Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH

ERAWATI.,S. Kep,
144 2019 1005

CI LAHAN CI INSTITUSI

(________________) (________________)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun, dimana pada usia ini

anak memperoleh dasar pengetahuan dan keterampilan untuk keberhasilan penyesuaian

diri anak pada kehidupan dewasanya.Sekolah menjadi pengalaman inti pada anak,

karena dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan

dengan orang tua, teman sebaya, dan orang lainnya. Pada usia ini anak suka

berkelompok (gang age), anak sudah mulai mengalihkan perhatian dari hubungan

intim dalam keluarga dan mulai berkerjasama dengan teman dalam bersikap atau

belajar dengan demikian Anak usia sekolah mulai dominan menghabiskan waktu

dengan teman sebayanya. Orang tua mempunyai harapan agar anaknya mempunyai

pengetahuan (intelektual), keterampilan serta kemampuan prilaku yang baik yang

akan berguna untuk mengatasi persoalan dalam kehidupannya sehari-hari, dimulai

dengan memiliki pengetahuan kognitif (membaca dan menulis),dan pengetahuan

eksistensial pragmatis. Pengetahuan itu dapat berguna untuk menjalani.Kehidupan anak

agar anak menjadi survive, serta anak mampu mengembangkan bakat dan minatnya,

sehingga anak berguna bukan hanya bagi keluarga tapi bangsa dan negara.Anak

membutuhkan dukungan lebih dari orang tua dan pemerintah untuk bisa menciptakan

penerus bangsa yang mempunyai perilaku dan intelektual yang baik.Perilaku anak yang

baik dapat tercipta jika anak mampu melakukan tugas tumbuh kembang anak sesuai

usianya. Pada pertumbuhan yang dilihat adalah pembentukan secara fisik diantaranya

adalah tinggi badan, berat badan sesuai usia, kerentanan terhadap penyakit, dan

status kesehatan yang ada (cacat tubuh). Pada perkembangan anak dilihat dari

delapan aspek perkembangan yaitu perkembang kognitif (tahap operasi konkret) anak

mampu berpikir logis,perkembangan bahasa dengan melihat lajuperkembangan


anak, perkembangan afektif (tahap Industry Vs Inferiority/ Inferioritas) anak mampu

berkompetisi dalam kelompok, perkembangan perilaku sesuai peran dan identitas diri

anak, perkembangan fisiologis dimana anak memiliki tinggi dan berat badan yang

sesuai, serta keadaan tubuh yang baik, perkembangan motorik (anak mampu bermain

dan belajar sesuai dengan tingkat usianya), perkembangan sosial(anak mampu

bersosialisasi dengan teman sebaya, keluarga dan masyarakat), moral spiritual dimana

anak mampu bersikap dan bertindak sesuai norma yang berlaku, serta anak mampu

menjalankan ibadah sesuai dengan aturannya (Stuart, 2016). Keseluruhan aspek tumbuh

kembang anak dapat berjalan dengan baik jika anak mempunyai kesadaran diri

mengenai dirinya dalam proses berkembang. banyak permasalahan yang dihadapi dalam

respon proses tumbuh kembang anak diantaranya pada perkembangan kognitif (anak

menilai negatif dirinya), perkembangan bahasa (anak memberikan komentar hinaan

yang berdampak terjadi perilaku kekerasan atau perkelahian), perkembangan fisiologis

(rendah diri teha dap kondisi tubuhnya), perkembangan motorik (rendah diri dan

mengucilkan diri dari kegiatan karena kekakuan) perkembangan sosial (rasa

penolakan dari teman sebaya). Sedangkan masalah pada perkembangan afektif

(anak terlalu banyak berharap). Perilaku (anak tidak jujur dan perilaku antisosial).

Moral (sering melangar peraturan karena inggin dihargai). Spiritual (anak tidak mau

berdoa karena merasa doanya tidak pernah terkabul). Semua masalah pada aspek

tumbuh kembang terkait dengan peran teman sebaya dan persepsi diri, oleh karena itu

diperlukan konsep diri yang adaptif, sehingga anak mempunyai gambaran citra tubuh,

identitas diri, ideal diri, peran diri serta harga diri yang sesuai pada anak untuk

membangun kedelapan aspek perkembangan secara komperhensif. Pada anak yang

mengalami keterlambatan tumbuh kembang berpeluang untuk memiliki konsep diri

maladaptif, dimana individu cenderung memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya,

tidak mampu berbuat apa-apa, menarik diri, bahkan cendrung bersikap psimistik, serta

menyalahkan diri sendiri dan orang lain hal ini dapat berdampak pada timbulnya
perilaku kenakalan anak. Perilaku kenakalan yang dilakukan anak bisa disebabkan

karena ketidak sinambungan delapan aspek tumbuh kembang anak terhadap konsep diri

anak, masalah kenakalan anak itu biasanya terpusat pada 4 hal dasar yaitu: malas

belajar, senang melanggar peraturan, putus sekolah dan melakukan prilaku kekerasan

pada siswa lain (Kusumaningrum, 2016), dengan demikian terlihat hubungan yang erat

antara konsep diri untuk mencegah perilaku kenakalan pada anak usia sekolah.

kenakalan anak seperti malas belajar, suka melangar peraturan (trouble maker),

putus sekolah dan melakukan prilaku kekerasan pada siswa lain (bullying),

umumnya disebabkan karena anak ingin mencari perhatian dari orang sekelilingnya,

mencoba-coba, terpengaruh oleh teman sebayanya, tekanan teman sebaya, sikap

pembiaran dari sekolah serta pola asuh orang tua yang otoriter.Pola asuh orang tua

berpengaruh terhadap motivasi pada anak disekolah. Anak usia 6-12 tahun akan mudah

belajar berbagai kebiasaan baik atau kebiasaan yang buruk, yang berasal dari lingkungan

keluarga, lingkungan pertemanan maupun dari lingkungan alamiah, dampak dari

lingkungan ini terbawa anak sampai selanjutnya dan menjadi sifat dasar bagi masa

depan anak. Respon konsep diri yang adaptif untuk anak usia sekolah dasar (6 – 12

Tahun), ialah anak selalu berhubungan dengan kelompok sebaya, anak merasa harga

dirinya tumbuh dan meningkat, anak memiliki kemampuan baru serta anak akan

menyadari kekurangan dan kelebihannya (Muhith, 2015). Konsep diri yang maladaptif

dapat diubah menjadi adaptif dengan lima tingkatan tindakan keperawatan,

tingkatan pertamaadalah perawat memperluas kesadaran diri anak dengan

meningkatkan pengalaman positif, kedua perawat mendorong individu untuk mampu

mengeksplorasi prasaan, dan pikiran terkait dengan stressor yang dialami, ketiga ialah

evaluasi diri, perawat melakukan konfrontasi, membujuk, dan menentang persepsi

klien yang salah, keempat mengidentifikasi solusi atau alternative yang ada

(latihan/bermain peran). Peran perawat jiwa sangat penting disini untuk meningkatkan

konsep diri yang adaptif pada anak, (anak mampu meningkatkan gambaran diri, ideal
diri, harga diri, penampilan peran dan identitas diri yang adaptif) dengan melatih anak

melakukan teraphy supportive sehingga anak mampu melakukan tumbuh kembang

sesuai usianya dan terhindar dari perilaku kenakalan anak di usia sekolah, prestasi

akademik anak meningkat, serta anak memiliki kepribadian yang baik.

2.TUJUAN.

Memperoleh dasar pengetahuan dan keterampilan untuk keberhasilan

penyesuaian diri anak pada kehidupan dewasanya.Sekolah menjadi pengalaman inti

pada anak, karena dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam

hubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan orang lain. Orang tua mempunyai

harapan agar anaknya mempunyai pengetahuan (intelektual), keterampilan serta

kemampuan prilaku yang baik yang akan berguna untuk mengatasi persoalan dalam

kehidupannya sehari-hari, dimulai dengan memiliki pengetahuan kognitif (membaca

dan menulis),dan pengetahuan eksistensial pragmatis. Pengetahuan itu dapat berguna

untuk menjalani.Kehidupan anak agar anak menjadi survive, serta anak mampu

mengembangkan bakat dan minatnya, sehingga anak berguna bukan hanya bagi

keluarga tapi bangsa dan negara.Anak membutuhkan dukungan lebih dari orang tua dan

pemerintah untuk bisa menciptakan penerus bangsa yang mempunyai perilaku dan

intelektual yang baik.Perilaku anak yang baik dapat tercipta jika anak mampu

melakukan tugas tumbuh kembang anak sesuai usianya. Pada pertumbuhan yang dilihat

adalah pembentukan secara fisik diantaranya adalah tinggi badan, berat badan sesuai

usia, kerentanan terhadap penyakit, dan status kesehatan yang ada (cacat tubuh).

Pada perkembangan anak dilihat dari delapan aspek perkembangan yaitu perkembang

kognitif (tahap operasi konkret) anak mampu berpikir logis. Semua masalah pada aspek

tumbuh kembang terkait dengan peran teman sebaya dan persepsi diri, oleh karena itu

diperlukan konsep diri yang adaptif, sehingga anak mempunyai gambaran citra tubuh,

identitas diri, ideal diri, peran diri serta harga diri yang sesuai pada anak untuk
membangun kedelapan aspek perkembangan secara komperhensif.

Konsep diri yang maladaptif dapat diubah menjadi adaptif dengan lima tingkatan

tindakan keperawatan, tingkatan pertamaadalah perawat memperluas kesadaran

diri anak dengan meningkatkan pengalaman positif, kedua perawat mendorong

individu untuk mampu mengeksplorasi prasaan, dan pikiran terkait dengan stressor

yang dialami, ketiga ialah evaluasi diri, perawat melakukan konfrontasi, membujuk,

dan menentang persepsi klien yang salah, keempat mengidentifikasi solusi atau

alternative yang ada (latihan/bermain peran). Peran perawat jiwa sangat penting disini

untuk meningkatkan konsep diri yang adaptif pada anak, (anak mampu meningkatkan

gambaran diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas diri yang adaptif)

dengan melatih anak melakukan teraphy supportive sehingga anak mampu melakukan

tumbuh kembang sesuai usianya dan terhindar dari perilaku kenakalan anak di usia

sekolah, prestasi akademik anak meningkat, serta anak memiliki kepribadian yang baik.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

A.Pengertian

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai berikut : bertambah besar dalam arti fisik

sebagai akibat dari perbanyakan dari jumlah sel dan membesarnya sel itu sendiri di dalam

tubuh manusia. Perkembangan berarti bertambahya keterampilan dan fungsi yang

kompleks dari seseorang. Perumbuhan dan perkembangan pada praktiknya saling

berkaitan sehingga sulit mengadakan pemisahan. Sejak masa bayi hingga masa remaja

terjadi pertumbuhan dan perkembangan dalam segi-segi jasmani, mental, dan intelektual

(Adriana & Wirjatmadi, 2012).

Tahap perkembangan dibagi menjadi lima bagian yang memiliki prinsip atau ciri

dalam setiap perkembangannya yaitu masa pralahir, masa neonates, masa bayi, masa anak

dan masa remaja. (Supartini, 2004). Di sini akan membahas tentang tumbuh

kembang masa anak periode pertumbuhan dan perkembangan mulai akhir

prasekolah hingga remaja santara usia 6-12 tahun.

Perkembangan anak usia sekolah menurut Cahyaningsih (2016):

a. Perkembangan Biologis

Pertumbuhan serata 5 cm pertahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg

pertahun untuk berat badan. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi, anak

perempuan cenderung gemuk. Pembentukan jaringan lemak lebih cepat

perkembangannya dari pada otot.

b. Perkembangan Proporsional

Postur tubuh lebih tinggi dari pada anak usia pra sekolah untuk memfasilitasi

lokomotor dan efisiensi dalam menggunakan lengan tubuh, sehingga proporsi ini
memudahkan untuk beraktifitas seperti memanjat, bersepeda dll. Perubahan wajah,

proporsi wajah berubah pada saat wajah tumbuh lebih cepat terkait pertumbuhan

tulang tengkorak yang tersisa. Semua gigi primer (susu) telah tanggal.

c. Kematangan Sistem

Sistem gastrointestinal: masalah lambung sedikit, mempertahankan kadar glukosa

darah dengan lebih baik, dan peningkatan kapasitas lambung yang memungkinkan

retensi makanan lebih lama. Kebutuhan kalori anak lebih sedikit dibandingkan usia

pra sekolah. Kapasitas kandung kemih: umumnya lebih besar pada anak perempuan

disbanding laki-laki. Denyut jantung dan frekuensi pernafasan akan terus menurun

dan tekanan darah meningkat. Sistem imun lebih kompeten untuk melokalisasi infeksi

dan menghasilkan respon antigen dan antibody. Tulang terus mengalami pengerasan

tetapi kurang dapat menahan dan tarikan otot disbanding tulang yang sudah matur.

d. Perkembangan Psikososial

Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan psikoseksual yang

dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu tenang antara fase

odipus pada masa kanak-kanak awal dan erotisme masa remaja, membina hubungan

dengan teman sebaya sesama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya

dan didahului ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas.

Anak usia sekolah ingin sekali mengembangkan keterampilan dan berpartisipasi

dalam pekerjaan yang berarti dan berguna secara social.

e. Perkembangan Kognitif

Mulai memperoleh kemampuan untuk menghubungkan serangkaian kejadian

untuk menggambarkan mental anak yang dapat diungkapkan secara verbal maupun

simbolik. Kemampuan anak meningkat dalam menguasai simbol-simbol dan

menggunakan simpanan mengenai pengalaman masa lalu mereka untuk mengevaluasi

dan mengintrepertasikan masa kini.

f. Perkembangan Moral
Mengintrepesantikan kecelakaan dan ketidakberuntungan sebagai hukuman atau

akibat tindakan buruk yang dilakukan anak.

g. Perkembangan Spiritual

Berfikir dalam batasan konkret tetapi merupakan pelajar yang baik dan memiliki

kemauaan besar untuk mempelajari Tuhan. Mereka tertarik pada konsep surga dan

neraka, dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian terhadap peraturan, anak

takut akan masuk neraka karena kesalahan dalam berperilaku.

h. Perkembangan Sosial

Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya memberi sejumlah hal yang

penting kepada anggotanya. Anak-anak memiliki budaya merek sendiri, disertai

rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang yang meningkatkan rasa solidaritas

kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. Orang tua merupakan pengaruh

utama dalam membentuk kepribadian anak, membuat standar perilaku, dan

menetapkan sistem nilai yang biasanya mendominasi ketika terjadi konflik antara

sistem nilai orang tua dan teman sebaya.

i. Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri yang positif membuat anak merasa senang, berharga, dan mampu

memberikan kontribusi dengan baik. Perasaan seperri itu menyebabkan penghargaan

diri, kepercayaan diri, dan perasaan bahagia secara umum. Perasaan negatif

menyebabkan keraguan terhadap diri sendiri. Anak usia sekolah memiliki persepsi

yang cukup akurat dan positif tentang keadaan fisik mereka sendiri.

j. Bermain

Dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis, karena

mengembangkan berbagai keterampilan sosial sehingga memungkinkan untuk

menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.

2.Etiologi

Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu:
a. Faktor Genetik

Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal

dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti sindrom Down,

sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan pra natal, antara lain:

1) Gizi ibu pada waktu hamil

2) Mekanis (trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin)

3) Toksin / zat kimia (zat teratogen: obat-obatan teralidomide, pkenitoin, methadion,

obna-obat anti kanker)

4) Endokrin (defisiensi hormon somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid,

insulin)

5) Radiasi

6) Infeksi (Torch, Varisela, Coxsakie, Echovirus, Malaria, Lues, HIV, polio,

campak, teptospira, virus influenza, virus hepatitis)

7) Stres

8) Imunitas

Faktor lingkungan nost Natal, yaitu :

1) Lingkungan Biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,

perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi

metabolisme, hormon.

2) Faktor Fisik, antara lain: cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi,

keadaan rumah, radiasi.

3) Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar,

kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-

orang tua.
4) Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga,

pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas

rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama,

urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas

kepentingan anak, angaran, dll.

3.Tanda dan Gejala

Hubungan dengan orang lain, konsep diri, fisik, jaringan otot, jaringan lemak,

rambut, gigi.

4.Penatalakasanaan

a. Medis: pemeriksaan laboratorium, radiologis, neorologis

b. Keperawatan: tahap-tahap peenilaian perkembangan anak:

1) Anamnesis

Skrining gangguan perkembangan anak

Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak

2) Evaluasi bicaradanbahasaanak

Pemeriksaan fisik

5.Pencegahan

a. Menurunkan faktor risiko

Deteksi dini

b. Tindakan klinis langsung yang bertujuan mencegahan kerusakan lebih lanjut dan

mengurangi komplikasi setelah penyakit itu dideteksi. 

6.Komplikasi

a. Interaksi social

b. Kecelakaan diri
B. Konsep Keperawatan

1 Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat kesehatan dahulu

c. Riwayat kesehatan sekarang

d. Riwayat kesehatan keluarga

e. Riwayat psikososial

f. Pemeriksaan fisik

g. Pemeriksaan penunjang

2. Analisis Data dan Diagnosis Keperawatan

Analisa: data penunjang apa yang dikeluhkan dan data observasi berupa data subyektif

dan obyektif, masalah yang dialami dan kemungkinan penyebabnya.

Diagnosa keperawatan:

1. Ganggaun tumbuh kembang

2. Resiko gangguan perkembangan

3. Resiko gangguan pertumbuhan

Faktor resiko yang berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang :

a. Efek ketidak mampuan fisik

b. Keterbatasan lingkungan

c. Inkonsistensi respon

d. Pengabaian

e. Terpisah dari orang tua atau orang terdekat

f. Defisiensi stimulus

Faktor resiko yang berhubungan resiko resiko gangguan perkembangan :


a.Ketidak adekuatan nutrisi
b.Ketidak adekuatan perawatan prenatal
c.Keterlambatan prenatal
d.Usia hamil dibawah 15 tahun
e.Usia hamil diatas 35 tahun
f.kehamilaan yang tidak terencana
g.Gangguan endokrin
h.ekonomi lemah
Faktor resiko yang berhubungan dengan resiko gangguan pertumbuhan :
a.Ketidak adekuatan nutrisi
b.penyakit kronis
c.Nafsu makan tidak terkontrol
d.Prematuritas
e.Prosesinfeksi
f.Penyalahgunaan zat
g. kelainan genetik
h.Penganiayaan ( mis : fisik,psikologis,seksual )
Batasan Karakteristik:

a. Gangguan pertumbuhan fisik

b. Penurunan waktu respons

c. Terlambat dalam melakukan keterampilan umum kelompok usia

d. Kesulitan melakukan keterampilan umum anak usianya

e. Afek datar

f. Ketidakmampuan melakukan aktifitas perawatan diri yang sesuai dengan usianya

g. Ketidakmampuan melakukan aktivitass pengendalian diri yang sesuai dengan usianya

h. Lesu/ tidak bersemangat

3. Rencana Asauhan Keperawatan

1.Pengkajian

Data yang didapatkan dari pasien maupun keluarga untuk membuat diagnosa

keperawatan.

2.Diagnosa Keperawatan

Kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data.Respon individu keluarga dan

komunitas terhadap masalah kesehatan ataun proses kehidupan aktual dan potensial.

3.Rencana Keperawatan
Mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.Sesuai

asuhan keperawatan yang diterapkan

4.Implementasi keperawatan

Rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik

e.Evaluasi
Tidakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan ,rencana tindakan,dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai.
Konsep Tumbuh kembang Keluarga

A.Definisi Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Setiadi, 2017).

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain. (Harmoko, 2017).keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
tiap anggota.

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2013 keluarga adalah unit terkecil


dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.

Sesuai dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan


bahwakarakteristik keluarga adalah :

1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi ;
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain ;
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial sebagai suami, isteri, anak, kakak, dan adik ;
4. Mempunyai tujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

B.Tipe Keluarga

Di Indonesia di kenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional


dantipe keluarga non tradisional.

1. Tipe Keluarga Tradisional


a. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, sitri,
dan anak (kandung/angkat).
b. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misal kakak, nenek, paman, bibi.
c. Single Parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
denga anak ( kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
kematian/perceraian.
d. Single Adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
e. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.

2. Tipe Keluarga Non Tradisional


a. Commune Family : kebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b. Orangtua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homosexual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga. (Harmoko, 2017)

C.Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman ada 5 yaitu :
1. Fungsi afektif adalah fungsi untuk mempertahankan kepribadian.
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi sosialisasi menfasilitasi stabilisasi prime
anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang
produktif serta memberikan status anggota pada keluarga.
3. Fungsi reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kontinuitas keluarga
selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup
dimasyarakat.
4. Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan.
5. Fungsi perawatan keluarga adalah fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh
orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tingga, perawatan
kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya.

D.Struktur Keluarga
Struktur keluarga adalah :
1. Patrineal adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ibu.
3. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
4. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah istri.

Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas :


1. Struktur Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan


secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan.Komunikasi keluarga pengirim yakin mengemukakan pesan
secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan
balik.Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik,
dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila


tertutup, adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus sendiri.Komunikasi
keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas,
judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal
mendengar, diskualifikasi, ofensif ( bersifat negatif), terjadi
miskomunikasi dan kurang atau tidak valid.

2. Struktur Peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai


posisi sosial yang diberikan.Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal
atau informal.Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal
status sebagai istri/suami.

3.Struktur Kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk


mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak
(legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power),
hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.
4.Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
 Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempesatukan anggota keluarga.
 Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.Budaya, kumpuan daripada perilaku
yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.

6.Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tahap I :Keluarga Pemula (juga menuju pasangan menikah atau tahap


pernikahan)
Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30
bulan)

Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6
tahun)

Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13
tahun).

Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 25 tahun).

Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai anak terakhir) yang meninggalkan rumah.

Tahap VII : Orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).

Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada
anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun) hingga pasangan yang sudah
mengenalinya.

7.Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


Seperti individu-individu yang mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus
mereka capai agar mereka merasa puas selama suatu tahap perkembangan dan agar
mereka mampu beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil, setiap tahap perkembangan
keluarga pun mempunyai tugas-tugas perkembangan yang spesifik. Tugas-tugas
perkembangan keluarga menyatakan tanggung jawab yang dicapai oleh keluarga selama
setiap tahap perkembangannya sehingga dapat memenuhi (1) kebutuhan biologis
keluarga, (2) imperatif budaya keluarga, dan (3) aspirasi dan nilai-nilai
keluarga.Bagaimana tugas-tugas perkembangan dalam keluarga berbeda dengan tugas-
tugas perkembangan individu anggota keluarga? Meskipun dalam kenyataan banyak
tugas-tugas tersebut adalah gabungan, tugas-tugas perkembangan keluarga dibangkitkan
bila keluarga sebagai sebuah unit berupaya memenuhi tuntutan-tuntutan perkembangan
mereka secara individual. Tugas-tugas perkembangan keluarga juga diciptakan oleh
tekanan-tekanan komunitas terhadap keluarga dan anggotanya untuk menyesuaikan diri
dengan harapan-harapan kelompok acuan keluarga dan masyarakat yang lebih luas.Selain
itu, tugas-tugas perkembangan keluarga juga meliputi tugas-tugas spesifik pada setiap
tahap yang melekat dalam pelaksanaan lima fungsi dasar keluarga yang terdiri dari (1)
fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) ; (2) fungsi sosialisasi dan penempatan
sosial ; (3) fungsi perawatan kesehatan – penyediaan dan pengelolaan kebutuhan-
kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan ; (4) fungsi reproduksi ; dan (5) fungsi ekonomi
(lihat bab 5 untuk pembahasan yang lengkap tentang fungsi-fungsi ini).

Tantangan nyata bagi keluarga adalah memenuhi setiap kebutuhan anggota


keluarga, dan juga untuk memenuhi fungsi-fungsi keluarga secara umum. Pertautan
kebutuhan-kebutuhan perkembangan individu dan keluarga tidak selalu mungkin
dilakukan. Misalnya, tugas anak usia bermain yang meliputi mengeksplorasi lingkungan
seringkali bertentangan dengan tugas seorang ibu memelihara rumah yang teratur.

8.Tugas-Tugas Perkembangan.

Tahap ini adalah tahap “keluarga antara”, tugas-tugas perkembangannya bersifat


individual, bukan berorientasi pada keluarga. menjelaskan bahwa tugas perkembangan
utama dari dewasa muda yang belum kawin adalah “menerima keluarga asalnya :

1. Pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarga asalnya.


2. Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang akrab.
3. Pembentukan diri yang berhubungan dengan kemandirian pekerjaan dan finansial.

9. Pengaruh Sakit dan Cacat terhadap Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga


Sakit yang serius atau cacat jangka panjang dari seorang anggota keluarga sangat
mempengaruhi keluarga dan fungsi keluarga, karena prilaku keluarga sangat
mempengaruhi perjalanan dan karakteristik sakit atau cacat . Sakit yang serius atau cacat
amat mempengaruhi perkembangan keluarga, dan perkembangan anggota keluarga secara
individual, khususnya anggota yang sakit atau cacat. Seringkali bila keluarga lambat
dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya, interaksi dari tuntutan lain stressor
perkembangan dan tuntutan/stressor situasi memperburuk dan membebani keluarga. Stres
tambahan yang ditimbulkan oleh kedua jenis stressor tersebut sering menurunkan fungsi
keluarga, akibatnya penguasaan tugas-tugas perkembangan terhalang atau terhambat.

Sajauh mana tugas-tugas perkembangan dipengaruhi tergantung pada beberapa


faktor. Sudah tentu yang pertama adalah tahap siklus kehidupan keluarga ; kedua adalah
anggota keluarga menjadi sakit serius atau cacat sehingga menciptakan suatu perbedaan.
Beberapa tahap siklus kehidupan tertentu mempunyai bahaya dalam hal perkembangan
dan individu-individu tertentu dalam keluarga lebih terpusat dalam hubungannya dengan
tugas-tugas perkembangan keluarga dari tahap perkembangan tertentu. Misalnya, dalam
sebuah keluarga dengan remaja, jika remaja itu menderita cedera serius dan dalam
keadaan tidak mandiri, ini sangat menghambat penguasaan tugas-tugas perkembangan
oleh remaja tersebut karena lebih tergantung pada keluarga. Demikian juga dengan tugas
perkembangan uang menangani kebebasan berimbang dengan rasa tanggung jawab
sehingga membantu remaja ini agar lebih otonom akan terhambat juga. Tantangan bagi
keluarga adalah berupaya untuk memulai lagi memperhatikan tugas-tugas perkembangan
normal secepat mungkin.

Faktor penting lain yang menciptakan perbedaan mengenai dampak sakit atau
cacat terhadap perkembangan keluarga adalah sumber-sumber formal dan informal yang
digunakan oleh keluarga. Sebuah sistem pendukung sosial yang baik dari keluarga besar
dan teman-teman, dan juga dukungan psikososial dan kesehatan yang kompeten akan
memperbesar pengertian keluarga untuk kembali pada jalur perkembangan agar lebih
cepat.Bila bekerja dengan sebuah keluarga dengan sakit yang serius atau cacat, adalah
sangat bermanfaat untuk membandingkan tugas-tugas perkembangan keluarga yang
“ideal” dalam suatu tahap siklus kehidupan yang sesuai dengan tingkah laku keluarga
yang aktual. Tipe perbandingan ini bermanfaat untuk mengevaluasi dampak yang
mungkin dari sakit atau cacat pada keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, M & Wirjatmadi, B. 2014. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Cahyaningsih, D S. 2018. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: TIM

Harmoko , 2017 Asuhan keperawatan keluarga .Pustaka pelajar

Setiadi, 2017 . Konsep & proses keperawatan keluarga .Graha Ilmu ISBN

Supartini. 2013. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Soetjingsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC

Nurarif . A.H dan Kusuma (2015 – 2017).Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA DAN NIC-NOC.Jogajakarta:MediaAction.

Anda mungkin juga menyukai