SISTEM PERKEMIHAN
RETENSI URIN
KELOMPOK 8 :
Anggota Kelompok :
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas
dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
Retensi Urin
Retensi urin merupakan penumpukan urin dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan kandung kemih. Hal ini menyebabkan distesi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat
menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine.
ETIOLOGI
Retensi urin dapat dibagi berdasarkan penyebab lokasi
kerusakan saraf, yaitu (Kozier, 2009) :
• Retensi akut
Ditandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh, dan distensi
kandung kemih ringan.
• Retensi kronis
Retensi urin kronik adalah retensi urin tanpa rasa nyeri yang dapat
disebabkan karena pembesaran prostat, pembesaran sedikit demi sedikit
mengobstruksi dari saluran kemih, dan ditandau dengan adanya
pembesaran urin karena tekanan lebih tinggi daripada tekanan
sfingternya.
PATOFISIOLOGI
Pada retensi urin, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat didaerah
suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Retensi urin dapat terjadi menurut
lokasi, faktor obat dan faktor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain
sebagainya yang menyebabkan kerusakan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya
sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau
menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama
teregang,intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urin sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian
distensi abdomen. Faktor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah,
menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urin menurun. Faktor lain berupa
kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya dapat meningkatkan tensi otot
perut, perianal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik (Purnomo, 2011).
PENYEBAB RETENSI URIN
Obstruksi dan
Neurologi Infeksi Obat Trauma
Pengunaan obat
Terjadi karena Adanya batu dapat trisiklik Pembedahan
adanya lesi pada menyumbat aliran antidepresan, dan didaerah perineum
perifer kemih obat dekongestan atau anal
oral
MANIFESTASI KLINIK
1. Ketidaknyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria
3. Ketidaksanggupan untuk berkemih
4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin (25-50 ml)
5. Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupannya
6. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
7. Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
PENATALAKSANAAN
1. Kateterisasi Uretra
2. sistostomi suprapubik :
• Sistostomi trokar
• Sistostomi terbuka
• Fungsi buli buli
3. Ureterolitotomi
KOMPLIKASI
1.Urolitiasis atau nefrolitiasis
2.Pielonefritis
3.Hydronefrosis
4.Hematuria
5.Ekstravasasi urine
KEGAWAT DARURATAN PADA SISTEM
PERKEMIHAN RETENSI URINE
Trauma urogenitalia :
1. Trauma ginjal
2. Trauma kandung kemih (buli buli)
3. Trauma ureter
4. Trauma genitalia
Non trauma :
1. Hematuria
2. Retensi urin
3. Anuria
4. Urosepsis
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat obat obatan
7. Riwayat penyalahgunaan alkohol
8. Riwayat merokok
9. Riwayat operasi dan tindakan
10.Riwayat psikolsosial
ASUHAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Perkusi
● Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.
Auskultasi
● Ditemukan peristaltik (+), bruit (+) jika terjadi obstruksi steanosis arteri.
Pemeriksaan penunjang
● pemeriksaan laboratorium,
● radiologi atau imaging (pencitraan),
● uroflowmetri, atau urodinamika,
● elektromiografi,
● endourologi, dan laparoskopi
DIAGNOSA DAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Retensi Urin
Tujuan dan kriteria hasil
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan eliminasi urin membaik
dengan Kriteria Hasil :
● Sensasi berkemih meningkat
● Desakan berkemihmenurun
● Distensi kandung emih menurun
● Berkemih tidak tuntas menurun
● Volume residu menurun
● Urine menetes menurun
● Nokturia menurun
● enuresis menurun
INTERVENSI
SIKI
Manajemen Cairan
● Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor
kulit, tekanan darah)
● Monitor berat badan harian
● Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
● Monitor status hemodinamik
● Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
● Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
● Berikan cairan intravena bila perlu
● Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
DIAGNOSA
Gangguan eliminasi
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam eliminasi urin membaik dengan
Kriteria hasil :
● Sensasi berkemih membaik
● Desakan berkemih menurun (uurgensi)
● Distensi kandung kemih menurun
● Berkemih tidak tuntas menurun (hesitancy)
● Volume residu urine menurun
● Urin menetes (dribbling menurun
● Nokturia menurun
● Mengompol menurun
● Enuresis menurun
● Disuria menurun
● Anuria menurun
● Frekuensi BAK membaik
● Karakteristik urina membaik
INTERVENSI
SIKI
Manajemen Eliminasi Urin
● Identifikasitanda gejala retensi atau inkontinensia urin
● Indentifikasi factor yang menyebabkan retensi dan inkontinensia urin
● Monitor eliminasi urin
● Catat waktu dan haluaran berkemih
● Batasi asupan cairan
● Ambil semple urin setengah
● Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
● ajarkan tanda berkemih dan waktu yangtepat untuk berkemih
● anjurkan mengurangi minumn menjelang tidur
● kolaborasikan pemberian obat supositoria uretra
DIAGNOSA
Gangguan pola tidur
THANK
YOU