Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS ISK

DI RSUD MOKOPIDO

TOLITOLI

Proposal penelitian

Oleh

Mardia

NIM. PO7247319024

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI

KEPERAWATAN TOLITOLI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, karena dengan izin dan karunia-nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul

“Asuhan keperawatan dengan kasus infeksi saluran kemih (ISK) pada Tn.M Di

Ruangan Melati Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli tahun 2021”. Sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan diploma III Poltekkes

Kemenkes Palu Prodi D III Keperawatan Tolitoli.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua

tercinta ayahanda Taharudin dan ibunda Sudarni yang selalu memberikan cinta

dan kasih serta dukungan baik materi dan moril, sehingga penulis mampu sampai

di titik ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal masih banyak

kekurangannya, baik yang berkaitan dengan materi maupun sistematika penulisan

atau pembuatannya, maka itu penulis terbuka apabila ada kritik dan saran yang

sifatnya membangun.

Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dari

bimbingan berbagai pihak, sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya,

maka perkanankanlah penulis dalam segala kerendahan hati mengucapkan

penghargaan rasa hormat dan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Nasrul SKM,M.Kes Direktur Poltekkes Palu.

2. Selfi Alfrida Mangundap S.Kep M. K Si selaku kepala jurusan

keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu.

1
3. Ns. Sova Evi S.Kep M.Kep selaku ketua prodi Poltekkes Kemenkes Palu

jurusan keperawatan D III Prodi Tolitoli yang telah banyak memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di

Poltekkes Kemenkes Palu.

4. Bapak Dr. Danial MM, Selaku Direktur Rumah Sakit Umum Mokopido

Tolitoli yang telah memebrikan izin pada peneliti di ruangan melati

Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli.

5. Azwar S.Kep M. Kes dan Hasni SST selaku pembimbing I dan II yang

telah meluangkan waktu, pikiran, dalam memberikan saran dan masukan

kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini terselesaikan.

6. Seluruh dosen dan staf Poltekkes Kemenkes Prodi D III Keperawatan

Tolitoli yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan MMXIX yang telah memberikan

banyak kebersamaan selama menempuh pendidikan di Poltekkes

Kemenkes Prodi D III Keperawatan Tolitoli.

DAFTAR ISI

2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................ 5
C. Tujuan ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medis Hipertensi infeksi saluran kemih
1. Definisi ................................................................................. 8
2. Etiologi .................................................................................. 10
3. Patofisiologi........................................................................... 12
4. Manifestasi Klinis.................................................................. 14
5. Komplikasi ........................................................................... 16
6. Pemeriksaan Penunjang..........................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ............................................................................. 19
2. Diagnosa ................................................................................ 22
3. Intervensi................................................................................ 23
4. Implementasi.......................................................................... 27
5. Evaluasi.................................................................................. 28
6. Catatan Perkembangan........................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian....................................................................... 30
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................. 30
C. Subyek Studi Kasus................................................................ 30
D. Fokus Studi............................................................................. 30
E. Defenisi Operasional.............................................................. 30
F. Pengumpulan Data................................................................. 32
G. Etika Penelitian...................................................................... 33

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Sistem perkemihan merupakan sistem yang mengekresi sisa-sisa

metabolisme tubuh melalui urine. Sistem ini yang menjamin tubuh bebas

dari racun-racun sisa metabolisme tubuh. Bila sistem perkemihan ini

terganggu maka akan berakibat pada sistem tubuh yang lain karena

penumpukan racun sisa metabolisme. Sistem perkemihan ini meliputi

organ ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Jika tidak menjaga

kebersihan pada organ genetalia, maka bakteri akan mudah masuk

kedalam uretra sehingga salah satunya dapat menyebabkan infeksi saluran

kemih. ( Hadi Purwanto,2016).

Infeksi saluran kemih adalah salah satu jenis infeksi yang sering

terjadi disaluran ginjal(ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran

kencing bagian luar (uretra). Wanita lebih banyak terserang ISK karena

uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan uretra pria, sehingga

bakteri mudah menjangkaunya. Infeksi saluran kemih banyak disebabkan

oleh bakteri Escherichia coli (Utami,2012)

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari

menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita,

panjang uretra dan jarak uretra dari rektum pada pria serta adanya

bakterisit dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus

urinarius. Akibat pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini

terjadi akan menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari

traktur urinarius. Bahaya infeksi saluran kemih jika dibiarkan tanpa di

4
obati akan menimbulkan komplikasi seperti gangguan pada ginjal, sepsis,

penyempitan pada uretra. (Purwanto H,2016)

Menurut WHO dalam Safitri (2013), Infeksi saluran kemih (ISK)

adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh dan sebanyak 8,3

juta kasus dilaporkan per tahun. Indonesia merupakan negara berpenduduk

ke empat terbesar dunia setelah Cina, India, dan Amerika serikat. Infeksi

saluran kemih di indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, menurut

perkiraan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita

ISK di indonesia adalah 20-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya

atau sekitar 180.000 kasusu baru pertahun (Depkes Ri, 2014 dalam

Darsono, Mahdiyah dan Sari 2016).

B. Rumusan masalah

Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan

pada klien yang mengalami infeksi saluran kemih (ISK)

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

infeksi saluran kemih (ISK)

2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada klien yang mengalami

infeksi saluran kemih (ISK).

5
b. Menganalisa data dan menentukan diagnosa pada klien

yang mengalami infeksi saluran kemih (ISK).

c. Menyusun rencana keperawatan pada klien yang

mengalami infeksi saluran kemih (ISK).

d. Melaksanakan implementasi pada klien yang mengalami

infeksi saluran kemih (ISK).

e. Melakukan evaluasi serta catatan perkembangan pada klien

yang mengalami infeksi saluran kemih (ISK).

D. Manfaat penelitian

1. Bagi instansi Rumah Sakit

Dapat menjadi bahan masukan informasi untuk meningkatkan mutu

pelayanan pada pasien Infeksi Saluran Kemih di RSUD Mokopido

Tolitoli dan bagi perawat dapat menjadi masukan dalam melakukan

asuhan keperawatan.

2. Bagi institusi pendidikan

Bagi institudi diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk proses

pembelajarn bagi mahasiswa Poltekkes Kemekes Palu Prodi DIII

keperawatan tolitoli dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna

sebagai bahan literatur dan dapat memberikan informasi serta dapat

dijadikan perbandingan bila ingin melakukan penelitian tentang Infeksi

Saluran Kemih.

3. Bagi klien dan keluarga

6
Diharpakan dapat menambah pengetahuan pasien dan masyarakat

tentang penanganan dan perawatan pasien yang menderita penyakit

Infeksi Saluran Kemih.

4. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman berharga yang dapat menambah wawasan serta

pengetahuan baru tentang penelitian ilmiah.

BAB II

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep tentang infeksi saluran kemih (ISK)

1. Definis

infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu jenis infeksi

yang sering terjadi disaluran ginjal(ureter), kandung kemih

(bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra). Wanita lebih

banyak terserang ISK karena uretra wanita lebih pendek

dibandingkan dengan uretra pria, sehingga bakteri mudah

menjangkaunya. Infeksi saluran kemih banyak disebabkan oleh

bakteri Escherichia coli (Utami,2012).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu istilah umum

yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme

pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik

laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak

remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua

jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka

populasi umum, kurang lebih 5-15%. (Hadi Purwanto, 2016).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang

biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam

keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau

mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi di pria

maupun pada wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis

8
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi dari pada

pria. (Sudoyo Aru, dkk 2009).

Menurut (Nurarif A.H &Hardi K, 2015) Klasifikasi ISK menurut

letaknya:

a. ISK bawah

1) Perempuan (sistisis: presentasi klinis infeksi kandung kemih

disertai bakteriuria bermakna).

2) Sindrom uretra akut (SUA): Presentasi klinis sistisis tanpa

ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistisis

bakterialis.

b. ISK atas

1) Pielonefritis akut (PNA): proses infeksiparenkim ginjal yang

disebabkan infeksi bakteri.

2) Pielonefritis Kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari

infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

Menurut (Hadi Purwanto, 2016) macam- macam ISK yang

sering terjadi, yaitu:

a) Uretritis (uretra)

Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu

infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai

general atau mongonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan

oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalu kontak

seksual. Uretritis nongenereal; uretritis yang tidak

9
berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya

disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma

urelytikum.

b) Sistisis (kandung kemih)

Sistisis (inflamasi kandung kemih) yang paling

sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra.

Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra

ke dalam kandung kemihn (refluks urtrovesikal),

kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

c) Pielonefritis (ginjal)

Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas)

merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan

jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal.

Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik

ke ginjal meskipun ginjal 20% sampai 25% curah

jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran

darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari

3%.

2. Etiologi

Menurut (Nurarif A.H &Hardi K, 2015) ISK terjadi

tergantung banyak faktor seperti: usia, gender, prevalansi

bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan

10
struktur saluran kemih termaksud ginjal. Berikut menurut jenis

mikroorganisme dan usia:

a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara

lain:

1) Escherichia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated

(Simple).

2) Pseudomonas, proteus, klebsiella: penyebab ISK

complicated.

3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan

lain-lain.

b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat

pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.

2) Mobilitas menurun.

3) Nutrisi yang sering kurang baik.

4) Sistem imunusasi menurun, baik seluler maupun humoral.

5) Adanya hambatan pada aliran urin.

6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Menurut (Suharyanto & Madjid, 2013) faktor resiko

yang umum pada kejadian infeksi saluran kemih adalah

ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk

mengosongkan isinya secara sempurna, penurunan daya

11
tahan tubuh, dan peralatan yang dipasang pada saluran

kemih seperti kateter dan prosedur sistoskopi.

Sedangkan Setiati (2014) mengatakan bahwa faktor-

faktor yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih

adalah jenis kelamin, usia, genetik, kelainan refluks,

diabetes melitus, pengunaan kateter, aktivitas seksual,

kebiasaan menahan buang air kecil (BAK), dan kurang

minum air putih.

3. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling sering yaitu

disebabkan oleh mikroorganisme bakteri gram negatif yaitu

Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90% kejadian,

disertai dengan pseudomonas,enterobakter, Bakteri gram positif:

streptococcus, S. Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut

terdapat disaluran intestinal maka akan terjadi respon didalam

tubuh terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia,mual,

muntah, menggigil, diare. Terlebih lagi jika jarak anatomis

intestinal dengan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan

mikroorganisme masuk kedalam uretra secara asenden.

Penggunaan kateter juga merupakan faktor utama

terjadinya Infeksi Saluran Kemih karena pada saat membuka uretra

kuman di daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan

alat yang di masukkan, sedangkan penggunaan alat yang terlalu

12
lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang biak

divesika urinaria serta menyebar ke seluruh sistem perkemihan

akan menyebabkan obstruksi. Obstruksi ini menyebabkan urine

yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang

tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, dan

dapat terjadi hematuria terutama pada keadaan trama uretra.

(Corwin J. 2009 . CitNirwana 2018).

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih

menurut (Purwanto H.2016) yaitu:

a. Bendungan aliran urine:

1) Anatomi konginetal

2) Batu saluran kemih

3) Oklusi ureter (sebagian atau total)

b. Refluks vesi ke ureter

c. Urine sisa dalam buli-buli karena:

1) Neurogenik bladder.

2) Striktur uretra

3) Hipertropi prostat

d. Gangguan metabolik

1) Hiperkalsemia

2) Hipokalemia

3) Agamaglobulinemia

e. Instrumentasi

13
f. Dilatasi uretra sistoskopi

g. Kehamilan

h. Faktor statis dan bendungan

i. PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan

urine.

4. Manifestasi klinis

Menurut Nurarif A.H &Hardi K (2015) manifestasi klinis

infeksi saluran kemih, yaitu:

a. Ayang-ayangan atau rasa buang air kecil lagi, meski sudah

dicoba untuk berkemih namun tidak ada sedikitpun air kemih

yang keluar.

b. Sering berkemih dan kesakitan saat berkemih, air kencingnya

biasa berwarna putih, coklat dan kemerahan dan baunya sangat

menyengat.

c. Warna air seni kental atau pekat seperti air teh, kadang

kemerahan bila ada darah.

d. Nyeri pada pinggang

e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi saluran

kemih sudah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri disisi bawah

belakang rusuk, mual dan muntah).

f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak

sembuh-sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker

kandung kemih.

14
g. Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi

atau sepsis berupa demam, apatis, berat badan tidak naik,

muntah, mencret, anoreksia, problem minum dan sianosis

(kebiruan).

h. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau

anoreksia

i. Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit waktu

kencing, frekuensi kencing meningkat, nyeri perut atau

pinggang, mengompol, anyang-anyangan (polakisuria) dan bau

kencing yang menyengat.

Menurut Tanto. C dkk, (2014) menifestasi klinis infeksi saluran

kemih sangat bervariasi dan sering tidak khas, dari asimtomatis

hingga gejala sepsis berat, yaitu:

a. Pada neonatus hingga usia 2 bulan, gejala dapat berupa

demam, apatis, berat badab tidak naik, muntah, mencret,

anoreksia, tidak mau minum, dan sianosis.

b. Pada bayi, gejalanya berupa demam, berat badan tidak naik,

atau anoreksia.

c. Pada anak besar, gejala berupa nyeri BAK, frekuensi BAK

meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol,

polakisuria, atau urine berbau menyengat.

d. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan demam, nyeri ketok

sudut kosto-vertabrae, nyeri tekan suprasimfisis, kelainan

15
genitalia eksterna (fimosis, hipospadia, epispadia, atau

sinekia vulva), atau kelainan tulang belakang (spina bifida).

5. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada Infeksi Saluran Kemih

Menurut (Nursalam, Cit nirwana 2018):

a. Pylonefritis

b. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)

c. Hipertensi

d. Malnutrisi

e. Prostatitis, epididimitis, sriktur uretra, dan mandul berhubungan

dengan sumbatan saluran vasoepididinal

f. Infeksi rektak, paringitis, konjungtivitas, lesi kulit, dan arthritis

dengan infeksi gonokokus.

6. Penatalaksanaan

Menurut (Nurarif A.H & Hardi K,2015) penatalaksanaan infeksi

saluran kemih, yaitu:

a. Non farmakologi

1) Istirahat

2) Diet: perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan

epitel saluran kemih

b. Farmakologi

1) Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat

diberikan antibiotik antara lain cefotaxiem, ceftriaxon,

16
kotrimoxsazol, trimetoprim, fluoroquinolon, amoksisiklin,

doksisiklin, aminoglikosid.

2) Bila ada tanda-tanda urosepsis, dapat diberikan imipenem

atau kombinasi penisilin, dengan aminoglikosida.

3) Untuk ibu hamil dapat diberikan omoksisilin, nitrofurantoin

atau sefalosporin.

Sedangkan menurut (Purwanto H, 2016) pengobatan ISK

yaitu:

1) Terapi antibiotik untuk membunuh bakterigram positif

maupun gram negatif.

2) Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi

atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik

untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

3) Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan

untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke

uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang

untuk menghindari kontasminasi lubang uretra oleh bakteri

faeces.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien infeksi saluran kemih menurut

(Nurarif A.H & Hardi K,2015) yaitu:

a. Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur

urine, serta jumlah kuman/ml urine.

17
b. Infestigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis

1) Utltrasonogram (USG)

2) Radiografi: foto polos perut, pielografi IV, micturating

cystogram

3) Isotop scanning

Sedangkan pemeriksaan penunjang menurut (Tanto C dkk,

2014) yaitu:

1) Urinalisis: proteinuria, leukosituria (leukosit >5/ LPB),

hematuria (eritrosit> 5/ LPB), uji nitrit positif, leukosit

esterase positif.

2) Diagnosis pasti: menemukan bakteriuria bermakna pada

kultur urin.

3) Pemeriksaan lainnya (sesuai indikasi): USG, rontgen

abdomen, atau miksio-sisto-uretrogram dan pielografi

intravena.

18
B. Konsep tentang asuhan keperawatan ISK

Menurut Budiono (2016) Asuhan keperawatan adalah suatu cara

atau metode yang sistematis dalam memberikan asuhan keperawatan

yang dilakukan oleh perawat dan bekerja sama dengan pasien

(individu, keluarga, masyarakat) yang bertujuan untuk

mengidentifikasi masalah keperawatan dengan melakukan pengkajian,

menentukan diagnosa, merencanakan tindakan yang dilakukan,

melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan

yang telah diberikan dengan berfokus pada pasien, berorientasi pada

tujuan yang telah ditetepkan bersama.

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

a. Identitas

1) Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa,

agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.

2) Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin,

agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

b. Pengkajian

1) Keluhan utama

19
Keluhan utama yang sering terjadi pada klien infeksi

saluran kemih yaitu nyeri saat berkemih.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang berupa uraian mengenai

penyakit yang diderita oleh klien dan mulai timbulnya

keluhan yang dirakan sampai klien di bawah ke rumah

sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain

selain rumah sakit umum, serta pengobatan apa yang

pernah diberikan dan bagaimana perubahan data yang di

dapatkan saat pemeriksaan.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada penyakit infeksi saluran kemih atau tidak,

pernah menderita penyakit ginjal, riwayat penyakit DM dan

jantung.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota

keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama dengan

klien atau penyakit yang lain yang ada didalam keluarga.

c. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola persepsi

Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap

penyakitnya, tentang pengetahuan dan penatalaksanaan

infeksi saluran kemih dengan gangguan eliminasi urine.

20
2) Pola nutrisi metabolisme

Kemampuan klien dalam mengkonsumsi makanan

mengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang

karena mual, muntah, saat makan hanya sedikit bahkan

tidak makan sama sekali.

3) Pola tidur dan istirahat

Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah,

karena nyeri yang dirasakan.

4) Pola eliminasi

Eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme

yang masuk sehingga urine tidak lancar.

5) Pola sistem kepercayaan

Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan

penyakit yang dideritanya menurut agama dan kepercayaan.

d. Pemeriksaan fisik

1) Palpasi kandung kemih

Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada kandung

kemih akibat adanya peradangan akut maupun kronis dari

ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal,

pielonefritis, cystitis, uretra.

2) Inspeksi daerah meatus: pengkajian pada warna, bau,

jumlah, kejernihan urine. Dan pengkajian pada

costovertebralis (purwanto h, 2016)

21
e. Pemeriksaan penunjang atau diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk

menegakkan diagnosa atau pengobatan pada klien.

f. Analisa data

Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengelolah data

menjadi informasi sehingga karekteristik data tersebut bisa

dipahami. Adapun langkah-langkah analisa data yaitu susun

pengelompokkan data yang telah diorganisasi sebelumnya

secara sistematis dan logis sesuai dengan teori atau model

tertentu.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Budiono (2016) merupakan

penialaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual taupun

potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab.

Menurut Purwanto H, (2016) diagnosa yang sering muncul

dalam kasus infeksi saluran kemih yaitu:

a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran

kemih.

b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi,

dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK

c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK

22
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang proses penyakit, metose pencegahan, dan

instruksi perawatan di rumah.

3. Intervensi keperawatan

Menurut Budiono (2016) intervensi keperwatan adalah

realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah anda

tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan

data berkelanjutan, mengobservas respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran

kemih.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam klien dapat memperlihatkan tidak adanya

tanda-tanda infeksi

Kriteria hasil : tanda-tanda vital normal, nilai kultur urine

negatif, urine berwarna bening dan tidak bau.

Intervensi :

1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu

diatas 38,5 ̊C

Rasional : tanda vital menandakan adanya perubahan

di dalam tubuh.

2) Catat karakteristik urine

23
Rasional : untuk mengetahui indikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

3) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika ada kontra

indikasi

Rasional : untuk mencegah stasis urin

4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas

untuk menentukan respon terapi.

Rasional : mengetahui seberapa jauh efek pengobatan

terhadap keadaan penderita.

5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih

secara komplit setiap kali kemih.

Rasional : untuk mencegah adanya distensi kandung

kemih.

6) Berikan perawatan perienal, pertahankan agar tetap bersih

dan kering.

Rasional : untuk menjaga kebersihan dan menghindari

bakteri yang membuat infeksi uretra.

b. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi

dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi

secara adekuat.

24
Keriteria hasil : klien dapat berkemih setiap 3 jam, klien tidak

kesulitan pada saat berkemih, dan klien dapat BAK dengan

berkemih

Intervensi :

1) Ukur dan catat setiap kali berkemih

Rasional : untuk mengetahui adanya perubahan warna

dan untuk mengetahui input/ output

2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam

Rasional : untuk mencegah terjadinya penumpukkan

urine dalam vesika urinaria.

3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam

Rasional : untuk mengetahui adanya distensi kandung

kemih.

4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/ urinaria

Rasional : untuk memudahkan klien dalam berkemih

5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman

Rasional : supaya klien tidak sukar saat berkemih

c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam klien merasa nyaman dan nyeri berkurang.

Kriteria hasil : pasien mengatakan tidak nyeri saat berkemih,

kandung kemih tidak tegang, pasien nampak tenang, ekspresi

wajah tenang.

25
Intervensi :

1) Kaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau

meringankan nyeri

Rasional : rasa sakit yang hebat menandakan adanya

infeksi

2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas

yang dapat ditoleran.

Rasional : klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat

merilekskan otot-otot

3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra

indikasi

Rasional : untuk membantu klien dalam berkemih.

4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi

Rasional : analgetik memblok lintasan nyeri.

d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan

instruksi perawatan di rumah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien

tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah

Kriteria hasil : klien tidak gelisa,dan klien tenang.

1) Kaji tingkat kecemasan

Rasional : untuk mengetahui berat ringannya kecemasan

klien

26
2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : agar klien mempunyai semangat dan mau

empati terhadap perawatan dan pengobatan

3) Beri support pada klien

Rasional :

4) Berikan dorongan spiritual

Rasional : agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya

kepada Tuhan YME. Beri support pada klien.

5) Beri penjelasan tentang penyakitnya.

Rasional : agar klien mengerti sepenuhnya tentang

penyakit dialaminya.

4. Implemetasi keperawatn

Menurut Asmadi, (2013) implementasi keperawatan adalah

tahap ketika perawat mengimplementasikan rencana asuhan

keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna

membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi

adalah komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan

hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan

observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan

kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.

27
5. Evaluasi keperawatan

Menurut Asmadi ( 2008) Evaluasi merupakan tahap akhir

dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang

sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan

atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

6. Catatan perkembangan

Catatan perkembangan merupakan catatan tentang perkembangan

keadaan klien yang didasarkan pada setiap masalah yang ditemui

pada klien. Revisi atau pembaharuan rencana dan tindakan

mengikuti perubahan dari keadaan klien. Pada tehnik ini catatan

perkembangan dapat menggunakan bentuk SOAPIER.

S : Data subjektif, perkembangan keadaan didasarkan pada

apa yang dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan klien.

O : Data objektif, perkembangan yang bisa di amati dan

diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.

A : Analisa, kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun

objektif di nilai dan dianalisis, apakah perkembangan ke arah

perbaikan atau kemunduran. Hasil analisanya dapat menguraikan

sampai dimana masalah yang dapat di atasi atau adakah

perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa

keperawatan baru

P : Perencanaan, rencana penanganan klien dalam hal ini

didasarkan pada hasil analisis di atas yang berisi melanjutkan

28
rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi

dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif.

I : Implementasi, tindakan yang dilakukan berdasarkan

rencana

E : Evaluasi, evaluasi berisi penilaian tentang sejauh mana

rencana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana

masalah pasien teratasi.

R : Reassesment, bila hasil evaluasi menunjukkan masalah

belum teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui

proses pengumpulan data subjektif, data objektif, dan proses

analisisnya.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriktif,

metode penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang proses

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan melalui

pendekatan study kasus, berupa proses Asuhan keperawatan.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruangan .... RSUD Mokopido Tolitoli pada

tanggal ...- tanggal ...

C. Subyek studi kasus

Subyek dalam penelitian ini adalah seorang pasien yang sedang

menjalani rawat inap di Ruangan ... dengan diagnosa medis Infeksi

Saluran Kemih.

D. Fokus studi

Proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan intevensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi,

dan catatan perkembangan dengan pasien yang mengalami Infeksi Saluran

Kemih.

E. Definisi oprasional

Menurut nursalam (2008). Definisi operasional adalah definisi

berdasarkan karakteristik yang dapat diamati atau diukur sehingga

30
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan yang dimaksud adalah asuhan keperawatan yang

dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawtan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi serta catatan

perkembangan pada pasien yang menderita infeksi saluran kemih.

a. Pengkajian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahap awal

dalam asuhan keperawatan untuk mengumpulkan data-data dan

mendapatkan informasi tentang klien, dan mendapatkan masalah-

masalah keperawatan pada klien yang menderita infeksi saluran

kemih.

b. Diagnosa keperawatan yang di maksud dalam penelitian ini adalah

pernyataan yang jelas dan singkat, mengenai masalah kesehatan

klien baik aktual, resiko, maupun potensial, dari analisa data

pengkajian yang dilakukan pada lien yang menderita infeksi

saluran kemih.

c. Intervensi keperawatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

pada klien yang menderita infeksi saluran kemih.

d. Implementasi keperawatan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah suatu pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah di

31
tentukan, agar kebutuhan klien terpenuhi dari maslaah status

kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik pada

klien yang menderita infeksi saluran kemih.

e. Evaluasi keperawatan yang dimaksud pada penelitian ini adalah

proses penilaian untuk mencapai tujuan serta melakukan

pengkajian ulang untuk mengetahui perkembangan klien yang

mengalami masalah infeksi saluran kemih.

f. Catatan perkembangan yang di maksud dalam penelitian ini adalah

dokumentasi perkembangan keadaan klien yang didasarkan pada

setiap masalah yang ditemukan pada klien infeksi saluran kemih.

2. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang telah di diagnosa

oleh medis akibat berkembangbiaknya mikroorganisme didalam

saluran kemih, dengan gejala nyeri pada abdomen bagian bawah, nyeri

saat berkemih dan dapat menimbulkan demam.

F. Pengumpulan data

1. Penelusuran data primer yaitu data diperoleh langsung dari klien

maupun keluarga klien dengan melakukan anamnesisi, observasi dan

pemeriksaan fisik.

a. Anamnesis

Dalam penyusunan proposal penulis mendapatkan data

secara langsung dengan klien maupun pada keluarga klien dengan

32
menggunakan pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup

untuk mengenali informasi tentang masalah kesehatan klien.

b. Observasi

Tindakan mengamati secara umum terhadap perilaku dan

keadaan klien sehingga data yang didapatkan lebih lengkap.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dialakukan dengan 4 cara yaitu

inspeksi dengan cara melihat, palpasi dengan cara meraba, perkusi

dengan cara mengetuk, dan auskultasi dengan cara mendengar.

Hasil pemeriksaan fisik ini sebagai data objekti untuk melengkapi

data subjektif hasil wawancara yang sudah ada.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

dokter, ahli gizi, fisioterapi, radiologi, dan laboratorium.

G. Etika penelitian

1. Tidak membahayakan atau mengganggu kenyamanan

2. Hak perlindungan dari eksploitasi

3. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden untuk mendapat

informasi yang terbuka yang berkaitang dengan jalannya penelitian,

memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

untuk berpartisipasi dalam penelitian

4. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian

33
Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu,

termaksud informasi yang bersifat pribadi. Tidak semua orang

menginginkan informasinya diketahui orang lain, sehingga peneliti

perlu memperhatikan privasi dan kebebasan individu tersebut.

5. Keadilan dan inklusivitas

Prinsip keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil, penelitian

harus dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berprikemanusian,

kecermatan, intimitas, psikologis, serta perasaan religious responden.

34
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif A.H dan Hardi K. 2015.aplikasi Asuhan Keperawatan

berdasarkan Medis dan nansa Diagnosa Nic, Noc, jilid 2.

Jogjakarta : mediaction

Purwanto H.2016.Keperawatan Medikal Bedah II : Jakarta selatan.

Pusdk SDM kesehatan.

Tanto C dan Riwanti Estiasari. 2014. Kapita selekta kedokteran, edisi

IV, jakarta : Media aesculapius.

Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan, jakarta : EGC

Poltekkes kemenkes palu 2021, panduan penulisan KTI

Endriani, R., Andrini, F., & Alfina, D. (2010). Pola resistensi bakteri

penyebab infeksi saluran kemih (ISK) terhadap antibakteri di

pekanbaru. Jurnal Natur Indonesia di akses tanggal 1 oktober

2021 dari

https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=isk+jurnal&oq=#d=gs_qabs&u=

%23p%3DpByLk-fl0p0J

Budiono 2016 Konsep Dasar Keperawatan, kebayoran jakarta selatan

Darsono, P. V., Mahdiyah, D., & Fahrianti, F. (2016). Gambaran

karakteristik ibu hamil yang mengalami infeksi saluran kemih (ISK)

di wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin. DINAMIKA

KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN di

akses tanggal 1 oktober 2021 dari

35
https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Gambaran+karakteristik+ibu+hamil

+yang+mengalami+infeksi+saluran+kemih+%28ISK

%29+di+wilayah+kerja+Puskesmas+Pekauman+Banjarmasin.

&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DbVIv4mPguVEJ

36

Anda mungkin juga menyukai