KELOMPOK 5 :
RAHMANDANI REZA SAPUTRA (P07120419038)
BAIQ IGA DWI ERDIANA (P07120419042)
HIKMATUL AROPAH (P07120419048)
NI MADE NONIK KARSANI (P07120419055)
TITIN FIBRYANTI (P07120419068)
DEFINISI
• Menurut Karch (2008) dan Glendle (2007) ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya retensi urin, antara lain:
• Supra Vesikal (kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis yaitu pada
S2-S4 setinggi T12-L1). Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik
sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada keadaan pasca operasi,
kelainan medulla spinalis yang ditandai dengan rasa sakit yanghebat.
• Vesikal (kelemahan otot detrusor karena lama mengalamiperegangan)
• Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur,
batu kecil, tumor pada leher vesika, ataufimosis.
ETIOLOGI
Menurut Selius Brian (2008) secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi
menjadi 5 jenis yaitu akibat obstruksi, infeksi,farmakologi, neurologi, dan faktor trauma.
Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang
mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra,
phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari
sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher
buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang terbanyakadalah
akibat pembesaran prostatjinak.
Pengeluaran urin secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan
otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem
saraf simpatis yang mempunyai neurotransmitter utama yaitu asetilkholin,
suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian, impul afferent
ditransmisikan ke saraf sensori pada ujung ganglion dorsal spinal sakral
segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak
menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sacral spinal. Selama
fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis
sacral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.
Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi
pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus
pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter
eksterna. Hasilnya keluarnya urin dengan resistensi saluran yang minimal.
Retensi post partum paling sering terjadi.Setelah terjadi kelahiran per
vagina m spontan, disfungsi kandung kemiht erjadi 9-14% pasien, setelah
kelahiran menggunakan forcep, angka ini meningkat menjadi 38%. Retensi
ini biasanya terjadi akibat dari dissinergis antara otot detrusor-sphincter
dengan relaksasi uretra yang tidak sempurna yang kemudian menyebabkan
nyeri dan edema. Sebaliknya pasien yang tidak dapat mengosongkan
kandung kemihnya setelah section cesaria biasanya akibat dari tidak
berkontraksi dan kurang aktifnya otot detrusor.
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai
rasa sakit yang hebat di daerah supra pubik dan hasrat ingin miksi yang
hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, faktor
obat dan faktor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma
dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal
berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalis menyebabkan kerusakan
simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi
koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau
menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot
detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate,
tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan
obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder
kemudian distensi abdomen.
Faktor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah,
menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine
menurun.Faktor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma
dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal,
spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik. Dari semua faktor
di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena
pengosongan kandungkemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi
bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah
satunya berupa kateterisasi uretra.
MANIFESTASI KLINIS
Merupakan tindakan darurat sementara bila katerisasi tidak berhasil dan fasilitas atau
sarana untuk sistostomi baik trokar maupun terbuka tidak tersedia. Pada tindakan
pungsi buli digunakan jarum pungsi dan penderita segera dirujuk ke pusat pelayanan
dimana dapat dilakukan sistostomi.
• Uretrolitotomy
Ureterolitotomi adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk mengambil batu
ureter baik ureter proksimal (atas) ataupun distal (bawah).
KOMPLIKASI
• Kerusakan vesikaurinaria
Kerusakan pada vesika urinaria yang dapat terjadi pada retensi urin yang berkepanjangan adalah
menurunnya elastisitas vesika urinaria dan menyusutnya kekuatan kontraksi otot vesika urinaria.
Hal ini terjadi karena penumpukan urin yang terus menerus tertahan di dalamvesika urinaria
sehingga vesika urinaria semakin membesar sehingga vesika urinaria tidak dapat berkontraksi dan
berdilatasi secara sempurna.
• Hidronefrosis dan Gagalginjal
Pada retensi urin terjadi penumpukan urin yang berlebih. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut,
tekanan yang meningkat didalam lumen akan
menghambataliranurindariginjaldanuretersehinggaterjadihidroureter dan hidronefrosis dan lambat
laun terjadi gagalginjal.
• Inkontinensia Overflow
Bila tekanan didalam vesika urinaria meningkat dan melebihi besarnya hambatan
didaerah uretra, urin akan memancar berulang-ulang (dalam jumlah sedikit) tanpa
bisa ditahan oleh penderita, sementara itubuli-buli tetap penuh dengan urin.
Keadaan ini disebut inkontinensia paradoksa atau “overflowincontinence”
• Infeksi SaluranKemih
Terjadinya penumpukan urin dalam waktu yang lama dapat menjadi tingginya
resiko terjadinya infeksi saluran kemih (ISK).