Anda di halaman 1dari 71

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien demam berdarah


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
1. Pengertian
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian :
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Lingkar
Antropometri
Lengan Atas, Lingkar Kepala
Mengkaji data laboratorium seperti HB, HT, Trombosit,
Biokimia
Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Mengkaji adanya anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare,
Klinis/Fisik konstipasi, suhu tubuh, perdarahan saluran cerna, urine output,
gigi geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif
1. Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan
makan, tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai
dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
2. Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam
muntah tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan
asupan cairan 60% dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan
≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 25-35% dari energi total
4. Karbohidrat 55-65% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Cukup cairan dari makanan maupun minuman
7. Makanan bervariasi
8. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
9. Mudah dicerna porsi kecil sering
10. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
11. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
b. Implementasi 12. Jalur makanan. (oral/enteral per NGT/parenteral/kombinasi)
c. Edukasi sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
d. Konseling Gizi
e. Koordinasi dengan tenaga Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
kesehatan lain Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (care giver)
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/
7. Indikator (Target yang akan Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
dicapai/Outcome) Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
8. Kepustakaan Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

GASTROENTERITIS

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien gastroenteritis


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
1. Pengertian
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian :
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Lingkar
Antropometri
Lengan Atas, Lingkar Kepala
Mengkaji data laboratorium seperti HB, HT, Trombosit,
Biokimia
Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Mengkaji adanya anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare,
Klinis/Fisik konstipasi, suhu tubuh, perdarahan saluran cerna, urine output,
gigi geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif
1. Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan
makan, tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai
dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
2. Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam
muntah tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan
asupan cairan 60% dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan
≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan actual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 25-35% dari energi total
4. Karbohidrat 55-65% dari energi total
5. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang
ditingkatkan secara bertahap.
6. Cukup vitamin dan mineral.
7. Cukup cairan dari makanan maupun minuman.
8. Makanan tidak mengandung bahan makanan atau bumbu
yang tajam.
9. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
10. Mudah dicerna porsi kecil sering
11. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi.
12. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
13. Jalur makanan (oral/enteral per NGT/parenteral/ kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi.

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol
keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
Kembali)
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/
7. Indikator (Target yang akan Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
dicapai/Outcome) Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
8. Kepustakaan
2. Penuntun Diet. Instalasi Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo
dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) 2013
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

HIPERTENSI

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien hipertensi yang


sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
1. Pengertian
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian :
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Lingkar
Antropometri
Lengan Atas.
Mengkaji data laboratorium seperti HB, HT, Trombosit,
Biokimia
Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Mengkaji tekanan darah, adanya anoreksia, mual, muntah, sakit
Klinis/Fisik perut, diare, konstipasi, suhu tubuh, perdarahan saluran cerna,
gigi geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif
1. Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan
makan, tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai
dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
2. Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam
muntah tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan
asupan cairan 60% dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan
≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 25-30% dari energi total
4. Karbohidrat 55-65% dari energi total
5. Garam rendah
6. Cukup vitamin dan mineral.
7. Cukup cairan dari makanan maupun minuman.
8. Makanan tidak mengandung bahan makanan atau bumbu
yang tajam.
9. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
10. Mudah dicerna porsi kecil sering.
11. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi.
12. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
13. Jalur makanan (oral/enteral per NGT/parenteral/ kombinasi)
sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi.

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol
keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
Kembali)
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


7. Indikator (Target yang akan 2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek Masa
dicapai/Outcome) Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)

1. Penuntun Diet. Instalasi Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo


dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) 2013
2. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
8. Kepustakaan
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DIABETES MELLITUS

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Diabetes Mellitus


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
1. Pengertian
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian :
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Lingkar
Antropometri
Lengan Atas, Lingkar Kepala
Mengkaji data laboratorium seperti Kadar Glukosa Darah, HB,
Biokimia Hematokrit, Leukosit, Albumin, LDL, Kolesterol, Trigliserida,
data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Mengkaji adanya anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare,
Klinis/Fisik konstipasi, suhu tubuh, perdarahan saluran cerna, analisis cairan
dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif
1. Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan
makan, tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai
dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
2. Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam
muntah tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan
asupan cairan 60% dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati
normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan
insulin, dengan obat penurun glukosa darah.
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan
≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 20-25% dari energi total
4. Karbohidrat 60-70% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Cukup cairan dari makanan maupun minuman
7. Penggunaan gua murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
8. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
9. Mudah dicerna porsi kecil sering
10. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
b. Implementasi saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
c. Edukasi 11. Jalur makanan. (oral/enteral per NGT/parenteral/kombinasi)
d. Konseling Gizi sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
e. Koordinasi dengan tenaga
kesehatan lain Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (care giver)
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/
7. Indikator (Target yang akan Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
dicapai/Outcome) Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet. Instalasi Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo
dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) 2013
2. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
8. Kepustakaan Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013.
4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

STROKE ISKEMIK

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Stroke Iskemik


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
1. Pengertian
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian :
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Lingkar
Antropometri
Lengan Atas.
Mengkaji data laboratorium seperti HB, Hematokrit, Leukosit,
Biokimia Albumin, LDL, Kolesterol, Trigliserida, data laboratorium lain
terkait gizi (bila ada)
Mengkaji tekanan darah, adanya anoreksia, mual, muntah, sakit
Klinis/Fisik perut, diare, konstipasi, suhu tubuh, perdarahan saluran cerna,
analisis cairan dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif
1. Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan
makan, tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai
dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
2. Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam
muntah tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan
asupan cairan 60% dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan
≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 20-25% dari energi total
4. Karbohidrat 60-70% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Serat cukup, terutama kalsium, magnesium dan kalium.
Penggunaan natrium dibatasi.
7. Cukup cairan dari makanan maupun minuman
8. Penggunaan gua murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
9. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
10. Mudah dicerna porsi kecil sering
11. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
b. Implementasi 12. Jalur makanan. (oral/enteral per NGT/parenteral/kombinasi)
c. Edukasi sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
d. Konseling Gizi
e. Koordinasi dengan tenaga Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
kesehatan lain Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (care giver)
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/
7. Indikator (Target yang akan Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
dicapai/Outcome) Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet. Instalasi Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo
dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) 2013
2. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
8. Kepustakaan
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

GAGAL GINJAL AKUT

Penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat,


dengan atau tanpa oliguira sebelumnya bervariasi dari beberapa
1. Pengertian
hari sampai beberapa minggu, penyebabbya banyak dan sering
terjadi bersamaan dengan ureum dan kreatinin dalam darah.

2. Asesmen/Pengkajian : Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien


berisiko mengalami Asidosis, uremia, gangguan keseimbangan
Antropometri asam basah

Mengkaji data laboratorium GFR, K, Na, Ureum, Kreatinin,


Biokimia
SGOT, Kolesterol, Fe, Albumin, an Transferin

Mengkaji tekanan darah, adanya sakit perut yang batasnya tak


Klinis/Fisik
jelas, muntah-muntah, nausea berat

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, gagal ginjal akut bisa
disebabkan luka bakar, trauma berat, tarnsfusi, antibiotik, toksin
Riwayat Personal
pada ginjal, anastesi yang terlalu dalam, transplantasi jantung,
shock atau sepsis.

Penderita mengalami asidosis, uremia, gangguan keseimbangan


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
elektrolit dan cairan, serta keseimbangan asam basa.
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan
fungsi ginjal
2. Menurunkan kadar ureum dalam darah
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan
mempercepat penyembuhan.

Preskripsi Diet :
1. Kalori diberikan 35 Kal/KgBB/Hari (60-65% dari JH, 25-
30% dari lemak untuk mencegah pemakaian protein sebagai
energi)
2. Protein di sesuaikan dengan katabolisme protein yaitu 0,6-
1,5 gram/KgBB. Pada katabolik ringan kebutuhan protein
0,6-1 gram/KgBB, katabolik sedang 0,8-12 gram/KgBB, dan
katabolik berat 1-1,2 gram/KgBB
3. Bila dilakukan hemodialisa diberikan protein 1-1,2
gram/KgBB/hari
4. Bila ada odema dan hipertensi, asupan natrium dibatasi
sampai 500-1000 mg/hari
5. Dengan produksi urine yang sedikit, asupan K dan Posfor
dibatasi 400-500mg/hari
6. Menambah vitamin B6,Ca, suplemen asam folat, dan Fe bila
diperlukan
7. Penderita dengan anuria dibatasi pemberian
cairannyaml/hari.
8. Cairan sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah,
diare dan urine +500ml
9. Makanan diberikan dalam bentuk biasa (nasi) untuk
membatasi asupancairan.
10. Makanan diberikan dalam bentuk lunak (nasi tim) bila pasien
mengalami kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, mual,
dan muntah.
11. Makanan dalam bentuk lunak (bubur) hanya diberikan bila
ada permintaan khusus dari pasien sendiri.
12. Makanan sering diberikan bila pasien mengalami kesulitan
menelan.
13. Bentuk makanan cair diberikan bila pasien sama sekali tidak
bisa menerima asupan per oral

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/
Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
7. Indikator (Target yang akan Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
dicapai/Outcome) Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)
1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.
Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

GAGAL GINJAL KRONIK

Penurunan fungsi ginjal yang cukup berat, terjadi berangsur-


1. Pengertian
angsur dan umumnya tidak dapat pulih (irreversible).

2. Asesmen/Pengkajian : Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien


berisiko malnutrisi berat, gangguan metabolisme karbohidrat,
Antropometri lemak, dan protein serta gangguan penggunaan energi

Mengkaji data laboratorium GFR, atau TKK, ureum, Hb, Asam


Biokimia Urat, K, Ca, P, Na, Protein serum total, albumin, trigliserida,
kolesterol dan gula darah.

Keadaan umum pucat, kelainan pada kulit, hipertensi, nyeri dada


Klinis/Fisik
dan sesak nafas, gangguan irama jantung, udema, dll

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, gagal ginjal kronik bisa
disebabkan luka bakar, trauma berat, tarnsfusi, antibiotik, toksin
Riwayat Personal
pada ginjal, anastesi yang terlalu dalam, transplantasi jantung,
shock atau sepsis.
Penderita mengalami malnutrisi berat, gangguan metabolisme
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) karbohidrat, lemak, dan protein serta gangguan penggunaan
energi.
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan
fungsi ginjal
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit\
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal,
dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus
(GFR)

Preskripsi Diet :
1. Kalori diberikan 30-35 Kal/kg/hari, pada pasien PGK dengan
CAPD kalori dibeikan 30-35 Kal/kg BB/hari dengan
memperhitungkan asupan kalori (dekstrosa) dari cairan
dialisat.
2. Rekomendasi aupan protein, PGK pre-dialisis 0,6-0,75
gr/kgBB/hari, PGK-HD 1,2-1,3 gr/kgBB/hari, PGK-PD 1,3
gr/kg/kgBB ideal/hari. Protein yang diberikan minimal 50%
dengan kandungan biologis tinggi (protein hewani).
Konsensus Nutrisi Pada Penyakit Ginjal Kronik
3. Rekomendasi asupan lemakPGK pre dialysis, PGK-HD,
PGK-PD : 25-30% dari total kalori. Pembatasan lemak jenuh
< 10%, bila didapatkan dislipedimia dianjurkan kadar
kolestrol dalam makanan < 300 mg/hari.
4. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari perhitungan untuk protein
dan lemak.
5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, oedema, ascites,
oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan
antara 1-3 gram/hari.
6. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia
(kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari +
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan
(±500ml)
8. Vitanin : perlu tambahan vitamin B3, B6, C, D, batasi asupan
vitamin A.
9. Makanan diberikan dalam bentuk biasa (nasi) untuk
membatasi asupancairan.
10. Makanan diberikan dalam bentuk lunak (nasi tim) bila pasien
mengalami kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, mual,
dan muntah.
11. Makanan dalam bentuk lunak (bubur) hanya diberikan bila
ada permintaan khusus dari pasien sendiri.
12. Makanan sering diberikan bila pasien mengalami kesulitan
menelan.
13. Bentuk makanan cair diberikan bila pasien sama sekali tidak
bisa menerima asupan per oral

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/
7. Indikator (Target yang akan Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
dicapai/Outcome) Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)
1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.
Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

SINDROMA NEFROTIK

Gangguan ginjal yang ditandai dengan proteinuria masif lebih


dari 3 gram/hari, albumin serum rendah, kenaikan kadar lemak
1. Pengertian
tertentu dalam darah, dan akumulasi cairan sehingga timbul
edema
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, albumin serum
2. Asesmen/Pengkajian :
rendah, kenaikan kadar lemak tertentu dalam darah, dan
Antropometri
akumulasi cairan sehingga timbul edema
Mengkaji data laboratorium Hb, Ht, SGOT, Albumin, trigliserid,
Biokimia
kolesterol total, LDL, HDL, ureum, kreatinin, GFR, Na, K, Ca.
Keadaan umum sesak nafas, anemis, efusi pleural, sembab,
Klinis/Fisik
hipertensi
Perubahan nafsu makan, pola makan, asupan makanan
Riwayat Makan
(kebiasaan makan)

Keluhan utama adalah sembab yang terjadi dalam beberapa hari


sampai minggu dan akhirnya menetap. Sembab (bengkak) terjadi
didaerah kelopak mata (puffy face), dada, perut, tungkai,
Riwayat Personal
genitalis dan dapat seluruh tubuh, sesak nafas, kaki terasa sangat
berat dan dingin, tidak jarang menyerupai acute abdomen seperti
mual, muntah, dan dinding perut sangat tegang.

Albumin serum rendah, kenaikan kadar lemak tertentu dalam


darah, akumulasi cairan sehingga timbul edema,
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
hiperkolesterolemia, penumpukan trigliserida, hipertensui,
anoreksia.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Mengganti kehilangan protein terutama albumin
2. Mengurangi odema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
3. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan
trigleserida
4. Mengontrol hipertensi
5. Mengatasi anoreksia

Preskripsi Diet :
1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
positif
2. Protein sedang, yaitu 1gram/kgBB atau 0,8 gram/kgBB
ditambah protein yang keluar melalui urine.
3. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari energi total.
4. Natrium dibatasi
5. Kolesterol dibatasi <300 mg
6. Cairan masuk = cairan keluar (CM=CK)

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit
1. Mengganti kehilangan protein terutama albumin
2. Mengurangi odema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
7. Indikator (Target yang akan
3. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida
dicapai/Outcome)
4. Mengontrol hipertensi
5. Mengatasi anoreksia
1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.
Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

NEFROLITHIASIS/ UROLITHIASIS

Terbentuk ketika garam dan mineral dalam urine mengalami


1. Pengertian
kristalisasi, berkumpul dan bertambah dalam volume.
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, jumlah kalsium
2. Asesmen/Pengkajian :
dalam urin melebihi 200mg/24jam, absorbs kalsium intestinal
meningkat, diet tinggi kalsium, hiperoksaluri, konsumsi vitamin
Antropometri
C yang berlebihan, diet tinggi oksalat dan defisiensi vitamin A.
Mengkaji data laboratorium darah, Hb, Ht, leukosit, kadar
Biokimia ureum, kreatinin, dan asam urat, amylase, glucose, GFR, serum
oksalat, kadar kalium urin (normal 300-400mg).
Pemeriksaan klinis dan fisik : tensi, tanda – tanda gout,
hipervitaminosis D, hiperparatiroid
Klinis/Fisik
Antropometri : TB dan BB
Pemeriksaan penunjang : Radiologi, USG, IVP
Perubahan nafsu makan, pola makan, asupan makanan
Riwayat Makan
(kebiasaan makan)

Keluhan utama adalah kolik, mual, muntah, sering kencing, rasa


Riwayat Personal
seperti terbakar, dan pernah kencing keluar batu.

Makan makanan tinggi oksalat dengan diet yang terlampau


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
rendah kalsium.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


1. Perencanaan 1. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu
ginjal
2. Meningkatkan eksresi garam dalam urin dengan cara
mengencerjan urin melalui peningkatan asupan cairan
3. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal
4. Membantu menurunkan kadar asam urat dalam plasma darah
(pada batu asam urat)
5. Meningkatkan Ph urin menjadi 6-6,5 (pada batu asam urat)

Preskripsi Diet :
1. Energi diberikan sesuai kebutuhan
2. Protein sedang yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total
3. Lemak sedang yaitu 15-25% dari kebutuhan energy total
4. Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energy total
5. Cairan tinggi yaitu 2,4-3 L/hari, separuhnya berasal dari
minuman
6. Pembatasan makan sesuai dengan jenis batu.
2. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
3. Edukasi Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
4. Koordinasi dengan tenaga pasien dan penunggu pasien (care giver)
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu


ginjal
2. Meningkatkan eksresi garam dalam urin dengan cara
7. Indikator (Target yang akan mengencerjan urin melalui peningkatan asupan cairan
dicapai/Outcome) 3. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal
4. Membantu menurunkan kadar asam urat dalam plasma darah
(pada batu asam urat)
5. Meningkatkan Ph urin menjadi 6-6,5 (pada batu asam urat)

1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.


Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

TRANSPLANTASI GINJAL

Terapi pengganti dengan cara mengganti ginjal yang sakit


1. Pengertian
dengan ginjal donor.
SGA (subjective global assessmen) untuk group pasien bedah,
geriatri, onkologi, ginjal. Hasil katagori status gizi A,B,C
PG-SGA (patient generated subjective global
2. Asesmen/Pengkajian :
assessmen) untuk group pasien onkologi, ginjal, stoke Hasil
Katagori A,B,C atau numerik
Antropometri
MNA (Mini Nutritional Assessmen) untuk group pasien geriatri.
Hasil No nutritional risk, at risk of
malnutrition, or malnourished
pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi: foto
Biokimia
thorak,USG ginjal,CT scan ginjal, IVP
Excessive fluid intake
Klinis/Fisik NI - 3.2 berkaitan dengan ketidaktahuan minum harus dibatasi
ditandai dengan sesak, udema

status gizi harus dipertahankan secara optimal sehingga pasien


Riwayat Makan
siap untuk menjalani transplantasi.

Meningkatnya tekanan darah  Meningkatnya gula darah 


Riwayat Personal Meningkatnya Kolesterol  Meningkatnya Trigliserid 
Meningkatnya berat badan sehingga terjadi obesitas/ overweight

Percepatan katabolisme protein, hiperlipidemia, retensi natrium,


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) kenaikan berat badan, intoleransi glukosa, menghambat
penyerapan kalsium, fosfor, dan metabolisme vitamin D.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal
2. Mencegah hiperlipidemia
3. Mencegah intolerasi glukosa
4. Mempercepat penyembuhan

Preskripsi Diet :
1. Energi cukup
2. Protein tinggi pada sebulan pertama
3. Lemak sedang
4. Karbohidrat cukup
5. Batasi kolestrol
b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
c. Edukasi Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Koordinasi dengan tenaga pasien dan penunggu pasien (care giver)
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

4 - 6 minggu setelah transplantasi makanan dan minuman


berbeda jumlahnya dibanding dengan sebelum transplantasi
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali)
ginjal  Adanya interaksi obat dan makanan, mempengaruhi
kebutuhan zat gizi  Makanan yg higienis merupakan
keharusan, terkait dengan imunitas tubuh yang menurun

Cadangan otot & lemak cukup  Asupan makan 80% dari


kebutuhan  Hasil data Lab darah :
7. Indikator (Target yang akan
Albumin 3.5 - 5 g/dl Kalium 3.5 - 5 meq/L Phosphor 2.5 - 5 g/dl
dicapai/Outcome)
Calsium 8.5 - 10.5 mg/dl Kholesterol 150 - 200 mg/dl Trigliserid
< 150 mg/dl HB 12 - 16 g/dl HgBA1c <7%

1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.


Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

GAGAL GINJAL DENGAN DIALISIS

Dialisisi dilakukan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal


berat, dimana ginjal tidak mampu lagi mengeluarkan produk-
1. Pengertian
produk sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit, serta memproduksi hormon-hormon.

Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, frekuensi dialisi,


2. Asesmen/Pengkajian :
sisa fungsi ginjal, dan ukuran tubuh. Karena nafsu makan pasien
umumnya rendah, perlu diperhatikan makanan kesekaan pasien
Antropometri
dalam batas-batas diet yang ditetapkan.

Mengkaji data laboratorium darah, Hb, Ht, leukosit, kadar


Biokimia ureum, kreatinin, dan asam urat, amylase, glucose, GFR, serum
oksalat, kadar kalium urin (normal 300-400mg).

Pemeriksaan klinis dan fisik : ketidakmampuan ginjal untuk


Klinis/Fisik mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme menimbulkan
gejala uremia

Nafsu makan pasien umumnya rendah, perlu diperhatikan


Riwayat Makan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet yang
ditetapkan.

Keluhan utama adalah kolik, mual, muntah, sering kencing, rasa


Riwayat Personal
seperti terbakar, dan pernah kencing keluar batu.

Makan makanan tinggi oksalat dengan diet yang terlampau


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
rendah kalsium.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan
memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan
aktivitas normal.
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolism tidak
berlebihan
Preskripsi Diet :
1. Energi cukup yaitu 35 Kal/kg BB ideal/hari pada pasien HD
maupun CAPD
2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama
dialysis,
3. Karbohidrat cukup, yaitu 55-75% dari kebutuhan energy
total
4. Lamak normal, yaitu 15-30% dari kebutuhan energy total
5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urine yang keluar
dalam 24 jam
6. Kalium sesuai dengan urin yang keluar per 24 jam
7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari
8. Posfor dibatasi yaitu < 17 mg/KgBB ideal/ hari
9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urine 24 jam ditambah 500-
750ml
10. Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air
seperti B^, asam folat, dan vitamin C
11. Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang
mengandung energy dan protein tinggi

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi pasien dan penunggu pasien (care giver)
d. Konseling Gizi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
e. Koordinasi dengan tenaga dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
kesehatan lain terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu


7. Indikator (Target yang akan ginjal
dicapai/Outcome) 2. Meningkatkan eksresi garam dalam urin dengan cara
mengencerjan urin melalui peningkatan asupan cairan
3. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal
4. Membantu menurunkan kadar asam urat dalam plasma darah
(pada batu asam urat)
5. Meningkatkan Ph urin menjadi 6-6,5 (pada batu asam urat)

1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.


Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

GOUT ARTRITIS

Salah satu penyakit arthritis yang disebabkan oleh metabolism


1. Pengertian abnormal purinyang ditandai dengan meningkatnya kadar asam
urat dalam darah.

2. Asesmen/Pengkajian : Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, obesitas, obat anti


hipertensi, NIDDM, hiperinsulin, diperlipidemi, asupan alcohol
Antropometri yang berlebihan dan kemoterapi

Biokimia Mengkaji data laboratorium TB, BB

Pemeriksaan klinis dan fisik : adanya tumor, rubor, dolor, kolor


Klinis/Fisik
pada lutut dan kaki, tekanan darah

makanan sumber purin, minum alcohol, makanan yang


Riwayat Makan mengandung yeast, adanya anggota keluarga yang menderita
gout

Akut yang sakit sekali, panas, merah, disertai pembengkakan


Riwayat Personal
sendi yang terserang.

Terjadi kenaikan asam urat darah antara lain : obesitas, obat anti
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) hipertensi, NDDM, hiperinsulin, diperlipedemi, asupan alcohol
yang berlebihan dan kemoterapi

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Mencapai dan mempertahankan berat badan tetap optimal
2. Menurunkan kadar asam dalam darah dan urin

Preskripsi Diet :
1. Energy cukup
2. Protein cukup, tetapi hindari bahan bahan makanan sumber
purin
3. Lemak sedang
4. KH tinggi
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan
6. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari.
b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu


ginjal
2. Meningkatkan eksresi garam dalam urin dengan cara
7. Indikator (Target yang akan mengencerjan urin melalui peningkatan asupan cairan
dicapai/Outcome) 3. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal
4. Membantu menurunkan kadar asam urat dalam plasma darah
(pada batu asam urat)
5. Meningkatkan Ph urin menjadi 6-6,5 (pada batu asam urat)

1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.


Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

GASTRITIS

1. Pengertian Gastritis merupakan bentuk peradangan di lambung

Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, alergi makanan :


2. Asesmen/Pengkajian : keluhan nyeri epigastrum bersamaan dengan proses urtikaria
pada kulit
Antropometri Intoleransi makanan : gangguan pencernaan karena minum susu
merupakan gejala intoleransi terhadap laktosa

Mengkaji data laboratorium serum B12 (bila perlu) dan Ca, Mg


Biokimia
(bila perlu)

Klinis/Fisik Pemeriksaan fisik dan antropometri

Sekresi asam lambung meningkat : alkohol, cabe, kopi, teh susu,


minuman soda (soft drink)
Riwayat Makan Tonus sfingter melemah : lemak, bawang, minuman
mengandung karbon
Tonus sfingter meningkat : protein, karoten (vitamin A)

Nyeri epigastrum, mual, muntah, perut kembung (fullness),


Riwayat Personal
cepat kenyang, anoreksia, dan flatulens.

Status gizi : kurang normal, atau lebih


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
Status metabolism : sesuai hasil laboratorium yang didapat

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Memberikan energy dan zat-zat gizi secara adekuat dengan
mempertimbangkan konsistensi dan bentuk makanan,
frekuensi dan cara pemberian makanan harus sesuai dengan
konsisi gastritisnya
2. Mengidentifikasi makanan yang menimbulkan keluhan
3. Memberi penjelasan mengenai pentingnya makan teratur,
mengunyah makanan dengan baik, dan tidak minum
berlebihan selama makan
4. Menghindarkan merokok dan makanan yang memberat
gejala dyspesia
5. Memenuhi kebutuhan cairan
6. Melakukan evaluasi pemberian diet

Preskripsi Diet :
1. Mengatur frekuensi dan jumlah makanan perhari. Makan
diberikan dalam porsi kecil dan sering, secara berangsur
selama 1-3 minggu, dimulai dengan makanan lunak.
2. Diet diberikan rendah lemak (<30 gram per hari), dapat
dinaikkan bertahap menjadi 40 gram/ hari kemudian 50
gram/hari
3. Hindari susu bila terdapat intoleransi laktosa
4. Minum kopi dan teh perlu diatur
5. Perhitungkan kebutuhan cairan 2000-2500 cc/hari

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi pasien dan penunggu pasien (care giver)
d. Konseling Gizi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
e. Koordinasi dengan tenaga dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
kesehatan lain terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
5. Monitoring dan Evaluasi
2. Hasil biokimia terkait dengan gizi
3. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
4. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Mencukupi kebutuhan energi dengan memberikan makanan


yang seimbang
2. Menetralkan kelebihan asam lambung
7. Indikator (Target yang akan
3. Meringankan fungsi lambung dengan memberikan makanan
dicapai/Outcome)
yang mudah dicerna oleh lambung
4. Mengupayakan perubahan gaya hidup pasien menjadi gaya
hidup yang seha

1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.


Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
8. Kepustakaan Penerbit rineka cipta. Jakarta.
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

PANKREATITIS

Pangkreatitis adalah inflamasi pada kelenjar pangkreas yang


1. Pengertian
menimbulkan odema, nekrosis lemak dan eksudasi seluler.

2. Asesmen/Pengkajian : Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, alergi makanan :


gejala sakit perut hebat (terutama epigastrum sampai ke
Antropometri umbilicus), mual, muntah dan kembung.

Mengkaji data laboratorium hematologi, urine, cek fungsi hati


Biokimia (SGOT, SGPT, bilirubin, albumin), glukosa darah, profil lipid,
fungsi ginjal, dan pemeriksaan feces (steatorrhea)

Keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan


Klinis/Fisik
pemeriksaan antropometri

Pola makan dan kebiasaan makan, kebiasaan minum alcohol dan


Riwayat Makan
kafein.

Trauma abdomen, diare, mual, muntah, rasa sakit di epigastrum


Riwayat Personal
dan umbilicus yang dapat ke seluruh abdomen

3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) Kolelithiasis dan dislipidemia, dan perubahan berat badan.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Mengurangi aktivitas pancreas dan sekresi enzim-enzim
untuk mengurangi rasa sakit dan menekan proses dekstruksi
pada pancreas
2. Memperbaiki keseimbangan asam-basa
3. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Memperbaiki keseimbangan nitrogen dengan dukungan
nutrisi yang adekuat, menghindari overfeeding.
5. Mencegah dan mengatasi komplikasi
6. Pada keadaan akut ”mengistirahatkan” pancreas
7. Pada keadaan kronik : mengatasi steatorrhea, mencegah atau
mengatasi tetani sekunder, hiperglikemia, malnutrisi,
maldigestion, dan diare.
8. Menurunkan morbiditas dengan :
a. Memberikan nutrisi melalui parenteral pada fase akut
b. Menghindari irritant terhadap pancreas, khususnya
alcohol dan kafein
c. Menghilangkan obstruksi pada duktus pancreatitis.

Preskripsi Diet :
1. Dukungan nutrisi pada pancreatitis akut ditujukan hanya
pada kasusu-kasus yang berat dengan komplikasi terutama
sesudah operasi
2. Salah satu tujuan dukungan nutrisi pada pancreatitis yang
berat adalah memberikan nutrisi tanpa membebani pancreas
dengan meminimalkan stimulasi fungsi ekssokrin dan
endokrin pancreas.
3. Pada pasien-pasien yang belum dapat mentolerir nutrisi per
oral atau enteral gaster, dapat diberikan nutrisi elemental
langsung ke bagian atas jejunum melalui jejunostomi
4. Pada pasien pancreatitis kronik, diberikan diet dengan
proporsi lemak rendah sampai sedang, protein sedang, tinggi
karbohidrat.
5. Untuk pasien dengan steatorrhea dapat diberikan lemak
dalam bentuk MCT (Medium Chain Triglycerids)

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Dukungan nutrisi dapat memberikan status gizi pada pasien


pencreatits berat tanpa komplikasi.
7. Indikator (Target yang akan
2. Pemberian formula lipid pada nutrisi parenteral dapat
dicapai/Outcome)
mengurangi kebutuhan akan insulin dan memberikan
kondisi metabolic yang lebih stabil.
1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.
Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
8. Kepustakaan Penerbit rineka cipta. Jakarta.
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

PENYAKIT HATI

Penyakit hati atau penyakit liver adalah penyakit


1. Pengertian yang disebabkan oleh berbagai faktor yang merusak hati, seperti
virus dan penggunaan alkohol.

Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, alergi makanan :


Tanda dan gejala penyakit liver termasuk:
a. Kulit dan mata yang tampak kekuningan (jaundice)
b. Nyeri perut dan bengkak
c. Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
2. Asesmen/Pengkajian : d. Kulit yang gatal
e. Warna urin gelap
Antropometri f. Warna feses pucat, atau berdarah
g. Kelelahan kronis
h. Mual atau muntah
i. Kehilangan selera makan
j. Kecenderungan untuk mudah memar.

 Mengkaji data laboratorium tes darah. Itu berarti sekelompok


tes darah yang disebut tes fungsi hati dapat digunakan untuk
mendiagnosa penyakit hati. Tes darah lainnya bisa dilakukan
untuk mencari masalah hati tertentu atau kondisi genetik.
 Atau Anda akan melakukan tes pencitraan. Dalam tes ini, CT
scan, MRI dan USG bisa menunjukkan kerusakan hati.
Biokimia  Jaringan Anda akan dianalisis dengan mengangkat sampel
jaringan (biopsi) dari hati Anda untuk mendiagnosa penyakit
hati. Biopsi hati yang paling sering dilakukan dengan
menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit
untuk mengambil sampel jaringan. Kemudian dianalisis di
laboratorium.

1. Keadaan umum, Kulit dan mata yang tampak kekuningan


(jaundice)
2. Nyeri perut dan bengkak
3. Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
4. Kulit yang gatal
5. Warna urin gelap
Klinis/Fisik
6. Warna feses pucat, atau berdarah
7. Kelelahan kronis
8. Mual atau muntah
9. Kehilangan selera makan
10. Kecenderungan untuk mudah memar.
1. Pola makan dan kebiasaan makan, Penggunaan alkohol berat
2. Penyuntikan obat menggunakan jarum bersama
3. Tato atau tindikan
4. Terpapar darah dan cairan tubuh orang lain
5. Hubungan seks tanpa kondom
Riwayat Makan
6. Paparan bahan kimia tertentu atau racun
7. Diabetes
8. Obesitas
9. Tingginya kadar trigliserida dalam darah Anda.

Riwayat Personal Gejala sirosis (mual, muntah, ascites), anemia dan jaundice

orang dengan penyakit hati mungkin tidak mendapatkan cukup


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
nutrisi dan mengalami kesulitan untuk mengatur pola makannya

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan
1. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi orang yang
memiliki penyakit hati.
2. Membantu mengurangi kadar lemak di hati.
3. Membantu dalam peningkatan fungsi insulin.
4. Membantu menurunkan berat badan dengan lebih mudah.
5. Mencegah kerusakan jaringan hati lebih lanjut.
6. Menghindari komplikasi yang lebih serius.

Preskripsi Diet :

1. Mengurangi jumlah protein yang dimakan. Cara ini


dilakukan untuk membantu membatasi penumpukan produk
limbah beracun di hati. Tapi ingat, jangan membatasi protein
terlalu banyak, karena bisa berakibat pada kekurangan asam
amino tertentu yang dibutuhkan tubuh.
2. Meningkatkan asupan karbohidrat yang sebanding
dengan jumlah protein yang dimakan. Konsumsilah makanan
yang mengandung karbohidrat kompleks. Karbohidrat
kompleks cenderung memiliki indeks glikemik rendah yang
dicerna lebih lambat dan tidak menyebabkan lonjakan gula
ke seluruh tubuh pasien. Sehingga dapat membantu
meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kolesterol
darah pasien.
3. Membatasi asupan garam. Pasalnya, garam bisa
memperburuk penumpukan cairan dan pembengkakan di
hati.
4. Hindari lemak jahat. Penelitian telah menemukan bahwa
konsumsi makanan yang mengandung lemak jahat akan
menyebabkan penyakit hati dengan luka pada jaringan.
5. Berhenti konsumsi alkohol. Alkohol adalah zat yang
berbahaya dan hati Anda akan menggunakan banyak energi
untuk mengeluarkan alkohol dari darah. Hal tersebut akan
membuat hati bekerja lebih keras sehingga memungkinkan
terjadinya kerusakan yang hati yang lebih parah.

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah


kerusakan lebih lanjut dan atau meningkatkan fungsi
jaringan hati yang tersisa
2. Mencegah katabolisme protein
7. Indikator (Target yang akan
3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkaykan berat
dicapai/Outcome)
badan bila kurang
4. Mencegah atau mengurangi ascites, varices esofagus, da
hipertensi portal
5. Mencegah koma hepatic
9. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.
Jakarta
10. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
11. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
12. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
13. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
14. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

KANTONG EMPEDU

Penyakit saluran empedu yang sering terjadi adalah billiary


1. Pengertian dyskinesia, kolestasis, kolesistitis, dan kolelithiasis (batu
empedu)

2. Asesmen/Pengkajian : Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien


berisiko mengalami Asidosis, uremia, gangguan keseimbangan
Antropometri asam basah

Mengkaji data laboratorium Hb 11,5 g%, SGOT 150 U/I, SGPT


Biokimia 200 U/I. Bilirubin total : 3,5 mg/dl (N: 0,3-1 mg/dl), Lipase 800
mg/dl (N: 450-850 mg/dl)

Mengkaji tekanan darah, TB: 156 cm, BB 65 kg,


Klinis/Fisik
Tensi 140/90 mmHg, suhu 37,8 º C, jaundice

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
 Mengkaji riwayat penyakit saat ini, Wanita. Dibandingkan
dengan pria, wanita memiliki tingkat risiko mengalami masalah
pada kantong empedu lebih tinggi.
 Orang yang mendapatkan nutrisi melalui infus atau alternatif
makanan lain.
 Orang yang sedang sakit kritis.
 Orang dengan diabetes.
Riwayat Personal
 Orang yang kelebihan berat badan dan kehilangan berat badan
dengan sangat cepat.
 Orang yang pernah melakukan transplantasi organ.
 Kecanduan alkohol.
 Memiliki riwayat masalah pada kantong empedu.

Penderita mengalami nyeri abdomen kanan atas (kolik) setelah


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) makan makanan tinggi lemak, mual, muntah, suhu badan
meningkat.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Mengurangi rasa nyeri
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa, mal-nutrisi,
kelebihan asupan makanan. Ggn kesimbangan asam basa
biasa ditemui pada pasien dg NGT, GGK, mual & muntah.
3. Menghindari komplikasi spt: kardiovaskular, pulmonary,
hamatology, ginjal, neurological dan metabolik.
Preskripsi Diet :
1. sesuai kebutuhan pasien Lemak: rendah sampai sedang
(10-20% TE)
2. Protein: bila ada GGK 1 g/kg BB, untuk meng-ganti
jaringan yang rusak bisa diberikan 2 g/ kgBB.
3. Untuk memperbaiki steatorrhea berikan ETPT dengan
rendah lemak.
4. Bisa diberikan MCT
5. Vitamin utamakan antioksidan, vit. C, vit.B kompleks
dan asam folat. Vitamin larut lemak yang mudah larut air
> ditoleransi.

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
d. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Mengurangi rasa nyeri


2. Memperbaiki keseimbangan asam basa, mal-nutrisi,
7. Indikator (Target yang akan kelebihan asupan makanan. Ggn kesimbangan asam basa
dicapai/Outcome) biasa ditemui pada pasien dg NGT, GGK, mual & muntah.
3. Menghindari komplikasi spt: kardiovaskular, pulmonary,
hamatology, ginjal, neurological dan metabolik.
1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.
Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

INFLAMASI USUS

Di mana usus mengalami inflamasi atau peradangan. Radang


1. Pengertian usus sendiri seringkali digunakan untuk menjelaskan dua jenis
penyakit, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.

Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, Beberapa orang


2. Asesmen/Pengkajian :
mungkin akan mengalami muntah-muntah, anemia, dan demam
tinggi. Kondisi ini akan datang dan pergi selama kurun waktu
Antropometri
yang lama. Ketika kambuh, gejala bisa ringan atau sangat parah
1. Mengkaji data laboratorium Tes darah. Tes darah akan
dilakukan untuk mengetahui apakah tubuh mengalami
anemia atau infeksi bakteri maupun virus. Tinja juga diteliti
untuk memeriksa apakah ada darah.
2. Prosedur endoskopi. Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat
Biokimia melihat bagian dalam sistem pencernaan Anda dan
mengambil sampel jaringan untuk diperiksa di laboratorium.
Prosedur itu terdiri dari colonoscopy, flexible sigmoidoscopy,
upper endoscopy, capsule endoscopy, dan double-ballon
endoscopy.

Mengkaji tekanan darah, Keadaan umum, tekanan darah, tanda-


Klinis/Fisik
tanda dehidrasi/odema, pemeriksaan antropometri

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
 Mengkaji riwayat penyakit saat ini,

a. Usia. Kebanyakan orang didiagnosis mengidap radang usus


sebelum usia 30 tahun. Namun ada juga yang mengalami
penyakit ini setelah mereka menginjak usia 50 atau 60
tahunan.
b. Keturunan. Faktor keturunan bisa meningkatkan risiko
radang usus. Jika orang tua Anda, anak, atau saudara
kandung pernah mengidap penyakit ini, Anda juga
Riwayat Personal
berpotensi mengalaminya.
c. Merokok. Kegiatan ini sangat meningkatkan risiko terkena
penyakit Crohn.
d. Tempat tinggal. Jika Anda tinggal di wilayah kumuh atau
daerah padat industri, Anda wajib mewaspadai kemungkinan
munculnya radang usus. Sebab faktor lingkungan sangat
memengaruhi penyakit ini.
e. Pengobatan isotretinoin. Isotretinoin (amnesteem, claravis,
sotret/accutane) adalah obat yang biasanya digunakan untuk
mengatasi jerawat. Sejumlah penelitian menyebut
isotretinoin bisa menyebabkan radang usus. Namun
hubungan antara keduanya masih terus diteliti.
f. Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). Beberapa obat-
obatan dalam kelompok OAINS bisa meningkatkan risiko
mengalami radang usus, misalnya ibuprofen, naproxen,
diclofenac, dan lainnya.
g. Ras. Di beberapa wilayah di dunia, jenis ras dan warna kulit
turut memengaruhi kehadiran radang usus. Menurut
penelitian, orang berkulit putih memiliki risiko mengidap
radang usus yang lebih besar dibanding orang berkulit hitam
.

Penderita mengalami diare, muntah, rasa sakit kronis dan kram


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
di otot perut, demam, dan perdarahan rekta

Tujuan :
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
Untuk memodifikasi pola makan mereka untuk mengurangi
a. Perencanaan
gejala pencernaan sambil tetap menjaga asupan gizi yang
memadai.
a. Mengistirahatkan usus untuk mencegah perforasi
b. mencegah akibat laksatif dari makanan berserat tinggi

Preskripsi Diet :
1. mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai
dengan batasan diet yang ditetapkan
2. bila ada pendarahan, dimulai dengan makanan cair jernih
3. makanan diberikan secara bertahap, mulai dari diet sisa
rendah I ke diet sisa rendah II dengan konsistensi yang
sesuai
4. hindari makanan yang banyak mengandung biji – biji kecil
seperti tomat dan jambu biji, stroberi, yang dapat menumpuk
dalam divertikular
5. bila perlu diberikan makanan enteral rendah atau bebas
laktosa
6. untuk mencegah konstipasi, minum minimal 8 gelas per hari

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi
pasien dan penunggu pasien (care giver)
d. Konseling Gizi
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
e. Koordinasi dengan tenaga
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit
1. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengganti hilangnya zat gizidan memperbaiki status gizi
yang kurang
3. Mencegah iritasi dan inflamasi lebih lanjut
7. Indikator (Target yang akan
4. Mengistirahatkan usus pada masa akut
dicapai/Outcome)
5. Meningkatkan volume dan konsentrasi feses
6. Menurunkan tekanan intra luminal
7. Mencegah infeksi

1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.


Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

VASKULER ATEROSKLEROSIS/ JANTUNG KORONER

Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan


oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang
mengalirkan darah ke otot jantung bilamana penyempitan
1. Pengertian
menjadi parah dapat terjadi serangan jantung. Tipe paling
banyak adalah atheroklerosis, yang ditandai dengan penimbunan
plak lipida dalam dinding arteri.

Pengukuran Antropometri dillakukan pengukuran Tinggi Badan,


2. Asesmen/Pengkajian :
Berta Badan, Body mass index (BMI), menentukan faktor risiko
kelebihan berat badan (Obesitas)
Antropometri

Data Biokimia pemeriksaan laboratorium berhubungan dengan


Biokimia adanya Hiperlipedemia (kolesterol total, LDL, HDL,
trigliserida), Diabetus melitus (Gula Darah)

Klinis/Fisik Keadaan umum, tekanan darah

Riwayat terkait makanan dan gizi untuk melihat pemenuhan


Riwayat Makan asupan, pengetahuan/kepercayaan, perilaku terlkait gizi dan
makanan

Trauma abdomen, diare, mual, muntah, rasa sakit di epigastrum


Riwayat Personal
dan umbilicus yang dapat ke seluruh abdomen

Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh peningkatan curah


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
jantung dan diikuti kenaikan perifer.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Mempertahan dan Menurunkan berat Badan Bila terlalu
Gemuk
2. Membantu menurunkan kadar lipida darah

Preskripsi Diet :
1. Energi sesuai kebutuhan normal 28 kkal/kg bb,underweight :
32 kkal/kg bb
2. Protein cukup 0,8–1gr/kg BB, cardiac cachexia/ malnutrisi :
1,2-1,5g/kg bb
3. Lemak sedang ±25% dari kebutuhan energi total, lemak
jenuh <10%, lemak trans <2%, Asam lemak omega 3 1,3
gram.
4. Kolesterol Rendah bila ada Dislipidemia
5. Natrium 2-2,3g/hari jika disertai edema berat : 1200-1500mg
6. Serat cukup untuk menghindari konstipasi ; 25–30gr/hari
7. Cairan 1,5-2 l, tergantung edema dan terapi obat

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi pasien dan penunggu pasien (care giver)
d. Konselin Gizi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
e. Koordinasi dengan tenaga dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
kesehatan lain terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Tekankan pengurangan lemak jenuh & kolesterol


2. Mendorong aktivitas fisik moderat
3. Pertimbangkan rujukan ke Ahli Gizi
7. Indikator (Target yang akan
4. Mulailah Terapi Gaya Hidup
dicapai/Outcome)
5. Pertimbangkan untuk menambahkan stanol / sterol
6. Meningkatkan asupan serat

1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.


Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
7. Bhupathiraju, S. N. and K. L. Tucker. 2011. Coronary heart
disease prevention: Nutrients, foods, and dietary patterns.
Clinica Chimica Acta; International Journal of Clinical
Chemistry 412 (17–18):1493–1514.
8. Mahan LK. 2012.Krauses’s Food and Nutrition Care Process
13rd ed. USA: Elsevier
9. Stump, Sylvia Escott. 2012. Nutrition and Diagnosis Related
Care 7th ed. USA: Elsevier
10. Lutz,Caroll. 2015. Nutrition and Diet therapy 6th ed. USA:
Davis Company British Nutrition Foundation.2005.
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

JANTUNG

Penyakit jantung yaitu Keadaan jantung tidak dapat melakukan


1. Pengertian fungsi secara normal, disebut dalam keadaan tidak
terkompensasi , sirkulasi darah tidak normal menyebabkan sesak
napas (dyspnea), rasa lelah, rasa sakit di daerah jantung.

Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, dalam keadaan


2. Asesmen/Pengkajian : tidak terkompensasi (decompensationcordis), sirkulasi darah
yang tidak normal yang menyebabkan sesak nafas (dyspnea),
Antropometri rasa lelah dan rasa sakit di daerah jantung. Antropometri
meliputi BB, TB, status gizi

Biokimia Mengkaji data laboratorium EKG

Klinis/Fisik Pemeriksaan fisik keadaan umum, sesak napas, tekanan darah

Riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga,


Riwayat Makan
riwayat pola makan

Riwayat Personal
sesak nafas (dyspnea), rasa lelah dan rasa sakit di daerah jantung

gagal jantung kongestif sering terjadi ganguan tumbuh kembang


dan berat badan nya tidak mau naik. Keadaan ini dapat
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
disebabkan sejumlah seperti serangan sesak , gangguan absropsi
makanan karena penurunan perfusi darah ke usus dan infeksi
yang menyertai gagal jantung kongestif.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1.Memberikan makanan secukupnya tanpa memeberatkan kerja
jantung.
2.Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.
3.Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.

Preskripsi Diet :
1. Sering mengonsumsi buah dan sayuran; simpanlah buah
dalam lemari es, lemari makan atau laci mobil
anda,khususnya buah yang dapat di makan bersama kulitnya
seperti apel,jambu,belimbing,peach.
2. Sering memakan lalapan atau tambahkan sayuran seperti
tomat, ketimun, bawang bomby, selada
pada hamburger/sandwich yang anda makan.
3. Buatlah minuman dari rumput laut,kolang-kaling, selasih,
cincau, dll.
4. Tanpa menggunakan sirup yang berlebihan (kalau
perlu,gunakan sirup diet seperti Tropikana Slim). Ingat
konsumsi secara berlebihan gula pasir (sirup,softdrink) dan
bahkan pula gula diet yang mengandung fruktosa dapat
meningkatkan kadar trigliserida.
5. Gunakan roti dari biji gandum yang utuh (whole
wheatbread).
6. Makan makanan sereal berserat tinggi
seperti havermout pada waktu sarapan.
7. Tentukan hari-hari saat anda sekeluarga dapat melakukan
pesta ikan. Pilih jenis-jenis ikan yang kaya akan asam lemak
omega-3 (tabel 3-3)
8. Ganti daging merah dengan daging putih seperti ayam
kampung. Jangan mengonsumsi bagian kepala,ekor,dan kulit.
Kaldu ayam yang berminyak sebaiknya disaring dengan
menggunakan saringan halus yang kalau perlu alasnya bisa
di lapisi dengan kapas steril untuk menahan minyak tersebut.
9. Jangan menggoreng makanan dengan banyak minyak atau
dengan jelantah.minyak tak-jenuh seperti minyak jagung
atau kedelai akan berubah menjadi minyak jenuh jika
dimasak dengan panas yang tinggi atau jika dipakai berkali-
kali untuk menggoreng. Gunakan minyak dalam jumlah
sedikit sekali pakai (misalnya,satu sendok minyak untuk
menumis). Kalau dapat,pilih minyak tak-jenuh tunggal
seperti minyak zaitun dan minyak kacang yang di konsumsi
sebagai dressing saladatau steak.
10. Gunakan susu skim,susu kedelai,atau yogurt non-fat dari
pada susufullcream.
11. Gunakan bumbu kacang/mete yang disangrai (jangan
digoreng dengan minyak) jika anda ingin membuat gado-
gado.
12. Lebih baik gunakan bumbu seperti kunyit, bawang putih,dll.
Untuk memepes ikan dari pada menggorengnya dengan
mentega atau margarine.
13. Bagilah makanan sehari menjadi 5 hingga 6 kali makan
dengan porsi kecil. Makan dengan porsi kecil lebih dapat
ditolerir oleh pasien yang sesak. Usakan agar asupan kalori
sesuai dengan kebutuhan pasien (yang ditentukan oleh
dokter). Pasien kegemukan harus diturunkan berat badanya
secara bertahap. Sebaliknya pada pasien dengan cardiac
cachexia harus diberikan formola enteral yang memberikan
energi 1,5 kcal / ml seperti Nutren 2.0 (lazimnya formola
enteral memberikan 1kcal / ml ).
14. Gunakan sayuran yang segar dan bukan sayuran dalam
kaleng.
15. Jika dipaksa memakai sayuran kaleng atau sayuran yang
diasinkan , rendam dahulu sayuran tersebut selama 2 menit
didalam air mengalir sebelum dimasak.
16. Sekali seminggu cobalah makan makanan alternatif yang
rendah seperti kecap Tropicana Slim, sup tanpa garam,
krekers diet yang baik mengandung garam, dll.
17. Gunakan botol air minum dengan ukuran menurut kebutuhan
cairan yang sudah ditentukan selama sehari. Anda harus
menuang air dalam botol tersebut dengan jumlah yang sama
dengan jumlah air minum atau makanan cair yang diminum
/ dimakan. Botol air yang kosong menunjukkan bahwa
pasien sudah mengonsumsi cairan dengan jumlah yang telah
ditentukan untuk hari ini. Mulailah setiap hari dengan botol
yang berisi air yang baru.
18. Makanlah buah – buahan yang banyak mengandung kalium
1-2 kali / hari.
19. Kurangi asupan natrium hingga 2 gram per hari bagi orang
dewasa dan 45-70 mg / BB / hari untuk anak – anak.
Pengurangan natrium dapat pula dilakukan menggunakan
garam diet yang terbuat dari kalium klorida sebagai
pengganti garam dapur ( jika fungsi ginjalnya normal).
20. Pada gagal jantung akut diperlukan diet rendah sisa / serat
agar pasien tidak sampai mengalami buang air besar yang
membuatnya mengejan. Jika fase akut sudah terlampaui ,
preparat laksan dan pelunak feses kadang – kadang
diresepkan dokter untuk mencegah sembelit dan defikasi
yang sulit.
21. Biasakan jalan kaki dari pada naik kendaraan, menggunakan
tangga dari pada lift/elevator dan biasakan melakukan
olahraga aerobik secara teratur seperti
berenang,bersepeda,berlari kecil (jogging),senam,dll.

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi pasien dan penunggu pasien (care giver)
d. Konseling Gizi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
e. Koordinasi dengan tenaga dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
kesehatan lain terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Enenerergi cukup
2. Protein cukup, 0,8 g/kg BB
3. Lemak sedang, 25-30% kebutuhan energi total, 10% lemak
7. Indikator (Target yang akan jenuh, 10-15% lemak tidak jenuh.
dicapai/Outcome) 4. Kolesterol rendah, jika diserta dislipidemia.
5. Vitamin dan mineral cukup.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika diserta hipertensi atau odema.
7. Serat cukup untuk hindari konstipasi.
1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.
Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

STROKE

Stroke adalah kerusakan pada bagian otak yang terjadi bila


6. Pengertian
pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke
bagian otak tersumbat (infark) atau pecah.
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, dapat terjadi
beberapa kelainan yang berhubungan dengan kemampuan makan
7. Asesmen/Pengkajian : pasien, seperti dysphagia (sulit menelan) dan ketidakmampuan
makan sendiri karena parese (kelumpuhan). Stroke ju ga dapat
Antropometri memengaruhi perilaku makan pasien melalui perubahan kognitif
serta gangguan sensori. Halhal tersebut dapat mengakibatkan
penurunan status gizi pada pasien stroke.

Biokimia Mengkaji data laboratorium kadar gula darah

Klinis/Fisik Pemeriksaan fisik keadaan umum, tekanan darah

Riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit (beberapa kali


Riwayat Makan
serangan), riwayat pola makan

Riwayat Personal Sakit kepala, hipertensi akut, dan muntah

pasien berisiko mengalami :


8. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
dehidrasi, malnutrisi dan aspirasi pneumonia

9. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan keadaan dan
komplikasi penyakit.
2. Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia, pneumonia,
kelainan ginjal, dan dekubitus.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
1.
Preskripsi Diet :

1. Pasien dengan gangguan ke sa daran/menelan diberi


makanan cair melalui NGT
2. Bentuk makanan ditingkatkan jika kondisi pasien membaik
3. Pada dysphagia, hindari makanan yang dapat menimbulkan
rasa tercekik/tersedak, seperti makanan yang liat dan keras
4. Pasien dengan penurunan pro duksi saliva diberi maka nan
bersaus/lembab
5. Jenis diet tergantung penyakit penyerta

Stroke dapat dicegah dengan cara menjalani pola hidup yang


b. Implementasi sehat. Pencegahan pri mer stroke adalah menghindari/ berhenti
c. Edukasi Konseling Gizi merokok, menghindari stress mental, menghindari alkohol, tidak
d. Koordinasi dengan tenaga mengonsumsi garam secara berlebihan, dan menghindari
kesehatan lain kegemukan. Pada para penderita penyakit degeneratif seperti
hipertensi, Diabetes Mellitus, penyakit jantung dll,se baiknya
mengendalikan penyakit tersebut agar tidak beresiko terkena
stroke. Salah satu pencegahan stroke yang lain adalah menjalani
pola makan yang sehat dan seimbang. Tentunya pola makan
yang sehat juga harus diimbangi dengan aktivitas fisik secara
rutin.

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
4. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
5. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

a. Energi cukup
6. Indikator (Target yang akan b. Protein cukup
dicapai/Outcome) c. Lemak cukup
d. Karbohidrat cukup
1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.
Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
7. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

PENYAKIT KANKER

Kanker adalah pembelahan atau pertumbuhan sel secara


1. Pengertian
abnormal yang tidak dapat dikontrol sehingga cepat menyebar
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, kanker dapat
mempengaruhi kebiasaan makan dan status gizi seseorang.
2. Asesmen/Pengkajian :
Hilangnya nafsu makan pada pasien kanker akan dapat
menyebabkan penurunan berat badan dan kurang gizi.
Antropometri
Antropometri : tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas,
tebal lemak bawah kulit, lingkar otot lengan atas.
Mengkaji data laboratorium seperti albumin, transferin, imbang
nitrogen 24 jam (NUU)
Biokimia Fungsi saluran cerna : pemeriksaan feses untuk menentukan
malabsorbi protein dan lemak
Sistem imun : hitung limfosit total, tes sensivitas kulit
Keadaan umum : lemah, pucat, kurus, lesi pada kulit
Rongga mulut : gigi lengkap atau tidak, tanda – tanda defisiensi
vitamin B dan C (glositis, gusi mudah berdarah)lesi
Klinis/Fisik
Ekstremitas : otot – otot yang wasting terutama terlihat pada
otot – otot hipotenar tangan, edema

Pola makan, kebiasaan makan, intoleransi makan, komposisi


Riwayat Makan makanan dalam persentase kalori dari protein, karbohidrat dan
lemak (data diperoleh melalui analisisi asupan)

Perubahan nafsu makan : anoreksia, mual, muntah dan gangguan


Riwayat Personal
rasa.

3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) Perubahan berat badan, ada atau tidak, dalam berapa lama, besar
perubahan berat badan.
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan
penyakit serta daya terima pasien.
2. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara
berlebihan
3. Mengurangi rasa mual, muntah dan diare.
4. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap
makanan oleh pasien dan keluarganya.
Preskripsi Diet :
5. Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32
kkal/kg BB untuk perempuan. Apabila pasien dalam keadaan
gizi kurang, maka kebutuhan energi menjadi 40 kkal/kg BB
untuk laki – laki dan 36 kkal/kg BB untuk perempuan.
6. Protein tinggi , yaitu 1,1,5 gr/kg BB
7. Lemak sedang, yaitu 15 – 20 % dari kebutuhan energy total
8. Karbohidrat cuku, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
9. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B
kompleks, C dan E.
10. Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif
internal
11. Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien akan
menjalani kemoterapi agresif, pasien harus dapat makanan
yang steril
12. Porsi makan kecil dan sering diberikan

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Koordinasi dengan tenaga pasien dan penunggu pasien (care giver)
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi e. Status Gizi berdasarkan antropometri
f. Hasil biokimia terkait dengan gizi
g. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
h. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Energi tinggi
7. Indikator (Target yang akan 2. Protein tinggi
dicapai/Outcome) 3. Lemak cukup
4. Karbohidrat cukup

1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi


Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
8. Kepustakaan Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

LUKA BAKAR

Luka bakar adalah cedera fisikokimia yang disebabkan oleh


1. Pengertian
paparan panas, dingin, bahan kimia, radiasi ionisasi dan listrik.

Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, untuk memenuhi


kebutuhan energi, mempertahankan status gizi, mengatasi
2. Asesmen/Pengkajian : hiperkatabolik dan kehilangan nitrogen, mencegah muscle
wasting, mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan fungsi
Antropometri imun, dan menurunkan risiko overfeeding
Pemeriksaan antropometri : berat badan, tinggi/ panjang badan

1. Darah : Hb, Ht, Leukosit


2. Gula Darah, Protein : Albumin, Transferin, Prealbumin Dan
Rbp (Bila Ada)
3. Profil Lipid
Biokimia 4. Bun, Serum Kreatinin
5. Astrup (Ph, Po2, Pco2)
6. Elektrolit : Na, Cl, K, Ca, Po4, Mg
7. Urin : Nitrogen Urea Urin (NUU)
8. Imbang cairan dan imbang nitrogen

1. Pemeriksaan fisik, suhu, tensi, nadi, tanda-tanda renjatan,


edema
Klinis/Fisik 2. Luas dan drajat luka bakar
3. Lokasi luka bakar
4. Trauma tambahan (fraktur, adanya kehamilan)

Riwayat Makan Berat badan sebelum trauma

Riwayat cedera yang disebabkan jejas panas, air panas, listrik,


Riwayat Personal radiasi atau bahan kimia, adanya trauma lain disamping jejas
panas (jatuh)
Hilangnya volume plasma (1,5 kali) ke rongga interstisial dan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) jaringan luka bakar (burn edema). Kehilangan cairan dalam 24
jam melalui permukaan luka bakar diperkirakan sekitar 2,0 – 3,1
ml/ kg BB luas luka bakar

Tujuan :
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) 1. Mengusahakan dan mempercepat penyembuhan jaringan
a. Perencanaan yang rusak
2. Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negative
3. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia
4. Mencegah terjadinya gejala – gejala kekurangan zat gizi
mikro.

Preskripsi Diet :
1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin
atau Nutrisi Enteral Dini (NED)
2. Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman
dan luas luka
3. Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total.
4. Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi total.
Pemberian lemak yang tinggi menyebabkan penundaan
respon kekebalan sehingga pasien lebih mudah terkena
infeksi.
5. Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi
total. Bila pasien mengalami trauma jalan napas (trauma
inhalasi), karbohidrat diberikan 45-55 % dari kebutuhan
energi total.
6. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan, untuk membantu mempercepat
penyembuhan. Vitamin umumnya ditambahkan dalam
bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin adalah
sebagai berikut:
a. Vitamin A minimal 2 kali AKG
b.Vitamin B minimal 2 kali AKG
c. Vitamin C minimal 2 kali AKG
d.Vitamin E 200 SI
7. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium, kalium,
kalsium, fosfor, dan magnesium. Sebagian mineral diberikan
dalam bentuk suplemen.
8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan
dan elektrolit secara intensif. Pada 48 jam pertama,
pemberian cairan ditujukan untuk mengganti cairan yang
hilang agar tidak terjadi shock.

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Protein tinggi
7. Indikator (Target yang akan 2. Lemak cukup
dicapai/Outcome) 3. Karbohidrat cukup
4. Cairan dan minera tinggi

1. Almatsier. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Pustaka utama.


Jakarta
2. Moejhi. 2003. Pengetahuan dasar ilmu gizi. Jakarta
3. Santoso, s dan anne lies ranti. 2004. Kesehatan dan gizi.
Penerbit rineka cipta. Jakarta.
8. Kepustakaan
4. Soedioutama. 2000. Ilmu gizi. Dian rakyat. Jakarta
5. Supariasa. 2001. Pengkajian status gizi. Study epidemologi.
Penerbit EGC. Jakarta
6. Supariasa, dkk. 2006. Penilaian status gizi. Penerbit EGC.
Jakarta
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

TINDAKAN BEDAH

Pra bedah atau Praoperasi merupakan masa sebelum


dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak
1. Pengertian
ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai
pasien berada di meja bedah.

Disini kita harus memperhatikan apakah keadaan umum dari


2. Asesmen/Pengkajian : pasien tersebut normal atau tidak dalam hal status gizi, gula
Antropometri darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal,
dan suhu tubuh pasien

Radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas


darah pada pemantauan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan
elektrokardiogram, darah, leukosit, eritrosit, hematokrit,
Biokimia elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin blood urea nitrogen
(BUN), kreatinin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan
sistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya
untuk mendeteksi gangguan metabolisme
Rasa nyeri dan tidak nyaman, keadaan gizi pasien prabedah, dan
pengaruh pembedahan terhadap kemampuan pasien untuk
mencerna dan mengabsorsi zat-zat gizi.
terjadi peningkatan ekresi nitrogen dan natrium yang dapat
berlansung selama 5-7 hari atau lebih pascabedah.
Klinis/Fisik
Peningkatanekresi kalsium terjadi setelah operasi besar, trauma
kerangka tubuh, atau setalah lama tidak bergerak (imobilisasi).
Demam meningkatkan kebutuhan energy, sedangkan luka dan
pendarahan meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan
vitamin C.

Puasa merupakan hal yang rutin pada pembedahan berencana.


Puasa lebih dari 24 jam akan terjadi proses katabolik yang
menghabiskan cadangan glycogen hati dan otot. Badan manusia
tanpa asupan nutrisi membutuhkan 25 kkal/kg/hari (kilokalori).
Riwayat Makan
Cadangan kalori habis memicu terjadi gluconeogenesis yang
diambil dari proteolisis otot juga dari protein viseral yang
mengakibatkan menurunnya integritas sel, sistem imunitas dan
enzim.
1. Disini kita harus mengetahui apakah pasien terssebut akan
melakukan bedah minor atau bedah mayor.
Riwayat Personal
2. Disini kita harus mengetahui apakah sifat operasi pasien
tersebut bersifat segera/dalam keadaan darurat atau bersifat
berencana /elektif.

pengaruh pembedahan terhadap kemampuan pasien untuk


mencerna dan mengabsorsi zat-zat gizi
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
Demam meningkatkan kebutuhan energy, sedangkan luka dan
pendarahan meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan
vitamin C.

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) TuTujuan :


a. Perencanaan Pra bedah
Tujuan Diet Pra Bedah adalah untuk mengusahakan agar status
gizi pasien dalam keadaan optimal pada saat pembedahan,
sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stres dan
penyembuhan luka.

Pasca Bedah
Tujuan Diet Pasca Bedah adalah untuk mengupayakan agar
status gizi pasien segera kembali normal, untuk mempercepat
proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
pasien, dengan cara sebagai berikut :
a. Memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi dan protein )
b. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat
gizi lain
c. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Preskripsi Diet :
5. Energi
a. Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan
sebanyak 40-45 kkal/kg BB
b. Bagi pasien yang status gizi lebih diberikan sebanyak 10-
25% dibawah kebutuhan energi normsl
c. Bagi pasien yang status gizi baik diberikan sesuai dengan
kebutuhan energi normal ditambah faktor stres sebesar
15% dari AMB ( Angka Metabolisme Basal )
d. Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan
sesuai dengan penyakinya.

6. Protein
a. Bagi pasien yang status gizi kurang, anemia, albumin
rendah (<2,5 mg/dl) diberikan protein tinggi 1,5-2,0 g/kg
BB
b. Bagi pasien yang ststus gizi baik atau kegemukan
diberikan protein normal 0,8-1 g/kg BB
c. Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai
dengan penyakinya
d. Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total.
Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai
dengan penyakinya
e. Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi
total untuk menghindari hipermetabolisme. Bagi pasien
dengan penyakit tertentu, karbohidrat diberikan sesuai
dengan penyakitnya
f. Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K. Bila perlu
ditambahkan dalam bentuk sumplemen
g. Mineral cukup, bila perlu ditambahkan dalam bentuk
suplemen
h. Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran
cerna atau klisma, sehingga tidak menggangu proses
pembedahan ( tidak buang air besar atau kecil dimeja
operasi)

Pasca bedah
Diet yang disarankan adalah :
1. Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi
2. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita
3. Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam, dll)
4. Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin
5. Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan
kemampuan dan kebiasaan makan penderita.
6. Syarat diet pasca-operasi adalah memberikan makanan
secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan
biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung
pada macam pembedahan dan keadaan pasien, seperti :
a. Pasca Bedah Kecil, Makanan diusahakan secepat
mungkin kembali seperti biasa atau normal.
b. Pasca Bedah Besar, Makanan diberikan secara berhati-
hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk
menerimanya.

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi pasien dan penunggu pasien (care giver)
d. Konseling Gizi Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
e. Koordinasi dengan tenaga dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
kesehatan lain terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
9. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
10. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi


rasa nyeri yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka
dan memperbaiki asupan makanan yang tinggi protein dan
vitamin C. protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen, dan mempertahankan integritas
11. Indikator (Target yang akan dinding kapiler.
dicapai/Outcome) 2. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
cara memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
monitor asupan dan output serta mempertahankan nutrisi
yang cukup.
3. Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan
asupan dan out put serta mencegah tejadnya retensi urine .

1. Almatsier,Sunita (Ed).2006. Penuntun Diet Edisi Baru .


Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Mahaji Putri, Rona Sari. Tanpa tahun. Gizi dan Terapi Diet.
Malang
3. Uliyah musrifatul. 2008, Ketrampilan Dasar Praktek Klinik
untuk kebidanan.Jakarta: salemba medika
12. Kepustakaan
4. G-Mundy, Chrissie. 2005, Pemulihan Pascaoperasi Caesar
(Hal: 32), Jakarta : Erlangga
5. C. Rothrock, Jane. 1999, Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perioperatif (Hal: 543), Jakarta: EGC
6. Cameron, John L. 1997, Terapi Bedah Mutakhir (Hal: 576),
Jakarta: Binarupa Aksara
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

HIV/AIDS

AIDS merupakan sekumpulan gejala klinis akibat menurunnya


1. Pengertian
kekebalan tubuh seseorang karena Human Imunodefiency Virus

Antropometri : BB, TB, status gizi, penurunan berat badan


2. Asesmen/Pengkajian dalam 6 bulan terakhir
Antropometri Tinggi badan / Panjang badan,Lingkar lengan atas, dan Tebal
lemak

Biokimia Pemeriksaan laboratorium : CD4, leukosit, Hb, albumin

1. Tampak kurus
2. Tampak kehilangan massa lemak
3. Kemampuan mengunyah
4. Sariawan
5. Sulit menelan
Klinis/Fisik
6. Mual dan muntah
7. Konstipasi dan diare
8. Kemampuan untuk makan sendiri
9. Gejala lain yang berhubungan dengan kemampuan
10. makan

1. Asupan Gizi biasanya recall 24 jam bandingkan dengan


kebutuhan dan beri penilaian
2. Pola dan kebiasaan Makan food frequency
Riwayat Makan 3. Pantangan makan berkaitan dengan alergi, budaya,
kepercayaan
4. Kesukaan/tidak suka terhadap suatu jenis makanan
5. Pilihan makanan

1. Riwayat penyakit
2. Kondisi keluarga yang berhubungan gizi, misalnya ayah
Riwayat Personal tidak bekerja lagi sehingga asupan makan anak berkurang
3. Tinggal bersama teman, keluarga atau sendiri
4. caregiver
1. Domain Asupan
2. Asupan gizi tidak adekuat
3. Peningkatan kebutuhan zat gizi
4. Domain Klinis
5. Kesulitan menelan, bisa terjadi akibat adanya masalah oral
misalnya kandidiasis oral.
6. Kehilangan BB yang tidak diharapkan, bisa terjadi karena
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
asupan tidak adekuat akibat peningkatan kebutuhan karena
adanya infeksi dan gangguan makan.
7. Domain perilaku
8. Kebiasaan makan dan minum yang tidak tepat
9. Akses terhadap makanan
10. Kurangnya pengetahuan
11. Ketidaksiapan untuk melakukan perubahan perilaku terkait
gizi
TuTujuan :
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
1. pemenuhan kebutuhan yang ideal adalah dari pemberian diet
a. Perencanaan
yang adekuat (FANTA, 2005)
2. Pemberian suplementasi zinc untuk menguangi diare (James,
Marianne, Nigel, Nandi, 2010)
3. Keanekaragaman konsumsi makanan dapat memenuhi
kebutuhan gizi
Preskripsi Diet :
1. Pada ODHA sehat kebutuhan gizi disesuai dengan : usia,
jenis kelamin, Aktifitas
2. Faktor lain (pertumbuhan, kehamilan, menyusui) Kebutuhan
brotein sama seperti kondisi normal yaitu 10–15 %
kebutuhan energi/hari, tetapi apabila ada infeksi atau kondisi
malnutrisi maka kebutuhan meningkat berkisar antara 2 – 2,5
g/kgBB
3. Lemak dan karbohidrat, normal tidak ada pengaturan khusus
kecuali dalam kondisi tertentu (DM, Dislipidemia) Intervensi
ODHA Malnutrisi (dewasa)
4. IMT 16 sd <18,5 kg/m² Diberikan suplementasi makanan
dapat dalam bentuk makanan enteral, snack padat gizi
5. IMT < 16 kg/m² diberikan makanan therapeutic misalnya F
100 atau yg setara
6. Hygiene
7. Minum air matang
8. Mencuci tangan
9. Mengkonsumsi makanan matang khususnya sumber hewani
10. Cuci bersih sayur dan buah
11. Tutup makanan agar tidak terkontaminasi

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi
pasien dan penunggu pasien (care giver)
d. Konseling Gizi
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
e. Koordinasi dengan tenaga
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. ODHA baru mulai ARV


2. gizi seimbang,
3. keamanan makanan, pemilihan bahan
7. Indikator (Target yang akan 4. makanan, keterampilan menyiapkan
dicapai/Outcome) 5. makanan, mengatasi efek samping obat
6. ODHA dengan kehamilan dan menyusui
7. ODHA dengan penyakit penyerta
8. ODHA dengan masalah gizi kurang dan lebih

1. Almatsier,Sunita (Ed).2006. Penuntun Diet Edisi Baru .


Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Mahaji Putri, Rona Sari. Tanpa tahun. Gizi dan Terapi Diet.
Malang
3. Uliyah musrifatul. 2008, Ketrampilan Dasar Praktek Klinik
untuk kebidanan.Jakarta: salemba medika
8. Kepustakaan
4. G-Mundy, Chrissie. 2005, Pemulihan Pascaoperasi Caesar
(Hal: 32), Jakarta : Erlangga
5. C. Rothrock, Jane. 1999, Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perioperatif (Hal: 543), Jakarta: EGC
6. Cameron, John L. 1997, Terapi Bedah Mutakhir (Hal: 576),
Jakarta: Binarupa Aksara
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

PENYAKIT PARU

Dari sudut pandang patofisiologi dan pengelolaan nutrisi,


penyakit paru dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Penyakit paru yang menyebabkan fungsi paru secara akut
1. Pengertian
(acute lung injury)
2. Penyakit paru yang menyebabkan fungsi paru secara kronik
(cronic lung dissease).

2. Asesmen/Pengkajian : Pengukuran antropometri


Antropometri BB, Tb, status gizi

Mengkaji data laboratorium seperti radiologi, spirometri, funfgsi


Biokimia
otot pernafasan

Keadaan umum, sesak, tekanan darah, suhu tubuh, mual, dan


Klinis/Fisik
anoreksia

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)

Riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat pola


Riwayat Personal
makan, alergi.

1. Penurunan fungsi gastrointestinal


2. Penurunan asupan makanan
3. Mekanisme adaptasi terhadap penurunan kansumsi O2
4. Perubahan hemodinamik paru dan kardiovaskulae sehingga
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) menurunkan penyediaan nutrien ke berbagai jaringan
5. Hiperkatabolisme
6. Peningkatan beban restriksi dan penurunan efisensi otot
pernafasan
7. Peningkatan kebutuhan energi akibat komorbiditas seperti
infeksi atau bedah
Tujuan :
1. Memperbaiki malnutrisi
2. Memperbaiki anoreksia
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
3. Mencegah asidosi respirasi
a. Perencanaan
4. Mencegah dan memperbaiki dehidrasi
5. Menghindari konstipasi
6. Meringankan kesulitan mengunyah atau menelan sebagai
dari akibat nafas pendek

Preskripsi Diet :
1. Energi tinggi. Pada perhitungan energu, diperhatikan faktor
stress, aktifitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh.
2. Protein diberikan 1,2-1,5 gram/kg BB untuk memelihara dan
mengganti jaringan sel tubuh yang rusak.
3. Lemak diberikan 30-40% dari total kebutuhan energy.
4. Karbohidrat rendah 40-45 % dari total kebutuhan energy
5. Makanan diberikan dalam bentuk lunak
6. Serat dinaikkan secara bertahap
7. Jika ada demam asupan cair dinaikkan 1 ml/kal
8. Pasien dengan odema, batasi asupan natrium dan naikka
asupan kalium
9. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik, maupun kimia.

Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


b. Implementasi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
c. Edukasi Konseling Gizi
pasien dan penunggu pasien (care giver.
d. Koordinasi dengan tenaga
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien .

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit
1. Energy tinggi
7. Indikator (Target yang akan
2. Protein tinggi
dicapai/Outcome)
3. KH rendah

1. Penuntun Diet. Instalasi Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo


dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) 2013
2. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
8. Kepustakaan 3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

PASIEN KRITIS

Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada


kebanyakan pasien yang masuk ke rumah sakit.malnutrisi
1. Pengertian
mencakup kelainan yang disebabkan oleh defisiensi asupan
nutrien, gangguan metabolisme nutrien, atau kelebihan nutrisi.

Pengukuran antropometri :
2. Asesmen/Pengkajian : BB, TB, tinggi lutut, panjang lengan
Estimasi TB dengan mengukur tinggi lutut :
Antropometri TB Pria = (2,02xTL)-0,4U + 64,19
TB Wanita = 1,83 TL-0,24U + 84,88

Albumin, Hb, Total Lymphocyte Count, keseimbangan elektrolit


Biokimia
(Na, K, Cl, Mg, dan Ca)

Klinis/Fisik Keeadaan umum, kesadaran, tekanan darah

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk


Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)

Riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat pola


Riwayat Personal
makan, alergi.

Kebutuhan kalorinya berubah seiring dengan kondisiklinisnya. Disamping


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) beratnya penyakit dan derajat stress, faktor-faktor lain yang
mempengaruhipengeluaran energi antara lain menangis, pengambilan darah,
terapi fisik, dan pengisapan pipaendotrakeal

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :


a. Perencanaan 1. Meminimalkan imbang negatif kalori dan protein dan kehilangan
protein dengan caramenghindari kondisi starvasi.
2. Mempertahankan fungsi jaringan, khususnya hati, sistem imun, sistem
otot, dan otot-ototpernafasan.
3. Memodifikasi perubahan-perubahan metabolik dan fungsi metabolik
dengan menggunakansubstrat khusus
Preskripsi Diet :
1. Menyediakan dukungan nutrisi yang konsisten dengan
kondisi medis pasien dan ketersediaanrute pemberian nutrisi.
2. Mencegah dan mengatasi defisiensi makronutrian dan
mikronutrien.
3. Menyediakan dosis nutrien yang sesuai dengan metabolisme
yang telah ada.
4. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan teknik
pemberian nutrisi.
5. Meningkatkan outcome pasien; mengurangi morbiditas,
mortalitas dan waktu penyembuhan

b. Implementasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet


c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (care giver.
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien .

Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor


hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Energy cukup sesuai tingkat stres


7. Indikator (Target yang akan
2. Protein cukup
dicapai/Outcome)
3. Lemak cukup

1. Penuntun Diet. Instalasi Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo


dan Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) 2013
2. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
8. Kepustakaan
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013

Anda mungkin juga menyukai