Disusun Oleh :
1. Arin Widiastuti ( P27220018049 )
2. Choyrun Nisa F ( P27220018051 )
3. Fiqi Makrifah ( P27220018057 )
4. Meliana Krisnandiar ( P27220018066 )
5. Taris Sekar Pramesthi S ( P27220018079 )
JURUSAN KEPERAWATAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang
diberikan kepada kami sehingga dapat menyusun laporan yang berjudul
"Laporan Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyeri pada Pasien Post
Operasi Fraktur Femur". Pembuatan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................3
C. Manfaat.................................................................................................4
A. Pengkajian..........................................................................................18
B. Analisa Data.......................................................................................24
C. Diagnosa Keperawata.........................................................................25
D. Perencanaan Keperawatan..................................................................25
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................................29
B. Saran...................................................................................................29
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
digunakan untuk aktivitas sehari-hari, mempengaruhi peningkatan angka
terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita
kecelakaan pada tahun 2018 sebanyak 28,784 orang dengan 6,262 korban
Fraktur adalah patah tulang yang terjadi karena benturan yang keras
jenis dan luasnya, manusia tidak akan pernah lepas dari fungsi normal
utama pada manusia. Namun akibat dari manusia itu sendiri, fungsi
sehingga kecemasan itu dapat berkurang. Salah satu upaya yang dapat
2
dalam menghadapi kecemasan. (Filia et al, 2017)
tinggi di dunia dan jika tidak ditangani dengan serius, kecelakaan lalu
lintas akan selalu meningkat. Salah satu akibat dari kecelakaan lalu
lintas yang paling sering adalah fraktur femur. Fraktur femur sendiri
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien
C. Manfaat
femur.
2. Bagi Penelitian
3. Bagi Masyarakat
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Fraktur
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
tulang rawan baik bersifat total maupun sebagian, penyebab utama dapat
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik tulang itu sendiri dan jaringan lunak
2. Klasifikasi Fraktur
Menurut Yasmara et al, (2016) fraktur dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
tulang
5
c. Berdasarkan Bentuk Garis Patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma
1) Fraktur transfersal :
Fraktur yang arah garis patahnya melintang pada tulang dan terjadi
2) Fraktur oblik :
3) Fraktur spiral :
1) Fraktur kominutif :
2) Fraktur sekmental :
Garis patah lebih dari satu, tetapi tidak berhubungan. Jika ada dua
3) Fraktur multipel :
Garis patah lebih dari satu, tetapi pada tulang yang berlainan
6
3. Etiologi
Menurut Noor, (2012) fraktur dapat terjadi akibat hal-hal berikut ini.
dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti
rusak.
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh.
dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga dan trauma dapat disebabkan oleh:
patah secara spontan dan cedera tidak langsung berarti pukulan langsung
trauma dapat mengakibatkan fraktur, hal ini dapat terjadi pada berbagai
7
4. Patofisiologi
lebih besar dari pada tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah trauma
serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
5. Manifestasi Klinis
fragmen tulang.
8
b. Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan
fraktur. Fraktur sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5 cm.
dengan lainnya.
6. Pemeriksaan Penunjang
jenis fraktur.
9
3. Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
setelah trauma.
7. Diagnosa Banding
8. Komplikasi
a. Komplikasi dini
10
optimal apabila telah mengenal konsep anatomi, fisiologi, dan
bersifat tertutup.
b. Komplikasi lanjut
11
1) Delayed union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat.
12
mengalami osteomielitis akut dan kronis dan penyakit diabetes
Klien fraktur akan merasa takut terjadi kecacatan pada dirinya dan
penyembuhan tulangnya.
Dampak yang timbul pada klien fraktur adalah timbul ketakutan akan
Daya raba klien fraktur berkurang terutama pada bagian distal fraktur.
13
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
vital tidak normal karena ada gangguan lokal, baik fungsi maupun
bentuk.
1) B1(Breathing)
2) B2 (Blood)
murmur.
3) B3 (Brain)
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel)
: turgor baik, tidak ada defans muscular dan hepar tidak teraba.
14
Perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi
6) B6 (Bone)
sekunder.
Kriteria hasil :
Rencana intervensi
4) Pemberian analgesic
Rasional :
15
1) Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan
tingkat cedera.
paha.
pemasangan traksi.
kemampuannya.
Kriteria hasil :
16
Rencana intervensi
kerusakan
Rasional :
17
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. X
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Mojosongo, Surakarta
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS : 19 Maret 2019
Tanggal pengkajian : 19 Maret 2019
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada bagian kaki kanan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya
mengalami kecelakaan pada tanggal 17 Maret 2019 karena
dirinya terserempet mobil dan kaki tertimpa motor. Klien
merasakan nyeri dan kaki sulit digerakkan. Klien terlihat lemas,
lelah, dan tampak meringis menahan nyeri. Mobilitas pasien
pada kaki masih belum berfungsi. Nyeri timbul setelah dioperasi
dan berlangsung terus menerus.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit genetik,
menular atau alergi.
18
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak lemah/compos mentis
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah: 130/100 mmHg
2) Nadi : 80 x/menit
3) Pernapasn : 18 x/menit
4) Suhu : 37 ͦ C
c. Pengukuran antropometri :
TB :170 cm
BB :60 kg
IMT 20,7
d. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala :
Bentuk bulat simetris, tidak ada luka
2) Rambut :
Hitam, agak ikal, tebal
3) Mata :
Mampu melihat jelas pada jarak normal (6cm), ukuran pupil
kecil dan keduanya bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva
tidak anemis, tidak memakai alat bantu penglihatan dan
tidak ada secret pada mata.
4) Hidung :
Bersih, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada napas
cuping hidung, dan tidak menggunakan oksigen.
5) Telinga :
Mampu mendengar pada jarak normal, tidak ada nyeri,
tidak ada secret telinga, tidak menggunakan alat bantu.
6) Mulut :
Selaput mukosa lembab dan berwarna merah muda, besih,
gigi utuh, gigi agak kuning, gusi tidak bengkak, tidak ada
bau mulut, bibir lembab dan berwarna merah kehitaman.
19
7) Leher dan tenggorokan :
Tidak ada benjolan pada leher, tidak ada alat yang
terpasang, tidak ada nyeri waktu menelan, tidak ada
obstruksi jalan nafas.
8) Ekspresi wajah :
Tidak menunjukkan ekspresi wajah nyeri, tetapi saat
kakinya ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah tampak
meringis menahan nyeri.
e. Dada dan Thorax : Bentuk simetris, pergerakan sama kanan-
kiri, tidak ada luka, dan tidak menggunakan alat bantu.
Paru-paru
1) Inspeksi :
Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka, tidak ada jejas,
nafas teratur.
2) Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil fremitus kanan
dan kiri simetris.
3) Perkusi :
Bunyi sonor.
4) Auskultasi :
Tidak ada suara nafas tambahan, suara vesikuler.
Jantung
1) Inspeksi
Bentuk simetris.
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
3) Perkusi
Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung.
4) Auskultasi
Suara irama jantung teratur, terdengar S1 dan S2 normal, tidak
ada bunyi jantung tambahan.
20
Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada asites.
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak teraba massa.
3) Perkusi
Terdengar bunyi timpani.
4) Auskultasi
Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit.
f. Genital :
Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, tidak terpasang
kateter dan tidak hemoroid.
g. Ekstremitas
1) Inspeksi kuku :Warna merah muda pucat, bersih.
2) Capillary Refil : Cepat (< 2 detik)
3) Kemampuan berfungsi : ( mobilitas dan keamanan) untuk
semua ekstremitas. Pada kaki kanan, kekuatan otot pasien
berada pada skala 2, gerakan otot penuh menentang
ggravitasi dengan sokongan, terbukti dengan klien tidak
mampu menggerakkan kaki kanannya secara mandiri.
h. Kulit
Kulit bersih, warna sawo matang, lembab, turgor elastis, tidak
ada edema. Terdapat bekas luka sepanjang 20 cm di femur
kanan superior, luka sudah mulai kering, tidak ada tanda
infeksi, balutan luka sudah dibuka.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Presepsi dan Management Kesehatan
1) Klien peduli dan sadar akan kesehatan dirinya sendiri dan
segera pergi memeriksakan dirinya ke dokter jika
merasakan gejala-gejala sakit.
21
2) Klien sadar akan sakit yang dideritanya saat ini, pasien
cukup mengetahui tentang penyakitnya, bahwa dia
menjelaskan apa itu fraktur, dan etiologinya.
3) Klien melakukan pemeriksaan terhadap kondisi frakturnya
secara berkala dan melakukan perawatan luka post operasi
dengan perawat home-care di rumahnya secara berkala.
Asupan makanan pasien juga adekuat untuk kesembuhan
lukanya.
4) Bila klien merasakan nyeri pada daerah post operasi
frakturnya, klien meluruskan kakinya dan tidak banyak
bergerak, pasien ke puskesmas terdekat apabila mendapati
dirinya sakit.
b. Pola Nurtrisi dan Metabolik
Sebelum sakit : Klien mengatakan, sebelum sakit makan dan
minum tidak mengalami masalah. Makan tiga kali sehari
dengan nasi, lauk, sayur, dan buah. Minum air putih 10
gelas/hari. Tidak ada keluhan terkait makan dan minum.
Selama sakit : Klien mengatakan, selama sakit tidak
mempengaruhi pola makan dan minurm.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan, sebelum sakit BAB teratur,
sekali dalam sehari, dengan konsistensi lunak berbentuk
dengan bau khas dan warna kuning kecoklatan. Sebelum sakit
klien mngatakan BAKnya normal dengan frekuensi 6-7 kali
per hari dengan warna, bau, dan jumlah normal.
Selama sakit : Klien BAB sekali dalam sehari dank lien
mengatakan agak susah dalam BAB karena kesulitan menekuk
kakinya saat BAB. Dalam memenuhi kebutuhan BAK nya,
klien akan BAK jika terasa sangat mendesak dikarenakan
pergerakannya yang terbatas dan susah namun warna, bau dan
jumlahnya normal.
22
d. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit kebutuhan
tidur tidak terganggu. Tidur 6-7 jam . tidur dengan nyenyak
dan tidak ada gangguan tidur.
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit sering terganggu
tidurnya karena nyeri post operasi yang dirasakan.
e. Pola Presepsi Sensori dan Kognitif
1) Klien tidak mengalami keluhan yang berarti yang
berkenaan dengan kemampuan sensasi, baik penglihatan,
pendengaran, pencium, pengecap, dan sensasi perabaan.
2) Klien tidak memakai alat bantu seperti kacamata atau alat
bantu dengar.
3) Klien dapat mengingat, berbicara, dan memahami pesan
yang diterima dengan baik.
f. Presepsi dan Konsep Diri
Gambaran diri : Klien merasa kondisi sakitnya saat ini
membuat dirinya kurang percaya diri, dan malu untuk
menanpakkan diri didepan umum.
Identitas diri : Klien tidak memiliki masalah dengan identitas
dirinya.
Peran diri : Selama sakit, klien tidak mengalami perubahan
peran.
Ideal diri : Klien ingin kakinya bisa normal kembali dan dapat
berjalan seperti sedia kala.
Harga diri : Klien mengatakan kalau di rumah sangat dihargai
oleh anak dan keluarganya.
g. Pola Hubungan dengan Orang Lain
Klien mampu berkomunikasi dengan relevan, jelas, mampu
mengekspresikan dan mampu mengerti orang lain.
h. Pola Reproduksi dan Seksual
Klien berjenis kelamin perempuan, memiliki dua anak.
23
i. Pola Mekanisme Koping
Sebelum sakit : Klien mengatakan jika mengalami masalah
selalu bercerita dengan keluarganya dan menyelesaikan
masalah bersama-sama.
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit jika mengalami
masalah atau merasa tidak nyaman selalu bercerita pada orang
terdekat.
j. Pola Nilai Keyakinan
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit melaksanakan
ibadah dengan tertib dan teratur.
Selama sakit : Klien mengatakan selama sakit melaksanakan
ibadah dengan posisi duduk karena keterbatasan geraknya.
5. Data Penunjang
a. Hasil pemeriksaan penunjang ( Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra menunjukkan tampak
fraktur kominutif pada 1/3 distal.
b. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi.
B. Analisa Data
1. Data Subjektif
a. Klien mengeluhkan nyeri pada luka post operasi pada kaki bagian
kanan.
b. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus.
c. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang
fraktur.
d. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya.
e. Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya.
f. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk.
g. Klien mengatakan takut jatuh karena jalannya yang tidak seimbang.
2. Data Objektif
a. Klien tampak meringis kesakitan
b. Skala nyeri = 4
c. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
24
d. Klien tampak lambat saat bergerak
e. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
f. Klien tampak tidak nyaman dengan keadaannya
g. Klien tampak tidak seimbang saat berjalan dan tampak kesulitan
h. Pemeriksaan TTV
TD : 130/100mmHg, HR : 80 x/menit, RR : 24 x/menit, T : 37 ͦ C
C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas tulang ditandai dengan klien mengeluhkan nyeri
pada kaki bagian paha dan klien tampak meringis menahan nyeri.
D. Perencanaan Keperawatan
1) Diagnosa
Gangguan rasa nyaman : nyeri akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
: awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung
<6 bulan.
Batasan karakteristik :
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernapasan
e. Laporan isyarat
f. Diaphoresis
g. Perilaku distraksi
h. Mengekspresikan perilaku
i. Masker wajah (misal, mata kurang bercahaya, tampak kacau)
j. Sikap melindungi area nyeri
k. Focus menyempit
l. Indikasi nyeri dapat diamati
m. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
25
n. Sikap tubuh melindungi
o. Dilatasi pupil
p. Melaporkan nyeri secara verbal
q. Gangguan tidur
2) Kriteria hasil
a. Menyatakan nyeri hilang.
b. Menunjukkan tindakan santai; mampu berpartisipasi dalam aktivitas
/tidur/istirahat dengan tepat.
c. Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.
3) Intervensi
a. Pertahankan imobilisasi agian yang sakit dengan tirah baring, gips,
pembebat, traksi.
Rasional: menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
tulang/tegangan jaringan yang cedera.
b. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
Rasional: meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan
menurunkan nyeri.
c. Hindari penggunaan sprei/bantal plastic di bawah ekstremitas
dalam gips.
Rasional : dapat meningkatkan meningkatkan ketidaknyamanan
karena tekanan selimut pada bagian yang sakit.
d. Tinggikan penutup tempat tidur; pertahankan linen terbuka pada
ibu jari kaki.
Rasional : mempertahankan kehangatan tubuh tanpa
ketidaknyamana kerena tekanan selimut pada bagian yang sakit.
e. Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan
karakteristik, termasuk intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk
nyeri nonverbal( (perubahan tanda-tanda vital dan emosi/perilaku).
Rasional : mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan
intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi
terhadap nyeri.
26
f. Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan
cedera.
Rasional : membantu untuk menghialangkan ansietas. Pasien dapat
merasakan kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman
kecelakaan.
g. Jelaskan prosedur sebelum memulai.
Rasional : memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk
aktivitas juga berpartisipasi dalam mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.
h. Beri obat sebelum perawatan aktivitas.
Rasional : meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan
partisipasi.
i. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak aktif/pasif.
Rasional : mempertahankan kekuatan/mobilitas otot yang sakit dan
memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
j. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan-pijatan
punggung, perubahan posisi.
Rasional : meningkatkan sirkulasi umum: menurunkan area
tekanan lokal dan kelelahan otot.
k. Dorong menggunakan teknik manajemen stress, contoh relaksasi
progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi. Sentuhan
terapeutik.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa
kontrol, dan dapat meningkatkan koping dalam manajemen nyeri,
yang mungkin menetap untuk periode lama.
l. Identifikasi aktivitas terapeutik yang tepat untuk usia pasien,
kemampuan fisik, dan penampilan pribadi.
Rasional : mencegah kebosanan, menurunkan tegangan, dan dapat
miningkatkan kekuatan otot, dapat meningkatkan harga diri dan
kemampuan koping.
m. Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa/tiba-tiba atau dalam,
lokasi progresif/buruk tidak hilang dengan analgesik.
27
Rasional : dapat menandakan terjadinya komplikasi, contoh infeksi,
iskemia jaringan, sindrom kompartemen.
n. Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuai
keperluan.
Rasional : menurunkan edema/pembentukan hematoma,
menurunkan sensasi nyeri.
o. Berikan obat sesuai indikasi : narkotik dan analgesic non-narkotik;
NSAID injeksi contoh ketoralak (Toradol); dan/atau relaksan otot,
contoh siklobenzaprin (Flekseril), hidroksin (Visatril). Berikan
narkotik sekitar pada jamnya selama 3-5 hari.
Rasional : diberikan untuk menurunkan nyeri dan/atau spasme otot.
Penelitian Toradol telah diperbaiki menjadi lebih efektif dalam
menghilangkan nyeri tulang, dengan masa kerja lebih lama dan
sedikit efek samping bila dibandingkan dengan agen narkotik.
Catatan : Vistaril sering digunakan untuk efek poten dari narkotik
untuk memperbaiki/menghilangkan nyeri panjang.
p. Berikan/awasi analgesic yang dikontrol pasien (ADP) bila indikasi.
Rasional : pemberian rutin ADP mempertahankan kadar analgesic
darah adekuat, mencegah fluktuasi dalam penghilangan nyeri
sehubungan dengan tegangan otot/spasme.
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
gangguan rasa nyeri pada pasien post operasi fraktur femur didapatkan
beberapa diagnosa :
B. Saran
sampai ada diagnosa yang bisa dirumuskan pada kasus tetapi tidak
intervensi yang tidak bisa dilakukan karena kondisi pasien yang tidak
29
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Mansjoer, A. (2003). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III. Jakarta: Media
Aesculapius.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Noor, Z. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
MedikaXPrice, A., & Wilson. (2005). Patofisiologi Konsep Proses-
Proses Penyakit, Edisi IV. Jakarta: EGC.
32