Anda di halaman 1dari 22

RETENSI URINE

KELOMPOK 5 :
RAHMANDANI REZA SAPUTRA (P07120419038)
BAIQ IGA DWI ERDIANA (P07120419042)
HIKMATUL AROPAH (P07120419048)
NI MADE NONIK KARSANI (P07120419055)
TITIN FIBRYANTI (P07120419068)
DEFINISI

Retensi urin adalah ketidak mampuan untuk mengosongkan isi


kandung kemih sepenuhnya selama proses pengeluaran urin
(Brunner and Suddarth 2010). Retensi urin adalah keadaan
penumpukan urin di kandung kemih dan tidak mempunyai
kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna (Thomas
et al,2004).
KLASIFIKASI

1. Retensi Urine Akut


Retensi urin yang terjadi tiba- tiba atau bersifat. Ditandai
perasaan ingin berkemih namun ada ketidak mampuan untuk
mengosongkan kandung kemih walaupun kandung kemih dalam
keadaan penuh. Retensi urine yang bersifat akut juga dapat
ditandai dengan pancaran berkemih yang kurang dan beberapa
pasien ada pula yang mengeluh nyeri abdomen bawah yang
mungkin disebabkan akibat distensi kandungkemih.
KLASIFIKASI

2. Retensi Urine Kronik


Retensi urin kronik adalah ketidak mampuan dalam
mengosongkan kandung kemih secara sempurna yang terjadi
secara terus menerus. Pada beberapa kasus, pasien masih dapat
berkemih namun membutuhkan kontraksi otot- otot detrusor
dari bladder sehingga istilahnya adalah mengejan. Namun ada
juga yang sama sekali tidak dapat mengeluarkan urin
ETIOLOGI

Menurut Purnomo (2011) bahwa beberapa penyebab retensi urine :


• Kelemahan otot detrusor: kelainan medula spinalis, kelainan sarafperifer
• Hambatan obstruksi uretra: gumpalan darah, sklerosis leher buli-buli,
hiperplasi prostat, karsinoma prostat, striktur uretra, batu uretra, tumor
uretra, klep uretra, cedera uretra, fimosis, parafimosis, stenosis meatus
uretra.
• Inkoordinasi antara detrusor – uretra : cedera kaudaekuina
ETIOLOGI

• Menurut Karch (2008) dan Glendle (2007) ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya retensi urin, antara lain:
• Supra Vesikal (kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis yaitu pada
S2-S4 setinggi T12-L1). Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik
sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada keadaan pasca operasi,
kelainan medulla spinalis yang ditandai dengan rasa sakit yanghebat.
• Vesikal (kelemahan otot detrusor karena lama mengalamiperegangan)
• Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur,
batu kecil, tumor pada leher vesika, ataufimosis.
ETIOLOGI

• Dapat disebabkan pula oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan


patologi urethra (infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik
kandungkemih.
• Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine),
preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin
Pseudoefedrin hidroklorida (Sudafed), preparat penyekat adrenergic
(Propanolol), preparat antihipertensi (hidralasin).
• Penyebab tersering retensi urin adalah hipertrofi prostat jinak pada pria.
Penyebab lainnya diantaranya adalah ISK. Penyakit neurologis atau
keganasanprostat.
PATOFISIOLOGI

Menurut Selius Brian (2008) secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi
menjadi 5 jenis yaitu akibat obstruksi, infeksi,farmakologi, neurologi, dan faktor trauma.
Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang
mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra,
phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari
sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher
buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang terbanyakadalah
akibat pembesaran prostatjinak.
Pengeluaran urin secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan
otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem
saraf simpatis yang mempunyai neurotransmitter utama yaitu asetilkholin,
suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian, impul afferent
ditransmisikan ke saraf sensori pada ujung ganglion dorsal spinal sakral
segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak
menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sacral spinal. Selama
fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis
sacral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.
Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi
pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus
pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter
eksterna. Hasilnya keluarnya urin dengan resistensi saluran yang minimal.
Retensi post partum paling sering terjadi.Setelah terjadi kelahiran per
vagina m spontan, disfungsi kandung kemiht erjadi 9-14% pasien, setelah
kelahiran menggunakan forcep, angka ini meningkat menjadi 38%. Retensi
ini biasanya terjadi akibat dari dissinergis antara otot detrusor-sphincter
dengan relaksasi uretra yang tidak sempurna yang kemudian menyebabkan
nyeri dan edema. Sebaliknya pasien yang tidak dapat mengosongkan
kandung kemihnya setelah section cesaria biasanya akibat dari tidak
berkontraksi dan kurang aktifnya otot detrusor.
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai
rasa sakit yang hebat di daerah supra pubik dan hasrat ingin miksi yang
hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, faktor
obat dan faktor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma
dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal
berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalis menyebabkan kerusakan
simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi
koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau
menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot
detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate,
tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan
obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder
kemudian distensi abdomen.
Faktor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah,
menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine
menurun.Faktor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma
dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal,
spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik. Dari semua faktor
di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena
pengosongan kandungkemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi
bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah
satunya berupa kateterisasi uretra.
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Jurnal European Assosiation of Urology (M.J. Speakman, 2009):


• Acuturinaryretention(AUR)pasiensecaraumummengeluhkannyeriperut bagian bawah dan
bengkak, ketidakmampuan untuk buang air kecil atau buang air kecil dengan jumlah yang
sedikit, teraba massa didaerah pelvis serta hasil perkusi adalahdullness.
• Cronic urinary retention (CUR) ketika ditemukannya reidu urine sebesar 300 cc sampai 500 cc
pada kandung kemih, dapat pula disertai BAKsangat sedikit, frekuensi BAK yang sering,
kesulitan untuk memulai berkemih sampai pada tanda dan gejala adanya gagal ginjal. Pada
CUR biasanya sering diikuti oleh infeksi pada tractus urinary akibat adanya penumpukan
residuurin.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan mampu memilih berbagai


pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis, diantaranya adalah
pemeriksaan laboratorium, pencitraan (imaging).
• Foto polosabdomen
Sangat diperlukan sebelum melakukan pemeriksaan penunjang saluran
kemih.
• Ureum danelektrolit
Digunakan untuk menentukan indeks fungsi ginjal.
• Kultur dan sensitivitasMSU
Berhubungan dengan infeksi, termasuk sitologi jika dicurigai terdapat
tumor.
• Sistografi
Untuk memeriksa katup uretra, striktur. Sistografi adalah pemeriksaan
radiografik kandung kemih, setelah kandung kemih diisi oleh suatu
medium kontras.
• IVU (InravenousUrography)
Indikasi untuk pemeriksaan batu ginjal/kandung kemih. Pasen dengan
retensi urin dan infeksi saluran kemih dianjurkan untuk melakukan
ultrasonografi dibandingkan IVU.
• Urodinamik
Merupakan suatu studi atau penelitian fungsi kandung
kemih.Urodinamik ini memberikan penjelasan keterkaitan untuk
pengeluaran dan penyimpanan di bladder dan uretra.
• Urinanalisis
Adanya darah dalam urine bisa disebabkan karena kelainan dibagian
mana pun dari saluran kemih. Jumlah darah yang sedikit saja bisa secara
signifikan mengubah warna urin menjadi merah mudah atau merah.
• Uroflometri
Uroflowmetri adalah pencatatan tentang pancaran urin selama proses
miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi
gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah yang tidak invasif.
• Uretrografi
Uretrografi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras.
Bahan kontras dimasukkan langsung melalui klem Broadny yang
dijepitkan pada glans penis.
• Uretrosistoskopi
Pemeriksaan ini secara visual dapat mengetahui keadaan uretra prostatika
danbuli-buli.Terlihat adanya pembesaran,obstruksi uretra dan leher buli-
buli, batu buli-buli, selule dan divertikel buli-buli.
• Ultrasonografi
Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah menangkap gelombang bunyi
ultra yang dipantulkan oleh organ-organ (jaringan) yang berbeda
kepadatannya. Pemeriksaan ini tidak invasif dan tidak menimbulkan efek
PENATALAKSANAAN

Menurut Lewis (2011) penatalaksanaan retensi urin dibagi menjadi dua:


• Kateterisasi
Pada retensi urin akut, pengobatannya dimulai dengan memasukkan katetermelewati
uretra untuk mengosongkan kandung kemih. Pengobatan awal ini untuk mengurangi
kesakitan dari kandung kemih yang penuh dan mencegah kerusakan kandung kemih yang
permanen.
• Sistostomi Suprapubik
Sistostomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengalirkan kencing melalui lubang
yang dibuat di supra pubik untuk mengeluarkan urine dari buli-buli serta mangatasi
retensi urine dan menghindari komplikasi
• Pungsi buli-buli

Merupakan tindakan darurat sementara bila katerisasi tidak berhasil dan fasilitas atau
sarana untuk sistostomi baik trokar maupun terbuka tidak tersedia. Pada tindakan
pungsi buli digunakan jarum pungsi dan penderita segera dirujuk ke pusat pelayanan
dimana dapat dilakukan sistostomi.
• Uretrolitotomy
Ureterolitotomi adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk mengambil batu
ureter baik ureter proksimal (atas) ataupun distal (bawah).
KOMPLIKASI

• Kerusakan vesikaurinaria
Kerusakan pada vesika urinaria yang dapat terjadi pada retensi urin yang berkepanjangan adalah
menurunnya elastisitas vesika urinaria dan menyusutnya kekuatan kontraksi otot vesika urinaria.
Hal ini terjadi karena penumpukan urin yang terus menerus tertahan di dalamvesika urinaria
sehingga vesika urinaria semakin membesar sehingga vesika urinaria tidak dapat berkontraksi dan
berdilatasi secara sempurna.
• Hidronefrosis dan Gagalginjal

Pada retensi urin terjadi penumpukan urin yang berlebih. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut,
tekanan yang meningkat didalam lumen akan
menghambataliranurindariginjaldanuretersehinggaterjadihidroureter dan hidronefrosis dan lambat
laun terjadi gagalginjal.
• Inkontinensia Overflow
Bila tekanan didalam vesika urinaria meningkat dan melebihi besarnya hambatan
didaerah uretra, urin akan memancar berulang-ulang (dalam jumlah sedikit) tanpa
bisa ditahan oleh penderita, sementara itubuli-buli tetap penuh dengan urin.
Keadaan ini disebut inkontinensia paradoksa atau “overflowincontinence”
• Infeksi SaluranKemih
Terjadinya penumpukan urin dalam waktu yang lama dapat menjadi tingginya
resiko terjadinya infeksi saluran kemih (ISK).

Anda mungkin juga menyukai