Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS
“KOLIK URETER”
DEFINISI KOLIK URETER
• Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam bladder. Pada orang
dewasa panjangnya sekitar 20 cm. Dindingnya terdiri dari mukosa
ynag dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan
longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik
mengeluarkan urine ke buli-buli .
• Jika karena sumbatan pada aliran urine, maka akan terjadi
kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan mendorong
atau mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih .Batu yang
terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri luar biasa yang
disebut nyeri kolik dan menyebar ke paha dan genetalia. Pasien
merasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat adanya abrasif batu. Keluhan
ini yang disebut dengan kolik ureter (Muttaqin dan Sari, 2011).
Etiologi
Penyebab sumbatan pada umumnya adalah batu, bekuan darah atau debris yang
berasal dari ginjal yang turun ke ureter. Ada beberapa faktor yang memungkinkan
terbentuknya batu pada saluran kemih, yaitu sebagai berikut (Muttaqin dan Sari,
2011):
• Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolik paling umum. Beberapa kasusu
hiperkalsiuria berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan penyerapan
kalsium (dikaitkan dengan diet kalsium dan atau mekanisme penyerapan kalsium
terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resopsi kalsium dari tulang (yaitu
hiperparatiroidisme) dan beberapa berhubungan dengan ketidakmampuan dari
tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium dalam filtrat glomerulus (ginjal
kebocoran hiperkalsiuria)
• Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan dan pH urine
• Lamanya kristal terbentuk di dalam urine dan dipengaruhi mobilisasi rutin
• Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine
• Infeksi saluran kemih
• Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu
• Idiopatik
Patofisiologi
• Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot
pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga
peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga
turun ke kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (< 5mm)
pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih
besar menimbulkan obstruksi kronis berupa hidronefrosis dan
hidroureter (Muttaqin dan Sari, 2011).
• Batu yang terletak pada ureter maupum sistem pelvikalises
mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih dan
menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas.
Obstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan
hidronefrosis, batu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis
dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliektasis pada
kaliks yang bersangkutan (Muttaqin dan Sari, 2011).
Manifestasi Klinik
• Nyeri kolik terjadi akibat spasmus otot polos ureter karena gerakan
peristaltiknya terhambat oleh batu, bekuan darah atau benda asing.
Nyeri ini dirasakan sangat sakit, hilang-timbul sesuai dengan
gerakan peristaltik ureter. Pertama-tama dirasakan di daerah sudut
kosto-vertebra kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke
regio inguinal hingga ke daerah kemaluan (Purnomo, 2003).
• Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri di seluruh
area kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual dan
muntah. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal dapat menyebabkan refleks retrointestinal
dan proksimitas anatomik ureter ke lambung, pankreas dan usus
besar (Muttaqin dan Sari, 2011).
• Respon dari nyeri biasanya didapatkan keluhan gastrointestinal
meliputi keluhan anoreksia, mual dan muntah yang memberikan
manifestasi penurunan asupan nutrisi.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Fisik Fokus
Pada pemeriksaan fisik diadaptkan adanya perubuhan TTV sekunder dari
nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, nyeri ketuk pada
daerah kosto vertebra dan pada beberapa kasusu bisa teraba ureter pada sisi sakit
akibat hidronefrosis. Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya
hematuria, retensi urine dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien
mual dan muntah.
• Pemeriksaan sedimen urine
Sedimen urine dapat menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan
dijumpainya kristal-kristal pembentuk batu
• Pemeriksaan Fungsi Ureter
Digunakan untuk memonitor fungsi ureter tentang adanya penurunan fungsi,
• Pemeriksaan elektrolit
Memungkinkan menunjukkan adanya pertumbuhan dan kuman pemecah
urea
• Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram dan USG untuk menilai posisi,
besar dan bentuk batu pada saluran kemih.
Penatalaksanaan
• Medikamentosa
Serangan kolik ureter harus segera diatasi dengan medikamentosa
dan terapi lainnya. Obat-obatan yang sering dipakai untuk mengatasi
serangan kolik ureter adalah antispasmodik, aminofilin, anti inflamasi
non steroid, meperin atau morfin (Purnono, 2003).
• DJ Stent
Jika pasien mengalami episode kolik yang sulit ditangani maka
ditawarkan untuk pemasangan kateter ureter double J (DJ stent). DJ
stent adalah suatu kateter yang ditinggalkan mulai dari pelvis renalis,
ureter hingga bladder (Purnono, 2003).
• Diuresis
Pasien yang menunjukkan gejala-gejala gangguan sistem saluran
cerna (mual-muntah) sebaiknya masuk rawat inap rumah sakit untuk
hidrasi pasien tetap terjaga. Diuresis pasien harus diperbanyak karena
peningkatan diuresis dapat mengurangi frekuensi serangan kolik
(Purnono, 2003).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Keluhan yang didapat dari pasien bergantung pada posisi atau letak
batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan utama yang
lasim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Pengkajian nyeri dapat
menggunakan pendekatan PQRST:
• Provoking Incident : Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri,
tetapi pada beberapa kasus didapatkan adanya perubahan posisi yang
tiba-tiba dai posisi duduk atau melakukan fleksi badan
• Quality of Pain : Kualitas nyeri kolik ureter terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos ureter meningkat dalam usaha mengeluarkan batu
dari saluran kemih. Peningkatan perisataltik tersebut menyebabkan
tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari
terminal syaraf yang memberikan sensasi nyeri. Bila nyeri mendadak akut
disertai keluhan di seluruh area kostovertebra dan gastrointestinal seperti
mual dan muntah maka diare dapat terjadi. Gejala gastronitestinal ini
terjadi akibat refleks retrointestinal dan proksimitas anatomik ginjal ke
lambung, pankreas dan usus besar
• Region, Radiation, Relief : Batu ureter menyebabkan keluhan
nyeri luar biasa dan menyebar ke paha hingga genetalia. Urine
biasanya mengandung darah akibat abrasif batu.
• Severity (scale) of Pain : Pasien bisa ditanya dengan rentang 0-4
dan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
0 = tidak ada nyeri
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = nyeri berat
4 = nyeri berat sekali/tak tertahankan
• Time : Sifat mula timbulnya, mentukan gejala timbul
mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga. Menentukan
gejala timbul terus-menerus atau hilang timbul (intermitten).
Menanyakan lamana timbul, tindakan yang dilakukan pasien
ketika gejala dan awal timbul gejala
Pengkajian anamnesis lainnya yang perlu ditanyakan perawat
meliputi:
• Apakah pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual dan
muntah?
• Bagaimana keluhan terjadi? Pada waktu kapan saja?Setelah
atau sebelum makan atau setelah mencerna obat tertentu?
• Bagaimana cara pasien menurunkan keluhan?
• Apa ada keluhan yang berhubungan dengan perubahan
posisi, beraktivitas, ansietas, stress, makan dan minum baik?
• Bagaimana keluhan bisa berkurang?
• Apakah ada riwayat keluarga dengan gejala atau penyakit
saluran perkemihan?
• Bagaimana riwayat diet yang baru dimakan selama 72 jam?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Nyeri akut berhubungan dengan agen


cedera biologis
- Gangguan eliminasi urine berhubungan
dengan iritasi saluran kemih
- Gangguan imobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
3. Intervensi
1) Nyeri akut
• Kaji nyeri meliputi lokasi, karakteristik, serangan, durasi, kualitas,
frekuensi.
R : Mengidentifikasi faktor presipitasi dan faktor pereda nyeri
• Catat penyebab yang memungkinkan menimbulkan nyeri (insisi jaringan
R : Nyeri akut biasanya terjadi jika mengalami trauma, luka, ataupun
proses pembedahan.
• Monitor tanda-tanda vital selama nyeri.
R : Tekanan darah, pernafasan, dan nadi biasanya berubah
• Observasi isyarat nonverbal adanya ketidaknyaman terutama yang tidak
dapat diungkapkan.
R : Membantu dalam mengenali terjadinya nyeri, isyarat yang tidak
kongruen dengan laporan
klien secara verbal mengindikasikan perlu evalusi lebih lanjut.
• Kolaborasi pemberian analgesik
R : mengurangi atau menghilangkan nyeri
2) Gangguan eliminasi urine
•Mengkaji pola kemih dan mencatat produksi urine tiap 6 jam
R : Mengetahui pengaruh kolik ureter dengan frekuensi miksi
•Menganjurkan pasien minum 2.000 cc/hari
R : Membantu mempertahankan fungsi ginjal, mencegah hidronefrosis dengan pemberian
cairan
peroral untuk mendukung aliran urine dan mendorong batu ke bawah
•Mendorong pasien menghindari minum kopi, teh, alkohol dan kola
R : Menurunkan iritasi dari minuman yang dapat mengiritasi saluran perkemihan
•Kolaboasi pemberian mediakmentosa
R : Terapi medikamentosa ditujukan pada batu yang ukurannya kurang dari 5 mm karena
diharapkan
batu dapat keluar secara spontan. Pemberian diuretikum bertujuan mengurangi nyeri
dan
memperlancar aliran urine dan minum banyak mendorong batu keluar dari saluran kemih
•Pembedahan pemasangan DJ stent
R : Pemasangan DJ stent dapat membantu dilatasi saluran ureter dan meminimalkan gerakan
peristaltik
ureter yang dapat menyebabkan nyeri. Tujuan utamanya adalah untuk membantu batu
ureter keluar
dari saluran kemih
• Tindakan ESWL (Extracorporeal Shockwave Lothotripsy)
R : Membantu memecah batu ureter proksimal tanpa tindakan invasif
dan tanpa pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragile kecil dan mudah dikeluarkan dari saluran
kemih

3) Kekurangan volume cairan


• Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan.
R : Status cairan dapat menentukan seseorang dehidrasi atau tidak
• Monitor status hidrasi
R : Status hidrasi dapat memberikan informasi tentang keadaan klien
• Anjurkan klien untuk banyak minum
R : Banyak minum dapat menggantikan cairan yang keluar
• Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan intravena.
R : Cairan intravena dapat menggantikan cairan dalam tubuh klien yang
keluar.
4) Gangguan imobilitas fisik
• Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
R : Kemampuan klien dapat menentukan beratnya gangguan
imobilisasi
• Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu istirahat
R : Dengan istirahat yang cukup dapat membantu mengembalikan
energi klien
• Fasilitasi tindakan-tindakan keberihan untuk menjaga kenyamanan
R : Dengan memfasilitasi semua aktivitas klien mampu melakukan
aktivitasnya perlahan-lahan
• Sediakan lingkungan yang nyaman dan bersih
R : Lingkungan yang nyaman membantu meningkatkan rasa nyaman
klien
• Latih pasien dalam melakukan alktivitas
R : Dengan melatih klien harapan kedepannya klien mampu dapat
berkativitas secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai