Anda di halaman 1dari 44

Kelas 3B sarjana terapan program profesi ners

Anggota :
1. Juana inanta
2. Khofifah najwaturrizkaen
3. Linda amelia sari
4. Mindratu
5. Muhammad hilal
6. Ni kadek puja
7. Ni made nonik
8. Nofita afiani arsih
9. Nur aini mufida
10. Puspita oktafani
11. Putri nurul zakilla
12. Rana nirwana

PENDIDIKAN KESEHATAN
PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Definisi NAPZA dan
Penyalahgunaaan NAPZA
Definisi NAPZA
Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan (BNN, 2004)

NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa


bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko
penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa
sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau
NAPZA lain yang di konsumsi (Kemenkes RI, 2010).
Menurut Undang- Undang No. 22 Tahun 1997 yang dimaksud
NARKOTIKA meliputi :

Golongan Golongan Golongan


Opiat Kanabis Koka
2018

Heroin, Ganja, Kokain,


Morfin, Hashish. Crack.
Madat, dll.
NAPZA tergolong zat psikoaktif. Yang dimaksud zat psikoaktif
adalah zat yang terutama berpengaruh pada otak sehingga
menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi,
dan kesadaran.

Sedangkan NARKOBA adalah kependekan dari Narkotik dan Obat


Berbahaya. Dikatakan kependekan mungkin kurang tepat karena :
1. Semua obat bisa berbahaya (insulin, pensilin, adrenalin)
2. Yang disalahgunakan tidak hanya obat, melainkan Ganja,
ecxtasy, heroin, kokain, tidak digunakan sebagai obat lagi.
3. Psikotropika, yang mempunyai UU tersendiri tidak tercermin
dalam akronim itu.
Zat psikotropika yang sering disalahgunakan (menurut
WHO 1992) adalah :

1. Alkohol (semua minuman beralkohol)


2. Opioida (heroin, morfin, pethidin, candu)
3. Kanabinoida (ganja = mariyuana, hashish)
4. Sedativa/hipnotika (obat penenang/obat tidur)
5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, creck
6. Stimulansia lain, termasuk kafein, ecxtasy, dan shabu-shabu
7. Halusinogenika; Isd, mushroom, mescalin
8. Tembakau (mengandung nikotin)
9. Pelarut yang mudah menguap seperti : aseton, glue, atau
lem.
10. Multiple (kombinasi) dan lain-lain, misalnya : kombinasi
heroin dan shabu-shabu, alkohol dan obat tidur.
Golongan NAPZA
A. Narkotika
1. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu


pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan (contoh: heroin/putauw: Reaksi dari
pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan
perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya
dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya
diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi.
2. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan


sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatan
ketergantungan (contoh: morfin, petidin).
3. Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (contoh: kodein)
Golongan NAPZA
B. Psikotropika
1. Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk


kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh:
ekstasi, shabu, LSD).
2. Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat


digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindrom ketergantungan.

(Contoh: Amfetamin : obat yang bisa digunakan


untuk mengobati gangguan hiperaktif atau disebut
juga dengan attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD). Selain gangguan hiperaktif dan narkolepsi,
obat ini juga bisa digunakan oleh penderita obesitas
dalam menurunkan berat badan.
3. Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sidnrom ketergantungan (Contoh:
Pentobarbita: diindikasikan untuk perawatan Pra-
anestesi, Antikonvulsan, Obat penenang, Obat
penenang, Flunitrazepam: obat jenis benzodiazepin
untuk mengobati keluhan tidur dan dalam frekuensi
yang jarang sebagai obat bius).
4. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas serta mempun


yai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: Di
azepam, Nitrazepam, Seperti Pil KB, Pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Golongan NAPZA
C. Zat Adiktif
Zat Adiktif

Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan
dapat meni mbulkan kecanduan atau ketergantungan.
Contohnya : rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang
memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thinner dan zat-zat
lain (lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bisa
dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan)
Golongan NAPZA
D. Zat Psikoaktif
Zat Psikoaktif

Golongan zat yang bekerja secara selektif,


terutama pada otak sehingga da pat
menimbulkan perubahan pada: perilaku, emosi,
kognitif, persepsi.
• Rentang Respon
Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat. Indikator
dari rentang respon berdasarkan peilaku yang ditampakk an oleh remaja dengan gangguan
penggunaan zat adiktif. (AH Yusuf dkk, 2015)

Respon adaptif

Maladaptif Respon

Simple PowerPoint Presentation

Eks-perimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan Ketergantungan


Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental use)
Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau coba-coba. Biasanya mencoba mengisap rokok,
ganja, atau minum- minuman beralkohol.
2. Tahap pemakaian sosial (social/recreational use)
Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara tertentu), ingin diakui/diterima
kelompoknya. Mula-mula NAPZA diperoleh secara gratis atau dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif mencari
NAPZA.
3. Tahap pemakaian situasional (sitiational use)
Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres. Pemakaian NAPZA sebagai cara mengatasi
masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.
4. Tahap habituasi/kebiasaan (abuse)
Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut juga penyalahgunaan NAPZA, terjadi
perubahan pada faal tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti dnegan teman pecandu. Ia menjadi sensitif, mudah
tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya.
5. Tahap ketergantungan (dependence use)
Ia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara. Berbohong, menipu, atau mencuri menjadi
kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat mengendalikan penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya.
Hubungan dengan keluarga dan teman-teman rusak.
Zat Adiktif Yang Disalahgunakan

Golongan Jenis
Opioida Morfin, heroin (puthao), candu, kodein, petidin
Kanabis Ganja (Mariyuana), minyak hasish
Kokain Serbuk kokain, daun koka
Alkohol Semua minuman yang mengandung ethyl alkohol,
Sedative-hipnotik Sedatin (BK), rohipnol, mogadon, dulomid, nipam mandrax
MDA (Methyl Dioxy Ekstasi
Amphetamine)
Halusinogen LSD, meskalin, jamur, kecubung
Solven & Inhalasi Glue (aica aibon), aceton, thinner, N2O
Nikotin Terdapat dalam tembakau
Kafein Terdapat dalam kopi
Efek yang Ditimbulkan

N Jenis Cara penggunaan Efek pada Tubuh


o
1 Opium, heroin, morfin Dihirup melalui hidung, disuntikan melalui otot atau pe mbuluh Merasa bebas dari rasa sak it, tegang, euphoria
darah vena

2 Kokain Ditelan bersama minuman, diisap seperti rokok atau disuntikan Merasa gembira, bertenaga lebih percaya diri

3 Kanabis, mariyuana, ganja Dicampur dengan tembakau Rasa gembira, lebih percaya diri, relaks

4 Alkohol Diminum Bergantung kandungan alkoholnya

5 Amfetamin Diisap, ditelan Merasa lebih percaya diri, mengurangi rasa lelah, me
ningkatkan konsentrasi

6 Sedative Ditelan Merasa lebih santai, menyebabkan kantuk

7 Shabu-shabu Diisap Badan serasa lebih segara, gembira, nafsu makan


menurun, lebih percaya diri

8 XTC Ditelan Meningkatkan kegembiraan, stamina meningkat

Perasaan melayang (fly), muncul halusinasi yang


9 LSD Diisap atau ditelan
bent uknya berbeda pada tiap individu
Faktor Risiko
Penyalahgunaan NAPZA
Pola asuh dalam keluarga sangat besar
pengaruhnya terhadap penyalahgunaan
NAPZA. Pola asuh orang tua yang
demokratis dan terbuka mempunyai risiko
penyalahgunaan NAPZA lebih rendah
dibandingkan dengan pola asuh orang tua
01 Faktor Genetik dengan disiplin yang ketat.

Risiko faktor genetik didukung oleh hasil Lingkungan


penelitian bahwa remaja dari orang tua Keluarga 02
kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4
kali sebagai peminum alkohol dibandingkan
remaja dari orang tua angkat alkoholik.
Faktor Risiko
Penyalahgunaan NAPZA

1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
Pergaulan
03 (teman sebaya)

Menurut Hawari (2006) perkenalan pertama Karakteristik


dengan NAPZA justru datangnya dari teman Individu 04
kelompok. Pengaruh teman kelompok ini
dapat menciptakan keterikatan dan
kebersamaan, sehingga yang bersangkutan
sukar melepaskan diri.
Dampak Penyalahgunaan NAPZA
1. Terhadap kondisi fisik
Akibat zat itu sendiri

Contohnya:
1. Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga
mudah terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran
darah koroner.
2. Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat
hidung, jangka panjang terjadi anemia dan turunnya berat
badan.
3. Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi, misalnya:
gangguan lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan
pada otot jantung dan saraf, gangguan metabolisme, cacat
janin dan gangguan seksual.
1. Akibat bahan campuran/pelarut:bahaya yang mungkin
timbul: infeksi, emboli.
2. Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril: Akan terjadi
infeksi, berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
3. Akibat pertolongan yang keliru: Misalnya dalam keadaan
tidak sadar diberi minum.
4. Akibat tidak langsung: Misalnya terjadi stroke pada
pemakaian alkohol atau malnutrisi karena gangguan absorbsi
pada pemakaian alkohol.
5. Akibat cara hidup pasien: Terjadi kurang gizi, penyakit
kulit, kerusakan gigi dan penyakit kelamin.
• Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Terhadap kehidupan mental emosional


Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan
perubahan pada kehidupan mental emosional yang 0
bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak wajar.

Terhadap kehidupan social


Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan
mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau
sekolah. Pada umumnya prestasi akan menurun, lalu
dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan untuk
menyalahgunakan obat.
Terhadap Tingkah Laku

Menurut Prabowo, Eko 2014 menyatakan dampak narkoba sebagai berikut:


1. Tingkah Laku Klien Pengguna Zat Sedatif Hipnotik
• Menurunnya sifat menahan diri
• Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
• Bicara cadel, bertele-tele
2. Tingkah Laku Klien Pengguna Ganja
• Kontrol didi menurun bahkan hilang
• Menurunnya motivasi perubahan diri
• Ephoria ringan
3, Tingkah Laku Klien Pengguna Alcohol
• Sikap bermusuhan
• Kadang bersikap murung, berdiam
• Kontrol diri menurun
4. Tingkah Laku Klien Pengguna Halusinogen
• tingkah laku tidak dapat diramalkan
• Tingkah laku merusak diri sendiri
• Halusinasi, ilusi
Pencegahan NAPZA
• Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada
mereka, individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang
memiliki risiko tinggi terhadap penyalahgunaan NAPZA, untuk
melakukan intervensi agar individu, kelompok, dan masyarakat
waspada serta memiliki ketahanan agar tidak menggunakan NAPZA
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini
antara lain :
1. Penyuluhan tentang bahaya narkoba dan upaya-upaya pencegahan yang bisa
di lakukan.
2. Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.
3. Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.
4. Bisa juga di lakukan dengan metode yang sudah di rekomendasikan oleh
UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) yaitu pencegahan
penyalahgunaan narkoba dengan melalui berbasis ilmu pengetahuan.
• Pencegahan sekunder

Pencegahan Sekunder adalah untuk menginisiasi penyalahguna


narkoba yang baru saja menggunakan atau mencoba-coba. Mereka
perlu disadarkan supaya nantinya tidak berkembang menjadi
pecandu karena efek adiktif dari narkoba yang dikonsumsi.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini


antara lain :

1. Layananan informasi dan konsultasi


2. Konseling
3. Rujukan
4. Fasilitas dan penguatan kelompok
5. Pembinaan olahraga dan kesenian
6. Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu
• Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah menjadi
penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan rehabilitasi
untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan pencegahan terhadap
penyalahgunaan NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan melakukan
pendampingan yang dapat membantunya untuk mengatasi masalah
perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun dengan melakukan rehabilitasi
kembali.

Adapun tahap-tahap dalam pencegahan tersier ini, yaitu :


1. Tahap Menjauhkan diri. Bisa berlangsung selama 2 tahun sejak tanggal
penggunaan terakhir.
2. Tahap Konfrontasi. Berlangsung mulai akhir tahap 1 sampai selama 5 tahun
tidak menggunakan secara konsisten.
3. Tahap Pertumbuhan. Berlangsung selama 5 tahun atau lebih.
4. Tahap transformasi. Sudah melanjutkan gaya hidup yang baru yang
ditemukan pada tahap pertumbuhan.
Penanggulangan
Penggunaan NAPZA
Pengobatan
Detoksifikasi Detoksifikasi
Tanpa Subsitusi dengan Substitusi

Klien ketergantungan putau (heroin) yang Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
berhenti menggunakan zat yang secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama
mengalami gajala putus zat tidak diberi pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang
obat untuk menghilangkan gejala putus menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat
zat tersebut. penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau
sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat
tersebut (Purba, 2008).
1. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi
Rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan penyalahgunaan NAPZA benar-benar sehat secara fisik. Termasuk
dalam program rehabilitasi medik ini ialah memulihkan kondisi fisik
2. Rehabilitasi Psikiatrik
Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi yang semula bersikap dan bertindak antisosial dapat
dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan sesama rekannya maupun personil yang
membimbing atau mengasuhnya.
3. Rehabilitasi Psikososial
Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi dapat kembali adaptif bersosialisasi
dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah, di sekolah/kampus dan di tempat kerja.
4. Rehabilitasi Psikoreligius
Unsur agama dalam rehabilitasi bagi para pasien penyalahguna NAPZA mempunyai arti penting dalam mencapai
penyembuhan. Unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dam memperkuat rasa percaya diri, harapan dan
keimanan
5. Forum Silaturahmi
.Tujuan yang hendak dicapai dalam forum silaturahmi ini adalah untuk memantapkan terwujudnya rumah tangga/keluarga
sakinah yaitu keluarga yang harmonis dan religius, sehingga dapat memperkecil kekambuhan penyalahgunaan NAPZA
6. Program Terminal
yaitu program persiapan untuk kembali melanjutkan sekolah/kuliah atau bekerja
 
Fungsi Perawat

1. Independent
Fungsi independent perawat adalah ”those activities that are considered to be within nursing’s scope of
diagnosis and treatment”.
Dalam kaitan dengan penanggulangan penggunaan NAPZA tindakan perawat diantaranya :
1. Pengkajian klien pengguna NAPZA.
2. Membantu klien pengguna NAPZA memenuhi kegiatan sehari-hari.
3. Mendorong klien berperilaku secara wajar.
2. Interdependent
Fungsi interdependent perawat adalah ”carried out in conjunction with other health team members”.
melakukan kolaborasi rehabilitasi klien pengguna NAPZA, dimana perawat bekerja dengan psikiater,
social worker, ahli gizi juga rohaniwan,
3. Dependent
Fungsi dependent perawat adalah “the activities perfomed based on the physician’s order”.
pada tindakan detoksifikasi NAPZA.
PERAN PERAWAT
1. Provider/Pelaksana
Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai penyedia layanan keperawatan
(praktisi).
2. Edukator/Pendidik
Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat melakukan pendidikan
kesehatan tentang NAPZA dan dampaknya bagi kesehatan kepada klien.
3. Advocat
Peran ini dilaksanakan dengan berupaya melindungi klien, mengupayakan terlaksananya
hak dan kewajiban klien.
4.Peneliti
Peran perawat ini sangat penting yang harus dimiliki oleh semua perawat pasien. Sebagai
peneliti perawat harus melakukan kajian-kajian keperawatan pasien, yang dapat
dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan.
5. Pengelola Keperawatan
Pengelola keperawatan berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus seperti
koordinasi, mengorganisasi dan mengintegrasikan pelayanan bagi perbaikan individu dan
keluarga.
Masalah Yang Sering Timbul
Ancaman kehidupan (kondisi overdosis)
1. Tidak efektifnya jalan napas (depresi system pernapasan) b erhubungan dengan
intoksikasi opioida, sedative hipnotik, alkohol.
2. Gangguan kesadaran berhubungan dengan intoksikasi sedat ive hipnotik,
alkohol
3. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan den gan delirium
tremens (putus zat alkohol)
4. Amuk berhubungan dengan intoksikasi sedative hipnotik
5. Potensial melukai diri/lingkungan berhubugan dengan intok sikasi alkohol,
sedative hipnotik
6. Potensial merusak diri/bunuh diri berhubungan dengan putus zat M DMA
(ekstasi).
Kondisi intoksikasi
1. Cemas berhubungan dengan intoksikasi ganja
2. Perilaku agresif berhubungan dengan intoksikasi sedative hi pnotik,
alkohol
3. Gangguan komunikasi verbal berhubugan dengan intoksika si sedative
hipnotik, alkohol, opionida
4. Gangguan kognitif berhubungan dengan intoksikasi sedativ e hipnotik,
alkohol, kanabis, opioida
5. Gangguan rasa nyaman, seperti mual/muntah berhubungan dengan
intoksikasi MDMA (ekstasi)
Sindroma putus zat (withdrawal)
1. Kejang berhubungan dengan putus zat alkohol, sedative hip notik
Gangguan persepsi (halusinansi) berhubungan dengan putu s zat alkohol, sedative
hipnotik
2. Gangguan proses berpikir (waham) berhubungan dengan pu tus zat alkohol, sedative
hipnotik
3. Gangguan tidur (insomnia, hypersomnia) berhubungan den gan putus zat alkohol,
sedative hipnotik opioida, MDMA (ekstasi)
4. Gangguan rasa nyaman (mual, muntah) berhubugan dengan putus zat alkohol, sedative
hipnotik, opioida
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri sendi, otot, tulang) berhubungan den gan putus zat
opioida.
6. Gangguan afektif (depresi) berhubungan dengan putus zat MDMA (ekstesi)
7. Perilaku manipulative berhubungan dengan putus zat opioid a
8. Terputusnya program perawatan (melarikan diri, pulang paksa) ber hubungan dengan
kurangnya system dukungan keluarga
9. Cemas (keluarga) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan da lam merawat pasien
ketergantungan zat adiktif
10. Potensial gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubu ngan dengan putus zat
opioida.
Pascadetoksikasi (Rehabilitasi)
1. Gangguan pemusata perhatian berhubungan dengan dampa k
penggunaan zat adiktif
2. Gangguan kegiatan hidup sehari-hari (activity daily life-AD L)
berhubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
3. Pemecahan masalah yang tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan, pola asuh yang salah, dan tidak mampu asertif
4. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan den gan
pemecahan masalah yang tidak adekuat sehingga melakukan pen
gguanaan zat adiktif
5. Potensial melarikan diri berhubungan dengan ketergantunga n psikologis
ganja dan alkohol
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai