Anda di halaman 1dari 9

RETENSI URINE

RETENSIO URIN
DEFINISI
Retensi Urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk
mengeluarkan urin yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal
buli-buli terlampaui

EPIDEMIOLOGI

Hasil penelitian di Amerika 20% penderita Benigna Prostat Hiperplasia terjadi pada
usia 41-50 tahun, 50% terjadi pada usia 51-60 tahun dan 90% terjadi pada usia 80
tahun
ETIOLOGI
◦ 1. Supravesikal
◦ Kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis S2 - S4.
◦ Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya.
◦ Kelainan medulla spinalis, misalnya meningokel, tabes dorsalis, atau spasmus sfinkter
yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
◦ 2. Vesikal
a. Kelemahan otot detrusor karena lama teregang.
B. Divertikel yang besar.
◦ 3. Infravesikal
◦ Pembesaran prostate.
◦ Kekakuan leher vesika.
◦ Striktur urethra
◦ Batu urethra
◦ Tumor.
◦ Fimosis.
KLASIFIKASI
Retensi urin akut : ketidakmampuan berkemih yang tiba-tiba dan disertai rasa sakit
meskipun buli-buli terisi penuh.
tidak dapat berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai
rasa nyeri

Retensi urin kronik : retensi urin tanpa rasa nyeri yang disebabkan oleh peningkatan
volume residu urin yang bertahap  tidak bisa kencing. pada pembesaran prostat,
pembesaran sedikit-sedikit, bisa kencing sedikit tapi bukan karena keinginannya
sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada tekanan sfingternya.

Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak lancar , sulit
memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung kemih
dengan sempurna
PATOFISIOLOGI
◦ fase pengisian  pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi
bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih
◦ Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis  aktivitas
kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari
kandung kemih dan proksimal uretra.

Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan otot
detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf
parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkholin, suatu agen
kolinergik
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan Fisik
1. Anamnesis Inspeksi:
◦ Tidak bisa kencing atau kencing Penderita gelisah
menetes /sedikit-sedikit Benjolan/massa perut bagian bawah
Tergantung penyebab : batu dimeatus eksternum,
◦ Nyeri dan benjolan/massa pada pembengkakan dengan/tanpa fistulae didaerah penis
perut bagian bawah dan skrotum akibat striktura uretra, perdarahan per
uretra pada kerobekan akibat trauma.
◦ Riwayat trauma: "straddle", perut
bagian bawah/panggul, ruas tulang Palpasi dan perkusi:
belakang. Teraba benjolan/massa kistik-kenyal (undulasi) pada
perut bagian bawah.
◦ Pada kasus kronis, keluhan uremia
Bila ditekan menimbulkan perasaan nyeri pada pangkal
penis atau menimbulkan perasaan ingin kencing yang
sangat mengganggu.
Terdapat keredupan pada perkusi.
ETIOLOGI
◦ Pemeriksaan urin lengkap
◦ Uroflowmetri.
◦ Foto polos abdomen.
◦ Urethrografi
◦ Uretrosistoskopi.
◦ Ultrasonografi.
◦ Urodinamik
PENATALAKSANAAN
◦ Penanganan pada retensi urin akut berupa : kateterisasi – bila gagal – dilakukan
Sistostomi.

Indikasi kateterisasi :

Mengeluarkan urin dari buli-buli pada keadaan obstruksi infravesikal, baik


yang disebabkan oleh hiperplasia prostat maupun oleh benda asing
(bekuan darah) yang menyumbat uretra.
Mengeluarkan urin pada disfungsi buli-buli.
Diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah, yaitu
pada operasi prostatektomi, vesikolitektomi.
Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi
uretra.
Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain sitostatika atau antiseptik
untuk buli-buli.

◦ Kontraindikasi kateterisasi :
Ruptur uretra, ruptur buli-buli, bekuan darah pada buli-buli.

Anda mungkin juga menyukai