Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PERKEMIHAN
RETENSI URIN
KELOMPOK 8 :
Anggota Kelompok :

Shelvira Awwaliatul Chi’mah (011191013)


Intan Aulia Muna (011191038)
Karela Nur Aini Wahyudi (011191063)
Suci Salsabila Putri Widodo (011191069)
Kusuma Giyanti (011191072)
DEFINISI
Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas
dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin

Retensi Urin

Retensi urin merupakan penumpukan urin dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan kandung kemih. Hal ini menyebabkan distesi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat
menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine.
ETIOLOGI
Retensi urin dapat dibagi berdasarkan penyebab lokasi
kerusakan saraf, yaitu (Kozier, 2009) :

● Supravesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla


spinalis sakralis.
● Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama
teregang, berhubungan dengan – masa kehamilan dan
proses persalinan.
● Intravesikal berupa kekauan leher veska, struktur oleh batu
kecil atau tumor pada leher vesika urinary.
● Factor lain-lain. Kelainan patologi uretra, trauma, BHP,
striktur uretra, karsinoma prostat dan obat-obatan golongan
antikolinergik, anti spasmodic, antidepressant, antihistamin.
Menurut lama terjadinya retensi urin dibedakan menjadi dua (Pierce &
Borley, 2006) :

• Retensi akut
Ditandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh, dan distensi
kandung kemih ringan.

• Retensi kronis
Retensi urin kronik adalah retensi urin tanpa rasa nyeri yang dapat
disebabkan karena pembesaran prostat, pembesaran sedikit demi sedikit
mengobstruksi dari saluran kemih, dan ditandau dengan adanya
pembesaran urin karena tekanan lebih tinggi daripada tekanan
sfingternya.
PATOFISIOLOGI
Pada retensi urin, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat didaerah
suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Retensi urin dapat terjadi menurut
lokasi, faktor obat dan faktor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain
sebagainya yang menyebabkan kerusakan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya
sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau
menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama
teregang,intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urin sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian
distensi abdomen. Faktor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah,
menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urin menurun. Faktor lain berupa
kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya dapat meningkatkan tensi otot
perut, perianal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik (Purnomo, 2011).
PENYEBAB RETENSI URIN

Obstruksi dan
Neurologi Infeksi Obat Trauma
Pengunaan obat
Terjadi karena Adanya batu dapat trisiklik Pembedahan
adanya lesi pada menyumbat aliran antidepresan, dan didaerah perineum
perifer kemih obat dekongestan atau anal
oral
MANIFESTASI KLINIK
1. Ketidaknyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria
3. Ketidaksanggupan untuk berkemih
4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin (25-50 ml)
5. Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupannya
6. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
7. Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
PENATALAKSANAAN
1. Kateterisasi Uretra

2. sistostomi suprapubik :
• Sistostomi trokar
• Sistostomi terbuka
• Fungsi buli buli

3. Ureterolitotomi
KOMPLIKASI
1.Urolitiasis atau nefrolitiasis
2.Pielonefritis
3.Hydronefrosis
4.Hematuria
5.Ekstravasasi urine
KEGAWAT DARURATAN PADA SISTEM
PERKEMIHAN RETENSI URINE
Trauma urogenitalia :

1. Trauma ginjal
2. Trauma kandung kemih (buli buli)
3. Trauma ureter
4. Trauma genitalia

Non trauma :

1. Hematuria
2. Retensi urin
3. Anuria
4. Urosepsis
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat obat obatan
7. Riwayat penyalahgunaan alkohol
8. Riwayat merokok
9. Riwayat operasi dan tindakan
10.Riwayat psikolsosial
ASUHAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: komposmentis namun klien tampak lemas


● Tanda tanda vital
● Tekanan darah : meningkat karena klien merasakan nyeri
● Suhu : meningkat jika ditemukan adanya infeksi
● Nadi : meningkat karena klien merasakan nyeri
● RR : meningkat karena klien merasakan nyeri

Pemeriksaan fisik (head to toe):


● Wajah / muka : tampak pucat, konjungtiva anemis
● Kulit : akral hangat, basah dan merah
● Perut : ada distensi abdomen (area suprapubis)
● Alat genitalia : lembab karena rembesan urin yang tidak terkontrol dan gatal.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan fisik

Review Of System (ROS):


● B1 (breathing)
● B3 (brain)
● B4 (bladder)
● B5 (bowel)
● B6 (bone)

Inspeksi

● Daerah perineal: Kemerahan, lecet namun tidak ditemukan adanya pembengkakan.


● Tidak ditemukannya adanya benjolan atau tumor spinal cord.
● Ditemukan adanya tanda obesitas dan sempitnya ruang gerak pada klien
● Periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme
(bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darah.
● Apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan
nyeri saat berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Palpasi
● Ditemukan adanya distensi kandung kemih dan nyeri tekan.
● Tidak teraba benjolan tumor daerah spinal cord.

Perkusi
● Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.
Auskultasi
● Ditemukan peristaltik (+), bruit (+) jika terjadi obstruksi steanosis arteri.

 Pemeriksaan penunjang
● pemeriksaan laboratorium,
● radiologi atau imaging (pencitraan),
● uroflowmetri, atau urodinamika,
● elektromiografi,
● endourologi, dan laparoskopi
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Retensi Urin
Tujuan dan kriteria hasil
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan eliminasi urin membaik
dengan Kriteria Hasil :
● Sensasi berkemih meningkat
● Desakan berkemihmenurun
● Distensi kandung emih menurun
● Berkemih tidak tuntas menurun
● Volume residu menurun
● Urine menetes menurun
● Nokturia menurun
● enuresis menurun
INTERVENSI
SIKI
Manajemen Cairan
 
● Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor
kulit, tekanan darah)
● Monitor berat badan harian
● Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
● Monitor status hemodinamik
● Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
● Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
● Berikan cairan intravena bila perlu
● Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
DIAGNOSA
Gangguan eliminasi
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam eliminasi urin membaik dengan
Kriteria hasil :
● Sensasi berkemih membaik
● Desakan berkemih menurun (uurgensi)
● Distensi kandung kemih menurun
● Berkemih tidak tuntas menurun (hesitancy)
● Volume residu urine menurun
● Urin menetes (dribbling menurun
● Nokturia menurun
● Mengompol menurun
● Enuresis menurun
● Disuria menurun
● Anuria menurun
● Frekuensi BAK membaik
● Karakteristik urina membaik
INTERVENSI
SIKI
Manajemen Eliminasi Urin
● Identifikasitanda gejala retensi atau inkontinensia urin
●  Indentifikasi factor yang menyebabkan retensi dan inkontinensia urin
● Monitor eliminasi urin
● Catat waktu dan haluaran berkemih
●  Batasi asupan cairan
● Ambil semple urin setengah
● Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
● ajarkan tanda berkemih dan waktu yangtepat untuk berkemih
● anjurkan mengurangi minumn menjelang tidur
● kolaborasikan pemberian obat supositoria uretra
DIAGNOSA
Gangguan pola tidur

Tujuan Dan Kriteria Hasil


setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam gangguan pola tidur berkurang dengan
kriteria hasil :
● keluhan sulit tidur membaik
● keluhan sering terjaga berkurang
● keluhan tidak puas tidur berkurang
● keluhan pola tidur berubah membaik
● keluhan istirahat tifak cukup menurun
INTERVENSI
SIKI
Dukunga Tidur

●  Identifikasi pola aktivitas dan tidur


● Identifikasi fak tor penganggu tidur
● Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
● Mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi
● Modifikasi lingkungan
● Batasi waktu tidur siang
● Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
● Tetapkan jadwal rutin tidur
● Lakukan prosedur untuk eningkatkan kenyamanan
● Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan unruk menunjang siklus tidur terjaga
● Kolaborasikan pasien dengan anggota keluarga untuk relaksasi pasien dengan cara memijat
EVALUASI

Evaluasi keperawatan setelah dilakukan perencanaan keperawatan pasien


dengan gangguan retensi urin, gangguan eliminasi urin dan gangguan
pola tidur dapat teratasi dengan baik dan pasien mampu melakukan
berkemih dengan normal tanpa ada kecemasan saat berkemih lagi.
KESIMPULAN

Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih


dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. Retensi urin merupakan penumpukan urin dalam kandung
kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih. Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih meskipun ada rangsangan miksi atau
akumulasi urine di kandung kemih karena ketidakmampuan untuk
berkemi
01

THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai