Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN ASUHAN GIZI

RS MARY CILEUNGSI
2016 - 2018

HEG (HIPEREMESIS GRAVIDARUM)


1. Pengertian (Definisi) Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien hiperemesis gravidarum
yang sistematis, dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga aman,
efektif, dan berkualitas.
2. Asesmen/Pengk Melanjutkan hasil skrining perawat, apabila pasien beresiko malnutrisi dan
ajian atau kondisi khusus. Nutrisionis/Dietisien mengkaji data berat badan,
a. Antropometri tinggi badan, lingkar lengan atas.
b. Biokimia Melihat HB, hematokrit, leukosit, elektrolit dan laboratorium lain terkait
dizi (bila ada)
c. Klinis/Fisik Pasien tampak lemah, mual, muntah, dan perasaan tidakenak di perut
d. Riwayat Makan Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan, rata-rata
asupan makan sebelum masuk RS
e. Riwayat Personal Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini, riwayat
penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen
makanan, status kesehatan mental, serta status kognitif.
3. Diagnosis Gizi Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan mual, muntah dan nafsu
(Masalah Gizi) makan menurun ditandai oleh persentase asupan energi <80% dari total
kebutuhan (NI-1.2)
Diagnosis gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien.
4. Intervensi Gizi
(Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
2. Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang
cukup

Preskripsi diet :
b. Implementasi 1. Karbohidrat tinggu yaitu 75-80 % dari kebutuhan energi total
2. Lemak rendah yaitu < 10 % dari kebutuhan energi total
3. Protein sedang yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total
4. Makanan diberikan dalam bentuk kerig, pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien yaitu 7-10 gelas per hari
5. Makanan mudah cerna, tidak merangasang saluran cerana dan
diberukan sering dalam porsi kecil
6. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam
dan selingan malam
7. Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam posri dan nilai gizi
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
8. Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga dan


c. Edukasi
Penunggu pasien (care giver) tentang pola makan seimbang
d. Konseling Gizi
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
e. Koordinasi dengan tenaga dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
kesehatan lain
5. Monitoring dan Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
Evaluasi maupun negatif dari:
1. Status gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Asupan makanan
6. Re Asesmen Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada hari ke
(Kontrol Kembali) 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan intervensi sesuai
hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah kembali pulang maka re
asesmen di rawat jalan untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan
intervensi (terapi gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit
7. Indikator (Target yang akan 1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
dicapai/Outcome) 2. Status gizi berdasarkan antropometri Berat Badan menurut Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), berat badan menurut
panjang badan/tinggi badan (BB/TB), Indeks Masa Tubuh menurut
Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LLA/U)
8. Kepustakaan 1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien Indonesia
(AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Persatuan Alhi Gizi
Indonesia (PERSAGI).
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013

Anda mungkin juga menyukai