Anda di halaman 1dari 78

UROLITHIASIS

 By dr Sylvia Rachman Sp Rad (K ).


 Adanya batu di sepanjang sistim traktus urinarius .
 Urolithiasis
 Nefrolithiasis
 Renal stone
 Epidemiologi:
 Usia 30-60tahun … terbanyak.
terbanyak adalah ..calcium oksalat
batu ini dipengaruhi multifaktor. Antara lain :
geografi, metabolik abnormal. ( ex; batu struvit ..pada
wanita > , infeksi traktus urinarius ).
Latar Belakang

Urolithiasis  pembentukan batu dalam saluran kemih 


kalsium oksalat

Amerika serikat, sekitar 250.000 sampai 750.000


penduduknya menderita urolitiasis setiap tahun, dimana
15% terjadi pada laki- laki dan 6% terjadi pada perempuan

Di Indonesia urolitiasis  salah satu dari tiga penyakit


terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran
kemih dan pembesaran prostat benigna.
Terbentuknya batu saluran kemih  gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi
saluran kemih, dehidrasi dan keadaan keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik)

Dalam menegakkkan diagnosa pada urolitiasis


memerlukan peranan radiologi
Definisi

Urolitiasis  pembentukan batu


didalam sistem traktus urinarius
sehingga menimbulkan
manifestasi sesuai dengan derajat
penyumbatan yang terjadi ginjal,
ureter, kandung kemih atau uretra.
Anatomi
• Ginjal  batas atas ginjal adalah
Ginjal
vertebra toraks kedua belas, dan batas
bawah ginjal adalah lumbal ketiga. Ginjal
kanan terletak sedikit lebih rendah
(kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri
• Fungsi ginjal :
– Eksresi produk sisa metabolik dan
bahkan kimia asing
– Pengaturan keseimbangan air dan
elektrolit, osmoalitas cairan tubuh
dan konsentrasi elektrolit, tekanan
arteri, keseimbangan asam-basa dan
metabolisme ion kalisum dan vitamin
D
– Sekresi, metabolisme, dan eksresi
homon
– Glukoneogenesis
– Menghasilkan hormon antara lain:
eritropoetin, yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah. Renin
yang berperan dalam mengatur
Vaskularisasi Ginjal
Ureter
 Ureter  berbentuk tabung kecil
yang berfungsi mengalirkan urine
dari pielum ginjal ke dalam buli-
buli
 terdapat beberapa tempat yang
ukuran diameternya relatif lebih
sempit dari pada tempat lain
fungsinya  mencegah terjadinya
aliran balik urine dari vesika
urinria ke ureter atau refluks
vesiko-ureter pada saat buli-buli
Tempat-tempat penyempitan itu antara lain
adalah:
• Pada perabatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi
ureter junction
• Tempat ureter menyilang arteri iliaka di ronggo pelvis
• Pada saat ureter masuk ke vesika urinaria dalam posisi
miring dan berada di dalam otot vesika urinaria (intramural)

Ureter dibagi menjadi dua bagian

• ureter pars abdominalis, yaiu yang berada dari pelvis renalis


sampai menyilang vasa ilika,
• ureter pars pelvika, yaitu mulai dari persilangan dengan vsa
ilika sampai masuk buli-buli.
Vesika urinaria
Vesika urinaria terdiri atas 3
permukaan, yaitu :
•Permukaan superior yang
berbatasan dengan ronggo
peritoneum
•Dua permukaan inferolateral
•Permukaan superior.
Permukaan superior
merupakan lokus minoris
(daerah terlemah) dinding
vesika urinaria.
Vesika urinaria berfungsi
menampung urine dari ureter
dan kemudian
mengeluarkannya melalui
uretra dalam mekanisme miksi
Uretra
• Uretra merupakan tabung yang
menyalurkan urine ke luar dari
vesika urinaria melalui proses miksi.
• Secara anatomis uretra dibagi
menjadi 2 bagian yaitu
– uretra posterior tdd uretra pars
prostatia dan uretra pars
membranesa
– Uretra anterior tdd pars bulbosa,
pars penularis, fossa navukularis dan
meatus uretra eksterna
• Panjang uretra
– wanita  kurang lebih 3-5 cm
– uretra pria dewasa kurang lebih 23-
25 cm (Perbedaan panjang inilah
yang menyebabkan keluhan
hambatan pengeluaran urine lebih
sering ada pria)
Epidemiologi

1,2 juta per tahun penduduk Amerika , dimana 14% terdiri


dari laki- laki dan 6% perempuan akan mengalami
urolitiasis, dengan kemungkinan rekuren sebesar 50%
terjadi dalam 5-10 tahun kemudian dan 75% terjadi kurang
dari 20 tahun.

Analisis jenis BSK di Semarang didapatkan paling banyak


batu Kalsium yaitu Kalium Oksalat (56,3%), Kalsium Fosfat
9,2%, Batu Struvit 12,5%, Batu Urat 5,5% dan sisanya
campuran.
Gangguan aliran air Gangguan
kemih metabolisme
• Fimosis
• Hiperparatiroidisme
Idiopatik •

Striktur meatus
Hipertrofi prostat • Hiperurisemia
• Hiperkalsuria(ekskr
• Refluks vesiko uretral
• Ureterokele esi kalsium urin
• Konstriksi hubungan lebih besar dari 4
ureteropelvik mg/kg/hari)
• Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya
membuat urease (proteus mirabilis)
• Dehidrasi
– Kurang minum, suhu lingkungan tinggi
• Benda asing
– Fragmen kateter, telur sistosoma
• Jaringan mati (nekrosis papil)
• Multifaktor
– Anak di negara berkembang
– Penderita multitrauma
– Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih.
 Jenis batu :
 Calcium oksalat,calcium phosphat…. 75%, dimana 70-
80% lokasi di upper urinary .
 Struvite ( triple phosphate ,magnesium ammonium
phosphate )… 15%.
 Calcium phosphate…5-7%.
 Uric acid …5-8%.
 Cystine…1%.
Gejala Klinis
Pielolitiasis, gejala dan tandanya
• Tidak ada gejala atau tanda
• Nyeri pinggang sisi atau sudut kostovertebral
• Hematuria makroskopik atau mikroskopik
• Pielonefritis atau sistitis
• Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing
• Nyeri tekan kostovertebral
• Batu tampak pada pemeriksan pencitraan
• Gangguan faal ginjal
• Serangan nyeri
• Mual/ muntah
• Kegelisahan
Ureterolitiasis, • Nyeri alih ke regio
gejala dan inguinal
tandanya • Perut kembung (ileus
paralitik)
• Hematuria (apabila ada
sumbatan)
• aliran yang mula- mula lancar secara tiba-
tiba akan terhenti dan menetes disertai
dengan nyeri
3. Kandung • infeksi sekunder, selain nyeri, sewaktu miksi
kemih juga terdapat nyeri menetap suprapubik.

• Umumnya miksi tiba- tiba terhenti, menjadi


menetes dan nyeri
4. Batu
Uretra
Diagnosa
Anamnesis
Keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien :

Nyeri kolik yg disebabkan aktivitas peristaltik otot polos sistem


kaliks ataupun ureter meningkat karena usaha pengeluaran batu

Bisa juga ditemukan nyeri non kolik apabila terjadi peregangan


kapsul ginjal dan terjadi hidronefrose

Batu yang terdapat di distal ureter dirasakan oleh pasien saat


kencing atau sering kencing

Hematuria juga sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada


saluran kemih yang diakibatkan batu
• Pernah mengalami penyakit akibat
sumbatan batu sebelumnya atau adanya
Adanya riwayat keluarga yang mempunyai
keluhan yang sama
riwayat yang • Diet (tinggi garam dan oxalat)
berhubungan • Konsumsi cairan yang tidak mencukupi
kebutuhan tubuh
dengan • Obat- obatan
peningkatan • Penyakit lainnya (seperti gout, diabetes,
faktor resiko : IBD)
• Imobilisasi
• Operasi saluran kemih atau digestiv
Pemeriksaan Fisik
Jika terdapat demam juga difikirkan
adanya urosepsis

Nyeri ketok di daerah kosto-vertebra

Teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat


hidronefrosis

Ditemukan tanda-tanda gagal ginjal,


retensi urine dan jika disertai infeksi
didapatkan demam/menggigil.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan sedimen urine : Menunjukan
adanya leukosit, Hematuria, dijumpai
kristal-kristal pembentuk batu.
Pemeriksaan kultur urine mungkin
menunjukkan adanya adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal
Mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi
ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani
pemeriksaan foto IVP.

Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga


sebagai penyebab timbulnya batu saluran kemih
(kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam
darah dan urine).
Pencitraan
Radiografi diperlukan untuk :
• Menegakan diagnosis pasti
• Mengetahui letak batu dan
ukuran dari batu
• Untuk memprediksi tindakan
medis apa yang harus dilakukan
Diagnosis Banding
Kolelithiasis yang
tumpang tindih Kalsifikasi
dengan ginjal pankreas
kanan

Kalsifikasi arteri
Flebolith
renal
Peran pencitraan :

Pemastian diagnosis klinis

Menilai lokasi batu, memastikan ukuran


dan densitas batu

Penatalaksanaan selanjutnya
Gambaran radiografi urolithiasis
Pencitraan :
BNO

IVP

Ultrasonografi

CT- Scan.
BNO
•Foto polos •Skrining • Batu
abdomen untuk kalsium
pemeriksaan yang
dengan
kelainan- berukuran
persiapan 1-2 mm
kelainan
• Batu
• Bayangan, urologi
xystine
ukuran, yang
posisi •Sensitivitas berukuran
antara 44%- 3-4 mm
77% • Kecuali
radiolusen
 Pada foto polos abdomen / KUB /BNO :
 Tanpa persiapan .
 Dengan persiapan .

 Harus bisa membedakan :


 Cholelithiasis.
 Pankreatic kalsifikasi .
 Phlebolith .
 Kalsifikasi lymph node pada mesenterika.
 Renal arteri kalsifikasi .
Batu Ginjal Batu Ureter Batu Staghorn Batu Ginjal
IVP (Intravenous Pyelography)
Indikasi IVP :
• Nyeri
Kelainan pinggang
Tipe X-ray yang anatomi
dapat • Hematuria
dan
menggambarka kelainan • Frequency
n keadaan fungsi (sering
ginjal miksi)
system urinaria
• Dysuria
melalui bahan
kontras radio- • Suspected
renal
opak
calculus
• Tumor ginjal
URETHROCYSTOGRAFI
USG (Ultrasonografi)

Gelombang suara Batu non opak Batu >5mm


(ultrasound) terdeteksi sensitifitas 95%
frekuensi 1-10 sebagai echoic dan dengan
MHz. shadow. spesifitas hampir
100%, batu yang
Aman, berkali- Mendeteksi batu lain 78% dan 31%
kali kaliks, pelvis,PUJ
, VUJ dan
Membedakan pelebaran sistem
antara massa traktur urinarius
padat bagian atas.
(hiperekoik)
dengan massa
kistik
(hipoekoik),
 Kelemahan :
 Orang yang gemuk.
 Tidak kooperatif .
 Batu yang kecil
 Lokasi batu --- ureter ,
Indikasi :
•Kolik renal/ureter
•Suspek masa ginjal
•Ginjal yang tidak berfungsi pada urografi
•Hematuria
•Infeksi kemih yang rekuren
•Trauma
•Suspek penyakit polikistik
•Gagal ginjal dengan penyebab yang tidak diketahui
 CT Scan …. CT urologi … menggantikan IVP.
 lebih akurat .
 Batu yang tidak radioopaqe ( atau radiolucent ) ..
Terlihat.
 Lokasi, ukuran ( kecil ), jumlah , densitas ,
 Bisa membedakan dengan phlebolith.
Batu ginjal kiri Batu UVJ kiri
Scan tanpa kontras
 Diagnostik yang akurat
 99% batu termasuk batu radiolusen akan terlihat
 Membedakan komposisi batu
 Mengenal secondary sign
 Mahal dan tidak tersedia pada setiap daerah
CT Scan normal batu pelvis renal batu ureter
staghorn stone pelvocalic ginjal kiri. dilatasi ureter ,pelvocalic proximal ureter
Prognosis:
 Letak batu  obstruksi  mempermudah infeksi
 Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi 
penurunan fungsi ginjal
 Makin besar batu  makin buruk prognosis
KOMPLIKASI
 Terbentuk abses
 Pyelonefritis
 Terbentuk fistula urinarius
 Perforasi ureter
 Urosepsis yang bisa disebabkan oleh obstruksi
 Obstruksi total selama 48 jam  kerusakan ginjal
irreversible
KOMPLIKASI
 Terbentuk abses
 Pyelonefritis
 Terbentuk fistula urinarius
 Perforasi ureter
 Urosepsis yang bisa disebabkan oleh obstruksi
 Obstruksi total selama 48 jam  kerusakan ginjal
irreversible
By dr Sylvia Rachman Sp Rad ( K ),
Kista ginjal adalah : kumpulan cairan didalam
kantong/rongga yang dilapisi oleh epitel didalam
ginjal.

Penyebabnya – belum jelas .


Yang banyak ditemukan : simple cyst – tanpa
komplikasi.
 Simple cyst: terdeteksi waktu pemeriksaan yang lain .
 Tanpa gejala.
 Umumnya – tidak perlu terapi .

 Epidemiologi :
 Dapat ditemukan pada semua usia.
 27 % --- usia > 50 tahun ---- simple cyst .
 Komplikasi :
 Jarang – dapat terjadi :
 - infeksi.
 -perdarahan /ruptur.
 Obstruksi ginjal ---- hydronefrose .
 Diagnosa :
Peranan dari – USG .
- CT Scan
- MRI .
Untuk menegakkan diagnosa , ukuran,jumlah , jenis ,
apakah murni kista atau tumor .

Kista ginjal: ada yangsolitary ataupun multiple.


Dengan bertambah usia --- kecenderungan ukuran
bertambah , jumlah bertambah .
 Solitary – simple cyst .
 Multiple – complex renal cyst

 Bersifat : herediter .
 non herediter
 Herediter / genetik :
Dikenal : Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease. (
ADPKD).

Simple cyst :
Non herediter .
Tipe cortical keluar parenkim.
Oval/ bulat.
Dinding tipis, a vaskuler.
Unilateral, bilateral.
Ukuran bervariasi.
Dapat menimbulkan distorsi renal countur .
 Bosniak classification system :
 Untuk evaluasi kista ginjal dengan pemeriksan CT
Scan .
 Dapat menentukan jenisnya – aman, followup, resiko
atau malignant .
 Bosniak I :
 Simple cyst, bulat, batas tegas, dinding rata.
 Tidak perlu follow-up
 0 % malignant .

 Bosniak 2 :
 Minimal complex .
 Tipis ( < 1 mm ), bersepta ( 1-2 ).
 Sedikit Calcium .
 0% malignant
 Bosniak 2 F ;
 Septa >
 Calciumlebih tebal.
 Diameter > 3cm , intra renal, tidak enchance,
 Follow-up dengan USG / CT .
 % malignant … 25 % .
 Bosniak 3 :
 Dinding tebal, multisepta.
 Mural nodul.
 Hiperdens .
 54% malignant .
 Bosniak 4:
 Malignant, solid mass, dengan didalamnya lesi kistik
atau nekrotik.
 100% malignant.
 Cystic kidney disease :
 - autosomal Dominant Polycystic kidney disease .(
ADPKD ).
 Acquired cystic Disease of the kidney ( ACKD ).
 Von Hippel –Lindau disease.
 Tuberous sclerosis .
 ADPKD :
 ( autosomal Dominant Polycystic kidney Disease ) :
 Herediter .
 Multiple organ system – hepar ( 60-80% ), spleen ( 5%
), pankreas : 7%.
 Hipertensi– renal failure
 ACKD ( acquired cystic kidney Disease ).
 Pada anak dan dewasa.
 Sering pada end stage renal disease – ps . Dengan
hemodialisa
 Insiden : 47%- 87 % .
 Penyebab pasti belum diketahui– iskemik, fibrosis .
 Ginjal terlihat kecil, dengan beberapa kista – 3-5 kista .
 Bilateral.
 Von Hippen Lindau disease:

 Genetic disorder … jarang


 Autosomal dominant mendellian pattern .
 Ditandai dengan viceral cyst pada multiple organ
 Potensial jadi ganas .

 Organ yang dikenai:


 Retina, CNS,
 Hemangioblastoma
 Multiple cyst pankreas, ginjal. ---- renal cyst carcinoma

Anda mungkin juga menyukai