawatan-      Gunakan sabun antimikrobia untuk
dalam 1x24 jam diharapkan klien terhindar cuci tangan
Faktor-faktor resiko : dari resiko infeksi dengan Kriteria Hasil : -      Cuci tangan setiap sebelum dan
-       Prosedur Infasif -  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi sesudah tindakan kperawtan
-        Trauma -  Jumlah leukosit dalam batas normal -      Gunakan baju, sarung tangan sebagai
-        Kerusakan jaringan dan peningkatan alat pelindung
paparan lingkungan -      Pertahankan lingkungan aseptik
-        Agen farmasi (imunosupresan) selama pemasangan alat
-        Peningkatan paparan lingkungan -      Ganti letak IV perifer dan line central
patogen dan dressing sesuai dengan petunjuk
-        Ketidakadekuatan imum buatan umum
-        Tidak adekuat pertahanan sekunder -      Gunakan kateter intermiten untuk
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan menurunkan infeksi kandung kencing
respon inflamasi) -      Tingktkan intake nutrisi
-        Tidak adekuat pertahanan tubuh primer -      Berikan terapi antibiotik bila perlu
(kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, Infection Protection (proteksi
perubahan sekresi pH, perubahan terhadap infeksi)
peristaltik) -       Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
-       Monitor hitung granulosit, WBC
-       Monitor kerentanan terhadap infeksi
-       Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
-       Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
-       Laporkan kecurigaan infeksi
Post operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteri Hasil Intervensi
1. Nyeri akut NOC: Manajemen nyeri
Definisi 1.       Tingkat kenyamanan   Kaji secara komprehensif tentang nyeri,
Pengalaman sensori dan emosi yang
2.       Kontrol nyeri meliputi: lokasi, karakteristik dan
tidak menyenangkan akibat adanya
3.       Tingkat nyeri onset, durasi, frekuensi, kualitas,
kerusakan jaringan yang aktual atau intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
potensial, atau digambarkan dengan Tujuan dan Kriteria Hasil: faktor presipitasi.
istilah seperti (International Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Gunakan komunkasi terapeutik agar
Association for the Study of Pain); selama ...x24 jam nyeri klien teratasi, pasien dapat mengekspresikan nyeri
awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan indicator:   Kaji tingkat keetidaknyamanan pasien
dengan intensitas ringan sampai ·  Tingkat kenyamanan. dan catat perubahan dalam catatan
berat dengan akhir yang dapatØ Dapat melakukan aktivitas seperti biasa medik dan informasikan kepada
diantisipasi atau dapat diramalkan tanpa harus merasakan nyeri. seluruh tenaga yang menangani pasien
dan durasinya kurang dari enam·     Kontrol nyeri   Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
bulan. Ø Mampu mengenali faktor penyebab terhadap kualitas hidup: pola tidur,
Ø Mampu melaporkan gejala pada tenaga nafsu makan, aktifitas kognisi, mood,
Batasan karakteristik kesehatan relationship, pekerjaan,
·     Subjektif Ø Mampu mengenali gejala-gejala nyeri tanggungjawab peran.
Ø Melaporkan atau mengungkapkan ·  Tingkat nyeri   Kontrol faktor-faktor lingkungan yang
secara verbal (nyeri) dengan isyarat Ø Mampu melaporkan adanya nyeri, dapat mempengaruhi respon pasien
·     Objektif frekuensi nyeri dan episode lamanya nyeri. terhadap ketidaknyamanan  (ex:
Ø Posisi untuk menghindari nyeri Tanda-tanda vital kembali normal. temperatur ruangan, penyinaran, dll).
Ø Perubahan tonus oto (dari rentang   Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
lemas tidak bertenaga sampai kaku) berdasarkan respon pasien.
Ø Perubahan selera makan   Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
Ø Perilaku distraksi (misal ; mondar-   Lakukan teknik variasi untuk
mandir, mencari orang, akivitas mengurangi nyeri (farmakologi,
berulang) nonfarmakologi, dan interpersonal).
Ø Wajah topeng (nyeri)   Kolaborasikan dengan pasien, orang
Ø Perilaku menjaga dan sifat terdekat dan tenaga profesional lain
melindungi untuk memilh tenik non farmakologi
Ø Bukti nyeri yang dapat diamati Pemberian analgetik
Ø Berfokus pada diri sendiri   Cek catatan medis untuk jenis obat,
Ø Gangguan tidur dosis, dan frekuensi pemberian
analgetik.
Faktor yang berhubungan   Kaji adanya alergi obat.
Agens-agens penyebab cedera   Monitor tanda vital sebelum dan
(misalnya biologis, kimia, fisik, dan sesudah pemberian analgetik narkotik
psikologis) saat pertama kali atau jika muncul
tanda yang tidak biasanya.
  Kaji kebutuhan akan kenyamanan atau
aktivitas lain yang membantu relaksasi
untuk memfasilitasi respon analgetik.
  Evaluasi kemampuan pasien untuk
berpartisipasi dalam pemilihan jenis
analgetik, rute, dan dosis yang akan
digunakan.
  Pilih analgetik atau kombinasi analgetik
yang sesuai ketika menggunakan lebih
dari satu obat.
  Tentukan pilihan jenis analgetik
(narkotik, non-narkotik, atau
NSAID/obat anti inflamasi non
steroid) bergantung dari tipe dan
beratnya nyeri.
  Berikan analgetik sesuai jam
pemberian.
  Dokumentasikan respon analgetik dan
efek yang muncul.
  Kolaborasikan dengan dokter jika obat,
dosis, dan rute pemberian, atau
perubahan interval diindikasikan, buat
rekomendasi spesifik berdasar pada
prinsip kesamaan analgetik

HE
  Sertakan dalam instruksi pemulangan
pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi pemberian,
kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus ketika meminum
obat tersebut
  Instruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada perawar
jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
  Informasikan kepada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping
yang disarankan
  Perbaiki kesalahan presepsi terhadap
analgesik narkotik
  Berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung
  Ajarkan penggunaan tenik
nonfarmakologis
Resiko infeksi NOC: Pengendalian infeksi
2. Definisi ·      Status imun Ø  Berikan terapi antibiotik, bila
Resiko infeksi adalah beresiko·      Keparahan infeksi diperlukan
terhadap infeksi organisme patogen Ø  Bersihkan lingkungan dengan benar
Setelah di lakukan tindakan setelah dipergunakan masing-masing
Faktor resiko keperawatan ....x 24 jam faktor resiko pasien
Penyakit kronis infeksi akan hilang di buktikan oleh Ø  Pertahankan tehnik isolasi, bila
Penekanan sistem imun Status imun : diperlukan
Ketidakadekuatan imunitas dapatan ·      Memperlihatkan hygine personal yang
Ø  Terapkan kewaspadaan universal
Pertahanan primer tidak adekuat adekuat Ø  Batasi jumlah pengunjung bila
(misalnya kulit luka,trauma·      Mengindikasikan kasus gastrointestinal, diperlukan
jaringan,penurunan kerja silia, statis pernapasan, genito urinaria dan imun Perlindungan infeksi
airan tubuh, perubahan pH sekresi, dalam batas normal. Ø  Pantau tanda dan gejala infeksi ( misal;
dan gangguan peristalsis) Keparahan infeksi : suhu tubuh, denyut jantung, drainase,
Pertahanan lapis kedua yang tidak ·      Terbebas dari gejala dan tanda infeksi penampilan luka sekresi, penampilan
memadai (misalnya hemoglobin trun, ·      Menggambarkan faktor yang urine, suhu kulit, lesi kulit, keletihan,
leukopenia, supresi respon inflamasi) menunjang penularan infeks dan malaise)
Peningkatan pemajanan lingkungan ·      Melaporkan tanda atau gejala infeksi
Ø  Lindungi pasien terhadap kontaminasi
terhadap patogen serta mengikuti prosedur screaning dan silang dan tidak menugaskan perawat
Prosedur infasif pemantauan yang sama untuk pasien yang lain
Malnutrisi yang mengalami infeksi dan
Agen farmasi memisahkan ruang perawat dan pasien
Kerusakan jaringan Pengendalian infeksi
Trauma Ø  Kaji faktor yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi
HE
Ø  Jelaskan pada pasien dan keluarga
mengapa sakit atau terapi menigkatkan
resiko infeksi
Ø  Instruksikan untuk menjaga higiene
personal untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi
Ø  Ajarkan pasien cara mencuci tangan
yang benar
Ø  Ajarkan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien
5. Defisiensi pengetahuan NOC Penyuluhan individual
Definisi Pengetahuan Ø  Tentukan kebutuhan belajar pasien
Tidak ada atau kurang informasi Ø  Lakukan penilaian terhadap tingkat
kognitif tentang topik tertentu Setelah di lakukan tindakan pengetahuan pasien saat ini
keperawatan ....x 24 jam pasien dapat
Ø  Tentukan kemampuan pasien untuk
Batasan karakteristik menunjukkan pemahamannya tentang mempelajari informasi khusus
·     Subjektif penyakit yang dapat dibuktikan ; Ø  Tentukan motivasi pasien untuk
Ø Mengungkapkan masalah secara·    Pengetahuan: mempelajari informasi tertentu
verbal Ø Pasien dan keluarga akan mengidentifikasi Penyuluhan : prosedur/terapi
·     Objektif kebutuhan terhadap informasi tambahan
Ø  Beri informasi tentang sumber-sumber
Ø Tidak mengikuti instruksi yang tentang program terapi komunitas yang dapat menolong
diberikan secara akurat Ø Pasien akan memperlihatkan kemampuan pasien dalam mempertahankan
Ø Perfoma uji tidak akurat program terapi
Ø Perilaku yang tidak sesuai atau telalu Ø  Rencanakan penyesuaian dalam terapi
berlebihan bersama pasien dan dokter untuk
memfasilitasi kemampuan pasien
Faktor yang berhubungan untuk mengikuti program terapi
·     Keterbatasan kognitif HE
·     Kesalahan dalam memahami Ø  Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat
informasi yang ada pemahaman pasien
·     Kurang pengalaman Ø  Bina hubungan saling percaya
·     Kurang perhatian didalam belajar Ø  Gunakan berbagai pendekatan
·     Kurang kemampuan mengingat penyuluhan, rekomendasi, dan berikan
kembali umpan balik secara verbal dan tertulis
·     Kurang familier dengan sumber- Ø  Beri waktu pada pasien untuk
sumber informasi mengajukan beberapa pertanyaan
Pathway bph

Factor usia Selprostatumurpanjang Prolikerasi abnormal selstrem


Hormone estrogen &
progesterone tidakseimbang
Selstromapertumbuhanberpacu Sel yang matikurang Produksistromadanepitelberlebihan

Penghambatanaliran
Retensi Urine Prostatmembesar
urine

Penyempitan lumen ureter Penekananserabut” saraf ResikoPerdarahan TURP


prostatika Nyeri

Iritasimukosakandungkencing,
Kerusakanmukosa Pemasanganfolleycateter
Pe resistensileher V.U dandaerah terputusnyajaringan, trauma
urogenital
V.U bekasinsisi
Obstruksiolehjendolandarah post op

Pe ketebalanototdestruksor Penurunanpertahanantubuh Rangsangansyaraf diameter


(fasekompensasi kecil GangguanEliminasi Urine

Terbentuknyasakula/trabekula ResikoInfeksi Gate kontroleterbuka Kurangnyainformasiterhadappembdah


an
Kelemahahanototdestruktor Media pertumbuhankuman Nyeriakut
Ansietas
Pe kemampuangfungsi V.U Residu urine berlebih

Refluk urine hidronefrosis ResikoInfeksi


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015 - 2017 ). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA.


JAKARTA SELATAN: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2016). DiagnosaKeperawatan :DIAGNOSIS NANDA-


1,INTERVENSI NIC,HASIL NOC,Ed.10. jakarta: EGC MEDUCAL PUBLISHER

Anda mungkin juga menyukai